ASUAHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS Barangkali Bisa Jadi Petunjuk Pertama
ASUAHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS Barangkali Bisa Jadi Petunjuk Pertama
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi traktus urinarius (UTI) disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam
traktus urinarius dengan atau tanpa disertai tanda dan gejala. Tempat yang sering mengalami
infeksi adalah kandung kemih (sistisis), tepi uretra ( uretritis), prostat (prostatitis), dan ginjal
(pielonefritis) juga dapat terkena, normalnya traktus urinarius diatas uretra adalah steril. (Bunner
and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1428)
Pielonefritis merupakan infeksi bakteri piala, tubulus dan jaringan interstisial dari salah
satu atau kedua ginjal. Bakteri mencapai kandung kemih melalu uretra dan naik ke ginjal.
Meskipun ginjal menerima 20% sampai 25% curah jantung bakteri jarang yang mencapai ginjal
melalui aliran darah, kasus penyebaran secara hematogen kurang dari 3%. (Bunner and suddarth,
2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1436-1437)
Kehamilan dan gangguan neurologi juga meningkatkan UTI karena kondisi ini
menyebabkan pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap dan stasis urin. (Bunner and
suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1428)
Infeksi ginjal adalah komplikasi medis paling serius pada kehamilan, terjadi pada sekitar
2% wanita dan merupakan penyebab utama syok septic. Insiden populasi bervariasi dan
bergantung pada prevalensi bakteriuria asimtomatik dan apakah keadaan tersebut diobati. Pada
sebagian besar wanita infeksi disebabkan oleh bakteri yang naik dari saluran kemih bawah
dipermudah oleh statis urin akibat adaptasi kehamilan. (Kenneth J. Leveno, 2009. Obstetri
Williams)
Kejadiannya sekitar 1-2½ % dari ibu hamil, dengan kemungkinan kambuh sekitar 10-
18%. Bakteri penyebabnya sama dengan bakteriuria asimptomatis, urethritis akut oleh karena
sebagian besar bersifat infeksi asenden. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah
Obstetri hal. 636)
Kejadian pielonefritis akut berulang dapat mengarah pada pielonefritis kronik (nefritis
interstisial kronis). Bukti menunjukkan bahwa pielonefritis kronis jarang menyebabkan gagal
ginjal kronik, komplikasi pielonefritis kronik mencakup gagal ginjal tahap akhir (akibat
penurunan fungsi nefron sekunder akibat inflamasi dan pembentukan jaringan parut), hipertensi,
dan pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronis dengan organism pemisah urea,
mengakibatkan pembentukan paru). (Baughman, 2001. Keperawatan Medikal Bedah: Buku saku
untuk Bunner and suddarth )
B. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas kelompok pada mata kuliahsistem
perkemihan dan untuk meningkatkan pengetahuan penulis dalam memahami asuhan
keperawatan klien dengan pielonefritis
C. Manfaat
1. Dapat memahami konsep pielonefritis yang menyerang organ ginjal
2. Dapat memahami patofisiologi gambaran penyakit pielonefritis secara menyeluruh
3. Dapat memahami asuhan keperawatan pada klen dengan pielonefritis
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan fisiologi
Ginjal adalah sepassang organ retroperitoneal yang integral dengan hemostasis tubuh
dalam mempertahankan keseimbangan,termasuk keseimbangan fisika dan kimia. Ginjal
menyekresi hormon dan enzim yang membantu pengaturan produksi eritrosit, tekanan
darah,serta metabolisme kalsium dan fosfor. Ginjal membuang sisa metabolisme dan
menyesuaikan ekskresi airdan pelarut. Ginjal mengatur volume cairan tubuh ,asiditas, dan
elektrolit sehingga mempertahankan komposisi cairanyang normal.
Ginjal terletak dibelakang peritoneum perital (retro-peri-toneal), pada dinding abdomen
posterior. Ginjal juga terdapat di kedua sisi aorta abdominal dan venaa kava inferior. Hepar
menekan ginjal kanan kebawah sehingga ginjalkanan lebih rendah dari pada ginjal kiri. Setiap
ginjal ddikelilingi dengan lemak perinefritik yang dapat melindungi ginjal dari trauma. Di bagian
atas setiap ginjal terdapat kalenjer adrenal. Renal fasia dan organ sekitar membantu
mempertahankanginjal di tempatnya.pada bagian medial setiap ginjal, terdapat cekungan yang di
sebut hilum. Arteri renal dan saraf memasuki ginjal melalui hilum, sedangkan vena renal
,saluran limfa,dan ureter keluar dari ginjal juga melalui hilum. Jika ginjal membelah membujur,
akan tanpak korteks dan medula. Sebagian besr nefron (unit fungsional ginjal) terdapatpada
korteks. Bagian tengah ginjal adalah renal medula yang terdiri atas 8-10 piramid.
Sebelum basuk ginjal, ureter melebar dan membentuk pelvis gginjal. Kemudian, pelvis
ginjal bercabang danmembentuk 2-3kaliks mayor. Setiapkaliks mayor bercabang menjadi
beberapa kaliks minor. Kaliks minor inilah yang mmengumpulkan urine yang kkeluar dari
tubulus koligentes.
Nefron merupakan unit fungsional ginjal. Setiap ginjal berisisi sekitar satuu juta nefron.
Terdapat dua nefron , yaitu kortikal dan juksta medular.delapan puluh limaa persen dari semua
nefron terdiri atasnefron kortikal, sedangkan 15% terdiri atas juksta medular. Kedua macam
nefron ini diberi nama sesuai dengan letak glumerulinya dalam renal parenkim. Nefron kortikal
berperan dalam konsentrasi dan dilusi urine.struktur nefron yang berkaitan dengan proses
pembentukan urine adalah korpus,tubulus renal, dan tubulus koligentes.korpus ginjal terdiri
ata glomerulus dan kapsul bowman yang membentuk ultrafiltrat dari darah.tubulus renal terdiri
atas tubulus kontortus proksimal, ansa henle, dan tuubulus kontortus distal. Ketiga
tubulus renal ini berfungsi dalam reabsorpsi dan sekresi dengan mengubah volume dan
komposisi ultrafiltrat shingga terbentuk produk akhir,yaitu urine.
Gambar 1.1
Ginjal berubah organ yang sangat vaskular (kaya pembulu darah) dan mampu
menerima 20% curah jantung dalam keadaan istirahat .ginjal mendapat suplai darah arteri dari
ortaabdominal. Arteri renalis bercabang kemudian membentuk arteri lobaris yang memberi
suplai darah pada setiap piramid. Arteri lobaris ini kembali bercabang agar darah dapat bergerak
dengan efisien melalui setiap nefron. darah masuk kedalam glumerulus melalui arteriol aferen
dan keluar melalui arteri eferen. Kemudian, darah mengalir melalui kapiler peritubular yang
mengelilingi tubula nefron. Akhirnya, darah dalam kapiler peritubular masuk ke dalam venula
dan darah di kembalikan kedalam sisitem sirkulasi sistem vena ginjal.
Kedua ureter merupakan kelanjutan dari pelvis ginjal dan membawa urine ke dalam kandung
kemih, khususnya ke area yang trigon.trigon adalah area segitiga atas lapisanmembran
mukusyang dapat berfungsi sebagia katub untuk menghindari refluks urine ke dalam ureter
ketika kandung kemih berkontraksi.
Fungsi ginjal
1. Mengatur volume dan osmolalitascairan tubuh.
2. Mengatur keseimbangan elektrolit.
3. Mengatur keseimbangan asam basa.
4. Mengeskresi sisa metabolik,toksin,dan zat asing.
5. Memproduksi dan menyekresi hormon. (Mary baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal, hal 1-5)
B. Definisi Pielonefritis
Polionefritis merupakan infeksi bakteri piala, tubulus dan jaringan interstisial dari salah satu
atau kedua ginjal. Pielonefritis sering sebagai akibat dari refluks uretero vesikal, dimana katup
ureterovesikal yang tidak kompeten menyebabkan urin mengalir balik (refluks) kedalam ureter,
pielonefritis bisa terjadi secara akut maupun kronis. (Bunner and suddarth, 2002. Keperawatan
Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1436-1437)
Pielonefritis adalah inflamasi infeksius yang mengenai parenkim dan pelvis ginjal. Infeksi ini
bermula dari saluran kemih bawah, kemudian naik sampai ginjal. (Mary baradero, 2009. Klien
Gangguan ginjal)
Gambar 1.2
Inflamasi pelvis ginjal, disebut plelonefritis. Penyebabnya radang pelvis ginjal yang paling
sering adalah kuman yang bersal dari kandung kemih yang menjalar naik ke pelvis ginjal .
plelonefritis Ada yang akut dan yang menahun.(Tambayong, 2000. Patofisiologi untuk
keperawatan)
C. Etiologi
1. Bakteri (Escherichia Coli, Klebsiella Pneumoniac, Streptococcus Fecalis)
2. Obstruksi traktus urinarius
3. Refluks uretero vesikal
4. Kehamilan
5. Penurunan imunitas tubuh (Mary Baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal))
Gambar 1.3
D. Klasifikasi
1. Pielonefritis akut
Pielonefritis akut (PNA). Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang
disebabkan infeksi bakteri. Pyelonefritis akut biasanya singkat dan sering terjadi infeksi berulang
karena terapi tidak sempurna atau infeksi baru. 20% dari infeksi yang berulang terjadi setelah
dua minggu setelah terapi selesai. Infeksi bakteri dari saluran kemih bagian bawah ke arah ginjal,
hal ini akan mempengaruhi fungsi ginjal. Infeksi saluran urinarius atas dikaitkan dengan selimut
antibodi bakteri dalam urin. Ginjal biasanya membesar disertai infiltrasi interstisial sel-sel
inflamasi. Abses dapat dijumpai pada kapsul ginjal dan pada taut kortikomedularis. Pada
akhirnya, atrofi dan kerusakan tubulus serta glomerulus terjadi.
2. Pielonefritis kronis
Pielonefritis kronik (PNK). Pielonefritis kronik mungkin akibat lanjut dari infeksi bakteri
berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih dan refluks vesikoureter
dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal
yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Bakteriuria asimtomatik kronik pada orang
dewasa tanpa faktor predisposisi tidak pernah menyebabkan pembentukan jaringan ikat parenkim
ginjal.
Kambuhnya pielonefritis akut mengarah pada pielonefritis kronik. Meskipun demikian, bukti
menunjukkan bahwa pielonefritis kronik jarang sebagai akibat dari gagal ginjal kronik. (Bunner
and suddarth, 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 hal. 1437)
Pyelonefritis kronis juga berasal dari adanya bakteri, tetapi dapat juga karena faktor lain
seperti obstruksi saluran kemih dan refluk urin. Pyelonefritis kronis dapat merusak jaringan
ginjal secara permanen akibat inflamasi yang berulangkali dan timbulnya parut dan dapat
menyebabkan terjadinya renal failure (gagal ginjal) yang kronis.
E. Patofisiologi
Umumnya bakteri seperti Eschericia coli, Streptococus fecalis, Pseudomonas aeruginosa, dan
Staphilococus aureus yang menginfeksi ginjal berasal dari luar tubuh yang masuk melalui
saluran kemih bagian bawah (uretra), merambat ke kandung kemih, lalu ke ureter (saluran kemih
bagian atas yang menghubungkan kandung kemih dan ginjal) dan tibalah ke ginjal, yang
kemudian menyebar dan dapat membentuk koloni infeksi dalam waktu 24-48 jam. Infeksi
bakteri pada ginjal juga dapat disebarkan melalui alat-alat seperti kateter dan bedah urologis.
Bakteri lebih mudah menyerang ginjal bila terdapat hambatan atau obstruksi saluran kemih yang
mempersulit pengeluaran urin, seperti adanya batu atau tumor. Pada pielonefritis akut, inflamasi
menyebabkan pembesaran ginjal yang tidak lazim. Korteks dan medula mengembang dan
multipel abses. Kalik dan pelvis ginjal juga akan berinvolusi. Resolusi dari inflamasi
menghsilkan fibrosis dan scarring.
Beberapa temuan khas pada pielonefritis kronik adalah bakteriuria intermiten dan leukosit,
adanya silinder leukosit dalam urin. Pielonefritis kronik terutama merupakan penyakit interstisial
medulla sehingga kemampuan ginjal untuk memekatkan urin sudah mengalami kemunduran,
pada awal perjalanan penyakit sebelum terjadi kemunduran GFR yang bermakna. Akibatnya,
poliuria, nokturia dan urin berberat jenis rendah merupakan gejala dini yang
menonjol. pielonefritis kronik lanjut sering memperlihatkan gejala azotemia meskipun dapat
berkembang menjadi gagal ginjal biasanya bersifat progresif. (Sylvia Anderson Price, 2006
patovisiologi Vol. 2 Hal 923)
Pada masa kehamilan progesterone menyebabkan hambatan pada gerakan peristaltic ureter,
tekanan uterus yang makin membesar menyebabakan terjadinya hidroureter sehingga alian urin
menuju kandung kemih menjadi terhambat. Karena sekum sering penuh, uterus akan berputar ke
kanan dan meneybabkan tekanan terhadap ureter kanan lebih besar dari kiri sehiingga,
pielonefritis ginjal kanan lebih sering dijumpai. Oleh karena itu, pielonefritis umunya terjadi
sejak usia kehamilan 20 minggu. (Ida Bagus Gde Manuaba, 2007. Pengantar Kuliah Obstetri hal.
636)
F. Pathway
- Terlampir
G. Manifestasi Klinis
Pielonefritis akut
1. Demam timbul mendadak
2. Menggigil
3. Disuria
4. Malaise
5. Nyeri punggung
6. Nyeri tekan daerah kostovertebral
7. Leukositosis
8. Piuri
9. Bakteriuria. (Mary baradero, 2009. Klien Gangguan ginjal)
Pielonefritis kronis
1. Biasanya tidak menunjukkan gejala infeksi kecuali terjadi eksaserbasi akut.
2. Keletihan , sakit kepala , dan nafsu mkaan meurun .
3. Poliuri , haus berlebihan , penurunan berat badan
4. Infeksi menetap dan kambuhan dapat menyebabkan pembentukan jaringan parut pada ginjal
secara prgresif. (Baughman, 2001. Keperawatan Medikal Bedah: Buku saku untuk Bunner and
suddarth)
H. Komplikasi
1. Penyakit ginjal stadium akhir (mulai dari hilangnya progresifitas nefron akibat inflamasi kronik
dan jaringn parut)
2. Hipertensi
3. Pembentukan batu ginjal (akibat infeksi kronik disertai oganisme pengurai-urea, yang
mengakibtkan terbentuknya batu). (Bunner and suddarth, 2001. Keperawatan Medikal Bedah
Vol. 2 Hal. 1437)
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Urinalisis
a. Leukosuria:
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah ISK.
Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air kemih.
Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal. Namun
adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai pada
inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan dengan
pemeriksaan kultur.
b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10
eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik berupa
kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau nekrosis
papilaris.
2. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan positif bila
dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi
b. Biakan Bakteri
Untuk menegakkan diagnosis pasti ISK dipakai pemeriksaan biakan kemih. Diagnosis ISK
ditegakan apabila didapatkan bakteriuria bermakna dalam biakan kemih. Dikatakan bakteri uria
bermakna apabila dalam biakan kemih terdapat > 105 CFU/ml
3. Kultur urin
Kultur urin merupakan baku emas penegakan diagnosis ISK secara kuantitatif dan dapat
mengidentifikasi bakteri pathogen yang spesifik. Cara melakukan pemeriksaannya, urin
dikumpulkan di dalam tub yang steril dan segera dilakukan kultur setelah pengambilan. Urin
dapat disimpan selama 24 jam di dalam tempat pendinginan.
4. Intravena pielografi (IVP)
Pemeriksaan IVP memperlihatkan pembengkakan tabuh (Clubbing) pada kaliks, korteks menipis
dan ginjal mengecil, bentuknya tidak teratur dan tidak simetris. permukaan ginjal tampak
bergranula kasar dengan lekukan berbentuk U.( Sylvia A. Price, 2006. Patofisiologi Vol. 2 hal
294
J. Penatalaksanaan
Pielonefritis akut
Agen antimikrobial pilihan didasarkan pada indentifikasi patogen melalui kultur urin. Jika
bakteri tidak dapat hilang dari urin, nitrofurantoin atau kombinasi sulfametaxazole dan
trimethoprim dapat digunakan untuk menekan pertumbuhan bakteri. Fungsi renal yang terganggu
akan mempengaruhi ekskresi agen antimicrobial dan kebutuhan pemantauan fungsi renal yang
ketat, terutama jika medikasi potensial toksik bagi ginjal. (Bunner and suddarth, 2001.
Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2 Hal. 1437)
Pielonefritis akut tanpa komplikasi
Pada kasus pielonefritis akut ringan dan sedang tanpa komplikasi pemberian terapi secara oral
dapat diberikan selama 10-14. pemberian fluoroquinolen selama 7-10 hari dapat
direkomendasikan sebagai terapi ini pertama pada resistensi E.coli < 10%. Jika fluoroquinolen
diberikan sengan dosis tinggi terapi tanpa dilakukan dalam lima hari.1
Peningkatan angka resistensi fluoroquinolen terhadap Exherecia coli pada masyarakat telah
terjadi dibeberapa bagian dunia, sehingga penggunaan fluoroquinolen secara empiris dibatasi.
pada komunitas yang sudah memiliki resistensi yang tinggi terhadap fluoroquinolen dan
karbapenem sampai hasil uji resistensi menunjukkan bahwa terapi oral dapat digunakan.1
Sefalospirin generasi ketiga seperti sefpodoksim proksetil atau seftibuten, dapat digunakan
sebagai alternatif. Namun berdasarkan hasil studi klinik, obat ini hanya sebatas mengurangi
gejala manifestasi klinik tidak untuk membunuh bakteri.1
Pada wilayah dengan resistensi terhadap Exherecia coli yang cukuptinggi, kotrimoksazoal
merupakan pilihan tepat untuk terapi empiric. Jika penyebab pielonefritis adalah Gram positif
maka pengobatan yang disarankan adalah ko-amoksiklav. Pasien pielonefritis berat tidak dapat
diberikan antibiotic secara oral karena menifestasi klinis yang berupa mual dan muntah maka
dapat diberikan antibiotic secara parenteral, Namun jika keadaan klinis pasien membaik dapat
dilanjutkan menggunakan antibiotic oral.1
Tabel pilihan anti biotik oral untuk ISK ringan-sedang 1.1
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PIELONEFRITIS
Ilustrasi Kasus
Pasien Tn R laki-laki berusia 32 tahun datang dengan keluhan nyeri ketika berkemih. Nyeri
ketika berkemih dirasakan kira-kira 3 hari sebelum dibawa kerumah sakit. Keluhan nyeri ketika
berkemih disertai dengan peningkatan frekuensi berkemih, perasaan panas ketika diakhir
berkemih, nyeri pada daerah suprapubikkiri dan punggung bawah, serta pasien mengeluhkan
demam, dan nafsu makan menurun. Dari pemeriksaan fisik didapatkan S 37.80 C, TD 110/70
mmHg, RR 22 x/menit, N 76 x/menit. Pada pemeriksaan thoraks dalam batas normal, pada
pemeriksaan abdomen ditemukan nyeri tekan di daerah suprapubik. Pemeriksaan laboratorium
menunjukkan leukosuria dan hematuria.
• Identitas diri
Nama : Tn H
Umur : 32 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : Jaten, Karanganyar
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Petani
Tanggal MRS : 18 Mei 2013
Tanggal Pengkajian : 19 Mei 2013
No Register : 22.52.xx.
Sumber Informasi : Pasien dan Keluarga
Diagnosa Medis : ISK atas (Pielonefritis)
• Riwayat Penyakit
• Keluhan Utama
• Nyeri ketika berkemih
• Provocate : terasa sakit saat Buang Air Kecil (BAK)
• quality : nyeri seperti ditusuk-tusuk.
• region : nyeri pada daerah suprapubik kiri dan punggung bawah
• severe : skala nyeri 5 (0-10).
• time : nyeri dirasakan hilang timbul dan menjalar dari punggung bawah ke daerah suprapubik
kiri
• Riwayat Penyakit Sekarang
Tn R datang ke IGD RSUD Karanganyar diantarkan oleh keluarga dengan keluhan nyeri ketika
berkemih. Nyeri ketika berkemih dirasakankira-kira 3 hari sebelum dibawa ke rumah sakit.
Keluhan nyeri ketika berkemih disertai dengan peningkatan frekuensi berkemih, perasaan panas
ketika diakhir berkemih, nyeri pada daerah suprapubik kiri dan punggung bawah, pasien juga
mengeluhkan demam., dan nafsu makan pasien menurun. Sebelum muncul keluhan nyeri ketika
berkemih, pasien masih beraktivitas seperti biasa dan tidak merasakan keluhan apapun. Pada
pagi hari setelah pasien beraktivitas, pasien merasa nyeri ketika hendak berkemih, tetapi pasien
tidak memeriksakan diri ke dokter dan tidak meminum obat. Hari kedua, pasien merasa tidak
enak badan, demam, dan berkemih semakin sering dan sedikit-sedikit. Kemudian pasien
memeriksakan diri ke dokter dan beristirahat di rumah. Hari ketiga, pasien merasa nyeri dan
panas ketika berkemih semakin memberat, frekuensi berkemih semakin sering serta demam,
pasien kemudian memeriksakan diri ke IGD RSUD Karanganyarpada 18 mei 2013 dan dirawat
di bangsal melati.
• Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengaku belum pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya, pasien menyangkal
adanya riwayat asma dan belum pernah masuk rumah sakit.
• Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada angota keluarga yang memilki keluhan yang sama dengan pasien. Tidak ada riwayat
keluarga yang mengalami penyakit ginjal, hipertensi, jantung, asma, atau diabetes melitus.
• Riwayat Alergi
Pasien juga mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan.
• Pola Fungsi Kesehatan
• Persepsi Terhadap Kesehatan
• Sebelum sakit : Pasien menganggap penyakitnya seperti
penyakit ringan lainnya yang bisa sembuh sendiri
• Saat sakit : Pasien berharap penyakitnya cepat sembuh
dengan pertolongan medis.
• Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan perawatan diri
Skor ;
0 = mandiri 3 = Perlu bantuan orang lain dan alat
1 = dibantu sebagian 4 = ketergantungan / tidak mampu
2 = perlu bantuan Orang lain
SKOR
No Aktivitas
0 1 2 3 4 Ket
1 Mandi √
Berpakaian/
2 √
berdandan
3 Eliminasi √
Mobilisasi di tempat
4 √
tidur
5 Pindah √
6 Ambulasi √
• Pola Istirahat
Permasalahan Sebelum sakit Setelah sakit
Jumlah istirahat 8 jam/hari 8 jam
Jam 21.00 – 04.00 WIB 21 - 04.00 WIB
Gangguan tidur Tidak ada gangguan tidur Tidak ada gangguan
tidur
• Pola Eliminasi
Permasalahan Sebelum sakit Setelah sakit
BAB - -
Konsistensi BAB - -
BAK 6-7x/hari 7-9x/hari
Banyak BAK 500-1000 ml ± 1500 ml
Konsistensi BAK Urin berwarna Urin berwarna kekuningan
kekuningan dan keruh dan keruh
ANALISA DATA
ISK bawah
Penyebaran
bakteri memasuki
saluran kmih atas
hingga medula
korteks
Peradangan pada
parenkim ginjal
(agen cidera
biologis)
Nyeri akut
2 Ds :
Pasien mengeluhkan demam Bakteri : E.coli,
Do : Klebsielle,
Streptococus
TTV :
S : 37,80 C
Hipertermia
Pada saluran ( Domain
kemih bawah(uretra) 11, kelas 6,
code
000007)
Peradangan pada
saluran kemih
bawah
ISK bawah
Penyebaran
bakteri memasuki
saluran kmih atas
hingga medula
korteks
Terjadi reaksi
inflamasi (proses
penyakit)
Pelepasan mediator
kimia
Pengaktifan
prostaglandin di
hipotalamus
Peningaktan suhu
tubuh
Hipertermia
3 Ds :
Tn R mengeluhkan nyeri ketika berkemih Bakteri : E.coli,
disertai dengan peningkatan frekuensi berkemih, Klebsielle,
Streptococus
perasaan panas ketika diakhir berkemih, nyeri
pada daerah suprapubik kiri, punggung
bawah, dan berkemih semakin sering dan Pada saluran
sedikit-sedikit kemih bawah(uretra)
Do :
Frekuensi Urin : 7-9 x/hari
Banyaknya Urin : ± 1500 ml Peradangan pada
Hasil dari pemeriksaan laboratorium tanggal 18 saluran kemih
mei 2013 meliputi : bawah
Hasil pemeriksaan urinalisa
- warna kekuningan dan keruh
- Berat Jenis 1015 (nilai normal 1,015-1,030) ISK bawah
- pH (8) Gangguan
- Leukosit (9-10/LPB) eliminasi
- Eritrosit (35-45/LPB) Penyebaran urin
- epitel sel (+). bakteri memasuki (Domain 3,
saluran kmih atas class 1, code
00020)
hingga medula
korteks
Vasodilatasi
pembuluh darah
Peningkatan aliran
darah pembuluh
darah renal
Peningkatan GFR
Penyerapan air
dan elektrolit sedikit
yang di serap
Cairan dalam
lumen banyak
Peningkatan
volume urin
Poliuri
Gangguan
eliminasi urine
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Nama : Tn R Ruang : Melati
No. Reg : 22.52xxx Dx.Medis : ISK
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa
NOC NIC
Keperawatan
1
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan tindakan Managemen nyeri
agen cidera keperawatan 3 × 24 jam 1. Lakukan pengkajian nyeri komprehensif
biologis diharapkan skala NOC yang meliputi lokasi, karateristik, durasi,
pada nyeri frekuensi, kualitas, intensitas atau
mencapai 5 Dengan beratnya nyeri dan factor pencetus.
kriteria hasil :
2. Ajarkan penggunaan teknik non
Kontrol nyeri
farmakologi (seperti, biofeedback, TENS,
Tingkat kenyamanan
hypnosis, relaksasi, bimbingan antisipatif,
Tingkat nyeri
terapi music, terapi bermain, terapi
aktivitas, akupressus aplikasi
panas/dingin dan pijatan)
Pemberian analgesic
1. Tentukan lokasi, karakteristik, kualitas
dan keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
Pengaturan suhu
1. Monitor suhu paling tidak setiap 2 jam,
sesuai kebutuhan
3 Gangguan
Setelah Setelah dilakukan Managemen eliminasi urin
eliminasi urineb.dtindakan keperawatan 3 1.
× Monitor elimasi urin termasuk frekuensi,
infeksi saluran24 jam diharapkan skala konsitensi, bau, volume dan warna.
kemih NOC pada gangguan
2. Ajarkan pasien mengenai tanda dan
eliminasi urin mencapai 5.
gejala infekasi saluran kemih
Dengan kriteria hasil :
Eliminasi urine 3. Catat waktu eliminasi urin terakhir.