Askep-Vap PDF
Askep-Vap PDF
VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA
Disusun oleh :
Siti Nurjanah
A/KP/VI
(04.11.2805)
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2014
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Pengertian
setelah 48 jam pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik baik itu
dimana terdapat gambaran infiltrat baru dan menetap pada foto toraks
disertai salah satu tanda yaitu, hasil biakan darah atau pleura sama dengan
kavitasi pada foto torak, gejala pneumonia atau terdapat dua dari tiga
gejala berikut yaitu demam, leukositosis dan sekret purulen (Ibrahim dkk,
2000).
sakit seluruh dunia. Linch, 1997 dalam Tietjen, 2004 juga menyatakan
mekanik mempunyai resiko 6-21 kali lebih tinggi untuk terjadi pneumonia
atau lebih setelah pemberian ventilasi mekanis). Pasien VAP awitan dini
antibiotik sedangkan VAP awitan lambat kondisi sakit pasien tampak lebih
berat dan prognosisnya lebih buruk karena ada kuman patogen multidrug-
resistant (MDR). Pasien VAP awitan dini dan pernah mendapat antibiotik
infeksi kuman MDR hingga terapinya harus dianggap sama dengan pasien
2. Etiologi
2003).
2005)
influenzae sering ditemukan pada pasien VAP awitan dini dan biasanya
Baraibar J, 2001)
3. Klasifikasi
onset kapan saja selama perawatan atau derajat berat dengan onset
aureus (MRSA).
c. Penderita derajat berat dan onset dini dengan faktor risiko spesifik
4. Faktor Resiko
menjadi tiga kategori yaitu pejamu , peralatan yang digunakan, dan faktor
adalah kondisi pasien yang sudah ada sebelumnya seperti penyakit dasar
Selain dari hal diatas, Ttietjen dalam bukunya juga mencantumkan faktor
usia dan status nutrisi sebagai faktor yang dapat berpengaruh terhadap
bakteri sekresi endotrakeal lebih tinggi pada pasien dalam posisi terlentang
risiko aspirasi dan oleh karena itu peningkatan risiko untuk VAP (
5. Patogenesis
saat perawatan lebih dari lima hari. Berbagai peralatan medis seperti alat
6. Diagnosis
namun jika gejala klinis dan biakan kuman didapatkan setelah 48 jam
dengan ventilasi mekanik serta nilai total CPIS > atau = 6, maka diagnosis
VAP dapat ditegakkan, jika nilai total CPIS <6 maka diagnosis VAP
(PaO2/FiO2) dan foto toraks (Tabel 5). Skor <6 menyingkirkan diagnosis
7. Penatalaksanaan
sejak awal dapat meningkatkan angka ketahanan hidup pasien VAP saat
Ibrahim EH,2000)
Tabel 6. Pemberian antibiotika yang direkomendasi sesuai dengan
etiologi kuman
Mikroba Antibiotika
VAP awitan dini, tanpa faktor
risiko spesifik
Kuman gram negatif Sefalosporin generasi II
(nonpseudomonas)
Enterobacter spp Nonpseudomonas generasi III atau
kombinasi ß laktam
Escherichia coli Penghambat ß laktamase
Klebsiella spp
Proteus spp
Serratia marcescens
Haemophilus influenza Fluorokuinolon atau
MSSA Klindamisin + aztreonam
Streptococcus
pneumoniae
VAP awitan lambat
Pseudomonas aeruginosa Aminoglikosida atau
siprofloksasin
Acinetobacter baumanii ditambah :
Penisilin antipseudomonas
Kombinasi ß laktam -
penghambat ß laktamase
Ceftazidim / cefoperazon
Imipenem
Aztreonam
MRSA Linezolid atau vankomisin
aureus. Pemberian antibiotik dapat dihentikan setelah tiga hari pada pasien
intravena secara empiris pada pasien VAP awitan lambat atau memiliki
Antibiotik Dosis
Sefalosporin antipseudomonas
Cefepim 1 – 2 g tiap 8 – 12 jam
Ceftazidim 2 g tiap 8 jam
Karbapenem
Imipenem 500 mg tiap 6 jam atau 1g
tiap 8 jam
Meropenem 1 g tiap 8 jam
Kombinasi ß laktam -
penghambat ß laktamase
Piperasilin-tazobaktam 4,5 g tiap 6 jam
Aminoglikosida
Gentamisin 7 mg/kg/hari
Tobramisin 7 mg/kg/hari
Amikasin 20 mg/kg/hari
Kuinolon antipseudomonas
Levofloksasin 750 mg tiap hari
Siprofloksasin 400 mg tiap 8 jam
Vankomisin 15 mg/kg tiap 12 jam
Linezolid 600 mg tiap 12 jam
sumber infeksi, mengacu pada pola kepekaan kuman yang ada di rumah
terapi eskalasi (escalation therapy) yaitu memulai terapi dengan satu jenis
terapi dengan pemberian antibiotik lain yang memiliki spektrum lebih luas
antibiotik adekuat (poten) sejak awal terapi kepada pasien yang memiliki
dengan memberikan terapi inisial tidak lebih dari empat jam sejak pasien
dirawat di ICU dengan antibiotik berspektrum luas dan dosis tinggi untuk
terhadap antimikroba) dan faktor lain yang mungkin terjadi selama episode
VAP. Perbaikan klinis biasanya baru terjadi setelah 48-72 jam terapi
saluran napas serial, CPIS serial, dll. (Ewig E,2002 ; Afessa B, 2004 ;
Marik PE,2004)
terapi kurang baik. Terapi de-eskalasi dapat dilakukan pada pasien yang
8. Pemeriksaan Penunjang
tubuh.
9. Pencegahan VAP
lain :
1) Mencuci tangan
2) Suction
(Smeltzer, 2002).
3) Oral dekontaminasi
VAP.
(Wiryana, 2007).
2) Posisi semifowler
proses penyakitnya
endotracheal
kematian
ketergantungan ventilator
A. Pengkajian
1. Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien yang mendapat nafas buatan
1) Biodata
nafas/dipasangnya ventilator.
3) Keluhan
ketidaknyamanan.
2. Sistem pernafasan
1) Mode ventilator
Pressure Ventilation)
Ventilation)
Suport)
4) Frekwensi nafas
tambahan
terlepas
3. Sistem kardiovaskuler
4. Sistem neurologi
5. Sistem urogenital
Status cairan dan nutrisi penting dikaji karena bila ada gangguan
oedema paru.
7. Status psycososial
Pasien yang dirawat di ICU dan dipasang ventilator sering
B. Intervensi Keperawatan
nosokomial
a. Circulation
darah menurun.
b. Airway
sputum.
c. Breathing
d. Disability
Kaji penurunan kesadaran. Terjadi karena suplai nutrisi ke otak
kurang.
3. Lakukan suction
dikeluarkan.
pada trakeostomi.
pada semua penderita secara intravena dan ditukar secara oral bila
atau tersumbat.
C. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari asuhan keperawatan yang diberikan antara lain:
minimal.
3) Bebas dari cedera atau infeksi yang dibuktikan dengan suhu tubuh
Doenges ME, Moorhouse MF, and Geissler AC. (1999). Nursing care plans.
Guidelines for planning and documenting patient care. (3rd ed). Philadelphia:
andryani.blogspot.com/2011/11/askep-klien-dengan-ventilasi-mekanik.html
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2010-01-artikel-
06.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-dewisuprap-6104-2-
babii.pdf
Ibrahim EH, Tracy L, Hill C, Fraser VJ, Kollef MH. The occurrence of ventilator-
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2010-01-artikel-
06.pdf
06.pdf
outcome. Crit Care Med 2003; 31:676-82. Diakses 27 September 2014 dari
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-dewisuprap-6104-2-
babii.pdf
http://www.majalahfk.uki.ac.id/assets/majalahfile/artikel/2010-01-artikel-
06.pdf
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/123/jtptunimus-gdl-dewisuprap-6104-2-
babii.pdf
http://asuhankeperawatanonline.blogspot.com/2012/02/asuhan-keperawatan-pada-
http://novi-andryani.blogspot.com/2011/11/askep-klien-dengan-ventilasi-