Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kedokteran Keluarga
1.1.Latar Belakang Dokter Keluarga
Pada tahun 1923 Dr. Francis Peabody mulai merasakan bahwa kedokteran modern telah
terkotak-kotak sehingga membutuhkan adanya dokter generalis. Kemudian pada tahun
1960 pemuka-pemuka generalis mulai mendengungkan pentingnya generalis sebagai
suatu spesialis hingga akhirnya pada tahun 1966 dipublikasikannya konsep bahwa
generalis merupakan suatu spesialisasi baru ditingkat primer. Pada tahun 1978,
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai programnya “Health for All in 2000”,
pelayanan kesehatan primer menjadi salah satu hal yang utama dalam pengembangan
perencanaan pemerintah. Program tersebut menitikberatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan Organisasi Dokter
Keluarga Dunia yaitu World Organization of National Colleges, Academies and
Academic Associatons of General Practitioner or Family Physician (WONCA) telah
merumuskan sebuah visi global dan rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan
kesehatan individu dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan “Making Medical
Practice and Education More Relevant to People’s Needs: The Role of Family Doctor”.
2. DOKGA
1. Definisi
• Dokter keluarga merupakan dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang
profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan, keterampilan melalui
pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga yang mempunyai wewenang
untuk menjalankan praktek dokter keluarga (IKK FKUI, 1996).
• Dokter keluarga adalah dokter yang mempunyai tanggung jawab
menyelenggarakan pelayanan kesehatan personal, menyeluruh terpadu,
berkesinambungan dan proaktif sesuai dengan kebutuhan pasiennya sebagai
anggota satu unit keluarga, komunitas serta lingkungannya serta bila menghadapi
masalah kesehatan khusus yang tak tertanggulangi bertindak sebagai koordinator
dalam konsultasi dan atau rujukan pada dokter ahli yang sesuai (AAFP, IDI,
Singapura).
• Dokter keluarga adalah dokter praktek umum yang menyelenggarakan
pelayanan primer yang komprehensif, kontinu, integratif, holistik, koordinatif,
dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan lingkungan
serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa memandang
jenis kelamin, usia ataupun jenis penyakitnya. Pelayanan dokter keluarga
melibatkan dokter keluarga sebagai penyaring di tingkat primer sebagai bagian
suatu jaringan pelayanan kesehatan terpadu yang melibatkan dokter spesialis di
tingkat pelayanan sekunder dan rumah sakit rujukan sebagai tempat pelayanan
rawat inap, diselenggarakan secara komprehensif, kontinu, integratif, holistik,
koordinatif dengan mengutamakan pencegahan, menimbang peran keluarga dan
lingkungannya serta pekerjaannya. Pelayanan diberikan kepada semua pasien tanpa
memilah jenis kelamin, usia serta faktor-faktor lainnya. (The American Academy
of Family Physician, 1969; Geyman, 1971; McWhinney, 1981).
• Dokter keluarga sendiri menurut Perhimpunan Dokter Keluarga Indonesia
adalah tenaga kesehatan tempat kontak pertama pasien di fasilitas/sistem pelayanan
kesehatan primer guna menyelesaikan semua masalah kesehatan yang dihadapi
tanpa memandang jenis penyakit, usia, dan jenis kelamin yang dapat dilakukan
sedini dan sedapat mungkin, secara paripurna, dengan pendekatan holistik,
bersinambung, dan dalam koordinasi serta kolaborasi dengan profesional kesehatan
lainnya, dengan menerapkan prinsip pelayanan yang efektif dan efisien yang
mengutamakan pencegahan, serta menjunjung tinggi tanggung jawab profesional,
hukum, etika dan moral.
2. Prinsip Pelayanan
Prinsip pelayanan dokter keluarga adalah sebagai berikut :
1. Dokter kontak pertama (first contact), pemberi layanan kesehatan (provider)
yang pertama kali ditemui pasien/klien dalam masalah kesehatannya
2. Layanan bersifat pribadi (personal care), memberikan layanan yang bersifat
pribadi dengan mempertimbangkan pasiensebagai bagian dari keluarga
3. Pelayanan paripurna (comprehensive), memberikan pelayanan menyeluruh
yang memadukan promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan, dan
rehabilitasi dengan aspek fisik, psikologis, dans ocial budaya.
4. Pelayanan bersinambungan (continuous care), pelayanan Dokter Keluarga
berpusat pada orangnya (pasient-centered) bukan pada penyakitnya(diseases-
centered)
5. Mengutamakan pencegahan (prevention first), karena berangkat dari paradigma
sehat, maka upaya pencegahan oleh DK dilaksanakan sedini mungkin
6. Koordinasi, dalam upaya mengatasi masalah pasien DK perlu berkonsultasi
dengan disiplin ilmu lainnya
7. Kolaborasi, Bila pasien membutuhkan pelayanan yang berada diluar
kompetensinya, DK bekerjasamadan mendelegasikan pengelolaan pasiennya pada
pihak lain yang berkompeten
8. Family oriented, Dalam mengatasi masalah DK mempertimbangkan konteks
keluarga, dampak kondisi pasien terhadap keluarga dan sebaliknya
9. Community oriented, Dokter keluarga dalam mengatasi masalah pasien
haruslah tetap memperhatikan dampak kondisi pasien terhadap komunitas dan
sebaliknya (Persatuan Dokter Keluarga Indonesia, 2009).
3. Standar pelayanan
1. Standar Pemeliharaan Kesehatan di Klinik (Standards of clinical care)
a. Standar Pelayanan Paripurna (standard of comprehensive of care)
1) Anamnesis
Pelayanan dokter keluarga melaksanakan anamnesis dengan pendekatan pasien
(patient-centered approach) dalam rangka memperoleh keluhan utama pasien,
kekhawatiran dan harapan pasien mengenai keluhannya tersebut, serta
memperoleh keterangan untuk dapat menegakkan diagnosis
2) Pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
Dalam rangka memperoleh tanda-tanda kelainan yang menunjang diagnosis atau
menyingkirkan diagnosis banding, dokter keluarga melakukan pemeriksaan fisik
secara holistik; dan bila perlu menganjurkan pemeriksaan penunjang secara
rasional, efektif dan efisien demi kepentingan pasien semata.
3) Penegakkan diagnosis dan diagnosis banding
Pada setiap pertemuan, dokter keluarga menegakkan diagnosis kerja dan
beberapa diagnosis banding yang mungkin dengan pendekatan diagnosis holistik.
4) Prognosis
Pada setiap penegakkan diagnosis, dokter keluarga menyimpulkan prognosis
pasien berdasarkan jenis diagnosis, derajat keparahan, serta tanda bukti terkini
(evidence based).
5) Konseling
Untuk membantu pasien (dan keluarga) menentukan pilihan terbaik
penatalaksanaan untuk dirinya, dokter keluarga melaksanakan konseling dengan
kepedulian terhadap perasaan dan persepsi pasien (dan keluarga) pada keadaan di
saat itu.
6) Konsultasi
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan konsultasi ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan / atau berpengalaman. Konsultasi dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, atau
dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
7) Rujukan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga melakukan rujukan ke dokter lain
yang dianggap lebih piawai dan/atau berpengalaman. Rujukan dapat dilakukan
kepada dokter keluarga lain, dokter keluarga konsultan, dokter spesialis, rumah
sakit atau dinas kesehatan, demi kepentingan pasien semata.
8) Tindak lanjut
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga menganjurkan untuk dapat
dilaksanakan tindak lanjut pada pasien, baik dilaksanakan di klinik, maupun di
tempat pasien.
9) Tindakan
Pada saat-saat dinilai perlu, dokter keluarga memberikan tindakan medis yang
rasional pada pasien, sesuai dengan kewenangan dokter praktik di strata pertama,
dan demi kepentingan pasien.
10) Pengobatan rasional
Pada setiap anjuran pengobatan, dokter keluarga melaksanakannya dengan
rasional, berdasarkan tanda bukti (evidence based) yang sahih dan terkini, demi
kepentingan pasien.
11) Pembinaan keluarga
Pada saat-saat dinilai bahwa penatalaksanaan pasien akan berhasil lebih baik, bila
adanya partisipasi keluarga, maka dokter keluarga menawarkan pembinaan
keluarga, termasuk konseling keluarga.
Dokter keluarga memiliki 5 fungsi yang dimiliki, yaitu (Azrul Azwar, dkk. 2004):
a. Care Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan)
Yang mempertimbangkan pasien secara holistik sebagai seorang individu dan sebagai
bagian integral (tak terpisahkan) dari keluarga, komunitas, lingkungannya, dan
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, komprehensif, kontinu,
dan personal dalam jangka waktu panjang dalam wujud hubungan profesional dokter-pasien
yang saling menghargai dan mempercayai. Juga sebagai pelayanan komprehensif yang
manusiawi namun tetap dapat dapat diaudit dan dipertangungjawabkan.
b. Communicator (Penghubung atau Penyampai Pesan)
Yang mampu memperkenalkan pola hidup sehat melalui penjelasan yang efektif sehingga
memberdayakan pasien dan keluarganya untuk meningkatkan dan memelihara
kesehatannya sendiri serta memicu perubahan cara berpikir menuju sehat dan mandiri
kepada pasien dan komunitasnya
c. Decision Maker (Pembuat Keputusan)
Yang melakukan pemeriksaan pasien, pengobatan, dan pemanfaatan teknologi kedokteran
berdasarkan kaidah ilmiah yang mapan dengan mempertimbangkan harapan pasien, nilai
etika, “cost effectiveness” untuk kepentingan pasien sepenuhnya dan membuat keputusan
klinis yang ilmiah dan empatik
d. Manager
Yang dapat berkerja secara harmonis dengan individu dan organisasi di dalam maupun di
luar sistem kesehatan agar dapat memenuhi kebutuhan pasien dan komunitasnya
berdasarkan data kesehatan yang ada. Menjadi dokter yang cakap memimpin klinik, sehat,
sejahtera, dan bijaksana
e. Community Leader (Pemimpin Masyarakat)
Yang memperoleh kepercayaan dari komunitas pasien yang dilayaninya, menyearahkan
kebutuhan kesehatan individu dan komunitasnya, memberikan nasihat kepada kelompok
penduduk dan melakukan kegaiatan atas nama masyarakat dan menjadi panutan masyarakat
1. Ilmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu
kedokteran yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan
tingkat pertama yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan
individu, keluarga dan masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor
lingkungan, ekonomi dan sosial budaya. (PB IDI, 1983)
2. Ilmu kedokteran keluarga menunjuk pada body of knowledge dari pelayanan
dokter keluarga yang merupakan disiplin baru dari ilmu kedokteran yang
dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan khalayak secara lebih responsif
dan bertanggung jawab. (Charmichael, 1973)
3. Ilmu kedokteran keluarga adalah salah satu cabang dari ilmu kedokteran yang
ditandai dengan terdapatnya suatu kelompok pengetahuan kedokteran yang
bersifat khusus. (WONCA, Manila; 1979)
4. Ilmu kedokteran keluarga adalah body of knowledge tentang fenomena yang
dihadapi serta teknik yang dipergunakan oleh para dokter yang
menyelenggarakan perawatan kesehatan perorangan pada tingkat pertama dan
berkelanjutan. (Whinney, 1969)
5. Ilmu kedokteran keluarga adalah sebuah pendekatan multidisipliner yang terpadu
menuju perawatan kesehatan yang menyeluruh dari unit keluarga. (Sargent, 1967)