Anda di halaman 1dari 4

BAHAN AJAR

MUTU BENSIN DAN DAMPAK


PEMBAKARAN HIDROKARBON

KELAS XI SEMESTER 1
Bilangan Oktan Bensin
Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang bersifat paling komersial dan
banyak diproduksi karena dibutuhkan oleh banyak manusia. Bensin adalah campuran
isomer-isomer heptana dan oktana. Bensin merupakan fraksi minyak bumi yang
jumlahnya relatif sedikit. Oleh karena itu, selain melalui proses distalasi bertingkat
minyak mentah, bensin juga diperoleh melalui proses kertakan (cracking) atau
pemutusan hidrokarbon yang mempunyai rantai panjang menjadi hidrokarbon berantai
pendek.
Bensin akhir-akhir ini
menjadi perhatian utama karena
pemakaiannya untuk bahan bakar
kendaraan bermotor sering
menimbulkan masalah. Kualitas
bensin ditentukan oleh bilangan
oktan, yaitu bilangan yang
menunjukkan jumlah isooktan dalam
bensin.
Campuran hidrokarbon yang digunakan sebagai standar untuk membandingkan
kualitas bensin adalah n-HEPTANA dan ISOOKTANA (2,2,4-trimetil-pentana).
Contoh:
Suatu bensin premium diketahui memiliki bilangan oktan sebesar 80. Komposisi
hidrokarbon standar yang dimilikinya adalah

20% n-heptana dan 80% isooktana


Semakin tinggi bilangan oktan, semakin baik kualitas bensin tersebut.
Penambahan zat aditif ke dalam bensin bertujuan untuk mengurangi ketukan dan
meningkatkan bilangan oktan. Zat aditif yang ditambahkan ke dalam bensin biasanya
adalah TEL (Tetra Etyl Lead atau tetra etil timbal), rumus molekulnya adalah

[(CH3CH2)4Pb], dengan struktur molekul adalah sebagai berikut:

Tetra etil timbal—TEL


Penggunaan TEL dalam bensin akan segera dihentikan karena menimbulkan
pencemaran udara yang sangat parah, terutama karena pembuangan logam berat timbal
(Pb) yang dapat merusak sistem peredaran darah. Untuk menanggulanginya saat ini
telah dikembangkan penggunaan MTBE (metil tersier butil eter), metanol, dan etanol.

Dampak Pembakaran Hidrokarbon


Pembakaran bahan bakar mempunyai dampak negatif. Adanya TEL dalam
bensin selain memeri kenyamnan juga dapat membahayakan bagi tubuh manusia. Pada
saat terjadi proses pembakaran bahan bakar, partikel-partikel timbal pada TEL
dibebaskan ke udara. Akibatnya, udara menjadi tercemar. Partikel-partikel timbal dapat
terhirup ,anusia saat bernapas. Timbal akan terakumulasi dalam tubuh dan dapat
mrngakibatkan beberapa gangguan seperti kerusakan sum-sum tulang belakang, sel
otak, iritasi daluran pernapasan dan gangguan kerja enzim. Saat ini penggunaan TEL
untuk meningkatkan nilai oktan sudah dilarang. Selanjutnya, TEL diganti dengan metil
tersier butil eter (MTBE), metanol, etanol, viscon dan tersier butil akhohol .
Bensin dan bahan bakar lain,
baik bertimbal maupun tidak
merupakan sumber utama polutan di
udara. Asap buangan pada
pembakaran ensin merupakan
sumber utama gas karbon
monoksida (CO) yang berancun. Gas
CO dihasilkan dari pembakaran
tidak sempurna. Pembakaran tidak
sempurna terjadi jika jumlah gas O2
dalam ruangan pembakaran atau ruang mesin kendaraan tidak mencukupi. Gas CO
dapat berikatan kuat dengan hemoglobin dalam darah. Daya ikat CO terhadap
hemoglobin dua ratus lebih kuat dari pada O2. Oleh karena itu, jika kita menghirup
udara yang mengandung O2 dan CO maka kedua gas tersebut akan saling berusaha
untuk dapat berikatan dengan hemoglobin dan CO akan berikatan terlebih dahulu
dengan hemoglobin sehingga O2 di dalam darah sedikit. Kondisi ini mengakibatkan
tubuh kekurangan oksigen untuk prose metabolisme sel-sel sehingga timbul rasa pusing,
muntah, pingsan, bahkan kematian.
Pembakaran energi fosil
seperti minyak bumi dan batu
bara, selain menghasilka
energi juga meepaskan gas-
gas seperti karbon dioksida
(CO2), sulfur dioksida (SO2),
dan nitorgen oksida (NOx).
Gas-gas yang dihasilkan dari
proses pembakaran ini mengakibatkan pencemaran udara, hujan asam, smog (kabut
asap), dan pemanasan global.
Emisi gas-gas hasil
pembakaran ke udara
mengakibatkan kenaikan
kadar gas rumah kaca (CO2,
uap air, metan dan CFC) di
atmosfer sehingga terjadi
eningkatan efek rumah kaca
dan global warming.
pelepasan gas SO2 ke udara
akan membentuk asam sulfat (H2SO4 ) jika bereaksi dengan uap air di awan. Gas NOx
yang dilepasjan ke udara dapat bereaksi dengan uap air dalam awan dan membentuk
asam nitrat (HNO3). HNO3 dan H2SO4 merupakan asam kuat. Apabila awan berubah
menjadi hujan, air huja tersebut akan bersifat asam. Huja ini dikenal dengan nama hujan
asam. Hujan asam mengakibatkan perairan dan tanah menjadi asam serta
mengakibatkan kerusakan bangunan. Selain mengakibatkan hujan asam, tingginya
kadar SO2 dan NOx di udara megakibatkan terjadinya smog atau kabut asap. Kabut asap
menghalagi jarak pandang dan menimbulkan penyakit ISPA.

Anda mungkin juga menyukai