Anda di halaman 1dari 6

Muslim Yang Jahat dan Kafir Yang Ramah

Saudaraku yang dirahmati Allah, begitu beragam manusia yang ada di


sekitar kita. Ada yang muslim, ada yang kafir. Ada yang baik, dan ada
yang jahat. Penerapan aqidah al wala wal baraa yang telah kita pelajari
sebelumnya juga berbeda-beda tergantung jenis orangnya. Ada yang kita
berikan al wala (cinta dan loyalitas) secara mutlak. Ada yang kita
berikan al baraa (sikap benci dan tidak memihak) secara mutlak. Dan
ada yang kita berikan al wala di satu sisi, tetapi kita berikan al baraa di
sisi yang lain.

Semua mukmin adalah wali Allah

Imam Abu Ja’far Ath Thahawi rahmatullah ‘alaihi mengatakan, “Semua


orang yang beriman adalah wali-wali Ar Rahman, Allah. Yang paling
mulia diantara mereka adalah yang paling taat dan paling mengikuti Al
Qur’an” (Aqidah Ath Thahawiyyah)

Ini adalah sebuah prinsip penting. Pada dasarnya, semua orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya adalah wali (kekasih) Allah. Dan
Allah adalah wali (pelindung) bagi orang yang beriman. Allah Ta’ala
berfirman,

‫ِل الهذين آمنوا ُُي يرجهم يمن الظُّلُ ي‬


‫مات إي ََل النّوير‬ َ ُُ َ َ ُّ ‫اَّللُ َوي‬
‫ه‬
“Allah adalah wali (Pelindung) orang-orang yang beriman. Dia
mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman)”
(QS. Al Baqarah : 257)

Kemudian, orang yang beriman adalah wali bagi saudaranya seiman.


Allah Ta’ala berfirman,

‫عض ُهم أَوليياءُ بَعض‬


ُ َ‫نات ب‬
‫ي‬ ‫ي‬
ُ ‫َواملُؤمنو َن َواملُؤم‬
“Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian
mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain” (QS. At
Taubah : 71)

Oleh karena itu, pada dasarnya setiap orang yang beriman berhak
mendapatkan sikap al wala dari kita selaku saudaranya seiman.

Hanya saja, kadar al wala yang diberikan tentu berbeda-beda


tergantung kualitas keimanannya. Semakin tinggi keimanannya,
semakin besar porsi al wala yang berhak ia dapatkan dari saudaranya.
Sebaliknya, semakin rendah keimanannya, semakin rendah pula bagian
dari al wala yang berhak ia terima. Selama ia beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya, dipastikan ada bagian dari al wala yang harus kita berikan
sebagai saudaranya sesama muslim.

Tiga golongan manusia dalam al wala wal baraa

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahmatullah ‘alaihi menjelaskan,


“Seorang mukmin wajib membenci karena Allah dan mencintai karena
Allah. Jika ada saudaranya sesama mukmin, ia wajib mencintainya
meskipun saudaranya tersebut menzhalimi dirinya, karena kezhaliman
semata (selama bukan kekafiran –pent) tidaklah menghilangkan rasa
cinta yang dilandasi keimanan. Allah Ta’ala berfirman,

‫نني اقتَ تَلوا فَأَصليحوا بَينَ ُهما‬ ‫ي يي ي‬


َ ‫َوإين طائ َفتان م َن املُؤم‬

“Dan kalau ada dua golongan dari mereka yang beriman itu berperang
hendaklah kamu damaikan antara keduanya” (QS. Al Hujurat : 9)

Pada ayat di atas, Allah masih menganggap kedua golongan tersebut


bersaudara (karena iman) padahal saling berperang dan melampaui
batas, serta memerintahkan untuk mendamaikan keduanya.

Renungkanlah, seorang mukmin wajib dicintai meskipun ia


menzhalimimu dan semena-mena terhadapmu. Dan orang kafir wajib
dibenci meskipun ia memberimu (dunia) dan berbuat baik kepadamu.

Apabila dalam diri seseorang terkumpul dua perkara : kebaikan dan


keburukan, maksiat dan ketaatan, sunnah dan bid’ah, maka ia berhak
mendapatkan kecintaan, loyalitas, dan balasan baik sesuai kadar
kebaikan yang ada pada dirinya. Dan ia juga berhak mendapatkan
permusuhan dan hukuman sesuai kadar keburukan yang ada pada
dirinya.” (Majmu’ Fatawa, 28/208-209, dinukil dari Al Wala wal Bara fil
Islam, hal. 134-135)

Kesimpulannya, ada tiga golongan manusia dalam implementasi akidah


al wala wal baraa :
1. Orang yang diberikan cinta dan loyalitas secara penuh, yaitu
mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, menjalankan
syariat Islam dan prinsip beragama baik secara ilmu maupun
keyakinan.
2. Orang yang diberikan cinta pada satu sisi, namun dibenci dari sisi
yang lain, yaitu seorang muslim yang mencampur amalan
shalihnya dengan amalan keburukan. Ia dicintai dan dibela sesuai
dengan kadar kebaikan yang ada pada dirinya. Dan ia dibenci dan
dimusuhi sesuai kadar keburukan yang ada pada dirinya.
3. Orang yang dibenci secara penuh, yaitu orang yang ingkar kepada
Allah, tidak beriman kepada malaikat-Nya, kitab-Nya, rasul-Nya,
hari kiamat, dan takdir baik maupun buruk, dan orang yang
berbuat syirik kepaa Allah.

(Diringkas dari Al Wala wal Bara fil Islam, hal. 135-136)

Muslim yang jahat dan kafir yang ramah

Adalah sebuah realita, bahwa di dunia ini ada yang muslim namun jahat,
dan ada yang kafir, namun ramah dengan orang sekitarnya. Pemahaman
terhadap akidah al wala wal baraa yang benar akan mengantarkan kita
berinteraksi dengan benar kepada dua golongan tersebut. Adapun
muslim yang taat dan kafir yang pongah, sudah jelas bagaimana sikap
kita. Kita mencintai dan loyal terhadap muslim yang taat secara total.
Dan kita membenci dan memusuhi kafir yang pongah secara total.

Muslim yang jahat, kita berikan padanya kecintaan dan loyalitas sesuai
dengan kadar keimanan yang ada pada dirinya. Di sisi lain, kita
membenci dan berlepas diri dari segala macam maksiat yang ia
kerjakan. Statusnya sebagai saudara sesama muslim tidaklah membuat
kita melegalkan perbuatan maksiat dan pelanggarannya terhadap
syariat Allah. Sebab, kita mencintai dirinya karena Allah, karena ia masih
beriman kepada Allah. Dan kita membenci maksiatnya, sebab Allah
membenci maksiat yang dilakukan seorang hamba. Cinta dan benci
karena Allah.

Kafir yang ramah, kita membenci dan tidak memihak dirinya karena
kekafiran yang ada padanya. Sebab, Allah membenci kekafiran. Bahkan,
kekafiran adalah dosa yang tidak akan Allah ampuni apabila pelakunya
belum bertaubat sebelum meninggal. Karenanya, kita membencinya
karena dia telah menentang Allah dan Rasul-Nya. Adapun kebaikan-
kebaikan yang dia berikan, maka kita sepatutnya berterima kasih dan
membalas kebaikan tersebut. Allah Ta’ala berfirman,

‫ذين ََل يُقاتيلوُكم يِف ال ّدي ين َوََل ُُي يرجوُكم يمن يداي يرُكم أَن‬‫ه‬
َ ‫اَّللُ َع ين ال‬
‫ال يَنها ُك ُم ه‬
‫اَّلل ُيُي ُّ ي‬ ‫ي ي ي ي‬
‫طني‬
َ ‫ب املُقس‬ َ‫وهم َوتُقسطوا إلَيهم ۚ إ هن ه‬
ُ ‫تَبَ ّر‬
“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil
terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak
(pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al Mumtahanah : 8)

Namun, itu tidak akan membuat kita mencintainya sama sekali sampai
ia mau beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Semoga sikap baik kita
kepadanya secara zhahir (secara lahir) tersebut mampu membuka pintu
hatinya menuju hidayah Islam.

Wabillaahit taufiq wal hidayah.

Anda mungkin juga menyukai