Anda di halaman 1dari 11

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
pikiran maupun materinya.

Kami berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan


pengalaman untuk para pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini


karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Palangka Raya, Desember 2019


BAB I. PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Pertambangan adalah suatu kegiatan pengambilan endapan bahan galian
berharga dan bernilai ekonomis dari dalam kulit bumi, baik secara mekanis maupun
manual, pada permukaan bumi, di bawah permukaan bumi dan di bawah permukaan
air (Badan Pusat Statistik, 2017). Kegiatan pertambangan pada dasarnya membawa
dampak dalam dua sisi, yaitu sisi yang memacu kemakmuran ekonomi dan sisi yang
mengacu pada perubahan lingkungan disekitarnya yang memerlukan proses
pemulihan.
Batu bara adalah salah satu komoditi tambang yang banyak diusahakan di
Indonesia dalam rangka memenuhi kebutuhan energi. Tambang batubara di
Indonesia umumnya dilakukan dengan cara tambang terbuka dan beberapa tambang
bawah tanah, yang secara umum berdampak pada kerusakan permukaan bumi.
Dampak tersebut secara otomatis akan mengganggu ekosistem diatasnya, termasuk
tata air (Subardja, 2007). Hasil dari pertambangan batubara yang berupa lubang,
selain berdampak pada perubahan tata air tanah juga disinyalir memiliki peluang
untuk terjadinya bencana erosi karena perubahan struktur tanah yang awalnya
kokoh menjadi berlubang dan rentan akan longsor. Air (terutama air tanah) adalah
sumber kehidupan bagi makhluk hidup terutama manusia, air yang baik dapat
meningkatkan kualitas hidup, dan sebaliknya air yang buruk dapat menurunkan
kualitas hidup dan jika air tercemar dapat membahayakan makhluk hidup yg
menggunakan dan mengkonsumsinya. Fenomena seperti erosi mungkin tidak
terlalu kentara, tetapi jika erosi tersebut terus berlanjut dapat menyebabkan bencana
yang lebih besar lagi seperti longsor yang tentunya dapat membahayakan makhluk
hidup disekitarnya.
Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya perlu dilakukan pengkajian
ulang, untuk mengetahui apakah kemakmuran ekonomi yang didapatkan layak jika
dibandingkan dengan dampak lingkungan imbasnya terutama dalam segi air tanah
dan peluang bencana seperti erosi. Jika kemakmuran ekonomi yang didapatkan
layak, tentunya tetap diperlukan identifikasi akan permasalahan-permasalahan yang
timbul akibat kegiatan pertambangan batubara yang nantinya akan dijadikan
referensi dalam menanggulangi dampak yang terjadi.
BAB II. Pembahasan
2.1. EROSI
Untuk memprediksi besarnya erosi tanah atau menentuan tingkat
sedimentasi pada areal pasca tambang yang sudah direklamasi adalah metode USLE
yang dikemukan oleh Depatemen Kehutanan (1985). Untuk menentukan Tingkat
Bahaya Erosi (TBE) pertama perlu diketahui Erosi Aktual yang terjadi pada suatu
areal. Perhitungan besar erosi aktual tersebut kemudian dikelaskan ke dalam kelas
bahaya erosi pada Tabel 1 (Departemen Kehutanan, 1987). Setelah menentukan
kelas bahaya erosi selanjutnya menentukan kedalaman tanah untuk pertumbuhan.
Menurut Asdak C (1995), bahwa kedalaman tanah maksimum untuk perakaran
hutan tanaman (155 cm), vegetasi belukar (125 cm), semak (105 cm), hutan
tanaman (155 cm), kebun campuran (146 cm) dan alang-alang (55 cm). Besarnya
erosi merupakan hasil perkalian semua faktor-faktor USLE tersebut di atas. Untuk
mengetahui nilai erosi yang dapat ditoleransi pada lahan tersebut (Toleransi Soil
Loss/TSL) dihitung dengan rumus berikut (Suhara et al,1986).

Tabel 2.1. Bahaya Erosi.

Keterangan :
TLh = tinggi lapisan tanah yang hilang
DE = kedalaman ekivalen tanah
DMN = kedalaman minimum tanah untuk pertumbuhan
RL = Resource Life/umur guna tanah (diasumsikan 200 tahun)
SFR = laju pembentukan tanah (mm/tahun)
Fdkt = faktor kedalaman tanah (0,8)
Fdmax = faktor kedalaman maksimum
Untuk mengetahui nilai TSL di lokasi penelitian dalam ton/ha/tahun digunakan
rumus sebagai berikut (Suhara et al, 1986) :
TSL = bit x tlh x 10
Keterangan :
TSL = batas erosi yang dapat ditoleransi
bit = bobot isi tanah (gr/cm³)
tlh = tinggi lapisan tanah yang hilang (mm/thn)
Untuk menggambarkan Tingkat Bahaya Erosi (TBE), maka dicari Indeks Bahaya
Erosi (IBE) seperti yang dikemukakan oleh Suhara et al (1986) berikut :
IBE = A/TSL
Keterangan :
IBE = Indeks Bahaya Erosi
A = erosi yang terjadi (ton/ha/tahun)
TSL = batas erosi yang ditoleransi

2.2. PENGOLAHAN AIR ASAM TAMBANG

Pengolahan air asam tambang pada daerah penelitian dilakukan pada


kolam pengendapan (settling pond) yang berfungsi untuk mengendapkan partikel-
partikel yang berasal dari air yang dialirkan dari sump pit dan juga berfungsi
sebagai stabilisasi pH.
a. Evaluasi Settling Pond Existing

Setiap kompartemen pond yang ada pada daerah penelitian memiliki


dimensi yang berbeda-beda. Detentiom time atau waktu tinggal merupakan
waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap didalam kolam yang
diperoleh berdasarkan volume air dan debit aliran total yang masuk kekolam.
Untuk mengurangi terjadinya gangguan terhadap stabilitasi endapan yang
diakibatkan oleh aliran air maka dilakukan evaluasi terhadap stabilisasi endapan
yang aman terhadap scouring pada setiap kompartemen pond yang ditentukan
berdasarkan bilangan Reynold dan angka Froude. Syarat dari keduanya yaitu
untuk bilangan Reynold adalah Re<2.000 dan angka Froude adalahFr<0,0005.
b. Kolam Pengendapan
Pengolahan air asam tambang didaerah penelitian dilakukan dengan
menggunakan metode active treatment yaitu mencampurkan bahan koagulan
untuk menjernihkan air dan netralissi pH. sehingga diperlukan wadah
pengadukan pada treatment pond dalam pengolahannya
c. Percobaan dengan Tawas dan Kapur
d. Water Monitoring

Pada lokasi penelitian, juga dilakukan pemantauan terhadap air terkait pH,
Suhu, warna, kekeruhan serta debit aliran baik pada saluran inlet maupun outlet.
Pemantaun dilakukan agar air yang telah diolah sesuai dengan baku mutu
lingkungan yang telah diatur oleh pemerintah dalam Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup No. 113 Tahun 2003.

2.3. PERENCANAAN SETTLING POND


Pengambilan data, pengolahan, dan analisis data dilakukan dengan pengukuran
langsung dilapangan.
Tahapan kegiatan yang dilakukan dalam penelitian, yaitu:
 Studi Literatur
Studi literatur yang dilakukan dengan mencari bahan-bahan referensi
berupa teori-teori dan rumusan seperti persamaan produktivitas alat,
spesifikasi alat, serta kegiatan penambangan batubara secara tambang terbuka
yaitu dengan mempelajari bahan-bahan pustaka yang ada baik berupa buku,
jurnal, karya ilmiah dan laporan penelitian yang berhubungan dengan
kegiatan penelitian.
 Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan dengan melakukan pengamatan secara
langsung terhadap sistem pengelolaan air limbah tambang pada penambangan
batubara yang dilakukan di lapangan dan mencari informasi pendukung yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas.
 Pengambilan Data
Teknik pengambilan data yang digunakan sebagai berikut:
1. Data Primer
Data ini diambil dari pengamatan lapangan, dokumentasi, dan tanya
jawab serta diskusi dengan pengawas tambang maupun pekerja tambang,
data tersebut meliputi data dimensi settling pond north 3, data kecepatan
aliran, data debit aliran aktual, data kateristik partikel, data kecepatan
aliran aktual, data TSS Aktual.
2. Data Sekunder
Data ini dikumpulkan berdasarkan referensi dari perusahaan dan buku-
buku atau laporan perusahaan yang mendukung, data tersebut meliputi
data curah hujan, peta kontur, debit aktual pemompaan, suhu rata-rata,
data historical kerja pompa, data alat floating inlet, dan data outlet settling
pond.
 Pengolahan Data dan Analisis Data
Pengolahan data dilakukan secara manual terhadap data yang
diperoleh dari pengamatan di lapangan, data informasi pendukung maupun
data perusahaan. Analisis data dilakukan berdasarkan perumusan masalah
pada bab sebelumnya. Berikut adalah penjelasan mengenai tahapan analisis
pada kajian teknis settling pond north 3 berdasarkan perumusan masalah:
a) Analisis debit air total yang masuk menuju settling pond north 3 dilakukan
dengan menggunakan data curah hujan, data catchment area, data suhu
rata-rata, data pompa aktual, dan data koefesien air limpasan dengan
menggunakan arcgis.
Besaran debit aliran yang masuk ke settling pond terdiri dari empat, yaitu
debit air limpasan, debit air tanah, debit evaporasi, dan debit pompa [2].
Debit limpasan (QL) ditentukan dengan mempertimbangkan beberapa
variabel. Variabel-variabel tersebut diantaranya frekuensi curah hujan
(XT), luas catchment area (A), waktu konsentrasi (Tc), dan koefisien
limpasan (C). Debit limpasan, debit air tanah, debit evaporasi, dan debit
total ditentukan menggunakan rumus berikut[2-4]:

Keterangan:
QL = Debit limpasan (m3/jam)
Qpompa =Debit pompa (m3/jam)
Qtotal = Debit total (m3/jam)
Qevapor = Debit evaporasi (m3/jam)
Qt = Debit air tanah(m3/jam)
XT = Frekuensi curah hujan(mm)
Tc = Waktu konsentrasi(jam)
C = Koefisien limpasan (ditentukan berdasarkan keadaan topografi) A
= Catchment area (m2)
P = Curah hujan tahunan rata-rata (mm/tahun) T = Temperatur rata-
rata(oC)
L(T) = Fungsi suhu = 300 + 25T + 0,05T3 A = Luas penampang
tabung (akuifer) K = Konduktivitas hidraulik
∂h/∂L = Kemiringan muka air tanah (gradien hidrolik).

Bila fluida mengalir melalui suatu pipa dan tekanan fluida diukur
pada dua tempat sepanjang pipa, akan dijumpai kenyataan bahwa tekanan
berkurang dalam arah aliran. Penurunan tekanan ini disebabkan karena
gesekan fluida pada dinding pipa. Menurut White (1986), penurunan
tekanan (∆𝑝𝑝) sepanjang pipa (L) dapat dinyatakan sebagai .

=
Keterangan
∆𝑃𝑃 = tekanan zat cair (N/m²)
p = massa jenis udara (kg/m³)
g = percepatan gravitasi (m/s²)
hf = penurunan tekanan (m)
L = panjang pipa (m)
d = diameter pipa (m)
f = koefesien gesekan pipa
V = kecepatan aliran fluida (m/s)

Kehilangan kejutan dari energi tidak timbul pada pipa lurus, seragam,
tetapi pada diskontinuitas seperti katup, belokan, dan perubahan
penampang kehilangan tenanga karena perbesaran penampang disebabkan
oleh pusaran dan tumbukan. Kehilangan tenaga akibat dari belokan pada
pipa adalah sebagai berikut.
Keterangan:
He = penurunan tekanan zat cair (N/m²)
p = massa jenis udara (kg/m³)
k = koefesien belokan pipa
V = kecepatan aliran fluida (m/s)

b) Analisis efektifitas dan efesiensi proses sedimentasi pada sediment pond


dilakukan dengan menggunakan data kecepatan aliran, perhitungan
kecepatan pengendapan dengan hukum stokes, dan perhitungan persentase
pengendapan. Carlsson pada tahun 1998 menjelaskan bahwa sediment pond
adalah tempat untuk menangkap run off dan menahan material padat hingga
terendapkan menjadi sedimen, sedangkan air akan diteruskan. Sediment
pond menerapkan mekanisme pemisahan material padat dari air dengan
menggunakan gaya gravitasi dan menerapkan hukum stokes. Perhitungan
nilai kecepatan pengendapan ditentukan dengan menggunakan rumus
berikut .

Keterangan:
v = Kecepatan pengendapan (m/s)
g = Percepatan gravitasi(m/s2)
ρp = Density partikel (Kg/m3)
ρf = Density fluida(Kg/m3)
µ = Viskositas fluida(Kg/ms)

c) Analisis sistem water balance pada safety pond dilakukan dengan


menggunakan data debit curah hujan periode ulang 100 tahunan, data
floating set system, dan data debit outlet settlingpond.
d) Analisis efektifitas pengendapan pada sediment pond. Analisis ini dilakukan
untuk mengukur tingkat efektifitassediment pond dengan menggunakan
data parameter Total Suspended Solid (TSS) pada posisi inlet dan outlet.
e) Analisis sistem maintenance pada kolam lumpur dilakukan dengan
menggunakan data TSS aktual dan data debit aktual.
Perawatan terhadap kolam pengendapan (settling pond) perlu dilakukan
untuk menjaga agar tidak terjadipendangkalan. Upaya perawatan perlu
dilakukan secara teratur melalui pengerukan material sedimen pada
dasarkolam pengendapan (settling pond). Menurut Virginia Soil and Water
Conservation Commision (1980) dalam Simons (1982) merekomendasikan
pengerukan dilakukan ketika jumlah sedimen berkisar 60% dari volume
desain endapan untuk menjaga pengendapan tetap optimum. Dalam
menentukan waktu pemeliharaan atau waktu pengerukan dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut.

Waktu Pengerukan = v (m3)/Q(m3/s) (10)

Keterangan:
v = Volume kolam (m³)
Q = Debit padatan yang masuk (m³/s)

f) Analisis rencana dimensi settling pond


Dimensi penampang yang paling efisien untuk beberapa bentuk penampang
saluran air adalah sebagai berikut:
2.6.1 Penampang Trapesium
Dalam menentukan dimensi saluran terbuka bentuk trapesium dengan luas
maksimum hidrolis, luas penampang aliran (d), kedalam saluran (h), lebar
dasar saluran (b), penampang sisi saluran dari dasar kepermukaan (a), lebar
permukaan saluran (B), dan kemiringan dinding saluran (m), mempunyai
hubungan yang dapat dinyatakan pada persamaan berikut ini
A = b × d + m × 𝑑2

R = 0,5 × d
B = b + 2m × h
= 2{(1 + 𝑚2)0,5 − 𝑚}

𝑎 = ℎ sin∝

Untuk dimensi saluran terbuka dengan bentuk trapezium dengan luas


penampang optimum dan mempunyai sudut kemiringan 60° dapat dicari
menggunakan persamaaan berikut ini:

= cot ∝

= Cot 600

= 0,58
Untuk harga b/d dapat dicari menggunakan persamaan berikut ini:
𝑏⁄𝑑 = 2{(1 + 𝑚2)0,5 − 𝑚}

𝑏 = 1,5𝑑
Harga lebar dasar saluran (b), lebar permukaan saluran (B), luas
penampang basah (A) dan keliling basah (P) dapat dicari menggunakan
Persamaan berikut ini:
Bb = 2d A = 2d2 P = 4d

2.6.2 Penampang Segitiga


Harga luas penampang basah (A), jari-jari hidrolis (R) dan keiling basah
(P) dapat dicari menggunakan persamaan berikut ini:
Sudut tengah = 90°
Luas penampang basah (A) = d2
Jari-jari hidrolis (R) = 2/2√2
Keliling basah (𝜌) = 2𝑑 × √2
Visualisasi untuk dimensi setiap jenis saluran terbuka dapat dilihat pada
gambar berikut ini
DAFTAR PUSTAKA

Endriantho, M., Ramli, M., 2013. Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang


Terbuka Batubara. Jurnal Geosains vol. 09 No. 01/2013.
Gautama, R. S., 2014. Pembentukan, Pengendalian dan Pengolahan Air Asam
Tambang. ITB: Bandung.
Gautama, R. S., 2014. Pertambangan dan Lingkungan: Jejak Penelitian dan
Pemikiran. ITB: Bandung.
Gunawan, F., Gautama, R. S., Abfertiawan,
M. S., Kusuma, G. J., Lepong, Y., Saridi., 2014. Penelitian dan Pengembangan
Sistem Pengelolaan Air Asam Tambang di Lati Mine Operation. Seminar
Air Asam

Anda mungkin juga menyukai