Bab I-Iii 2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini

dibuktikan dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan

Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian

pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa

indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun. Diantara 174 negara di

dunia, Indonesia menempati urutan ke -102 (1996), ke-99 (1997), ke-105 (1998),

dan ke-109 (1999).

Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas

pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi

Indonesia berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic

Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yaitu hanya

menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Dan masih

menurut survey dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat

sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia.

Memasuki abad ke-21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh.

Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional

tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan

pendidikan di Indonesia. Hal ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar.

Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran

baru bahwa Indonesia tidak lagi berdiri sendiri. Indonesia berada di tengah-tengah

dunia yang baru, dunia terbuka sehingga orang bebas membandingkan kehidupan

1
dengan negara lain. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan

didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Hasil itu

diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara lain. Pendidikan

memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia

Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat

meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan

sumber daya manusia di negara-negara lain.

Setelah di amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam

peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di

berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal

itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat

penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan

untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

Kualitas pendidikan Indonesia yang rendah itu juga ditunjukkan data

Balitbang (2003) bahwa dari 146.052 SD di Indonesia ternyata hanya delapan

sekolah saja yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Primary Years

Program (PYP). Dari 20.918 SMP di Indonesia ternyata juga hanya delapan

sekolah yang mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Middle Years

Program (MYP) dan dari 8.036 SMA ternyata hanya tujuh sekolah saja yang

mendapat pengakuan dunia dalam kategori The Diploma Program (DP).

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah

masalah efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih

menjadi masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan

khusus dalam dunia pendidikan yaitu:

1. Rendahnya sarana fisik,

2
2. Rendahnya kualitas guru,

3. Rendahnya kesejahteraan guru,

4. Rendahnya prestasi siswa,

5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

7. Mahalnya biaya pendidikan.

Permasalahan-permasalahan yang tersebut di atas akan menjadi bahan

bahasan dalam makalah yang berjudul “Masalah Kualitas Guru dan

Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja kompetensi yang harus dimiliki oleh guru?

2. Bagaimana kualitas guru dan sertifikasi guru di Indonesia saat ini?

3. Bagaimana evaluasi hasil pembelajaran dan mutu sekolah?

4. Bagaimana mutu pendidikan di Indonesia?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui kompetensi yang harus dimiliki oleh guru.

2. Untuk mengetahui kualitas guru dan sertifikasi guru di Indonesia.

3. Untuk mengetahui evaluasi hasil pembelajaran dan mutu sekolah.

4. Untuk mengetahui mutu Pendidikan di Indonesia.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kompetensi Guru

Apakah anda pernah mendengar kata kompetensi? kompetensi dapat

diartikan kewenangan dan kecakapan atau kemampuan seseorang dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan jabatan yang disandangnya.

Dalam hal ini tugas atau pekerjaan yang dimaksud adalah profesi Guru..

Penjelasan kompetensi guru dituangkan dalam peraturan menteri

Pendidikan Nasional No 16 tahun 2007 tentang kualifikasi akademik dan

kompetensi guru yang berbunyi “bahwa setiap guru wajib memenuhi kualifikasi

akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara nasional”. Kualifikasi

akademik Guru atau bentuk lain yang sederajat, harus memiliki kualifikasi

akademik pendidikan minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1) dalam

bidang pendidikan (D-IV/S1) yang diperoleh dari program studi yang

terakreditasi. Adapun kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,

kepribadian, sosial, dan professional.

4
1. Kompetensi Pedogogik

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang berkenaan

dengan pemahaman terhadap peserta didik dan pengelolaan pembeajaran mulai

dari merencanakan, melaksanakan sampai dengan mengevaluasi. Secara umum

kompetensi inti pedagogi meliputi;

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual;

b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik;

c. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang

pengembangan yang diampu;

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik;

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan

pembelajaran;

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik;

h. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar;

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran;

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

5
Berikut diuraikan indikator masing-masing kompetensi inti pedagogi.

Pertama; menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral,

sosial, kultural, emosional, dan intelektual, merupakan kompetensi inti pertama

yang harus dimiliki oleh guru. Indikator penguasaan kompetensi ini ditunjukan

dengan kemapuan; (a) memahami karakteristik peserta didik yang berkaitan

dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar

belakang sosial- budaya, (b) mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata

pelajaran, (c) mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik dalam mata

pelajaran, (d) mengidentifikasi kesulitan peserta didik.

Kedua; menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang

mendidik, merupakan kompetensi inti pedagogi yang harus dimiliki oleh seorang

guru. Indikator penguasaan terhadap kompetensi ini ditunjukan dengan

kemampuan guru; (a) memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip

pembelajaran yang mendidik, (b) menerapkan berbagai pendekatan, strategi,

metode, dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif, (c) menerapkan

pendekatan pembelajaran berdasarkan jenjang dan karateristik bidang studi.

Ketiga; mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata

pelajaran/bidang studi yang diampu merupakan kompetensi yang sudah

semestinya dikuasai oleh guru. Indikatornya seperti; (a) memahami prinsip-prinsip

pengembangan kurikulum, (b) menentukan tujuan pelajaran, (c) menentukan

pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan pelajaran, (d) memilih

materi pelajaran yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran,

(e) menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang

dipilih dan karakteristik peserta didik. Kompetensi ini dilakukan oleh guru dalam

bentuk penyususnan RPP.

6
Keempat; kemampuan kompetensi pedagogi berikutnya yaitu

menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, indikatornya ditunjukan

dengan; (a) memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang

mendidik, (b) mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran,

(c) menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di

dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan, (d) melaksanakan pembelajaran

yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan, (e) menggunakan

media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran

untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh, (f) mengambil keputusan

transaksional dalam pelajaran sesuai dengan situasi yang berkembang.

Kelima; memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan pembelajaran. Dengan kemajuan teknologi dan komunikasi saat ini

sudah menjadi keharusan bagi guru memiliki kemampuan dalam memanfaatkan

TIK untuk meningkatkan kualitas pembelajaran yang mendidik, seperti

penggunaan media dan penggalian sumber belajar.

Keenam; memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, kompetensi ini ditunjukan

guru dengan; (a) menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk

mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal, (b)

menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi

peserta didik, termasuk kreativitasnya.

Ketujuh; berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik, merupakan kompetensi pedogogi yang penting dimiliki oleh guru,

seperti; (a) memahami berbagai strategi berkomunikasi yang efektif, empatik

dan santun, baik secara lisan maupun tulisan, (b) berkomunikasi secara efektif,

7
empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam

interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari (1) penyiapan kondisi

psikologis peserta didik, (2) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai ajakan

kepada peserta didik untuk ambil bagian, (c) respons peserta didik, (d) reaksi

guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.

Kedelapan; menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses serta hasil

belajar. Kompetensi evaluasi sangat penting dikuasai oleh guru, karena evaluasi

menjadi alat ukur keberhasilan bagi guru dan peserta didik dalam mengikuti

proses pembelajaran. Indikator kompetensi ini meliputi; (a) memahami prinsip-

prinsip penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran yang diampu, (b) menentukan aspek-aspek proses

dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan

karakteristik mata pelajaran yang diampu, (c) menentukan prosedur penilaian

dan evaluasi proses dan hasil belajar, (d) mengembangkan instrumen penilaian

dan evaluasi proses dan hasil belajar, (e) mengadministrasikan penilaian proses

dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan mengunakan berbagai

instrument, (f) menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk

berbagai tujuan, (g) melakukan evaluasi proses dan hasil belajar.

Kesembilan; selain memiliki kemampuan dalam mengevaluasi seorang

guru juga harus mampu untuk memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk

kepentingan pembelajaran, seperti; (a) menggunakan informasi hasil penilaian

dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan belajar, (b) menggunakan informasi

hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan,

(c) mengkomunikasikan hasil penilaian dan evaluasi kepada pemangku

kepentingan, (d) memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi

8
pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Kesepuluh; kompetensi terakhir dari pedogogi yaitu kemampuan guru

dalam melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran,

indikator kompetensi ini ditunjukkan dengan; (a) melakukan refleksi terhadap

pembelajaran yang telah dilaksanakan, (b) memanfaatkan hasil refleksi untuk

perbaikan dan pengembangan mata pelajaran, (c) melakukan penelitian tindakan

kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran mata pelajaran.

2. Kompetensi Kepribadian

Kompetensi kepribadian merupakan personal yang mencerminkan

kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa menjadi teladan bagi

peserta didik dan berakhak mulia. Kompetensi inti kepribadian seperti (a)

bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional

Indonesia, (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagi peserta didik dan masyarakat, (c) menampilkan diri sebagai pribadi

yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, (d) menunjukkan etos kerja,

tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri, dan

(e) menjunjung tinggi kode etik profesi guru. Secara rinci kompetesi kepribadian

diuraikan menjadi sub- kompetensi sebagai berikut.

Pertama; bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia, seperti; (a) menghargai peserta didik tanpa

membedakan keyakinan yang dianut, suku, adat-istiadat, daerah asal, dan gender,

(b) bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma sosial yang

berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam.

Kedua; menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

9
teladan bagi peserta didik dan masyarakat, seperti; (a) berperilaku jujur, tegas, dan

manusiawi, (b) berperilaku yang mencerminkan ketakwaan dan akhlak mulia, (c)

berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan anggota masyarakat di

sekitarnya.

Ketiga; menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa, seperti; (a) menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap dan

stabil, (b) menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, arif, dan berwibawa.

Keempat; Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru, dan rasa percaya diri, seperti; (a) menunjukkan etos kerja dan

tanggung jawab yang tinggi, (b) bangga menjadi guru dan percaya pada diri sendiri,

Bekerja mandiri secara professional.

Kelima; Menjunjung tinggi kode etik profesi guru, seperti; (a) memahami

kode etik profesi guru, (b) menerapkan kode etik profesi guru, (c) berperilaku

sesuai dengan kode etik guru.

3. Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial berkenaan dengan kemampuan pendidik sebagai bagian

dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta

didik, sesama pendidik, tenaga kependidian, orang tua siswa, dan masyarakat

sekitar. Kompetensi sosial penting dimiliki bagi seorang pendidik yang profesinya

senantiasa berinteraksi dengan human (manusia) lain. Kompetensi ini memiliki

subkompetensi dengan indikator sebagai berikut.

Pertama, bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif

karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonomi, seperti; (1) bersikap inklusif dan objektif

10
terhadap peserta didik, teman sejawat dan lingkungan sekitar dalam melaksanakan

pembelajaran, (2) tidak bersikap diskriminatif terhadap peserta didik, teman

sejawat, orang tua, peserta didik dan lingkungan sekolah karena perbedaan agama,

suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi.

Kedua, berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat, kemampuan ini

ditunjukan dengan cara; (1) berkomunikasi dengan teman sejawat dan komunitas

ilmiah lainnya secara santun, empatik dan efektif, (2) berkomunikasi dengan

orang tua peserta didik dan masyarakat secara santun, empatik, dan efektif tentang

program pembelajaran dan kemajuan peserta didik, (3) mengikutsertakan orang

tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam

mengatasi kesulitan belajar peserta didik.

Ketiga, beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik

Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya. Kompetensi ini penting

dikuasai oleh pendidik, apalagi jika tugas tidak ditempatkan di daerah asal.

Kemampuan ini ditunjukan dengan; (1) beradaptasi dengan lingkungan tempat

bekerja dalam rangka meningkatkan efektivitas sebagai pendidik, termasuk

memahami bahasa daerah setempat, (2) melaksanakan berbagai program dalam

lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di

daerah yang bersangkutan.

Keempat, berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain, seperti; (1) berkomunikasi dengan teman

sejawat, profesi ilmiah, dan komunitas ilmiah lainnya melalui berbagai media

dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan, (2) mengkomunikasikan hasil-

11
hasil inovasi pembelajaran kepada komunitas profesi sendiri secara lisan dan

tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Professional

Kompetensi professional merupakan kemampuan yang berkenaan dengan

penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang mencakup

penguasaan substansi isi materi pembelajaran, dan substansi keilmuan yang

menangui materi dalam kurikulum, serta menambah wawasan keilmuan. Berikut

dijabarkan kompetensi dan sub-kompetensi profesional.

Pertama, menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mata pelajaran yang diampu sesuai jenjang pendidikan. Kemampuan

ini sangat penting dimiliki bagi seorang guru sebab apa yang akan disampaikan

guru kepada siswa berupa ilmu pengetahuan yang dikuasai oleh guru.

Kedua, menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang pengembangan yang diampu, seperti; (1) memahami standar

kompetensi mata pelajaran, (2) memahami kompetensi dasar mata pelajaran, (3)

memahami tujuan pembelajaran mata pelajaran.

Ketiga, mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif;

(1) memilih materi mata pelajaran yang sesuai dengan tingkat perkembangan

peserta didik, (2) mengolah materi mata pelajaran secara integratif dan kreatif

sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

Keempat, mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif, seperti; (1) melakukan refleksi terhadap kinerja

sendiri secara terus-menerus, (2) memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka

peningkatan keprofesionalan, (3) melakukan penelitian tindakan kelas untuk

12
peningkatan keprofesionalan, (4) mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari

berbagai sumber.

Kelima, memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkomunikasi dan mengembangkan diri, seperti; (1) memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi, (2) memanfaatkan teknologi

informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri.

13
B. Kualitas Guru dan Sertifikasi Guru

1. Kualitas Guru

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan faktor utama yang

menentukan keberhasilan pembangunan bangsa. Kualitas pendidikan

memiliki arti bahwa lulusan pendidikan memiliki kemampuan yang sesuai,

sehingga dapat memberikan kontribusi yang tinggi bagi pembangunan.

Kualitas pendidikan, yang utama ditentukan oleh proses belajar mengajar.

Dalam proses belajar mengajar tersebut, guru memegang peran yang

penting, guru adalah kreator proses belajar mengajar, artinya seorang guru

harus mampu mengembangkan suasana bebas bagi siswa untuk mengkaji

apa yang menarik dan mampu mengekspresikan ide-ide dan kreativitasnya

dalam batas-batas normanorma yang ditegakkan secara konsisten.

Kualitas atau mutu adalah tingkat baik buruknya atau taraf atau

derajat, kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan

dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan. Guru merupakan jabatan atau profesi yang membutuhkan

keahlian khusus sebagai guru. Selain itu guru adalah tenaga pendidik yang

tugas utamanya mengajar, dalam arti mengembangkan ranah cipta, rasa dan

karsa siswa sebagai implementasi konsep ideal mendidik.

Karakteristik kepribadian guru meliputi: fleksibilitas kognitif dan

keterbukaan psikologis. Kita berharap guru mampu berkompetisi dan

bekerja secara professional. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai,

dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
14
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Guru

merupakan kunci dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Kompetensi

yang bersifat akademik bagi para Guru akan mendukung peningkatan

kualitas Guru dalam mengekspresikan ide, pemikiran, dan hasil

penelitiannya.

Tugas utama guru adalah mengembangkan potensi siswa secara

maksimal lewat penyajian mata pelajaran. Setiap mata pelajaran, dibalik

materi yang dapat disajikan secara jelas, memiliki nilai dan karakteristik

tertentu yang mendasari materi itu sendiri.

Ada beberapa cara untuk meningkatkan kualitas guru diantaranya,

a. Sekolah dan dinas pendidikan memberikan dan mengadakan

pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru yang belum memenuhi

standar sebagai guru atau pendidik profesional.

b. Teknologi Informasi dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya manusia dan secara otomatis dapat berpengaruh pada

peningkatan kualitas pendidikan itu sendiri. Hal ini disebabkan,

karena teknologi informasi dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu

pembelajaran dalam berbagai bentuk, seperti basis data, sistem pakar

atau multimedia/hipermedia. Dengan cara ini diharapkan guru dapat

memperoleh pengetahuan yang memadai untuk menjadi guru

profesional.

c. Peran serta pemerintah juga sangat diharapkan untuk meningkatkan

kualitas pendidikan dan kualitas guru di Indonesia, seperti

menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai tidak hanya untuk


15
daerah perkotaan, tetapi juga untuk di daerah terpencil. Memberikan

fasilitas pendidikan dan pelatihan bagi guru-guru yang belum

memenuhi standar sebagai guru professional.

d. Memberikan intensif atau tunjangan bagi guru baik guru PNS maupun

guru honorer di sekolah negeri ataupun swasta, sehingga guru dapat

hidup dengan layak dan merasa dihargai pekerjaannya.

Adapun kendala-kendala yang timbul dalam meningkatkan mutu dan

kualitas guru adalah:

a. Masih banyak guru yang memiliki kompetensi keilmuan dan

profesionalitas rendah dan memprihatinkan;

b. Masih banyak guru yang kurang terpacu dan termotivasi untuk

memberdayakan diri, mengembangkan profesionalitas diri dan

memuthakirkan pengetahuan mereka secara terus menerus dan

berkelanjutan;

c. Para guru umumnya masih kurang mampu menulis karya ilmiah

bidang pembelajaran, menemukan teknologi sederhana dan tepat guna,

membuat alat peraga pembelajaran, dan atau menciptakan karya seni,

dan hanya sedikit guru indonesia yang secara sungguh-sungguh,

penuh kesadaran diri untuk menjalin kesejawatan dan mengikuti

pertemuan–pertemuan untuk mengembangkan profesi.

Ketiga hal di atas setidaktidaknya merupakan bukti pendukung bahwa

mutu profesionalitas guru di Indonesia masih rendah. Kurang memuaskan,

bahkan memprihatinkan meskipun berbagai upaya pengembangan dan

peningkatan mutu profesionalitas sudah dilakukan oleh pemerintah. Upaya-


16
upaya yang sedang dilakukan pada saat ini adalah dengan melalui :

a. Sertifikasi guru adalah proses pemberian sertifikat pendidik kepada

guru. Sertifikat pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi

standar profesional guru. Guru profesional merupakan syarat mutlak

untuk menciptakan sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas.

Sertifikat pendidik adalah sebuah sertifikat yang ditandatangani oleh

perguruan tinggi penyelenggara sertifikasi sebagai bukti formal

pengakuan profesionalitas guru yang diberikan kepada guru sebagai

tenaga profesional.

b. Akreditasi sekolah kegiatan penilaian yang dilakukan oleh pemerintah

dan/atau lembaga mandiri yang berwenang. untuk menentukan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan pada jalur pendidikan

formal dan non-formal pada setiap jenjang dan jenis pendidikan,

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, sebagai bentuk

akuntabilitas publik yang dilakukan dilakukan secara obyektif, adil,

transparan, dan komprehensif dengan menggunakan instrumen dan

kriteria yang mengacu kepada Standar Nasional Pendidikan.

c. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem

pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Standar Nasional Pendidikan terdiri dari : Standar

Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, Standar Pendidikan

dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar

Pengelolaan, Standar Pembiayaan Pendidikan, dan Standar Penilaian

Pendidikan.

17
Berbagai upaya terobosan tengah dilakukan oleh pemerintah dewasa

ini berkaitan dengan mencari dan mengembangkan potensi-potensi yang

harus dikuasai oleh guru, yang bertindak sebagai Sumber Daya Manusia

yang menjembatani perlembengan ilmu pengetahuan serta teknologi yang

harus di transfer kepada peserta didik guna mengembangkan bakat, minat

serta potensi yang dimiliki peserta didik sehingga kelak kemudian hari

mampu mengisi kemerdekaan ini dengan berbagai potensi yang dikuasai

sehingga pembangunan pendidikan nasional dapat terwujud dengan

sempurna karena di isi oleh generasi muda yang berkualitas.

2. Sertifikasi Guru

Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru.

Sertifikat pendidik adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan

kepada guru sebagai tenaga profesional. Sertifikasi bagi guru prajabatan

dilakukan melalui pendidikan profesi di LPTK yang terakreditasi dan

ditetapkan pemerintah diakhiri dengan uji kompetensi. Sertifikasi guru

dalam jabatan dilakukan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidkan

Nasional Nomor 18 Tahun 2007, yakni dilakukan dalam bentuk penilaian

portofolio.

Tujuan sertifikasi guru adalah menentukan kelayakan guru dalam

melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, meningkatkan

profesionalisme guru Meningkatkan proses dan hasil pendidikan

Mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional.

18
C. Evaluasi Hasil Pembelajaran dan Mutu Sekolah

1. Pengertian Evaluasi Pembelajaran

Anas (1995:1) mengemukakan bahwa secara harfiah kata evaluasi

berasal dari bahasa Inggris: evaluation; dalam bahasa Arab: Al-Taqdir;

dalam bahasa Indonesia berarti: penilaian. Akar katanya adalah: value;

dalam bahasa Arab: Al-Qimah; dalam bahasa Indonesia berarti: nilai. James

and Roffe dalam Sharon, dkk (2010) berpendapat bahwa “evaluation is

comparing the actual and real with the predicted or promised” dimana perlu

adanya renungan atas apa yang dicapai dalam perbandingannya dengan apa

yang diharapkan. Definisi ini juga menggaris bawahi evaluasi bersifat

potensial subjektif, dimana individu yang berbeda cenderung memiliki

harapan yang beragam. Dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, ada tiga hal

yang saling berkaitan yaitu evaluasi, pengukuran dan tes. Menurut Gronlund

dalam Toto dan Cepi (2011:165) evaluasi adalah suatu proses yang

sistematis dari pengumpulan, analisis, dan inerpretasi informasi/data untuk

menentukan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.

Pengukuran adalah adalah suatu proses yang menghasilkan gambaran

berupa angka-angka mengenai tingkatan ciri-ciri khusus yang dimiliki oleh

individu (siswa). Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis untuk

mengukur suatu sampel perilaku.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa evaluasi lebih

bersifat komprehensif yang di dalamnya meliputi pengukuran, dan tes

sebagai suatu alat untuk melaksanakan pengukuran itu sendiri. Keputusan

evaluasi (value judgement) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran

19
(quantitative description), dapat pula didasarkan pada hasil pengamatan

(qualitative description). Baik yang didasarkan pada hasil pengukuran

maupun bukan pengukuran, pada akhirnya menghasilkan keputusan nilai

tentang suatu objek yang dinilai.

2. Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran

Jika ingin melakukan kegiatan evaluasi, maka guru harus mengetahui

dan memahami terlebih dahulu tentang tujuan dan fungsi evaluasi. Bila

tidak, maka guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan

melaksanakan evaluasi. Fungsi utama evaluasi dalam pembelajaran dapat

dikelompokkan ke dalam empat fungsi, yaitu :

a. Fungsi formatif

Evaluasi dapat memberikan umpan balik bagi guru sebagai dasar

untuk memperbaiki proses belajar mengajar dan mengadakan program

remedial bagi siswa yang belum menguasai sepenuhnya materi yang

dipelajari.

b. Fungsi sumatif

Evaluasi dapat mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap

materi pelajaran, menentukan angka nilai sebagai bahan keputusan

kenaikan kelas Adan laporan perkembangan belajar siswa serta dapat

meningkatkan motivasi belajar siswa.

c. Fungsi diagnostik

Evaluasi dapat mengetahui latar belakang siswa (psikologis,

fisik dan lingkungan) yang mengalami kesulitan belajar.

d. Fungsi seleksi dan penempatan

20
Yaitu hasil evaluasi dapat dijadikan dasar untuk menyeleksi dan

menempatkan siswa sesuai dengan minat dan kemampuan.

Evaluasi menurut syarat-syarat psikologis bertujuan agar guru

mengenal siswa selengkap mungkin dan agar siswa mengenal dirinya

seutuhnya. Di samping itu evaluasi juga berguna untuk mempertinggi hasil

pengajaran, karena itu evaluasi tidak bisa dipisahkan dari belajar dan

mengajar, dan intinya adalah evaluasi belajar dengan tujuan untuk

memperbaikinya. Evaluasi harus dilakukan oleh semua yang bersangkutan,

bukan hanya guru tetapi juga siswa. Maka tujuan evaluasi pembelajaran

meliputi:

a. Untuk melihat produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar mengajar

b. Untuk memperbaiki dan menyempurnakan kegiatan guru

c. Untuk memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program

belajar mengajar

d. Untuk mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa

selama kegiatan belajar dan mencarikan jalan keluarnya

e. Untuk menempatkan siswa dalam situasi belajar mengajar yang tepat

sesuai dengan kemampuannya.

3. Ruang Lingkup Evaluasi Pembelajaran Dalam Perspektif Domain

Hasil Belajar.

Menurut Benyamin S.Bloom, dkk (1956) hasil belajar dapat

dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan

psikomotor. Setiap domain disusun menjadi beberapa jenjang kemampuan,

mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang kompleks, mulai dari

hal yang mudah sampai dengan hal yang sukar, dan mulai dari hal yang

21
konkrit sampai dengan hal yang abstrak. Adapun rincian domain tersebut

adalah sebagai berikut :

a. Domain kognitif (cognitive domain). Domain ini memiliki enam

jenjang kemampuan, yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk dapat mengenali atau mengetahui

adanya konsep, prinsip, fakta atau istilah tanpa harus mengerti

atau dapat menggunakannya. Kata kerja operasional yang dapat

digunakan diantaranya: mendefinisikan, memberikan,

mengidentifikasi, memberi nama, menyusun daftar,

mencocokkan, menyebutkan, membuat garis besar, menyatakan,

dan memilih.

2) Pemahaman (comprehension), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk memahami atau mengerti tentang

materi pelajaran yang disampaikan guru dan dapat

memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-

hal lain. Kemampuan ini dijabarkan lagi menjadi tiga, yakni

menterjemahkan, menafsirkan, dan mengekstrapolasi. Kata kerja

operasional yang dapat digunakan diantaranya: mengubah,

mempertahankan, membedakan, memprakirakan, menjelaskan,

menyimpulkan, memberi contoh, meramalkan, dan

meningkatkan.

3) Penerapan (application), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk menggunakan ide-ide umum, tata

cara ataupun metode, prinsip dan teori-teori dalam situasi baru

22
dan konkrit. Kata kerja operasional yang dapat digunakan

diantaranya: mengubah, menghitung, mendemonstrasikan,

mengungkapkan, mengerjakan dengan teliti, menjalankan,

memanipulasikan, menghubungkan, menunjukkan,

memecahkan, menggunakan.

4) Analisis (analysis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menguraikan suatu situasi atau keadaan

tertentu ke dalam unsur-unsur atau komponen pembentuknya.

Kemampuan analisis dikelompokkan menjadi tiga, yaitu analisis

unsur, analisis hubungan, dan analisis prinsip-prinsip yang

terorganisasi. Kata kerja operasional yang dapat digunakan

diantaranya: mengurai, membuat diagram, memisah-misahkan,

menggambarkan kesimpulan, membuat garis besar,

menghubungkan, merinci.

5) Sintesis (synthesis), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara

menggabungkan berbagai faktor. Hasil yang diperoleh dapat

berupa tulisan, rencana atau mekanisme. Kata kerja operasional

yang dapat digunakan diantaranya: menggolongkan,

menggabungkan, memodifikasi, menghimpun, menciptakan,

merencanakan, merekonstruksikan, menyusun, membangkitkan,

mengorganisir, merevisi, menyimpulkan, menceritakan.

6) Evaluasi (evaluation), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan,

pernyataan atau konsep berdasarkan kriteria tertentu. Hal

23
penting dalam evaluasi ini adalah menciptakan kondisi

sedemikian rupa, sehingga peserta didik mampu

mengembangkan kriteria atau patokan untuk mengevaluasi

sesuatu. Kata kerja operasional yang dapat digunakan

diantaranya: menilai, membandingkan, mempertentangkan,

mengeritik, membeda-bedakan, mempertimbangkan kebenaran,

menyokong, menafsirkan, menduga.

b. Domain afektif (affective domain), yaitu internalisasi sikap yang

menunjuk ke arah pertumbuhan batiniah dan terjadi bila peserta didik

menjadi sadar tentang nilai yang diterima, kemudian mengambil sikap

sehingga menjadi bagian dari dirinya dalam membentuk nilai dan

menentukan tingkah laku. Domain afektif terdiri atas beberapa jenjang

kemampuan, yaitu:

1) Kemauan menerima (receiving), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena

atau rangsangan tertentu. Kepekaan ini diawali dengan

penyadaran kemampuan untuk menerima dan memperhatikan.

2) Kemauan menanggapi/menjawab (responding), yaitu jenjang

kemampuan yang menuntut peserta didik untuk tidak hanya

peka pada suatu fenomena tetapi juga bereaksi terhadap salah

satu cara. Penekanannya pada kemauan peserta didik untuk

menjawab secara sukarela, membaca tanpa ditugaskan.

3) Menilai (valuing), yaitu jenjang kemampuan yang menuntut

peserta didik untuk menilai suatu objek, fenomena atau tingkah

laku tertentu secara konsisten.

24
4) Organisasi (organization), yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk menyatukan nilai-nilai yang

berbeda, memecahkan masalah, membentuk suatu sistem nilai.

c. Domain psikomotor (psychomotor domain), yaitu kemampuan peserta

didik yang berkaitan dengan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya,

mulai dari gerakan yang sederhana sampai dengan gerakan yang

kompleks. Perubahan pola gerakan memakan waktu sekurang-

kurangnya 30 menit. Kata kerja operasional yang digunakan harus

sesuai dengan kelompok keterampilan masing-masing, yaitu :

1) Muscular or motor skill, yang meliputi: mempertontonkan

gerak, menunjukkan hasil, melompat, menggerakkan,

menampilkan.

2) Manipulations of materials or objects, yang meliputi:

mereparasi, menyusun, membersihkan, menggeser,

memindahkan, membentuk.

3) Neuromuscular coordination, yang meliputi: mengamati,

menerapkan, menghubungkan, menggandeng, memadukan,

memasang, memotong, menarik dan menggunakan.

Berdasarkan taksonomi Bloom di atas, maka kemampuan peserta

didik dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu tingkat tinggi dan tingkat

rendah. Kemampuan tingkat rendah terdiri atas pengetahuan, pemahaman,

dan aplikasi, sedangkan kemampuan tingkat tinggi meliputi analisis,

sintesis, evaluasi, dan kreatifitas.

25
D. Mutu Pendidikan

Dalam konteks pendidikan, mutu mengacu pada proses dan hasil

pendidikan. “Pada proses pendidikan, mutu pendidikan berkaitan dengan bahan

ajar, metodologi, sarana dan prasarana, ketenagaan, pembiayaan, lingkungan dan

sebagainya. Namun pada hasil pendidikan, mutu berkaitan dengan prestasi yang

dicapai sekolah dalam kurun waktu tetentu yang dapat berupa tes kemampuan

akademik, seperti ulangan umum, raport, ujian nasional, dan prestasi non-

akademik seperti dibidang olah raga, seni atau keterampilan”. Dikatakan pula

bahwa dalam konteks pendidikan, pengertian mutu mengacu pada masukan,

proses, keluaran, dan dampaknya. Adapun penjelasannya yaitu :

1. Mutu masukan dapat dilihat dari kondisi baik atau tidaknya masukan

sumber daya manusia, seperti kepala sekolah, guru, laboran, staf, dan siswa.

Memenuhi atau tidaknya criteria masukan material berupa alat peraga,

buku-buku, kurikulum, sarana prasarana, dan lain-lain. Memenuhi atau

tidaknya perangkat lunak pendidikan, seperti peraturan, struktur oeganisasi

dan deskripsi kerja. Mutu masukan yang berupa harapan, seperti visi,

motivasi, ketekunan serta cita-cita.

2. Mutu proses meliputi kemampuan sumber daya sekolah

mentransformasikan multijenis masukan dan situasi untuk mencapai derajat

nilai tambah tertentu bagi siswa. Seperti, kesehatan, kedisipilinan, kepuasan,

keakraban, dan lain-lain.

3. Mutu keluaran, yakni hasil pendidikan dipandang bermutu jika mampu

melahirkan keunggulan akademik (nilai) dan ekstrakurikuler (aneka jenis

26
keterampilan) pada peserta didik yang dinyatakan lulus untuk satu jenjang

pendidikan atau menyelesaikan program pembelajaran tertentu.

Dari pengertian dan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa mutu

pendidikan tidak hanya berada pada unsur masukan (input), tetapi juga proses,

kinerja Sumber Daya Manusia yang mengelola, kreatifitas dan produktifitas

meraka, terutama unsure keluaran atau lulusan (output) agar dapat memuaskan

dan memenuhi harapan serta kebutuhan masyarakat sebagai pelanggan

pendidikan.

Dengan menggunakan konsep sistem maka input, proses, dan output yang

ada dalam pendidikan memiliki hubungan yang saling mempengaruhi untuk dapat

mencapai kepuasan dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Nana Syaodih, dkk,

dalam bukunya “Pengendalian Mutu Pendidikan Sekolah Menengah (Konsep,

Prinsip Dan Instrument)”, mengemukakan prinsip-prinsip dalam peningkatan

mutu pendidikan, antara lain:

1. Kepemimpinan yang professional dalam bidang pendidikan.

2. Adanya komitmen pada perubahan.

3. Para professional pendidikan sebaiknya dapat membantu para siswa dalam

mengembangkan kemampuan-kemampuan yang dibutuhkanguna bersaing

didunia global.

4. Mutu pendidikan dapat diperbaiki jika adanya administrator, guru, staf,

pengawas sebagai professional pendidikan mengembangkan sikap yang

terpusat pada kepemimpinan, team work, kerja sama, akuntabilitas, dan

rekognisi.

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam usaha

peningkatan mutu seluruh elemen yang ada dalam suatu organisasi ikut terlibat

27
serta memiliki tugas, visi, misi yang sama.

28
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila di

bandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara lain. Hal-hal yang

menjadi penyebab utamanya yaitu efektifitas, efisiensi, dan standardisasi

pendidikan yang masih kurang dioptimalkan. Masalah-masalah lainya yang

menjadi penyebabnya yaitu:

1. Rendahnya sarana fisik,

2. Rendahnya kualitas guru,

3. Rendahnya kesejahteraan guru,

4. Rendahnya prestasi siswa,

5. Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

6. Rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan,

7. Mahalnya biaya pendidikan.

Adapun solusi yang dapat diberikan dari permasalahan di atas antara lain

dengan mengubah sistem-sistem sosial yang berkaitan dengan sistem

pendidikan, dan meningkatkan kualitas guru serta prestasi siswa.

B. Saran

Perkembangan dunia di era globalisasi ini memang banyak menuntut

perubahan kesistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing

secara sehat dalam segala bidang. Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa

Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah

dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.


29
Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia

yang terlahir akan semakin baik mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini

bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional.

30
DAFTAR PUSTAKA

Nuri, A. 2016. Mutu Pendidikan. http://digilib.uinsby.ac.id/6216/5/Bab%202.pdf.

Diunduh pada tanggal 12 Desember 2019 pukul 13.25 WIB.

Sukamto, Fauziyah Setiowati, dkk. Evaluasi Pembelajaran.

https://www.academia.edu/32786152/MAKALAH_EVALUASI_PEMBELAJAR

AN?auto=download. Diunduh pada tanggal 12 Desember 2019 pukul 13.00 WIB

Lestari, Nana Dian. Kompetensi Guru.

https://www.academia.edu/37110289/KOMPETENSI_GURU. Diunduh pada

tanggal 12 Desember 2019 pukul 12.00 WIB

Robandi, Babang. 2008. Sertifikasi Guru.

file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEDAGOGIK/196108141986031-

BABANG_ROBANDI/sergur_baleendah_Bbabang.pdf. Diunduh pada tanggal 12

Desember 2019 pukul 12.15 WIB

Dewi, Ni Waryan. 2017. Meningkatkan Kualitas Guru untuk Pendidikan yang Lebih

Baik.

https://www.researchgate.net/publication/315099931_MENINGKATKAN_KUA

LITAS_GURU_UNTUK_PENDIDIKAN_YANG_LEBIH_BAIK. Diunduh pada

tanggal 12 Desember 2019 pukul 12.30 WIB

31

Anda mungkin juga menyukai