Anda di halaman 1dari 6

Topik:

Mesin Palletizer

Berat Mesin 4,5 Ton. Ukuran Kaki adalah 77,2 x 77,2 cm , plat kaki dari baja tebal 3,3 cm . Mesin tsb akan
duduk di atas Plat baja dengan ukuran 98 x 98 cm. tebal plat 3 cm dibaut dengan baut sebanyak 16 baut.
Plat tsb diletakkan diatas lantai dengan achor M20 x 175 mm sebanyak 12 buh.

Awalnya tidak dibuat pondasi khusu, cukup dengan lantai setebal 20 cm, oleh karena anchornya panjang
17,5 cm maka kita buatka pondasi dengan tebal 40 cm. Konsep pondasi tsb tidak terpisah dengan
lantainya, tetap merupakan penebalan lantai, pondasi tsb dibuat ukuran 150 x 150 cm tebal 40cm dgn
tulangan D13-150 2 layer.

Jawaban :

Sebelum ditempatkan pada posisinya mesin Palletizer perlu dibuatkan pondasi (foundation). Hal
ini dimaksudkan untuk:

1. Menyangga seluruh berat generator set (wet weight)


2. Menjaga penjajaran (alignment) antara engine, alternator dan aksesoris lainnya
3. Mengisolasi vibrasi mesin terhadap struktur bangunan di sekelilingnya

Hal – hal yang perlu dipahami dalam mendesign ketebalan pondasi mesin (rotating equipment/RE)
adalah :

1. Kekuatan pondasi harus bisa menyangga seluruh berat basah ( wet weight) dari setiap
unit ditambah beban dinamisnya.
2. Dimensi panjang dan lebarnya melebihi setidaknya 300 mm (1 feet) dari skid base.
3. Ketebalan yang cukup untuk mencapai berat minimum dari berat basah mesin.

Untuk rekayasa keteknikan pondasi RE ini, referensi yang dipakai dari beberapa Code dan
Standard internasional misalnya:
ASME B 73.1 M, ACI 207.2R, ACI 318 dan ACI 318R, ACI 504, kemudian serial API seperti
API STD (610, 611, 612, 613, 616, 617, 618, 672, 674, 676, 677) & API RP 6869. Baik juga
ditambah ISO 2631-1 & 2631-2 dan PIP REIE 686 & PIP STC 01015.

Sedangkan untuk pemahaman lebih lanjut, referensi kepustakaan seperti Design of Structures
and Foundations for Vibrating Machines oleh Suresh C Arya, Michael O’Neill & George Pincus,
juga Foundation Engineering Handbook oleh Hans F Winterkon & Hsai Yang Fang, plus
Foundation Design for Vibration Machines oleh Suresh C Arya, Roland P Drewyer & George
Pincus.
Dalam mendesain pondasi untuk RE yang mengeluarkan vibrasi, menurut pendapat Suresh C
Arya, Michael O’Neill dan G Pincus bahwa pondasi akan mengalami akibat getaran seperti
berikut ini:

a. Vertical Excitation.
b. Horizontal Translation.
c. Rocking Exictation.
d. Torsional Excitation.
e. Coupled Horizontal Translation & Rocking Oscillation.

Dengan demikian, dalam mendesign harus mempertimbangkan bahwa bentuk/dimensi


dan massa pondasi serta daya dukung tanah harus benar-benar kuat untuk menahan akibat
getaran tersebut. Serta memperhitungkan faktor-faktor sekunder seperti kondisi sekeliling,
antisipasi lemahnya workmanship dari pekerja lapangan dan lain sebagainya

jika tidak ada/tidak bisa mendapatkan data analisa dinamis (dynamic analysis) dari RE, maka
langkah berikut ini bisa kita pergunakan:

a. Struktur pendukung atau pondasi untuk RE CENTRIFUGAL yang mengeluarkan output


KURANG dari 500 HP (horse power), maka berat pondasi didesain tidak boleh kurang dari 3
(tiga) kali dari berat RE secara keseluruhan. Terkecuali jika ada pemberitahuan lain dari pabrik
pembuatnya.
b. Sedangkan untuk RE RECIPROCATING yang mengeluarkan output KURANG dari 200 HP,
maka berat pondasi didesain tidak boleh kurang dari 5 (lima) kali dari berat RE secara
keseluruhan. Terkecuali jika ada pemberitahuan lain dari pabrik pembuatnya.

Perbandingan rasio massa 3:1 dan 5:1 ini juga merupakan nilai empiris yang telah lama dipakai
perbandingan untuk massa pondasi terhadap massa RE/mesin. Tentu saja nilai perbandingan
tersebut bisa kita ubah menjadi lebih kecil dan tentu saja harus dibarengi dengan perhitungan dan
bukti terapan dilapangan yang cukup.
Dan meskipun pendekatan dengan metode ini merupakan best practice terhadap rule of thumb,
sebaiknya pada pendesainan tetap dilakukan analisa dinamis untuk memprediksi perilaku
pondasi akibat RE.

Patut dipertimbangkan bahwa untuk penempatan/lokasi pondasi RE haruslah terpisah dari


pondasi dan bangunan lain. Dasar pemikirannya adalah massa pondasi RE maupun efek getaran
yang dihasilkan akan memberikan stress/tekanan pembebanan terhadap pondasi dan bangunan
disampingnya dan ataupun sebaliknya jika tidak ada pemisahan.

Berbicara tentang jarak pemisahan pondasi RE terhadap struktur lain disampingnya, saya
merekomendasikan lebar ruang antara (space) minimal sebesar 2,5 kali lebar pondasi berukuran
terkecil.
Nilai ini dianggap sebagai best practice serta karena stress yang diderita tanah dibawah
struktur/pondasi lain (pada jarak ruang antara tersebut) tidak akan menimpa tanah dibawah
pondasi RE dan sebaliknya. Pada jarak tersebut juga, dapat dihindarkan akibat negative dari
transmisi amplitudo getaran yang merugikan lewat tanah disekeliling.
Tetapi, jika nilai jarak antar tersebut tidak bisa diterapkan karena keterbatasan ruang,
maka diperlukan perhitungan teknis yang dapat memberikan indikasi bahwa transmisi amplitude
getaran masih dapat diterima. Bisa juga dipertimbangkan opsi menggunakan softboard (misalnya
gabus/Styrofoam atau bahan yang tidak rigid) atau menggunakan lapisan slurry (campuran
semen) yang dibuat seperti dinding atau bahkan sheetpiles yang diletakkan diantara pondasi yang
berdekatan. Opsi-opsi diatas tergantung dari hasil perhitungan amplitudo getaran dan perilaku
tanah.

Jika pondasi RE ini terletak diarea paving/pavement atau disekeliling slab beton, maka perlu pula
diberikan isolation joint disekeliling pondasi. Untuk penerapan isolation joint ini disarankan
lebar minimum 12 mm dan kedalaman sekitar 20 mm dan material adalah sesuai penggunaan
yaitu jenis material untuk expansion joint. Untuk itu, ACI 504R (Guide for Sealing Joints in
Concrete Structures) bisa dijadikan rujukan.

Dalam menentukan seberapa kedalaman yang layak dari suatu pondasi RE dari muka tanah
khususnya untuk pondasi berbentuk blok, ada beberapa pendapat misalnya minimum 50% dari
tebal pondasi yang harus tertanam dalam tanah. Ada juga yang berpendapat minimum 80%.

Saya pribadi lebih memilih nilai 80 % dengan pertimbangan faktor penambahan keamanan
stabilitas pondasi atas getaran yang bakal diterima. Menurut saya, dengan berkedalaman lebih
juga akan meningkatkan ketahanan lateral dan rasio-rasio peredam untuk semua mode vibrasi.

Menyikapi perihal tentang tanah, perlulah dipahami kaitan pondasi yang kita desain dengan
tekanan daya dukung tanah. Untuk pondasi dangkal, meskipun kita sudah mendesain pondasi
pendukung sebaik mungkin namun itu semua bakal tidak terpakai jika tanah sebagai pendukung
pondasi tidak cukup baik kualitasnya, terutama daya dukung.
Untuk itu, diperlukan tindakan uji soil investigation, kecermatan dalam membaca hasilnya,
kemudian kecermatan dalam menerapkannya dalam desain. Pemeriksaan terhadap kecukupan
kuat tanah dalam kemampuan kapasitas daya dukung statis dan pertimbangan besar penurunan
(settlement) perlulah dilakukan.
Termasuk juga efek pembebanan dinamis terhadap tanah dan jika diperlukan, perlakuan lanjutan
untuk meningkatkan kapasitas daya dukung dapat saja dilakukan. Banyak metoda yang dipakai,
salah satunya seperti metoda dynamic compaction atau dynamic replacement Beberapa patokan
untuk daya dukung ijin tanah yang dapat dipertimbangkan adalah:

a. Untuk system pondasi high-tuned: tekanan daya dukung tanah tidak melebihi 50% dari
tekanan daya dukung ijin yang diperbolehkan terhadap beban statis.
b. Untuk system pondasi low-tuned: tekanan daya dukung tanah tidak melebihi 75% dari tekanan
daya dukung ijin yang diperbolehkan terhadap beban statis.
Sebagai catatan, daya dukung ijin (Q all) untuk pondasi RE berat haruslah dikurangi. Hal ini
perlu dilakukan untuk menyediakan lebih besar safety factor terhadap kemungkinan penurunan
(settlement) akibat getaran.

Bagaimana dengan penentuan ketebalan minimum? Disamping kita bisa mendapat masukan
pertimbangan atas perbandingan berat dari rasio 3:1 atau 5:1, lebih spesifik dalam menentukan
ketebalan pondasi minimum adalah azas:
0.60 + L/30 (dalam satuan meter).
Misalnya:
Direncanakan panjang (L) pondasi = 1,50 meter maka ketebalan minimum adalah 0.60 + 1,5
m/30 = 0.605 m.
Faktor lain yang patut dipertimbangkan adalah jika ada anchor bolt yang harus ditanam kedalam
pondasi maka meskipun ketebalan minimum sudah terpenuhi dengan azas diatas, ketebalan harus
mengakomodasi panjang anchor bolt tertanam plus ketebalan sekitar minimum 100 mm diatas
lapisan tulangan terbawah.

Untuk lebar minimum, secara teknis nilai berikut ini dapat dipakai yaitu paling tidak 1,5 kali
jarak vertical dari dasar ke garis tengah RE dan tambahkan lebar mimimum dengan area bebas
(jarak ke tepi beton) dari base plate/mounting plate/skid RE yaitu 100 mm kesegala arah.
Jadi misalnya lebar skid 1000 mm maka lebar pondasi disarankan 1000 mm + 100 mm (kiri) +
100 mm (kanan) = 1200 mm.
Mengapa? Hal ini untuk mengantisipasi jika terjadi retak pinggir yang sering terjadi karena
kekurang cermatan pekerja lapangan dalam mengkonstruksi pondasi dan jarak 100 mm ini
dipandang cukup mengakomodasi sudut tekanan yang tercipta dari skid.

Bagian penulangan dan pembetonan.


Penulangan diperlukan untuk menahan gaya-gaya dalam dan momen yang relatif kecil dalam
suatu pondasi berbentuk blok disebabkan oleh ukuran pondasi yang masif. Untuk itu, minimum
jumlah tulangan yang diperlukan lebih banyak diperlukan untuk mengantisipasi penyusutan dan
temperatur beton.
Di ACI 318 memang tidak secara spesifik menyebutkan kebutuhan tulangan minimum untuk
pondasi blok, tetapi pemakaian nilai 0,0018 (sebagai A min tulangan) dikalikan luasan arah
melintang beton dapat dipergunakan sebagai panduan.

Pengecualian terhadap nilai tersebut dapat kita lihat di ACI 207.2R jika ketebalan pondasi
ternyata setelah kita hitung melebihi 1,2 meter. Dimana ketebalan tersebut kita perlukan lebih
pada faktor kestabilan, kekakuan dan peredaman akibat getaran serta untuk mengakomodasi
panjang anchor bolt, maka disarankan tulangan minimum memakai diameter 22 mm dengan
jarak maksimum tulangan 200 mm.

Sedangkan jika kita harus menggunakan pier (pengertian ini beda dengan table top), maka
jumlah tulangan minimum yang harus disediakan di pier adalah tidak boleh kurang dari 1%
tetapi tidak boleh lebih dari 8% dikalikan luasan potongan melintang beton. Jika
mempergunakan pedestal, maka tulangan minimum tidak boleh kurang dari ½%.

Untuk pondasi dengan ketebalan minimum 500 mm, maka haruslah disediakan tulangan susut
dan penahan temperature beton sesuai ACI 318. Untuk nilai ED dalam menghitung kekakuan
beton, kita memakai:
ED (dalam satuan MPa) = 6560 x kuat tekan beton berpangkat 0,5 (setengah).
Kuat tekan beton disarankan minimum 28 MPa (atau sekitar 4000 psi). Perlu dipahami nilai
modulus dinamis elastisitas harus lebih tinggi dari modulus statis.
Bagaimana dengan eksentrisitas pondasi dengan RE yang berporos horizontal?
Kita tahu bahwa eksentrisitas dapat menimbulkan gaya tidak seimbang yang berujung pada
penambahan momen. Untuk itu perlulah kita batasi besaran eksentrisitas tersebut. Alasannya
adalah untuk meminimalisasi momen-momen sekunder yang bisa saja secara signifikan
mempengaruhi frekwensi natural dari pondasi. Misalnya pondasi dimaksudkan untuk mampu
menahan gaya tidak seimbang vertical dimana gaya tidak segaris dengan titik pendukung elastis,
yang dimana gaya tersebut menghasilkan tambahan gaya putar (rotation) terhadap vertical
displacement.
jika kita tidak menetapkan batasan eksentrisitas yang diijinkan maka dikhawatirkan (momen
sekunder plus momen utama) akan mengakibatkan 2 jenis frekwensi natural yang mungkin saja
secara significant berbeda dengan azas tunggal frekwensi natural dalam satu system pondasi.

Ada beberapa batasan yang saya anut dalam menentukan nilai eksentrisitas ijin.
Yaitu, untuk eksentrisitas horizontal, tegak lurus terhadap bantalan poros (bearing axis), antara
titik pusat garis berat pondasi dan pusat area kontak tanah tidaklah boleh melebihi nilai 0,05
dikalikan lebar pondasi. Sedangkan jika searah/parallel dengan bantalan poros, maka tidak boleh
melebihi 0,05 dikalikan panjang pondasi.
Jika kita menggunakan pier atau pedestal, maka penerapan nilai tersebut juga harus disesuaikan
plus pertimbangan terhadap center of gravity dari RE. Diatas semua itu, saya menyarankan, jika
dimungkinkan, sebaiknya hindarilah eksentritas. Sedapat mungkin.

Dengan melihat jenis mesin yaitu Mesin pallitizer yang diasumsikan beban dinamisnya kecil,
maka Perhitungan ketebalan mesin adalah:

Tebal pondasi =

Catatan: perbandingan concrete cement: sand: aggregate adalah 1:2:3

Berat basah Mesin Palletizer 4500 kg. Panjang skid base= 1500 mm, lebar skid base 1500 mm.
Maka ketebalan dari pondasi adalah:

Tebal pondasi= = 832.29 mm dibulatkan menjadi 850 mm

Penulangan pondasi mesin =

1000 ( 1 m panjang)

((0,002 x 1000 x (tebal pondasi x (1000 – 50 ) / ( 0,25 x π x Diameter tulangan 2))

Didapat tulangan D 16 – 100

Kuat tekan beton si sarankan K-350 atau 28 Mpa

Anda mungkin juga menyukai