Anda di halaman 1dari 15

POLITEKNIK D4-TEKNIK

PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
II. UJI TUMBUK (IMPACT TEST)

2.1 Sub Kompetensi


Kemampuan yang akan dimiliki oleh mahasiswa setelah memahami isi laporan ini
adalah sebagai berikut :
1) Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh takikan (notch) terhadap kekuatan
material.
2) Mahasiswa mampu menganalisa energi dan kekuatan impact dari hasil
pengujian suatu material.
3) Mahasiswa mampu menganalisa pengaruh temperatur terhadap kekuatan
material.
4) Mahasiswa mampu menganalisa temperatur transisi suatu material.
5) Mahasiswa mampu menganalisa jenis patahan suatu material.

2.2 Uraian Materi


Beberapa peralatan pada otomotif dan transmisi serta bagian-bagian pada kereta
api, akan mengalami suatu beban kejutan dalam operasinya. Maka dari itu
ketahanan suatu material terhadap beban mendadak, serta faktor-faktor yang
mempengaruhi sifat material tersebut perlu diketahui dan diperhatikan. Pengujian
ini berguna untuk melihat efek-efek yang ditimbulkan oleh adanya takikan, bentuk
takikan, temperatur, dan faktor-faktor lainnya. Impact test bisa diartikan sebagai
suatu tes yang mengukur kemampuan suatu bahan dalam menerima beban tumbuk
yang diukur dengan besarnya energi yang diperlukan untuk mematahkan spesimen
dengan ayunan sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 2.1).

1
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2

Starting position

Starting Point
Pointe
r

Spesimen
Anvill

Gambar 2.1 Mesin Uji Impact


Bandul yang mempunyai ketinggian tertentu berayun dan memukul spesimen.
Berkurangnya energi potensial dari bandul sebelum dan sesudah memukul benda uji
merupakan energi yang diserap oleh spesimen.

ℓ a


ℓcos α
 b


ho ho

h1 c

(1) (2)
Gambar 2.2 Sketsa Perhitungan Energi Impact Teoritis
Keterangan :
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ = Panjang lengan bandul (m)
α = Sudut awal (o)
β = Sudut akhir (o)
Besarnya energi impact (joule) dapat dilihat pada skala mesin penguji. Sedangkan
besarnya energi impact dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :
Eo = W.ho.........................................................................................................(2.1)
E1 = W.h1.........................................................................................................(2.2)

2
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
∆E = Eo - E1
= W (ho- h1) .................................................................................................(2.3)
dari (gambar 2.2) didapatkan :
ho = ℓ - ℓcos α
= ℓ (1 - cos α)…........…………....………...................................................(2.4)
h1 = ℓ - ℓcos β
= ℓ (1 - cos β)….........…...…………...........................................................(2.5)
Dengan substitusi persamaan 2.4 dan 2.5 pada 2.3 didapatkan :
∆E = Wℓ(cosβ - cosα)………………………………....…………………........(2.6)
dimana : Eo = Energi awal (J)
E1 = Energi akhir (J)
W = Berat bandul (N)
ho = Ketinggian bandul sebelum dilepas (m)
h1 = Ketinggian bandul setelah dilepas (m)
ℓ = Panjang lengan bandul (m)
α = Sudut awal (o)
β = Sudut akhir (o)
Untuk mengetahui kekuatan impact atau impact strength (Is) maka energi impact
tersebut harus dibagi dengan luas penampang efektif spesimen (A) sehingga :
Is = ∆E/A
= W.ℓ.(cos β - cos α)/A…...........………………………………………..(2.7)
Pada suatu konstruksi, keberadaan takikan atau nocth memegang peranan yang amat
berpengaruh terhadap kekuatan impact. Adanya takikkan pada kerja yang salah
seperti diskontinuitas pada pengelasan, atau korosi local bisa bersifat sebagai
pemusat tegangan (stress concentration). Adanya pusat tegangan ini dapat
menyebabkan material brittle (getas), sehingga patah pada beban di bawah yield
strength. Ada tiga macam bentuk takikan pada pengujian impact yakni takikan V, U
dan key hole sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 2.3) di bawah ini :

3
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2

Gambar 2.3 Jenis Takikan pada Spesimen Uji Impact


Fracture atau kepatahan pada suatu material dapat digolongkan sebagai brittle
(getas) atau ductile (ulet). Suatu material yang mengalami kepatahan tanpa
mengalami deformasi plastis dikatakan patah secara brittle. Sedangkan apabila
kepatahan didahului dengan suatu deformasi plastis dikatakan mengalami ductile
fracture. Material yang mengalami brittle fracture hanya mampu menahan energi
yang kecil saja sebelum mengalami kepatahan. Perbedaan permukaan kedua jenis
patahan sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 2.4).

Gambar 2.4 Pola Patahan Pada Penampang Spesimen Uji Impact

2.2.1 Metode Pengujian Impact


Metode pengujian impact dibedakan menjadi 2 yaitu :
1) Metode Charpy
Pada metode sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 2.5 a), spesimen
diletakkan mendatar dan kedua ujung spesimen ditumpu pada suatu landasan.
Letak takikan (notch) tepat di tengah dengan arah pemukulan dari belakang
takikan. Biasanya metode ini digunakan di Amerika dan banyak negara yang
lain termasuk Indonesia.

4
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
2) Metode Izod
Pada metode ini sebagaimana ditunjukkan pada (gambar 2.5 b), spesimen
dijepit pada salah satu ujungnya dan diletakkan tegak. Arah pemukulan dari
depan takikan. Biasanya metode ini digunakan di Inggris.

Gambar 2.5 Metode Pengujian Charpy dan izod

2.2.2 Temperatur Transisi


Kemampuan suatu material untuk menahan energi impact sangat dipengaruhi oleh
temperatur kerja. Pengaruh temperatur terhadap kekuatan impact setiap jenis
material berbeda-beda. Baja karbon merupakan salah satu contoh logam yang
kekuatan impact-nya turun drastis bila berada pada temperatur yang sangat dingin (-
1000 C). Sebaliknya aluminium adalah contoh logam yang masih mempunyai
kekuatan impact yang cukup tinggi pada temperatur yang sangat dingin tersebut.
Pada umumnya kenaikan temperatur akan meningkatkan kekuatan impact logam,
sedangkan penurunan temperatur akan menurunkan kekuatan impact-nya. Diantara
kedua kekuatan impact yang ekstrim tersebut ada suatu titik temperatur yang
merupakan transisi dari kedua titik ekstrim tersebut yakni suatu temperatur yang
menunjukkan perubahan sifat material dari ductile menjadi brittle. Titik temperatur
tersebut disebut “temperatur transisi” (gambar 2.6)

5
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2

Gambar 2.6 Temperatur Transisi


Apabila temperatur operasi dari suatu peralatan berada di bawah temperatur transisi
dari material yang digunakan, maka adanya crack pada material fracture akan
menyebabkan kerusakan pada peralatan, sedangkan apabila temperatur operasi
terendah masih di atas temperatur transisi dari material, maka brittle fracture bukan
merupakan masalah.

2.3 Alat
1) Mesin Uji Impact
2) Thermo couple
3) Kompor listrik dan panci
4) Stopwatch
5) Jangka sorong
6) Kikir
7) Stamping
8) Ragum
9) Tang
10) Palu
11) Sarung tangan
12) Thermos
13) Hand grinding

6
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
2.4 Bahan
1) Spesimen uji impact untuk temperatur panas (1 buah)
2) Spesimen uji impact untuk temperatur ruangan (1 buah)
3) Spesimen uji impact untuk temperatur dingin (1 buah)
4) Es kering dan alkohol

2.5 Prosedur Keselamatan


Sebelum praktikum pengujian bahan dilaksanakan, mahasiswa harus meyakinkan
dahulu telah melengkapi diri dengan APD (Alat Pelindung Diri) sebagai berikut :
1) Pakaian dan celana bengkel.
2) Safety shoes.
3) Kacamata pelindung harus digunakan bila melakukan penggerindaan dengan
gerinda mesin.
4) Sarung tangan.

2.6 Langkah Kerja


1) Menyiapkan Spesimen
a. Bersihkan permukaan benda kerja dengan hand grinder.
b. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.
2) Kodifikasi
Ambil stamping dan tandai tiap spesimen dengan kode 1 digit
Digit menunjukkan temperatur kerja :
P = Temperatur Panas
R = Temperatur Ruangan
D = Temperatur Dingin
3) Pengukuran Dimensi
a. Ambil spesimen, kemudian ukur dimensinya.
b. Catat kode spesimen dan data pengukurannya pada lembar kerja.
c. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

7
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
4) Pengkondisian Spesimen Pada Temperatur Kerja
Temperatur Panas (50,2 °C)
a. Masukkan air ke dalam panci dan letakkan di atas kompor listrik yang
telah dinyalakan.
b. Tunggu sampai air mendidih dan masukkan spesimen berkode P ke
dalam panci dan tunggu ±5 menit.
c. Ukur temperatur air sesaat sebelum spesimen diambil untuk diuji
impact.
d. Catat pada lembar kerja.
Temperatur Ruangan (25,5 °C)
Untuk temperatur kamar, spesimen berkode R bisa langsung diuji.
Temperatur Dingin (-64,6 °C)
a. Siapkan es batu dan masukkan ke dalam termos yang berisikan alkohol.
b. Masukan spesimen yang berkode D ke dalam termos.
c. Tunggu ±10 menit kemudian ukur temperatur spesimen dalam termos.
d. Catat pada lembar kerja, temperatur sesaat sebelum spesimen diambil
untuk diuji impact.
5) Pengujian pada Mesin Uji Impact
a. Catat data mesin pada lembar kerja.
b. Tempatkan bandul pada posisi awal untuk pengujian.
c. Atur jarum penunjuk pada posisi 0.
d. Ambil spesimen dan letakkan pada tempatnya secara tepat dan cepat,
terutama untuk kondisi panas dan dingin.
e. Letakkan tangan kiri pada pen pengunci beban dan tangan kanan pada
rem.
f. Tekan pen pengaman dan pen pengunci beban, sehingga bandul
meluncur menumbuk spesimen.
g. Tekan rem dengan tangan kanan ketika bandul hendak mengayun untuk
yang kedua kalinya.
h. Amati dan catat besarnya sudut dan besarnya energi yang ditunjukkan
oleh jarum penunjuk.
i. Ulangi langkah di atas untuk seluruh spesimen.

8
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
6) Menentukan panjang lengan bandul
a. Angkat bandul sehingga membentuk sudut 100 dari garis tegak.
b. Lepaskan bandul sehingga berayun.
c. Ukur dengan stopwatch waktu yang dibutuhkan untuk 50 ayunan (T50).
d. Hitung lengan bandul dengan menggunakan persamaan berikut :

T = 2 ( / g ) ……......………….........………...................................(2.8)

Dimana : T = Periode (detik) = T50 / 50


ℓ = Panjang lengan bandul (m)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)

2.7 Gambar Hasil Pengujian dan Analisa


1) Pada temperatur 50,2 0C (panas)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang ditunjukkan
oleh gambar di bawah ini :

Gambar 2.7 Spesimen pada Kondisi Panas Setelah Mengalami Pengujian


2) Pada temperatur 25,5 0C (ruang)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah ulet (ductile) seperti yang ditunjukkan
oleh gambar di bawah ini :

Gambar 2.8 Spesimen pada Kondisi Ruangan Setelah Mengalami Pengujian


3) Pada temperatur -64,6 0C (dingin)
Jenis patahan yang ditimbulkan adalah getas (brittle) seperti yang ditunjukkan
oleh (gambar 2.9) :

9
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2

Gambar 2.9 Spesimen pada Kondisi Dingin Setelah Mengalami Pengujian

a. Spesimen P b. Spesimen D d. Spesimen R


11Gambar 2.10 a.b.c. Penunjukkan Energi Impact Spesimen

2.7.1 Analisa
1) Perhitungan Kekuatan Impact (J/mm2) sesuai Pengujian
a. Spesimen “P” (Panas) temperatur 50,2 oC
Diketahui :
Eimpact = 149,500 joule
Luas Penampang (An) = 83,415 mm2
Maka kekuatan Impact
I = E/An
= 149,500 joule/83,415 mm2
= 1,792 joule/mm2
b. Spesimen “R” (Ruang) temperatur 25,5 oC
Diketahui :
Eimpact = 147,800 joule
Luas Penampang (An) = 82,500 mm2

10
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
Maka kekuatan Impact
I = E/An
= 147,800 joule/82,500 mm2
= 1,792 joule/mm2
c. Spesimen “D” (Dingin) temperatur -64,6 oC
Diketahui :
Eimpact = 6,000 joule
Luas Penampang (An) = 82,913 mm2
Maka kekuatan Impact
I = E/An
= 6,000 joule/82,913 mm2
= 0,072 joule/mm2
2) Perhitungan Kekuatan Impact (J/mm2) sesuai Teori
Mencari panjang lengan (L)
Waktu 50 periode (T50) = 90 detik
Periode 90/50 = 1,800 detik
𝐿
T = 2 𝜋√𝑔

𝐿
1,800 = 2𝜋√9,81

𝐿
(1,800)2 = 42. 9.81

L = 0,798 m
Berat bandul (W) = 96,500 N
Sudut Awal (α) = 160,43o
a. Spesimen “P” (Panas) temperatur 50,2 oC
Diketahui :
Sudut akhir (β) = 5,5o
Luas Penampang (An) = 83,415 mm2
Maka kekuatan Impact
I = W.ℓ (cosβ – cosα)/An
96,5N .0,798 m (cos5,5 – cos 160,43)
= 83,415 mm2

= 1,789 joule/mm2

11
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
b. Spesimen “R” (Ruang) temperatur 25,5 C o

Diketahui :
Sudut akhir (β) = 13,9o
Luas Penampang (An) = 82,500 mm2
Maka kekuatan Impact
I = W. ℓ (cosβ-cosα)/An
96,5 N .0,798 m (cos13,9– cos 160,43)
= 82,500 mm2

= 1,786 joule/mm2
c. Spesimen “D” (Dingin) temperatur -64,6 oC
Diketahui :
Sudut akhir (β) = 150o
Luas Penampang (An) = 82,913 mm2
Maka kekuatan Impact
I = W.ℓ(cosβ-cosα)/An
96,5 N .0,798m(cos150o– cos 160,43o)
= 82,913mm2

= 0,071 joule/mm2
Tabel 2.1 Perbandingan kekuatan Impact hasil pengujian dan hasil perhitungan.
Selisih Kekuatan
Kekuatan Impact Kekuatan Impact Impact hasil pengujian dan
Temperatur
hasil pengujian hasil perhitungan hasil perhitungan
Spesimen (0C)
(joule/mm2) (joule/mm2) (joule/mm2)
P 50,2 1, 792 1,789 0,003

R 25,5 1,792 1,786 0,006

D -64,6 0,072 0,071 0,001

12
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2

Gambar 2.11 Grafik Kekuatan Impact

2.8 Analisa Grafik


Dari gambar 2.11 grafik kekuatan impact, spesimen dengan temperatur pengujian
50,20C mempunyai kekuatan impact yang lebih besar dari spesimen yang lainnya.
Sedangkan, kekuatan impact paling rendah dari hasil pengujian adalah spesimen D
dengan temperatur pengujian -64,60C. Trend kurva kekuatan uji impact hasil
perhitungan (teori) dan kurva kekuatan uji impact hasil pengujian sama dengan
trend grafik temperatur transisi. Pada grafik temperatur transisi semakin tinggi
temperatur, semakin tinggi kekuatan impact. Begitu halnya pada kurva kekuatan
uji impact hasil perhitungan (teori) menunjukkan pada temperatur panas
mempunyai kekuatan impact paling tinggi dan pada temperatur dingin memiliki
kekuatan impact yang paling rendah. Pada kurva kekuatan uji impact hasil
perhitungan (teori) menunjukkan pada temperatur ruangan mempunyai kekuatan
impact yang lebih rendah dari pada temperatur panas dan dari kurva kekuatan uji
impact hasil pengujian menunjukkan pada temperatur ruangan mempunyai
kekuatan impact yang sama dengan temperatur panas. Seharusnya energi impact

13
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
pada suhu ruangan lebih rendah dari pada temperatur panas. Karena pada kondisi
temperatur tinggi partikel-partikel merenggang (internal stress rendah), sehingga
apabila diberi tekanan dari luar, spesimen menjadi lebih sulit patah. Sedangkan
spesimen pada temperatur dingin mempunyai kekuatan impact lebih tinggi dari
pada temperatur ruangan, hal ini terjadi karena pada kondisi temperatur rendah
partikel-partikel merapat (internal stress tinggi), sehingga apabila diberi tekanan
dari luar, spesimen menjadi mudah patah.
Ketidaktepatan data hasil pengujian dengan hasil perhitungan disebabkan
terjadinya ketidaktepatan pada perhitungan mencari panjang lengan. Hal ini terjadi
karena ketidaktepatan dalam pencatatan waktu 50 periode, sehingga berpengaruh
pada perhitungan dalam menentukan periode. Selain itu, ketidaktepatan pada saat
membaca nilai energi impact dan sudut akhir pada alat ukur, berpengaruh pada
nilai kekuatan Impact dari hasil pengujian dan perhitungan.

2.9 Kesimpulan
Uji kekuatan tumbuk (impact test) merupakan salah satu cara untuk mengukur
kekuatan material terhadap beban kejut. Pengujian ini dilakukan pada tiga keadaan

yang berbeda yakni pada temperatur -64,6oC, 25,5oC, dan 50,2oC. Dari analisa
perhitungan di atas, dapat disimpulkan bahwa perubahan temperatur dapat
mempengaruhi kekuatan impact suatu material.

14
POLITEKNIK D4-TEKNIK
PERKAPALAN PERPIPAAN
NEGERI
SURABAYA
PRAKTEK UJI BAHAN 608217A2
DAFTAR PUSTAKA

 Dosen Metallurgi, [1986], Petunjuk Praktikum Logam, Jurusan Teknik Mesin FTI,
ITS
 Harsono, Dr, Ir &T.Okamura, Dr, [1991], Teknologi Pengelasan Logam, PT. Pradya
Paramita, Jakarta
 M.M. Munir, [2000], Modul Praktek Uji Bahan, Vol 1, Jurusan Teknik Bangunan
Kapal, PPNS
 Prasojo, Budi ST, [2012],Buku Petunjuk Praktek Uji Bahan, Jurusan Teknik
Permesinan Kapal, PPNS
 Wachid Suherman, Ir, [1987], Diktat Pengetahuan Bahan, Jurusan Teknik Mesin
FTI, ITS

15

Anda mungkin juga menyukai