Anda di halaman 1dari 116

SKRIPSI

HUBUNGAN DEPRESI DENGAN KADAR GULA DARAH ACAK PADA


PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

(Studi Di Ruang Dahlia RSUD Jombang )

SRI MEY PUJININGSIH


13.321.0049

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

i
HUBUNGAN DEPRESI DENGAN KADAR GULA DARAH ACAK PADA
PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2

(Studi Di Ruang Dahlia RSUD Jombang )

SKRIPSI
Diajukan dalam rangka memenuhi persyaratan
menyelesaikan Program Studi S1 Ilmu Keperawatan
Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

SRI MEY PUJININGSIH


13.321.0049

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA
JOMBANG
2017

ii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini :

Nama : SRI MEY PUJININGSIH

NIM : 13.321.0049

Tempat dan tanggal lahir :Madiun,15 Mei 1995

Institusi : STIKes ICME Prodi S1 Keperawatan Jombang

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Hubungan Depresi Dengan Kadar Gula
Darah Acak Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Studi di Ruang Dahlia RSUD
Jombang adalah bukan skripsi orang lain sebagian maupun keseluruhan, kecuali
dalam bentuk kutipan yang telah di sebutkan sumbernya.
Demikian surat pernyataan saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi akademis.

Jombang, Mei 2017

(Sri Mey Pujiningsih)

iii
PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul : Hubungan Depresi Dengan Kadar Gula Darah Acak Pada


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2
(Studi di Ruang Dahlia RSUD Jombang)

Nama Mahasiswa : Sri Mey Pujiningsih

NIM : 13.321.0049

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING

PADA TANGGAL: .................................

Dr. Hariyono, S.Kep.Ns,M.Kep Anin Wijayanti, S.kep.,Ns.,M.Kes

Pembimbing Utama Pembimbing Anggota

Mengetahui,

Ketua Stikes Ketua Program Studi

H. Bambang Tutuko, SH, S.Kep.Ns.,MH Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Sri Mey Pujiningsih

NIM : 13.321.0049

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : Hubungan Depresi Dengan Kadar Gula Darah Acak Pada


Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Studi di Ruang Dahlia
RSUD Jombang

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan dewan penguji dan diterima

sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi S1

Ilmu Keperawatan.

Komisi Dewan Penguji,

Ketua Dewan Penguji : Dr. H.M Zainul Arifin ,Drs.,M,Kes ( )

Penguji I : Dr. Hariyono ,S.Kep.Ns,M.Kep . ( )

Penguji II : Anin Wijayanti, S.Kep.,Ns.,M.Kes. ( )

Ditetapkan di : JOMBANG

Pada tanggal : 2017

v
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Madiun pada tanggal 15 Mei 1995 dari Bapak Simon

Hardiyanto dan Ibu Minarsih .

Tahun 2007 penulis lulus dari SDN Sidodadi 02 , tahun 2010 penulis lulus

dari MTsN, tahun 2013 penulis lulus dari SMAN 1 Saradan dan pada tahun 2013

penulis lulus seleksi masuk STIKES Insan Cendekia Medika Jombang melalui jalur

tes PMDK. Penulis memilih Program Studi S1 Keperawatan dari tiga pilihan

program studi yang ada di STIKES ICME Jombang.

Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenarnya.

Jombang, Mei 2017

Sri Mey Pujiningsih


113210049

vi
MOTTO

BERPEGANG TEGUHLAH PADA KEJUJURAN


KARENA ITU ADALAH KUNCI KESUKSESAN

PENELITI

vii
PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya, Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan karunia dan hidayahNya,serta kemudahan sehinnga karya sederhana ini

dapat terselesaikan. Kupersembahkan karya sederhana ini kepada :

1. Bapak dan ibu tercinta, yang selalu memberikan segala dukungan, cinta dan

kasih sayang yang tiada terhingga. Hanya dengan selembar kertas yang

bertuliskan kata persembahan semoga ini langkah awal untuk membuat bapak

dan ibu bahagia. Aku tahu banyak yang telah kalian korbankan demi

memenuhi kebutuhanku yang selalu tak pernah lelah untuk memenuhi

kebutuhanku,saya hanya bisa mengucapkan banyak terimakasih kepada

bapak dan ibu,hanya Allah SWT yang mampu membalas kemuliaan hati

kalian.

2. Untuk keluarga Suro Geden ku terimakasih untuk Do’a nya yang senantiasa

engkau panjatkan untuku.

3. Bapak Dr.Hariyono,.S.Kep.Ns,M.Kep.dan ibuAninWijayanti,S.Kep.,Ns.,M.

Kes.yang tiada bosanya an lelah dalam membimbing da mengarahkan serta

memberi ilmu dan pengalaman yang luar biasa sehingga saya dapat

menyelesaikan karya sederhana ini.

viii
4. Teman-temanku seperjuangan terutama teman yang tinggal di Blue kost yang

satu atap selama 2 tahun ini dan seluruh teman di Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Insan Cendekia Medika serta semua teman-temanku yang tak

mungkin penulis sebutkan satu persatu, terimakasih atas dukungan serta

bantuannya selama ini

5. Dosen-Dosen S1 Keperwatan STIKES ICME Jombang dan almamater saya

yang selalu memberi bimbinganya.

6. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesainya proposaal skripsi ini.

ix
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-
Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Depresi dengan
kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 ini dengan sebaik-
baiknya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skirpsi ini tidak akan terselesaikan
tanpa bimbingan dari berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
H. Bambang Tutuko, SH, S.Kep.Ns.,MH selaku ketua STIKes ICMe Jombang yang
memberikan izin untuk membuat skripsi sebagai tugas akhir program studi S1
Keperawatan, Inayatur Rosyidah,S.Kep.Ns.,M.Kep., selaku kaprodi S1 Keperawatan,
Dr.Hariyono,S.Kep.Ns,M.Kep selaku pembimbing utama yang memberikan
bimbingan kepada penulis selama proses
Penyusunan skripsi,Anin Wijayanti,S.kep.Ns.,M.Kes selaku pembimbing anggota
yang memberikan bimbingan penulisan dan pengarahan kepada penulis, Kepala
STIKES ICME Jombang beserta Bapak Ibu dosen dan teman-teman yang ikut serta
memberikan saran dan kritik sehingga penelitian ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh
dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca demi penyempurnaan skripsi dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi
penulis pada khususnya dan bagi pembaca bagi umumnya, Amin.

Jombang, Mei 2017


Penulis

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


HALAMAN JUDUL DALAM .................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ............................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN .......................................................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... v
LEMBAR PERSEMBAHAN ........................................................................ viii
KATA PENGANTAR .................................................................................... ix
DAFTAR ISI ................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN ................................................ xv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Depresi ...................................................................................................... 6
2.2 Konsep Diabetes Mellitus ......................................................................... 13
2.3 Kadar gula darah ...................................................................................... 31
2.4 Hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita
Diabetes Mellitus. .................................................................................... 34
2.5 Model Neuman ......................................................................................... 35
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Konsep .................................................................................... 47
3.2 Hipotesis .................................................................................................. 48

xi
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ...................................................................................... 49
4.2 Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................... 49
4.3 Populasi, Sampel dan Sampling ............................................................... 50
4.4 Kerangka Kerja (Frame Work) ................................................................. 52
4.5 Identifikasi Variabel ................................................................................. 53
4.6 Definisi Operasional ................................................................................. 53
4.7 Pengumpulan data dan analisa data ......................................................... 54
4.8 Etika Penelitian ......................................................................................... 60
BAB 5 PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
5.1 Hasil Penelitian ........................................................................................ 62
5.2 Pembahasan............................................................................................... 67
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN.
a. Kesimpulan ............................................................................................... 71
b. Saran ......................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 2.1 Depression Anxiety Stress Scale (DASS) ...................................... 12


Tabel 2.2 Kriteria diagnostik glukosa darah .................................................. 21
Tabel 4.1 Definisi operasional hubungan depresi dengan kadar gula darah
acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia
RSUD Jombang.............................................................................. 54
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang
Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017 ........................ 63
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di
Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017 ............. 63
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bekerjaan di
Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017 ............. 63
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan informasi di Ruang
Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017 ........................ 64
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sumber informasi
di Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017 ......... 64
Tabel 5.6 Karakteristik Frekuensi responden berdasarkan kuesioner
pernyataan responden di Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal
17-27 April 2017 ............................................................................ 64
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Depresi di Ruang
Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017 ........................ 65
Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar gula darah
acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia
RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017 .................................... 65
Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan depresi dengan kadar gula darah acak
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD
Jombang tanggal 17-27 April 2017 ................................................ 66

xiii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Teori Neuman ................................................................................ 46


Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan depresi dengan kadar gula darah
acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia
RSUD Jombang.............................................................................. 47
Gambar 4.1 Kerangka kerja hubungan depresi dengan kadar gula darah acak
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD
Jombang ......................................................................................... 52

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Permohonan Menjadi Responden. ....................................

Lampiran 2 Lembar Pernyataan Menjadi Responden ....................................... .

Lampiran 3 Lembar Kuesioner ......................................................................... .

Lampiran 4 Jadwal Penelitian ........................................................................... .

Lampiran 5 Tabulasi Data Umum .................................................................... .

Lampiran 6 Tabulasi Data khusus ..................................................................... .

Lampiran 7 Tabulasi Validitas .......................................................................... .

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas dan Reliability................................................. .

Lampiran 9 Hasil Uji Statistik Kuesioner ......................................................... .

Lampiran 10 Lembar Pernyataan Dari Perpustakanan....................................... .

Lampiran 11 Lembar Surat Pre Survey Data ..................................................... .

Lampiran 12 Lembar Surat Studi Pendahuluan dan Izin Penelitian .................. .

Lampiran 13 Lembar Surat Telah Melakukan Penelitian .................................. .

Lampiran 14 Lembar Konsultasi ....................................................................... .

xv
DAFTAR LAMBANG

1. H1/Ha : Hipotesis alternatif

2. % : Prosentase

3.  : Alfa (tingkat signifikansi)

4. N : Jumlah populasi

5. n : Jumlah sampel

6. P : Nilai yang di dapat

7. f : Skor yang didapat

8. > : Lebih besar

9. < : Lebih kecil

DAFTAR SINGKATAN

1. STIKes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

2. ICMe : Insan Cendekia Medika

3. Prodi : Progam studi

4. PERKENI : Perkumpulan Endokrinologi Indonesia

5. PERSAD IA : Persatuan Diabetes Indonesia

xvi
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit Diabetes Mellitus sangat berpengaruh terhadap kualitas

sumber daya manusia dan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan

yang cukup besar. Oleh karenanya semua pihak, baik masyarakat maupun

pemerintah, seharusnya ikut serta secara aktif dalam usaha upaya

pencegahan. Diabetes Mellitus merupakan penyakit menahun yang akan

disandang seumur hidup. Pengelolaan penyakit ini memerlukan peran serta

dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lain. Pasien dan keluarga

juga mempunyai peran yang penting, sehingga perlu mendapatkan edukasi

untuk memberikan pemahaman mengenai perjalanan penyakit, pencegahan,

penyulit, dan penatalaksanaan Diabetes Mellitus. Pemahaman yang baik

akan sangat membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam upaya

penatalaksanaan Diabetes Mellitus guna mencapai hasil yang lebih baik.

Keberadaan organisasi profesi seperti PERKENI dan IDAI, serta

perkumpulam pemerhati Diabetes Mellitus yang lain seperti PERSADIA,

PEDI, dan yang lain menjadi sangat dibutuhkan (Perkeni, 2015).

International Diabetes Federation (IDF) memperhitungkan angka

kejadian Diabetes Mellitus di dunia pada tahun 2012 adalah 371 juta jiwa,

tahun 2013 meningkat menjadi 382 juta jiwa dan diperkirakan pada tahun

2035 penderita Diabetes Mellitus akan meningkat menjadi 592 juta jiwa

(Kemenkes RI, 2014). Berdasarkan data dari rumah sakit RSCM Jakarta

pada tahun 2011 komplikasi terbanyak adalah neuropati yang dialami oleh

1
2

54% penderita Diabetes Mellitus (Pusat Data dan Informasi Kementrian

Kesehatan RI, 2014). Berdasarkan Laporan Tahunan Rumah Sakit di Jawa

Timur tahun 2013 penderita Diabetes Mellitus (102.399 kasus) (Profil

Dinkes Jatim, 2014). Berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten Jombang

jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 2014 sejumlah 21.992 (Dinas

Kesehatan Kab Jombang, 2014). Menurut Piette American Journal of

Managed Care (2012), depresi pada penderita Diabetes Mellitus dua kali

lebih banyak di antara penduduk umumnya, dengan 15% sampai 30% dari

pasien diabetes yang memenuhi kriteria depresi. Depresi ditemukan pada

kelompok Diabetes Mellitus, dalam studi terbaru oleh Khuwaja et al, (2013)

menunjukkan bahwa 43,5% pasien yang mengunjungi klinik Diabetes

Mellitus menderita depresi.Angka kejadian Diabetes Mellitus di Ruang

Dahlia RSUD Jombang pada tahun 2016 sejumlah 549 orang (67%), pada

tahun 2017 meningkat menjadi 582 orang (72%).

Penyakit Diabetes Mellitus adalah penyakit seumur hidup, kematian

penderita Diabetes Mellitus disebabkan paling banyak disebabkan

komplikasi oleh sebab itu harus dihadapi dengan sikap positif penderitanya

(Sutedjo, 2010). Penderita Diabetes Mellitus dapat berusia panjang seperti

orang normal apabila dalam kondisi terkendali. Sikap paling tepat adalah

menerima dan bersahabat dengan penyakitnya. Aktivitas yang menuntut

rutinitas, keajegan dalam waktu lama sangat beresiko untuk terjadinya

kejenuhan, bosan, dan akhirnya drop out, aktivitas membutuhkan biaya yang

banyak. Pada saat kebosanan terjadi dan muncul niat untuk melanggar

kepatuhan, terjadi dan muncul niat untuk melanggar kepatuhan, harus


3

dimunculkan kesadaran diri bahwa akibat yang ditimbulkan akan lebih

berbahaya dan merugikan diri sendiri serta keluarganya. Suatu kenyataan

bahwa apa yang harus dikendalikan oleh penderita Diabetes Mellitus

berlawanan dengan dorongan yang muncul dari tubuh, misalnya merasa

sangat lapar melawan membatasi makanan, ingin minum manis melawan

pantang minum gula, maka untuk tetap hidup sehat perlu kesadaran dan

perjuangan untuk mewujudkannya (Sutedjo, 2010).

Pengaturan gula darah ialah derajat kontrol gula darah dalam hal ini

adalah kontrol gula darah karena sampai sekarang ini tes kontrol gula darah

merupakan cara yang paling baik untuk mengetahui apakah gula darah

dalam batas kontrol yang baik atau buruk (Crooke, 2012). Salah satu

perubahan psikologis yang paling sering terjadi adalah kejadian depresi pada

pasien Diabetes Mellitus. Studi melaporkan bahwa pasien Diabetes Mellitus

dua kali lebih besar mengalami gejala depresi atau di diagnosa depresi

dibandingkan dengan populasi umum (Anderson, 2012). Depresi pada

Diabetes Mellitus memberikan kontribusi untuk neurohormonal dan

neurotransmitter perubahan yang dapat mempengaruhi metabolisme glukosa

(Soegondo, 2009).

Modifikasi pola hidup merupakan langkah pencegahan yang baik

agar penderita Diabetes Mellitus tidak mengalami kekambuhan. Kambuh

sendiri memiliki arti suatu keadaan dimana muncul gejala penyakit yang

sama seperti sebelumnya dan biasanya justru lebih parah. Depresi dapat

diatasi dengan cara mengubah cara kita bereaksi pada suatu keadaan.

Mengurangi Depresi dapat dilakukan dengan berbagai macam cara seperti


4

olahraga secara teratur, dan melakukan relaksasi. Melakukan manajemen

depresi merupakan bentuk tindakan nyata untuk mencegah kekambuhan

Diabetes Mellitus. Manajemen depresi sendiri berfungsi untuk membuka

pikiran yang positif dan mengurangi tingkat depresi yang di alami oleh

seseorang (Prabowo, 2013).

1.2 Rumusan masalah

Apakah ada hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang tahun

2017?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Menganalisis hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang tahun

2017.

1.3.2 Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi depresi pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di

Ruang Dahlia RSUD Jombang tahun 2017.

b. Mengidentifikasi kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus

tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang tahun 2017.

c. Menganalisis hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang

tahun 2017.
5

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Teoritis

Hasil dari penelitian ini dapat memperkaya ilmu dan informasi tentang

pentingnya mencegah depresi agar kadar gula darah bisa menurun.

1.4.2 Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi petugas

kesehatan atau perawat mengenai cara mencegah depresi agar kadar gula

darah bisa menurun dan menjadi referensi bahan ajar tentang tingkat

depresi dengan kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Depresi

2.2.1 Definisi depresi

Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai

oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai

hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas

(reality testing ability / RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada

splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas

normal (Hawari, 2011).

Depresi merupakan gangguan suasana perasaan yang menurun,

dengan gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata cukup banyak

dijumpai dengan angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan derajat

gangguan bertaraf ringan, sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek klinis,

depresi dapat berdiri sendiri, merupakan gejala dari penyakit lain,

mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan penyakit

lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan

(Sudiyanto, 2010).

2.2.2 Epidemiologi

Menurut Jain, 2004 dan Manning, 2003 (dalam Himawati, 2010)

depresi adalah penyakit yang cukup mengganggu kehidupan. WHO

memperkirakan bahwa pada tahun 2020, depresi akan naik dari nomor

empat menjadi nomor dua dibawah penyakit jantung iskemik sebagai

penyebab disabilitas.

6
7

Gangguan depresi berat merupakan kelainan umum dengan

prevalensi sepanjang umur sekitar 15% dan sekitar 25% pada wanita.

Insiden gangguan depresi berat sebesar 10% pada pasien rawat jalan dan

15% pada pasien rawat inap (Kaplan, Sadock, 2010).

Menurut Andreasen, 2001 (dalam Himawati, 2010) usia rerata

gangguan depresi berat sekitar 40 tahun, dimana sekitar 50% pasien

berkisar antara 20-50 tahun. Inseden meningkat pada usia < 20 tahun.

Gangguan depresi berat terjadi pada orang tanpa hubungan

interpersonal dekat atau pada mereka yang tidak menikah atau yang cerai

(Kaplan, Sadock, 2010).

2.2.3 Penyebab depresi

Faktor-faktor penyebab depresi menurut Barlow (2010) sebagai

berikut,

a. Dimensi Biologis

Prevalensi keluarga yang memiliki anggota pernah mengalami depresi

ada kemungkinan dialami oleh anggota keluarga yang lain.

b. Dimensi Psikologis

1. Peristiwa lingkungan yang stressfull

2. Learned Helpnessless, orang menjadi cemas dan depresi ketika

membuat atribusi bahwa mereka tidak memiliki kontrol atas stress

dalam kehidupanya.

3. Negative Cognitive Style, adanya pikiran negatif atas suatu

fenomena yang sudah terpola atau menjadi gaya hidup.


8

c. Dimensi Sosial Kultural

Meliputi berbagai masalah sosial misalnya hubungan interpersonal,

hubungan dengan keluarga, dukungan sosial dan pengaruh budaya

setempat.

Pada dasarnya faktor penyebab depresi dapat ditinjau dari berbagai

segi baik fisik (biologis), psikologis, ataupun sosial

(lingkungan/kultural) yang ketiganya tidak berdiri sendiri tetapi saling

mempengaruhi terbentuknya depresi.

2.2.4 Gejala Depresi

Gejala depresi meliputi trias depresi, yang terdiri dari mood yang

terdepresi, hilangnya minat dan kegembiraan, serta berkurangnya energi

yang ditandai dengan keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktivitas.

Gejala tambahan lainnya meliputi :

a. Konsentrasi dan perhatian berkurang

b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna

d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis

e. Gagasan dan perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f. Tidur terganngu

g. Nafsu makan berkurang

Tingkat depresi yang muncul merupakan gambaran dari banyaknya

gejala trias depresi serta gejala tambahannya (Hawari, 2011).

Ciri-ciri depresi menurut American Psychology Association-APA

(2011):
9

a. Mood yang depresi hampir sepanjang hari dan hampir setiap hari. Dapat

berupa mood yang mudah tersinggung.

b. Penurunan kesenangan atau minat secara drastis dalam seluruh

aktivitasnya

c. Suatu kehilangan atau pertambahan berat badan yang signifikan (5%

dari berat tubuh dalam sebulan) atau suatu peningkatan atau penurunan

selera makan yang drastis.

d. Agitasi yang berlebihan atau melambatnya respon gerakan hamper

setiap hari.

e. Perasaan lelah atau kehilangan energi setiap hari

f. Perasaan berharga atau salah tempat ataupun rasa bersalah yang

berlebihan hampir setiap hari

g. Berkurangnya kemampuan untuk berkonsentrasi atau berfikir jernih

atau untuk membuat keputusan

h. Pikiran yang muncul berulang tentang kematian atau bunuh diri.

Depresi sebagai suatu diagnosa gangguan jiwa adalah suatu

keadaan jiwa dengan ciri sedih, merasa sendirian, putus asa, rendah diri,

disertai perlambatan psikomotorik, atau kadang malah agitasi, menarik diri

dari hubungan sosial, dan terdapat gangguan vegetatif seperti anoreksia

serta insomnia (Kaplan, 2010).

Orang yang rentan terkena depresi menurut Hawari (2011) biasanya

mempunyai ciri-ciri:

1. Pemurung, sukar untuk bisa merasa bahagia

2. Pesimis menghadapi masa depan


10

3. Memandang diri rendah

4. Mudah merasa bersalah dan berdosa

5. Mudah mengalah

6. Enggan bicara

7. Mudah merasa haru, sedih, dan menangis

8. Gerakan lamban, Lemah, Lesu, Kurang energik

9. Keluhan psikosomatik

10. Mudah tegang, agitatif, gelisah

11. Serba cemas, khawatir, dan takut

12. Mudah tersinggung

13. Tidak ada percaya diri

14. Merasa tidak mampu, merasa tidak berguna

15. Merasa selalu gagal dalam usaha, pekerjaan ataupun studi

16. Suka menarik diri, pemalu, dan pendiam

17. Lebih suka menyisih diri, tidak suka bergaul, pergaulan sosial amat

terbatas

18. Lebih suka menjaga jarak, menghindar keterlibatan dengan orang

19. Suka mencela, mengkritik, konvensional

20. Sulit mengambil keputusan

21. Tidak agresif, sikap oposisinya dalam bentuk pasif-agresif

22. Pengendalian diri terlampau kuat, menekan dorongan/impuls diri

23. Menghindari hal-hal yang tidak menyenangkan

24. Lebih senang berdamai untuk menghindari konflik atau konfrontasi


11

2.2.5 Tipe Depresi

Kategorisasi depresi menurut Durand & Barlow (2010) berdasarkan berat

tidaknya gangguan ada dua yaitu;

a. Depresi berat disebut episode depresi mayor

Ini adalah depresi yang paling sering didiagnosis dan paling berat.

Mengindikasikan keadaan suasana ekstrem yang berlangsung paling

tidak salama 2 minggu dan meliputi gejala-gejala kognitif (perasaan

tidak berharga dan tidak pasti) dan fungsi fisik yang terganggu (seperti

perubahan pola tidur, perubahan pola makan, dan berat badan yang

signifikan atau kehilangan banyak energi). Episode ini biasanya

disertai dengan hilangnya interes secara umum terhadap berbagai hal

dan ketidakmampuan mengalami kesenangan apapun dalam hidup.

b. Mania

Periode kegirangan atau eforia eksesif yang tidak normal yang

berhubungan pada beberapa gangguan suasana perasaan.

c. Hypomanic Episode

Versi episode hipomanik yang tidak begitu berat yang tidak

menyebabkan terjadinya hendaya berat pada fungsi sosial atau

okupasional. Episode manik tidak selalu bersifat problematik, tetapi

memberikan kontribus bi pada penetapan beberapa gangguan suasana

perasaan
12

d. Episode Manik Campuran

Suatu kondisi di mana individu mengalami kegirangan dan depresi

atau kecemasan di waktu yang sama. Juga dikenal dengan sebutan

episode manik disforfik.

2.2.4 Alat ukur derajat Depresi

Skala Depression Anxiety Stress Scale (DASS)

Keterangan

0: Tidak saya alami

1: saya mengalami beberapa tingkat, atau beberapa kali

2: saya sering mengalami

3: saya selalu mengalami

2.1 Tabel Depression Anxiety Stress Scale (DASS)

Skor
Pernyataan
0 1 2 3
1. Saya merasa rendah diri dan sedih
2. Saya mengalami kesulitan tidur pada malam hari
3. Saya menyadari jika saya kehilangan berat badan
4. Saya mengalami kelelahan tanpa sebab
5. Saya merasa gelisah dan tidak dapat menghindarinya
6. Saya penuh harapan untuk masa depan
7. Saa lebih cepat marah dari bias any
8. Saya merasa orang lain akan lebih baik jika saya mati
Sumber : Saryono (2010)

Penilaian berdasarkan DASS :

Ringan : 7-9

Sedang : 10-14

Berat : 15-19

Extrim : 20+
13

2.2 Konsep Diabetes Mellitus

2.2.1 Pengertian Diabetes Mellitus

Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit di mana kadar glukosa

(glukosa sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat

melepaskan atau menggunakan insulin secara cukup (Maulana, 2008).

Diabetes Meliitus merupakan penyakit kelainan metabolisme yang

disebabkan oleh kurangnya hormon insulin dalam tubuh (Santosa, 2014).

Diabetes Mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik

dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi

insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Perkeni, 2015).

Menurut American Diabetes Association (ADA) 2010, Diabetes

Mellitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik

hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin

atau kedua-duanya. Lebih dari 90 persen dari semua populasi Diabetes

Mellitus adalah Diabetes Mellitus tipe 2 yang ditandai dengan penurunan

sekresi insulin karena berkurangnya fungsi sel beta pankreas secara

progresif yang disebabkan oleh resistensi insulin.

2.2.2 Penyebab Diabetes mellitus

Diabetes Mellitus disebabkan karena berkurangnya produksi dan

ketersediaan insulin dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin

yang sebenarnya berjumlah cukup. Kekurangan insulin disebabkan adanya

kerusakan sebagian kecil atau sebagian besar sel-sel pulau langerhans

dalam kelenjar pankreas yang berfungsi menghasilkan insulin. Namun,


14

jika dirunut lebih lanjut, beberapa faktor yang menyebabkan Diabetes

Mellitus sebagai berikut :

a. Genetik atau faktor keturunan. Diabetes Mellitus cenderung diturunkan

atau diwariskan, bukan ditularkan. Anggota keluarga penderita

Diabetes Mellitus memiliki kemungkinan besar terserang penyakit ini

dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita Diabetes

Mellitus. Para ahli kesehatan juga menyebutkan Diabetes Mellitus

merupakan penyakit yang terpaut kromosom seks atau kelamin.

Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita sesungguhnya, sedangkan

kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk diwariskan

kepada anak-anaknya.

b. Virus dan bakteri. Virus penyebab Diabetes Mellitus adalah rubela,

mumps, dan human coxsackievirus B4. Melalui mekanisme infeksi

sitolitik dalam sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi

otoimunitas yang menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta.

Diabetes Mellitus akibat bakteri masih belum bisa dideteksi. Namun,

para ahli kesehatan menduga bakteri cukup berperan menyebabkan

Diabetes Mellitus .

c. Bahan toksik atau beracun. Bahan beracun yang mampu merusak sel

beta secara langsung adalah alloxan, pyrinuron (rodentisida) dan

strepzoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain adalah sianida yang

berasal dari singkong.

d. Nutrisi. Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor

resiko pertama yang diketahui menyebabkan Diabetes Mellitus .


15

Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat nutrisi yang

berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit Diabetes

Mellitus .

e. Kadar kortikosteroid yang tinggi.

f. Kehamilan diabetes gestasional, yang akan hilang setelah melahirkan.

g. Obat-obatan yang dapat merusak pankreas.

h. Racun yang mempengaruhi pembentukan atau efek dari insulin.

(Maulana, 2008).

Sedangkan menurut Lanywati (2011) penyebab Diabetes Mellitus

adalah sebagai berikut :

a. Makan yang berlebihan menyebabkan gula dan lemak dalam tubuh

menumpuk secara berlebihan. Kondisi tersebut menyebabkan kelenjar

pankreas terpaksa harus bekerja keras memproduksi hormon insulin

untuk mengolah gula yang masuk. Jika suatu saat pankreas tidak

mampu memenuhi kebutuhan hormon insulin yang terus bertambah,

maka kelebihan gula tidak dapat terolah lagi dan akan masuk ke dalam

darah serta urine (air kencing).

b. Pada saast tubuh melakukan aktivitas/gerakan, maka sejumlah gula

akan dibakar untuk dijadikan tenaga gerak. Sehingga jumlah gula

dalam tubuh akan berkurang, dan dengan demikian kebutuhan akan

hormon insulin juga berkurang. Pada orang yang kurang gerak dan

jarang berolah raga, zat makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak

dibakar, tetapi hanya akan ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan

gula. Proses pengubahan zat makanan menjadi lemak dan gula,


16

memerlukan hormon insulin. Namun, jika hormon insulin kurang

mencukupi, maka akan timbul gejala penyakit Diabetes Mellitus .

c. Penyakit saat hamil, untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan

janinnya, seorang ibu secara naluri akan menambah jumlah konsumsi

makanannya, sehingga umumnya berat badan ibu hamil akan naik

sekitar 7 kg-10 kg. Pada saat penambahan jumlah konsumsi makanan

tersebut terjadi, jika ternyata produksi insulin kurang mencukupi, maka

akan timbul gejala penyakit Diabetes Mellitus.

2.2.3 Tipe-tipe Diabetes Mellitus

Menurut Santosa (2014) tipe Diabetes Mellitus atau klasitifikasi Diabetes

Mellitus yang utama adalah :

a. Diabetes Mellitus tipe 1

Diabetes Mellitus tipe 1 terjadi karena tubuh penderita tidak mampu

memproduksi insulin. Diabetes Mellitus tipe 1 juga sering disebut

sebagai penyakit autoimun. Penyakit ini terjadi karena sistem imun

tubuh pada suatu individu secara spesifik menyerang dan merusak sel-

sel penghasil insulin yang terdapat pada pankreas.

b. Diabetes Mellitus tipe 2

Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan oleh faktor kombinasi antara

faktor genetika dan faktor lingkungan. Pada Diabetes M ellitus tipe 2,

faktor genetika lebih dominan bila dibandingkan dengan Diabetes

Mellitus tipe 1. dari berbagai penelitian diketahui bahwa sebagian

besar penderita diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga


17

menderita penyakit atau masalah kesehatan yang berhubungan dengan

Diabetes Mellitus.

c. Gestational Diabetes Mellitus.

Diabetes Mellitus tipe ini terjadi saat kondisi gula darah menjadi tinggi

pada masa kehamilan dan terjadi pada orang yang tidak menderita

Diabetes Mellitus. Umumnya akan kembali normal setelah masa

kehamilan. Meskipun tipe Diabetes ini bersifat sementara, bila tidak

ditangani dengan baik, dapat membahayakan kesehatan janin maupun

sang ibu.

2.2.4 Gejala-gejala Diabetes Mellitus

Tanda-tanda seseorang terkena atau mengidap Diabetes Mellitus

adalah sebagai berikut : gejala diabetes tipe I muncul secara tiba-tiba pada

saat usia anak-anak sebagai akibat dari kelainan genetika, sehingga tubuh

tidak memproduksi insulin dengan baik. Gejala-gejalanya antara lain

adalah :

a. Sering buang air kecil.

b. Terus menerus lapar dan haus.

c. Berat badan menurun.

d. Kelelahan.

e. Penglihatan kabur.

f. Infeksi pada kulit yang berulang.

g. Meningkatkanya kadar gula dalam darah dan air seni.

h. Cenderung terjadi pada mereka yang berusia di bawah 20 tahun.


18

Sedangkan gejala Diabetes Mellitus tipe II mencul secara perlahan-

lahan sampai menjadi gangguan yang jelas, dan pada tahap permulaannya

seperti gejala Diabetes Mellitus tipe I, yaitu :

a. Cepat lelah, kehilangan tenaga, dan merasa tidak fit.

b. Sering buat air kecil.

c. Terus menerus lapar dan haus.

d. Kelelahana yang berkepanjangan dan tidak ada penyebabnya.

e. Mudah sakit yang berkepanjangan.

f. Biasanya terjadi pada mereka yang berusia di atas 40 tahun, tetapi

prevalensinya kini semakin tinggi pada golongan anak-anak dan

remaja.

Gejala-gejala tersebut sering terabaikan karena dianggap sebagai

keletihan akibat kerja. Jika glukosa darah sudah tumpah ke saluran urin

dan urin tersebut tidak disiram, makan akan dikerubuti oleh semut yang

merupakan tanda adanya gula. Gejala lain yang biasanya muncul adalah :

a. Penglihatan kabur.

b. Luka yang lama sembuh.

c. Kaki terasa kebas, geli atau merasa terbakar.

d. Infeksi jamur pada saluran reproduksi wanita.

e. Impotensi pada pria.

(Maulana, 2008).

Sedangkan menurut Lanywati (2011) gejala klasik penyakit

Diabetes Mellitus, dikenal dengan istilah trio-P, yaitu meliputi poliuria


19

(banyak kencing), polidipsi (banyak minum) dan polipagio (banyak

makan).

a. Poliuria (banyak kencing), merupakan gejala umum pada penderita

Diabetes Mellitus, banyaknya kencing ini disebabkan kadar gula dalam

darah berlebihan, sehingga merangsang tubuh untuk berusaha

mengeluarkannya melalui ginjal bersama air dan kencing, gejala

banyak kencing ini terutama menonjol pada waktu malam hari, yaitu

saat kadar gula dalam darah relatif tinggi.

b. Polidipsi (banyak minum), sebenarnya merupakan akibat (reaksi

tubuh) dari banyak kencing tersebut. Untuk menghindari tubuh

kekurangan cairan (dehidasi), maka secara otomatis akan timbul rasa

haus/kering yang menyebabkan timbulnya keinginan untuk terus

minum selama kadar gula dalam darah belum terkontrol baik.

Sehingga dengan demikian, akan terjadi banyak kencing dan banyak

minum.

c. Polipagi (banyak makan), merupakan gejala yang tidak menonjol.

Terjadinya banyak makan ini disebabkan oleh berkurangnya cadangan

gula dalam tubuh meskipun kadar gula dalam darah tinggi. Sehingga

dengan demikian, tubuh berusaha untuk memperoleh cadangan gula

dari makanan yang diterima.

Gejala-gejala yang biasa tampak pada penderita Diabetes Mellitus

adalah sebagai berikut :

a. Adanya perasaan haus yang terus-menerus.

b. Sering buang air kecil (kencing) dan jumlah yang banyak.


20

c. Timbulnya rasa letih yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

d. Timbulnya rasa gatal dan peradangan kulit yang menahun.

Adapun pada penderita yang berat, akan timbul beberapa gejala

atau tanda yang lain, yaitu sebagai berikut :

a. Terjadinya penurunan berat badan.

b. Timbulnya rasa kesemutan (mati rasa) atau sakit pada tangan atau kaki.

c. Timbulnya borok (luka) pada kaki yang tak kunjung sembuh.

d. Hilangnya kesadaran diri (Lanywati, 2011).

2.4.5 Pengelolaan Diabetes Melitus Tipe 2

Diagnosis Diabetes Mellitus ditegakkan atas dasar pemeriksaan

kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma darah vena.

Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan

pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak

dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Berbagai keluhan dapat

ditemukan pada penyandang Diabetes Mellitus. Kecurigaan adanya

Diabetes Mellitus perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:

1. Keluhan klasik Diabetes Mellitus: poliuria, polidipsia, polifagia dan

penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.

2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan

disfungsi ereksi pada pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau

kriteria Diabetes Mellitus digolongkan ke dalam kelompok preDiabetes


21

Mellitus yang meliputi: toleransi glukosa terganggu (TGT) dan glukosa

darah puasa terganggu (GDPT).

1. Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa

plasma puasa antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa

plasma 2-jam <140 mg/dl.

2. Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa

plasma 2 -jam setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa

plasma puasa <100 mg/dl

3. Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT

4. Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil

pemeriksaan HbA1c yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.

(Perkeni, 2015).

Table 2.1 Kriteria diagnostik glukosa darah


Bukan diabetes Pra diabetes mg/dl Diabetes
mg/dl Mg/dl
Puasa < 110 110-125 ≥ 126
Sewaktu < 110 110-199 ≥ 200
Sumber Perkeni (2015)

2.4.5 Pencegahan Diabetes Mellitus

Beberapa usaha pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat

secara umum adalah sebagai berikut :

a. Diet yang baik dan terukur agar berat badan tidak berlebihan.

Usahakan untuk dapat mencapai dan mempertahankan berat badan

normal, atau bahkan berat badan ideal. Jangan makan dalam porsi yang

berlebihan, dan kurangi makan gula atau makanan yang manis serta

berlemak tinggi.
22

b. Olah raga secara teratur dan terukur, agar kelebihan gula dan lemak di

dalam tubuh dapat berkurang (diubah menjadi energi gerak). Di

samping itu, dengan olah raga secara teratur, otot-otot tubuh akan

menjadi kencang dan organ-organ tubuh dapat bekerja dengan lebih

lancar, baik dan efisien (Lanywati, 2011).

Sedangkan menurut Maulana (2008) pencegahan komplikasi

Diabetes Mellitus ada 9 cara untuk berperan aktif dalam perawatan

Diabetes Mellitus sehingga dapat menikmati hidup lebih sehat di masa

yang akan datang :

a. Lakukan pemeriksaan fisik setiap tahun

Selain pemeriksaan rutin untuk mengawasi perawatan Diabetes

Mellitus, lakukan pemeriksaan fisik sekali setahun.

b. Periksa mata setahun sekali

Pergi ke spesialis mata sekali tiap tahun dapat membantu untuk

mendeteksi masalah penglihatan yang berkaitan dengan Diabetes

Mellitus untuk dapat mendeteksi secara dini, sehingga lebih mudah

ditangani maupun dicegah.

c. Temui dokter gigi setahun dua kali

Kadar gula darah yang tinggi mengganggu sistem kekebalan tubuh,

membatasi kemampuan tubuh untuk berperang dengan bakteri dan

virus yang menyebabkan infeksi. Karena mulut penuh dengan bakteri,

maka infeksi juga dapat terjadi pada gusi. Oleh sebab itu sangat

dianjurkan untuk menemui dokter gigi setahun dua kali untuk

memeriksakan kesehatan mulut dan gigi.


23

d. Vaksinasi tepat waktu

Selalu up to date terhadap vaksinasi yang dapat membantu mencegah

terjadinya komplikasi akibat Diabetes Mellitus. Contohnya vaksinasi

untuk radang paru. Hampir tiap dokter akan merekomendasikan pada

penderita Diabetes Mellitus untuk vaksinasi radang paru-paru. Apabila

telah menderita komplikasi akibat Diabetes Mellitus atau berusia lebih

dari 65 tahun maka akan dibutuhkan vaksinasi ulang setiap 5 tahun.

e. Rawat kebersihan dan kesehatan kaki

Penderita Diabetes Mellitus beresiko tinggi untuk menderita penyakit

pada kaki dalam dua cara yaitu :

1. Diabetes Mellitus dapat merusak saraf-saraf di kaki, mengurangi

sensasi nyeri. Ini berarti dapat terjadi ruam dan memar tanpa

menyadarinya.

2. Diabetes Mellitus dapat menyempitkan atau menutup arteri,

mengurangi aliran darah menuju kaki.

f. Jangan merokok

Orang yang menghidap Diabetes Mellitus dan merokok sering kali

ditemukan meninggal karena serangan jantung, stroke dan penyakit

lainnya daripada penderita Diabetes Mellitus yang tidak merokok. Hal

ini karena merokok menyempitkan pembuluh darah, serta menurunkan

aliran darah menuju kaki.

g. Awasi tekanan darah

Sama seperti Diabetes Mellitus, tekanan darah yang tinggi juga dapat

merusak pembuluh darah. Bila kedua keadaan ini muncul, maka dapat
24

terjadi serangan jantung, stroke atau kondisi lain yang mengancam

jiwa.

h. Memeriksa kadar gula darah

Mengatur kadar gula darah merupakan hal yang paling penting untuk

merasa lebih baik dan mencegah komplikasi lebih lanjut dari Diabetes

Mellitus. Dengan mengawasi kadar gula darah dan tetap menjaganya

normal, maka akan mengurangi resiko kerusakan mata, ginjal,

pembuluh darah dan saraf.

i. Penanganan stres

Stres dapat meningkatkan produksi hormon yang dapat memblokir

efek dari insulin, yang menyebabkan kadar gula darah meningkat. Bila

sedang terserang stres, maka akan sulit untuk merawat diri sendiri

maupun mengelola Diabetes Mellitus.

Terdapat sepuluh petunjuk hidup sehat dan merupakan senjata untuk

mencegah komplikasi Diabetes Mellitus :

a. Semua yang manis sebaiknya dihindari atau pantang gula.

b. Batasi makanan yang mengandung asam urat (jeroan, sarden, burung

dara, unggas, kaldu, kacang-kacangan, emping, tapai).

c. Batasi tek kuk CS2 (telur-keju-kepiting, udang, kerang, cumi-cumi,

susu, santan).

d. Targetkan lingkar pinggang pria < 90 cm, wanita < 80 cm.

e. Kalau ada hipertensi : batasi garam, ikan asin, kacang asin dan stop

alkohol.

f. Stop rokok.
25

g. Rutinlah olahraga, minimal jalan 3 km atau sit up 50-200 kali, hindari

diam tak beraktivitas.

h. Tidur 6-7 jam /hari.

i. Check up secara teratur.

Kontrol/check up teratur untuk 1,2,3,4,5,6 bulan untuk orang non

Diabetes Mellitus, terutama untuk > 40 tahun, dan untuk penderita

Diabetes Mellitus yang menghidap penyakit kardiovaskuler, lakukan

check up setiap 1,2,3 bulan

j. Perbanyak makanan kaya chromium apabila tak menderita peninggian

asam urat (misal : merica, apel, brokoli, udang, dan kacang-kacangan)

karena berfungsi memperbaiki kerja insulin.

(Sutedjo, 2010).

2.2.6 Pengobatan Diabetes Mellitus

Tujuan utama pengobatan Diabetes Mellitus adalah untuk

mempertahankan kadar gula darah dalam kisaran yang normal. Kadar gula

darah yang benar-benar normal sulit untuk dipertahankan, tetapi semakin

mendekati kisaran yang normal, maka kemungkinan terjadinya komplikasi

sementara maupun jangka panjang adalah semakin berkurang. Pengobatan

Diabetes Mellitus meliputi pengendalian berat badan, olah raga dan diet.

Ilmu pengetahuan sudah mampu menemukan berbagai jenis pengobatan

yang tidak memberatkan para penderita Diabetes Mellitus, yaitu :

a. Insulin bentuk baru untuk memperbaiki kadar gula darah. Dulu,

setengah jam setelah disuntik insulin, diabetesi baru boleh makan. Kini
26

sehabis disuntik insulin diabetesi bisa langung makan. Bahkan ada

suntik insulin dengan periode waktu hingga 24 jam.

b. Ditemukannya obat penurun lipid (lemak dalam darah). Lipid menjadi

ancaman karena bisa menimbulkan komplikasi si stroke atau jantung

pada Diabetes Mellitus.

c. Obat yang dapat menghambat progresif perkembangan penyakit ginjal

pada Diabetesi Mellitus.

d. Obat anti pembekuan darah. Penderita jantung koroner lazim dipasang

cincin metal di pembuluh jantung yang dapat memperingan kadar

penyakitnya. Namun, pada penderita jantung akibat komplikasi

Diabetes Mellitus hal ini tdaik dapat dilakukan karena kerap terjadi

pembekuan darah. Hal inilah yang dicegah obat anti pembekuan darah.

e. Insulin sensitizing. Jumlah insulin yang disuntikkan sedikit namun

mampu menurunkan kadar gula darah sekaligus kadar lipid.

f. Alat pemantau gula darah mandiri yang cara kerjanya makin sederhana

serta mengurangi rasa sakit.

Menurut Santosa (2014) dalam proses terapi obat hipoglikemik oral,

pemilihan dan penentuan rejimen hipoglikemik yang digunakan harus

mempertimbangkan tingkat keparahan diabetes serta kondisi kesehatan

penderita secara umum, termasuk penyakit-penyakit lain dan komplikasi

yang ada. Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat hipoglikemik oral

dapat dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:


27

a. Obat-obat yang meningkatkan sekresi insulin, meliputi obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurea dan glinida (meglitinida dan

turunan fenilalanin).

b. Sensitifer (obat-obat yang dapat meningkatkan sensitifitas sel terhadap

insulin), meliputi obat-obat hipoglikemik golongan biguanida dan

tiazolidindion, yang dapat membantu tubuh untuk memanfaatkan

insulin secara lebih efektif.

c. Inhibitor katablolisme karbohidrat, antara lain inhibitor a-glukosidase

yang bekerja menghambat absorpsi glukosa dan umum digunakan

untuk mengendalikan hiperglikemia post-prandial (post meal

hypergicermia).

a. Golongan sulfonilurea

Golongan sulfonilurea adalah obat hipoglikemik oral yang

pertama kali ditemukan. Sejak beberapa tahun yang lalu, hampir semua

obat hipoglikemik oral termasuk dalam golongan sulfonilurea. Obat

hipoglikemik oral golongan sulfonilurita diabetes dewasa dan dengan

berat badan normal serta tidak pernah mengalami ketoasidosis

sebelumnya.

Obat-obatan yang termasuk dalam golongan sulfonilurea ini

bekerja merangsang sekresi insulin di kelenjar pankreas. Maka dari itu,

obat-obatan dalam kelompok ini hanya efektif apabila sel-sel

langerhans pankreas masih dapat berproduksi.

Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah pemberian

senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi


28

insulin oleh kelenjar pankreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan

perangsangan oleh glukosa. Hal ini karena pada saat glukosa gagal

merangsang sekresi insulin, senyawa-senyawa obat ini masih mampu

meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obatan golongan

sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita Diabetes yang kelenjar

pankreasnya masih mampu memproduksi insulin.

Obat atau senyawa-senyawa yang dapat meningkatkan risiko

hipoglikemia sewaktu pemberian obat-obat hipoglikemia sulfonilurea

antara lain:

1. Alkohol

2. Insulin

3. Fenformin.

4. Sulfonamida.

5. Salisilat dosis besar.

6. Fenilbutazon.

7. Oksifenbutazon.

8. Probenezida.

9. Probenezida.

10. Dikumarol.

11. Kloramfenikol.

12. Penghambat MAO.

13. Guanetidin.

14. Streroida anabolik.

15. Fenfluramin dan klofibrat.


29

16. Golongan meglitinida dan turunan fenilalanin.

Obat-obatan hipoglemik oral golongan glinida ini termasuk

obat hipoglikemik generasi baru. Adapun cara kerjanya mirip dengan

golongan sulfonilurea. Obat hipoglikemik oral golongan glinida ini

bekerja meningkatkan sintesis dan sekresi insulin oleh kelenjar

pankreas. Umumnya senyawa obat hipoglikemik golongan meglitinida

dan turunan fenilalanin ini dipakai dalam bentuk kombinasi dengan

obat-obat antidiabetik oral lainnya.

b. Golongan biguanida

Obat hipoglikemik oral golongan biguanida yang masih dipakai

sebagai obat hipoglikemik oral adalah metformin. Di antara negara

yang menggunakan metformin adalah Indonesia. Hal ini karena, ketika

menggunakan metformin frekuensi terjadinya asidosis laktat cukup

sedikit asal dosis tidak melebihi 1700 mg/hari dan tidak ada gangguan

fungsi ginjal dan hati.

c. Golongan Tizaolidindion

Senyawa golongan tiazolidindion bekerja meningkatkan kepekaan

tubuh terhadap insulin dengan PPARy di otot, jaringan lemak, dan hati

untuk menurunkan resistensi insulin. Senyawa-senyawa TZD juga

menurunkan kecepatan glikoneogenesis.

d. Golongan inhibitor a-Glukosidase

Senyawa-senyawa inhibitor a-glukosidase bekerja menghambat enzim

alfa glukosidase yang terdapat pada dinding susu halus. Enzim-enzim


30

a-glukosidase (maltase, isomaltase, glukomaltase dan sukrase)

berfungsi untuk menghidrolisis oligosakarida, pada dinding usus halus.

(Santosa, 2014).

Menurut Sutedjo (2010) pemberian obat pada penderita Diabetes

Mellitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah puasa maupun

sesudah makan dalam batas normal.

Obat hipoglikemik oral (OHO)

a. Tujuan pemberian dan cara kerja OHO

OHO diberikan dengan tujuan mempertahankan kadar gula dalam

darah agar tetap normal dan digunakan pada Diabetes Mellitus tipe II.

OHO bekerja dengan cara sebagai berikut:

1. Merangsang sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin dalam

jumlah cukup.

Obat kelompok ini adalah sulfonilurea sulfonilurea yang

mempunyai rumus kimia menyerupai sulfonamida. Pemberian

sulfonilurea harus disertai dengan banyak minum karena

mempunyai ESO yang hampir sama dengan sulfonamida yaitu

pembentukan kristal pada urine. Obat dimakan kira-kira 30 menit

sebelum makan.

2. Menurunkan berat badan

Obat kelompok biguanida ini terdiri atas metformin dan penformin

dengan segala mereka dagangnya. Obat ini mempunyai mekanisme

kerja yang belum jelas, tetapi mempunyai efek penurunan berat

badan sehingga dahulu pernah digunakan para artis sebagai obat


31

penurunan berat badan. Obat metformin bekerja di luar pankreas

yaitu:

a) Meningkatkan sensitivitas insulin.

b) Menghambat produksi glukagon.

c) Menurunkan absorpsi karbohidrat dari usus.

d) Menghambat glukoneogenesis (pembentukan gula dari bahan

lain).

e) Meningkatkan afinitas atau keterikatan kapiler terhadap insulin.

f) Meningkatkan jumlah reseptor insulin pada sel.

b. Prinsip penggunaan OHO

1. Dimulai dari dosis kecil dan secara bertahap ditingkatkan sampai

dosis yang sesuai, yaitu diperolehnya kadar gula darah yang

normal.

2. Sebaiknya dihindari obat OHO efek panjang pada orang tua karena

menyebabkan hipoglikemi.

3. Pada saat minum OHO sebaiknya dihindari obat-obat yang

antagonis atau melawan efek OHO. Apabila terpaksa harus

mendapatkan obat antagonis tersebut konsultasikan dengan dokter.

Obat anagonis OHO di antaranya adalah kortikosteroid dan

adrenalin.
32

2.3. Kadar gula darah

2.3.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi kadar glukosa darah

1. Faktor genetik atau keturunan

Penyakit Diabetes merupakan penyakit yang cenderung diturunkan

bukan ditularkan. Biasanya jika orangtua menderita Diabetes,

kemungkinan besar anaknya juga menderita penyakit yang sama. Para

ahli Diabetes telah menentukan persentase kemungkinan terjadinya

diabetes karena faktor keturunan.

2. Virus dan bakteri

Virus dan bakteri juga sebagai salah satu faktor terjadinya Diabetes.

Misalnya, virus rubela, mumps, dan human coxsachievirus B4. melalui

infeksi sitolik dalam sel beta, virus ini akan merusak sel. Selain itu,

virus ini juga dapat menyerang melalui reaksi auto-imunitas yang

menghilangkan autoimun dalam sel beta.

3. Terlalu banyak mengkonsumsi karbohidrat atau gula

Saat ini semakin banyak makanan yang mengandung gula, seperti

berbagai macam kue, makanan ringan, minuman es krim, permen dan

aneka jajanan lainnya. Tanpa kita sadari makanan dan minuman

tersebut akan mengundang bahaya bagi tubuh kita, jika dikonsumsi

dalam jumlah banyak dan secara terus menerus. Makanan tersebut

harus dihindari karena kadar gulanya cukup tinggi.

4. Kurang tidur

Jika kualitas tidur kurang baik, metabolisme tubuh dan sistem

kekebalan tubuh bisa terganggu sehingga mudah terserang penyakit.


33

Para ahli menyatakan bahwa kurangg tidur selama hari dapat

menurunkan kemampuan tubuh untuk memproses glukosa. Kurang

tidur juga dapat merangsang sejenis hormon dalam darah yang

memicu nafsu makan. Munculnya nafsu makan tersebut akan

mendorong penderita gangguan tidur untuk menyantap makanan

berkalori tinggi yang membuat kadar gula darah naik.

5. Malas beraktifitas fisik

Saat ini, gaya hidup manusia semakin jauh dari pola hidup sehat.

Aktivitas seperti bekerja di kantor, naik mobil atau motor saat

berangkat kerja, naik lift dan duduk terlalu lama di depan komputer,

dapat membuat sistem kreasi tubuh berjalan lambat.

6. Rokok, soda, dan minuman beralkohol

Rokok mengandung zat nornikotin, yakni salah satu zat yang mudah

menguap. Keberatan zat nornikotin dalam tubuh dapat meningatkan

Diabetes Mellitus. Perokok berat yang dapat menghabiskan lebih dari

satu bungkus rokok perhari berisiko terkena Diabetes Mellitus tiga kali

lebih besar dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

7. Takut kulit hitam karena matahari

Vitamin D membantu tubuh untuk mengatur proses metabolisme gula

darah. Sumber vitamin D terbaik diperoleh dari sinar matahari. Wanita

dengan asupan vitamin D yang tinggi berisiko rendah terkena Diabetes

Mellitus.

8. Depresi

Ketika depresi datang, produksi hormon epinephrine dan kortisol akan


34

meningkatkan gula darah dan tubuh mendapatkan cadangan energi

untuk beraktivitas. Namun jika kadar gula darah semakin meningkat

karena depresi berkepanjangan, maka Diabetes Mellitus pun akan

menyerang tubuh anda.

9. Jumlah nutrisi

Penyakit Diabetes Mellitus sangat erat kaitannya dengan jumlah nutrisi

yang terkandung dalam tubuh. Jumlah nutrisi yang berlebihan dalam

tubuh merupakan faktor risiko utama penyebab datangnya Diabetes

Mellitus. Semakin lama anda mengalami kelebihan nutrisi, semakin

besar risiko terjadinya obesitas dan Diabetes Mellitus.

(Santosa, 2014).

2.4 Hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita

Diabetes Mellitus.

Depresi pada pasien Diabetes Mellitus menyebabkan pesimisme dan

menurunkan self-efficacy, dan dapat mengakibatkan kepatuhan serta

perawatan diri yang kurang, selain itu menunjukkan bahwa depresi pada

pasien Diabetes Melitus tipe II lebih parah dengan beban gejala yang lebih

tinggi, peningkatan penurunan fungsional, kontrol glikemik yang kurang dan

komplikasi Diabetes Mellitus yang tinggi (Zuberi, 2011).

Hal-hal yang mempengaruhi regulasi gula darah salah satunya adalah

psikologis atau emosi (rasa cemas, ketakutan, kesedihan) dan sosial (konflik

pribadi, perubahan gaya hidup) yang memicu pengeluaran hormon adrenalin

dan kortisol yang juga menyebabkan pelepasan glukosa hati sebagai respon

“fight-or-flight” untuk meningkatkan ketersediaan glukosa, asam amino,


35

dan asam lemak untuk digunakan jika diperlukan. Hormon kortisol

berfungsi untuk meningkatkan glukosa darah dengan mengorbankan

simpanan protein dan lemak, berperan dalam adaptasi terhadap stres. Selain

itu juga terdapat hormon epinefrin dan norepinefrin untuk memperkuat

sistem saraf simpatis, berperan dalam adaptasi terhadap stres dan pengaturan

tekanan darah (Sherwood, 2011).

Berdasarkan jurnal Tutut Setyani 2012, Judul Hubungan Aktivitas

Fisik Dengan Kadar Gula Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di

Rumah Sakit Umum Daerah Karanganyar, Penelitian menggunakan metode

analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan sampel

berjumlah 65 pasien diabetes melitus tipe 2 di rumah sakit umum daerah

karanganyar yang diambil dengan teknik purposive sampling. Pengukuran

aktivits fisik menggunakan kuesioner aktivitas fisik internasional (IPAQ).

Kadar gula darah diperoleh dari rekam medis. Data dianalisis dengan

program SPSS 17.0 for Windows. Hasil uji korelasi pearson didapatkan nilai

p=0,001 dan nilai r=-0,433. Hal ini berarti terdapat hubungan negatif antara

aktivitas fisik dengan kadar gula darah pada pasien diabetes melitus tipe 2 (

H0 ditolak )

2.4 Model Neuman

2.4.1 Perkembangan sistem model Neuman

Model sistem Neuman memberikan warisan baru tentang cara

pandang terhadap manusia sebagai makhluk holistik (memandang manusia

secara keseluruhan) meliputi aspek (variable) fisiologis, psikologis,

sosiokultural, perkembangan dan spiritual yang berhubungan secara


36

dinamis seiring dengan adanya respon-respon sistem terhadap stressor baik

dari lingkungan internal maupun eksternal.

Komponen utama dari model ini adalah adanya stress dan reaksi

terhadap stress. Klien dipandang sebagai suatu sistem terbuka yang

memiliki siklus input, proses, output dan feedback sebagai suatu pola

organisasi yang dinamis. Dengan menggunakan perspektif sistem ini,

maka kliennya bisa meliputi individu, kelompok, keluarga, komunitas atau

kumpulan agregat lainnya dan dapat diterapkan oleh berbagai disiplin

keilmuan.

Tujuan ideal dari model ini adalah untuk mencapai stabilitas sistem

secara optimal. Apabila stabilitas tercapai maka akan terjadi revitalisasi

dan sebagai sistem terbuka maka klien selalu berupaya untuk memperoleh,

meningkatkan, dan mempertahankan keseimbangan diantara berbagai

faktor, baik didalam maupun diluar sistem yang berupaya untuk

mengusahakannya. Neuman menyebut gangguan-gangguan tersebut

sebagai stressor yang memiliki dampak negatif atau positif. Reaksi

terhadap stressor bisa potensial atau aktual melalui respon dan gejala yang

dapat diidentifikasi.

2.4.2 Konsep utama dan definsi teori model Neuman.

Neuman menggunakan sejumlah orang untuk melakukan pendekatan.

Yang termasuk dalam konsep mayor menurutnya adalah :

1. Tekanan

Rangsangan yang timbul diakibatkan kondisi sekitar pandangan

Neuman tentang tekanan yaitu :


37

a. Intra Personal : Secara individu atau perorangan.

b. Inter Personal : Antara individu yang satu dengan individu yang

lain lebih dari satu.

c. Ekstra Personal : Di luar individu

2. Struktur Pokok Sumber Energi

Merupakan penggerak untuk melakukan aktivitas.

3. Tingkat Ketahanan

Merupakan faktor internal untuk menghadapi tekanan.

4. Garis Normal Pertahanan

Tingkatan kemampuan adaptasi individu untuk menghadapi tekanan di

batas normal

5. Gangguan Pertahanan

Kerusakan sistem pertahanan tubuh oleh dan akibat dari tekanan

6. Tingkat Reaksi

Tindakan yang muncul akibat dari pengaruh tekanan.

7. Intervensi

Identifikasi tindakan sebagai akibat dari reaksi yang timbul.

8. Tingkat-Tingkat Pencegahan

Dibagi menjadi :

a. Pencegahan primer

Sebelum terjadi tindakan

b. Pencegahan sekunder

c. Ketika terjadi tindakan

d. Pencegahan tersier : Adaptasi atau pengaruh kerusakan


38

9. Penyesuain Kembali

Adaptasi dari tindakan yang berasal dari sekitar baik

interpersonal. Intra personal dan ekstra personal.

2.4.3 Asumsi Teori Betty Neuman

Asumsi yang dikemukakan oleh Betty Neuman dalam memberikan

respon terhadap tekanan yaitu:

1. Manusia

Merupakan suatu sistem terbuka yang selalu mencari keseimbangan

dari harmoni dan merupakan satu kesatuan dari fisiologis, psikolois,

sosiokultural, perkembangan dan spiritual.

2. Lingkungan

Yaitu meliputi semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh-

pengaruh dari sekitar klien atau sistem klien.

3. Kesehatan

Suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan sehat

yang merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari

keberhasilan menghindari atau mengatasi stressor.

2.4.4 Bentuk Logika Teori Betty Neuman

Bentuk logika teori Betty Neuman menggunakan logika deduktif dan

induktif dalam mengembangkan teori modelnya yang telah

dipertimbangkan terlebih dahulu. Betty Neuman menemukan teori

modelnya dari berbagai teori dan disiplin ilmu. Teori ini juga merupakan

hasil pengamatan dan pengalaman selama bekerja dipusat kesehatan

mental keperawatan. Teori Betty Neuman pertama kali dipublikasikan


39

tahun 1972. Model keperawatan menurut Betty Neuman disebut The

Neuman Health Care System yaitu model konsep yang menggambarkan

aktifitas keperawatan yang ditujukan kepada penekanan diri secara

fleksibel (flexible line of difense) adalah dinamis dan dapat secara cepat

berubah pada periode singkat waktu atau normal (normal line of difense)

mempresentasikan kondisi kesetimbangan personal / kondisi adaptasi yang

dikembangkan atau dikelola tiap waktu dan dianggap normal oleh personal

tersebut maupun resisten dengan sasaran pelayanan adalah komunitas.

Pada tahun 1989 Betty Neuman berpendapat bahwa ”Stressor

mempengaruhi keseimbangan homeostatis jika keseimbangan ini

terganggu maka energi dikeluarkan untuk mengatasinya”. Untuk membuat

kehidupan menjadi seimbang, maka rangkaian sistem tersebut harus

menjadi interaksi antara sesama manusia. Interaksi ini akan membuat

seseorang meningkatkan ketahanan dalam kehidupannya. Dalam

kehidupan sehari-hari individu selalu berusaha mempertahankan dan

memenuhi kebutuhan biologi, psikologi dan sosial kultural. Adanya stress

sebagai penyakit menyebabkan seseorang bereaksi untuk mempertahankan

kesehatannya melalui mekanisme pemecahan masalah atau koping

tertentu. Penyebab stressor dapat berasal dari diri sendiri, dari luar

individu atau karena interaksi dengan orang lain. Pada hubungan individu

dengan stres, reaksinya atas stres, dan faktor-faktor pemulihan kembali

yang dinamis secara alamiah. Pemulihan kembali (rekonstitusi) adalah

kondisi adptasi terhadap terhadap stressor. Model keperawatan Betty


40

Neuman yang diterima secara luas adalah komunitas keperawatan, secara

nasional atau internasional.

2.4.5 Model Betty Neuman dalam Lingkungan Komunitas

Model konseptual dari Neuman memberikan penekanan pada

penurunan stress dengan cara memperkuat garis pertahanan diri

keperawatan ditujukan untuk mempertahankan keseimbangan tersebut

dengan terfokus pada empat intervensi yaitu:

1. Intervensi yang bersifat promosi

Dilakukan apabila gangguan yang terjadi pada garis pertahanan yang

bersifat fleksibel yang berupa:

a. Pendidikan kesehatan

b. Mendemonstrasikan keterampilan keperawatan dasar yang dapat

dilakukan klien dirumah atau komunitas yang bertujuan

meningkatkan kesehatan.

2. Intervensi yang besifat prevensi

Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu :

a. Deteksi dini gangguan kesehatan, misalnya deteksi tumbuh

kembang balita, keluarga dan lain-lainnya.

b. Memberikan zat kekebalan pada klien yang bersifat individu

misalnya : konseling pranikah.

3. Intervensi yang bersifat kuratif

Dilakukan apabila garis pertahanan terganggu.


41

4. Intervensi yang bersifat rehabilitatif

Dilakukan seperti pada upaya kuratif yaitu apabila garis pertahanan

resisten yang terganggu. Komunitas dilihat sebagai klien yang

dipengaruhi oleh dua aktor utama yaitu komunitas yang merupakan

klien dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan yang

terdiri dari 5 tahapan yaitu:

a. Pengkajian, tahap proses keperawatan dimana perawat terfokus

pada klien untuk mendapatkan data base yang komprehensif untuk

mengetahui keadaan dan kesehatan yang ada dan aktualisasi atau

potensial reaksi terhadap stres lingkungan.

b. Diagnosis keperawatan komunitas, data dengan teori juga

menyediakan perawatan dasar untuk diagnosis. The nursing

diagnostic statement should reflect the entire client

condition.Pernyataan diagnostik perawat harus mencerminkan

seluruh kondisi klien.

c. Perencanaan, melibatkan negosiasi antara pemberiperawatan dan

klien. The overall goal of the care giver is to guide the client to

conserve energy and to use energy as a force to move beyond the

present.Tujuan menyeluruh dari pemberi perawatan adalah

membimbing klien untuk menghemat energi dan menggunakan

energi sebagai kekuatan untuk bergerak melampaui masa sakit.

d. Pelaksanaan, tindakan keperawatan didasarkan pada sintesis data

base yang komprehensif tentang klien dan teori yang sesuai dengan

klien dan pengasuh persepsi dan kemungkinan untuk fungsional


42

kompetensi di lingkungan. Menurut evaluasi langkah ini

menegaskan bahwa yang diantisipasi atau yang ditentukan

perubahan yang telah terjadi. Immediate and long range goals are

structured in relation to the short term goals. Segera dan tujuan

jangka panjang yang terstruktur dalam kaitannya dengan tujuan

jangka pendek.

e. Evaluasi, yang diantisipasi atau perubahan yang ditentukan telah

terjadi jIf it is not met the goals are reformed.jika tidak mencapai

tujuan.

2.4.6 Teori Betty Neuman dengan Konsep Utama Keperawatan

Teori model Neuman menggambarkan partisipasi aktif perawat

terhadap klien dengan tingkatan yang menyangkut bermacam-macam

pengaruh terhadap respon klien akibat tekanan atau stress. Klien dalam

hubungannya timbal balik dengan lingkungan sekitarnya selalu membuat

keputusan yang menyangkut hal atau sesuatu yang akan berakibat

kepadanya. Ada 4 faktor yang merupakan konsep mental klien yaitu :

1. Individu atau pasien itu sendiri

Orang adalah multidimensi yang berlapis. Each layer consists

of five person variables or subsystems: Setiap lapisan terdiri dari lima

orang variabel atau subsistem:

a. Physical/Physiological Fisik / Fisiologis;

b. Psychological Psikologis;

c. Socio-cultural Sosial budaya;

d. Perkembangan;DevelopmentalpP
43

e. Spiritual Spiritual.

The layers, usually represented by concentric circle, consist of

the central core, lines of resistance, lines of normal defense, and lines

of flexible defense.Lapisan, biasanya diwakili oleh lingkaran

konsentris, terdiri dari inti pusat, garis-garis perlawanan, garis

pertahanan normal, dan garis pertahanan fleksibel. The basic core

structure is comprised of survival mechanisms including: organ

function, temperature control, genetic structure, response patterns,

ego, and what Neuman terms 'knowns and commonalities'. Struktur inti

dasar terdiri dari mekanisme bertahan hidup termasuk: fungsi organ,

suhu kontrol, struktur genetik, pola respons, dan ego. Lines of

resistance and two lines of defense protect this core. Garis resistensi

dan dua baris pertahanan melindungi inti ini. The person may in fact be

an individual, a family, a group, or a community in Neuman's model.

Orang mungkin sebenarnya menjadi suatu individu, keluarga,

kelompok, atau masyarakat di model Neuman. The person, with a core

of basic structures, is seen as being in constant, dynamic interaction

with the environment. Orang, dengan inti struktur dasar, dipandang

sebagai terus-menerus, dinamis interaksi dengan lingkungan. Around

the basic core structures are lines of defense and resistance (shown

diagrammatically as concentric circles, with the lines of resistance

nearer to the core. The person is seen as being in a state of constant

change and-as an open system-in reciprocal interaction with the

environment (ie affecting, and being affected by it). Sekitar dasar


44

struktur inti garis pertahanan dan perlawanan (ditunjukkan dalam

diagram sebagai lingkaran konsentris, dengan garis-garis perlawanan

lebih dekat ke inti. Orang dilihat sebagai berada dalam keadaan yang

selalu berubah dan sebagai sebuah sistem terbuka dalam interaksi

timbal balik dengan lingkungan (yaitu yang mempengaruhi, dan

menjadi terpengaruh oleh hal itu).

2. Lingkungan sekitarnya

Lingkungan dipandang sebagai totalitas internal dan kekuatan

eksternal yang mengelilingi seseorang dan dengan mana mereka

berinteraksi pada waktu tertentu.These forces include the

intrapersonal, interpersonal and extra personal stressors which can

affect the person's normal line of defense and so can affect the stability

of the system. Kekuatan ini mencakup intrapersonal, interpersonal dan

stres pribadi tambahan yang dapat mempengaruhi orang normal dan

garis pertahanan sehingga dapat mempengaruhi stabilitas sistem.

a. The internal environment exists within the client system.

Lingkungan internal ada dalam sistem klien;

b. The external environment exists outside the client system.

Lingkungan eksternal ada di luar sistem klien;

c. Neuman also identified a created environment which is an

environment that is created and developed unconsciously by the

client and is symbolic of system wholeness. Neuman juga

mengidentifikasi lingkungan yang menciptakan lingkungan yang

As the person is in a constant interaction with the environment, the


45

state of wellness (and by implication any other state) is in dynamic

equilibrium, rather than in any kind of steady state.diciptakan dan

dikembangkan secara tidak sadar oleh klien dan sistem simbolis

keutuhan.

3. Kesehatan

Neuman mendefinisikan kesehatan adalah kondisi di mana

semua bagian dan subpart (variabel) selaras dengan seluruh klien.

Sebagai orang yang berada dalam interaksi yang konstan dengan

lingkungan, keadaan kesehatan (dan implikasinya negara lainnya)

berada dalam kesetimbangan dinamis, bukan di segala macam kondisi

mapan. Neuman proposes a wellness-illness continuum, with the

person's position on that continuum being influenced by their

interaction with the variables and the stressors they encounterNeuman

mengusulkan wellness (penyakit kontinum), dengan posisi orang yang

kontinum dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan variabel dan

tekanan yang mereka hadapi. The client system moves toward illness

and death when more energy is needed than is available. Sistem klien

bergerak ke arah penyakit dan kematian bila dibutuhkan lebih banyak

energi daripada yang tersedia. The client system moves toward

wellness when more energyis available than is needed. Sistem klien

bergerak ke arah kesehatan ketika lebih energis tersedia daripada yang

dibutuhkan.
46

4. Pelayanan

Neuman melihat keperawatan sebagai profesi yang unik yang

berkaitan dengan semua variabel-variabel yang mempengaruhi

tanggapan seseorang terhadap stressor.The person is seen as a whole,

and it is the task of nursing to address the whole person. Neuman

melihat personal sebagai keseluruhan, dan tugas perawat untuk

mengatasi seluruh masalah yang dihadapi pasien. Neuman defines

nursing as actions which assist individuals, families and groups to

maintain a maximum level of wellness, and the primary aim is stability

of the patient/client system, through nursing interventions to reduce

stressor Neuman mendefinisikan keperawatan sebagai tindakan yang

membantu individu, keluarga dan kelompok untuk mempertahankan

tingkat maksimum kesehatan, dan tujuan utama adalah stabilitas pasien

/ sistem klien melalui intervensi keperawatan untuk mengurangi stres.

Neuman states that, because the nurse's perception will influence the

care given, then not only must the patient/client's perceptions be

assessed, but so must those of the caregiver (nurse).Neuman

menyatakan persepsi perawat akan mempengaruhi perawatan yang

diberikan kepada pasien. Peran perawat dilihat dari segi derajat reaksi

terhadap stres, dan penggunaan primer, sekunder dan tersier intervensi

dalam memberikan perawatan terhadap pasien.


47

DIAGRAM Teorineuman

Primary prevention depression depression


Basic
structure and
Secondary prevention Reaction
line of
defence
depression
Tertiary prevention Interventions

Reconstitution

The Neuman System Model (1995)

Gambar 2.1 Teori Neuman


BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara

logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah (Hidayat, 2015).

Teori health care system

Ringan 7-9
Faktor-faktor yang Depresi
7
mempengaruhi depresi : Sedang 10-
1. Kesulitan tidur pada malam
1. Dimensi Biologis hari
2. Dimensi Psikologis 14
2. Kehilangan berat badan
3. Dimensi Sosial 3. Kelelahan tanpa sebab Berat15-19
Kultural 4. Gelisah dan tidak dapat
menghindarinya
5. cepat marah dari biasanya Ekstrim20+
Faktor yang mempengaruhi kadar 6. merasa orang lain akan lebih
gula darah baik jika saya mati
1. Faktor genetik atau keturunan 7. merasa rendah diri dan sedih
2. Virus dan bakteri 8. Saya penuh harapan untuk
3. Terlalu banyak masa depan
mengkonsumsi karbohidrat
atau gula
4. Kurang tidur
5. Malas beraktifitas fisik Normal
6. Rokok, soda, dan minuman
beralkohol kadar gula darah GDA < 200 mg/dl
7. Takut kulit hitam karena 9.
matahari 10.
8. Jumlah nutrisi Tinggi
9. Depresi GDA ≥ 200 mg/dl

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Mempengaruhi

Gambar 3.1 Kerangka konseptual hubungan depresi dengan kadar gula darah
acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD
Jombang

48
49

Keterangan :

Faktor-faktor yang mempengaruhi depresi : dimensi biologis, dimensi

psikologis, dimensi sosial kultural sedangkan regulasi gula darah terdiri dari

Faktor genetik atau keturunan, Virus dan bakteri, Terlalu banyak mengkonsumsi

karbohidrat atau gula, Kurang tidur, Malas beraktifitas fisik, Rokok, soda, dan

minuman beralkohol, Takut kulit hitam karena matahari , Jumlah nutrisi, Depresi.

Kadar gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 terdiri dari normal dan

tinggi.

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul

(Arikunto, 2010).

H1 : Ada hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang

H0 : Tidak ada hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada

penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validiti suatu hasil. Desain riset sebagai petunjuk peneliti

dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan

atau menjawab suatu pertanyaan (Nursalam, 2013).

Desain penelitian ini desain yang digunakan adalah analitik

korelasional yang mengkaji hubungan antara variabel. Peneliti dapat

mencari, menjelaskan suatu hubungan antara variabel. Sampel perlu

mewakili seluruh rentang nilai yang ada. Penelitian korelasional bertujuan

mengungkapkan hubungan korelatif antara variabel. Dengan demikian pada

rancangan penelitian korelasional peneliti melibatkan minimal dua variabel

(Nursalam, 2013).

Pendekatan penelitian yang digunakan model cross sectional yaitu

jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran atau observasi data

variabel independen dan dependen hanya satu kali pada satu saat (Hidayat,

2014).

4.2 Waktu dan Tempat Penelitian

4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai April 2017.

4.2.2 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Dahlia RSUD Jombang

50
51

4.3 Populasi, Sampel dan Sampling

4.3.1 Populasi

Populasi adalah setiap subyek yang memenuhi kriteria yang telah

ditentukan (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini populasi yang

digunakan semua penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia

RSUD Jombang sejumlah 72 orang.

4.3.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat 2015).

Sampel dalam penelitian adalah semua penderita Diabetes Mellitus tipe 2

di Ruang Dahlia RSUD Jombang sejumlah 42 orang.

Penentuan sampel < 1000 menggunakan rumus :

N
n
1  N ( )2

Keterangan:

N = jumlah populasi

n = jumlah sampel

 = tingkat kesalahan

72
n
1  72(0,1) 2
72
n
1  72(0,01)
72
n
1.72

= 41,86
= 42 orang (Slovin).
52

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek penelitian pada

populasi target dan populasi terjangkau (Nursalam, 2013). Kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah :

1. Siap jadi responden.

2. Pasien Diabetes Mellitus tipe 2

3. Pasien Diabetes Mellitus yang kooperatif.

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah mengeluarkan sebagian subyek yang

memenuhi inklusi dari penelitian karena berbagai sebab (Nursalam,

2013). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Penderita Diabetes Mellitus yang sakit mental. Dengan komplikasi

Diabetes Mellitus.

2) Penderita yang baru menderita penyakit Diabetes Mellitus.

3) Penderita Diabetes Mellitus yang sudah mengalami ulkus.

4) Penderita Diabetes Mellitus yang sudah terkena komplikasi lain.

4.3.3 Sampling

Sampling penelitian adalah proses menyeleksi populasi yang dapat

mewakili populasi yang ada (Nursalam, 2013). Teknik sampling, yang

digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling dengan

metode purposive sampling yaitu cara pengambilan sample untuk tujuan

tertentu (Nursalam, 2013). Pengambilan purposive sampling disesuaikan

dengan kriteria inklusi dalam sampel.


53

4.4 Kerangka Kerja (Frame Work)

Frame work adalah pentahapan atau langkah – langkah dalam

aktivitas ilmiah yang dilakukan dalam melakukan penelitian (kegiatan sejak

awal – akhir penelitian) (Nursalam, 2013).

Identifikasi masalah

Populasi
Semua penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang
sejumlah 72 orang

Sampling
purposive sampling

Sampel
Sebagian penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang
sejumlah 42 orang

Pengumpulan data depresi Pengumpulan data kadar


dengan kuesioner gula darah dengan observasi

Pengolahan dan analisa data


Editing, Coding, Scoring, Tabulating, Analisa data, uji rank spearman

Hasil Penelitian

Kesimpulan dan Saran

Gambar 4.1 :Kerangka kerja hubungan depresi dengan kadar gula darah acak
pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD
Jombang
54

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain).

1. Variabel independent (bebas)

Variabel bebas adalah stimulus aktivitas yang dimanipulasi oleh

penelitian untuk menciptakan suatu dampak (Nursalam, 2013).Variabel

independent pada penelitian ini adalah depresi.

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel

bebas (Notoatmodjo, 2010). Variabel dependent dalam penelitian ini

adalah regulasi gula darah pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.

4.6 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatu yang didefinisikan tersebut. Karakteristik yang dapat

diamati artinya memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau

pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena yang

kemungkinan dapat diulangi lagi oleh orang lain (Nursalam, 2013).


55

Tabel 4.1. Definisi operasional hubungan depresi dengan kadar gula


darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Jombang
Variabel Definisi Parameter Alat Skala Skor
Operasional Ukur
Variabel Gangguan Komponen Kuesione Ordinal Derajat
Independent alam perasaan 1. jika saya matiSaya merasa rendah diri r tingkat
Depresi hati (mood) dan sedih. SKALA depresi :
yang ditandai 2. Saya merasa kesulitan tidur pada malam DASS Ringan :
oleh hari 7-9
kemurungan 3. Saya menyadari jika saya kehilangan Sedang :
dan kesedihan berat badan 10-14
yang 4. Saya mengealami kelelahan tanpa sebab Berat :
mendalam dan 5. Saya merasa gelisah dan tidak dapat
15-19
berkelanjutan menghilanginya
sampai 6. Saya penuh harapan untuk masa depan Extrim :
hilangnya 7. Saya lebih marah dari biasa 20+
kegairahan 8. Saya merasa orang lain akan lebih baik
hidup jika saya mati
Variabel kadar gula Dikatakan gula darah tinggi > 200 mg/dl Observa Ordinal Tinggi :
Dependent darah pada Dikatakan gula darah normal < 200 si GDA ≥
kadar gula penderita mg/dl 200 mg/dl
darah pada diabetes Normal :
penderita mellitus tipe GDA <
Diabetes 2 secara acak 200 mg/dl
Mellitus tipe Perkeni
2 (2015)

4.7 Pengumpulan data dan analisa data

4.7.1 Instrumen penelitian

Instrumen penelitian adalah alat pengumpul data yang disusun

dengan hajat untuk memperoleh data yang sesuai baik data kualitatif

maupun data kuantitatif (Nursalam, 2013). Kuesioner dalam penelitian

diartikan sebagai daftar pernyataan yang sudah tersusun dengan baik dan

responden memberikan jawaban sesuai pemahaman. (Hidayat, 2014).

Observasi merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan

pengamatan secara langsung kepada responden penelitian untuk mencari

perubahan atau hal-hal yang akan diteliti. Dalam metode obsrevasi ini,
56

instrumen yang dapat digunakan antara lain : lembar obervasi, panduan

pengamatan (observasi) atau lembar check list (Hidayat, 2014). Kuesioner

dalam pengukuran depresi menggunakan skala DASS dan regulasi gula

darah di ukur menggunakan observasi.

4.7.2 Prosedur penelitian

Dalam melakukan penelitian, prosedur yang ditetapkan adalah

sebagai berikut:

1. Mengurus surat pengantar penelitian ke STIKES ICME Jombang.

2. Meminta izin kepada Kepala RSUD Jombang.

3. Meminta izin kepada kepala Ruang Dahlia RSUD Jombang.

4. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian dan bila

bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk menandatangani

informed consent.

5. Membagikan kuesioner.

6. Responden pada saat dilakukan penelitian harus melihat etika

penelitian.

7. Melakukan observasi dengan menggunakan melihat hasil lab.

8. Setelah semua data di kuesioner dan observasi, peneliti kemudian

melakukan analisa data.

9. Menyusun hasil penelitian.

4.7.3 Cara Analisa Data

1. Pengolahan Data

Menurut Hidayat (2014) setelah angket dari responden terkumpul,

selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan cara sebagai berikut:


57

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada

tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode

ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer.Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode

dan artinya dalam satu buku (code book) untuk memudahkan

kembali melihat dan arti suatu kode dari suatu variabel.

1. Responden

Responden 1 = R1

Responden 2 = R2

Responden 3 = R3

2. Umur

Umur < 20 = U1

Umur 21-35 = U2

Umur > 35 = U3

3. Tingkat Pendidikan

Pendidikan dasar (SD-SMP) = T1

Pendidikan Menengah(SMA) = T2

Pendidikan tinggi (Perguruan Tinggi) = T3


58

4. Pekerjaan

Bekerja = P1

Tidak bekerja = P2

5. Pernah mendapatkan informasi tentang gula darah

Pernah = I1

Tidak pernah = I2

6. Sumber informasi tentang gula darah

Petugas kesehatan = Si1

Majalah = Si2

Radio/TV = Si3

Internet = Si4

7. Depresi

Ringan = S4

Sedang = S3

Berat = S2

Ekstrim = S1

8. kadar gula darah

Normal = Gd2

Tinggi = Gd1

c. Scoring

Skoring adalah melakukan penilaian untuk jawaban dari responden

untuk mengukur depresi dengan kuesioner yang terdiri 42 item

pertanyaan dengan skala DASS.


59

d. Tabulating

Tabulating adalah mengelompokkan data ke dalam satu tabel

tertentu menurut sifat-sifat yang dimiliki. Pada data ini dianggap

bahwa data telah diproses sehingga harus segera disusun dalam

suatu pola format yang telah dirancang.

Adapun hasil pengolahan data tersebut diinterprestasikan

menggunakan skala kumulatif :

100 % = Seluruhnya

76 % - 99 % = Hampir seluruhnya

51 % - 75 % = Sebagian besar dari responden

50 % = Setengah responden

26 % - 49 % = Hampir dari setengahnya

1 % - 25 % = Sebagian kecil dari responden

0% = Tidak ada satupun dari responden

(Arikunto, 2010).

2. Analisa Data

a. Analisis Univariate

Analisis univariate dilakukan terhadap tiap variabel dari

hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel

(Notoatmodjo, 2010). yaitu variabel depresi dan kadar gula darah

pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2.

Untuk mengukur depresi dengan menggunakan kuesioner

skala DASS, penilaiannya adalah sebagai berikut:


60

0: Tidak saya alami

1 : saya mengalami beberapa tingkat, atau beberapa kali

2 : saya sering mengalami

3 : saya selalu mengalami

Skor penilaian depresi berdasarkan DASS :

Ringan : 7-9

Sedang : 10-14

Berat : 15-19

Extrim : 20+

(Saryono, 2010)

Regulasi gula darah

Tinggi : GDA ≥ 200 mg/dl

Normal : GDA < 200 mg/dl

b. Analisis bivariate

Analisis yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi (Notoatmodjo, 2010), yaitu kriteria

variabel depresi dan kadar gula darah pada penderita Diabetes

Mellitus tipe 2.

Untuk mengetahui hubungan antara dua variabel apakah

signifikansi atau tidak dengan kemaknaan 0,05 dengan

menggunakan uji rank spearman dengan software SPSS 16,

dimana nilai  <  = 0,05 maka ada hubungan depresi dengan

kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di

Ruang Dahlia RSUD Jombang, sedangkan  >  = 0,05 tidak ada


61

hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang

4.8 Etika Penelitian

4.8.1 Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden. Informed Consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden. Tujuan Informed Consent adalah agar subjek mengerti maksud

dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

4.8.2 Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika merupakan masalah yang memberikan jaminan dalam

penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama. Responden pada lembar alat ukur dan hanya

menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang

akan disajikan.

4.8.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan

oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada

hasil riset (Hidayat, 2014).


BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di

Ruang Dahlia RSUD Jombang pada tanggal 17-27 April 2017 dengan

responden 42 orang. Hasil penelitian disajikan dalam dua bagian yaitu data

umum dan data khusus. Data umum dimuat karakteristik, umur pendidikan,

pekerjaan, informasi dan sumber informasi. Sedangkan data khusus terdiri

dari Depresi, kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2

serta tabel silang yang menggambarkan ada hubungan Depresi dengan kadar

gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia

RSUD Jombang.

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian

RSUD Kabupaten Jombang terletak di Jalan K. H. Wahid Hasyim

No. 52, Kepanjen Jombang, Jawa Timur.Secara geografis Kabupaten

Jombang terletak disebelah selatan garis katulistiwa berada antara 112 o

03’ 46” sampai 112o 27’ 21” Bujur Timur dan 7o 20’ 48” sampai 7o 46’

41” Lintang Selatan, dengan luas wilayah 1.159,50 Km 2.

62
63

5.1.2 Data Umum

1. Karakteristik responden berdasarkan umur

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di Ruang


Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017
No Umur Frekuensi Persentase (%)
1 < 20 tahun 0 0
2 20-35 tahun 0 0
3 > 35 tahun 42 100
Total 42 100
Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa seluruhnya

responden berumur lebih dari 35 tahun sejumlah 42 orang (100%).

2. Karakteristik responden berdasarkan pendidikan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan di


Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017
No Pendidikan Frekuensi Persentase (%)
Pendidikan dasar (SD,
1 12 28.6
SMP)
Pendidikan menengah
2 27 64.3
(SMA)
3 Pendidikan tinggi 3 7.1
4 Total 42 100.0
Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden berpendidikan menengah (SMA) sejumlah 27 orang (64,3%).

3. Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Bekerjaan di


Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017
No Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
1 Bekerja 14 33.3
2 Tidak bekerja 28 66.7
3 Total 42 100.0
Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden tidak bekerja sejumlah 28 orang (66,7%).


64

4. Karakteristik responden berdasarkan informasi

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan informasi di


Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017
No Informasi Frekuensi Persentase (%)
1 Pernah 42 100.0
2 Tidak pernah 0 0
Total 42 100.0
Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.4 menunjukkan bahwa seluruh responden

pernah mendapatkan informasi sejumlah 42 orang (100%).

5. Karakteristik responden berdasarkan sumber informasi

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan sumber


informasi di Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27
April 2017
No sumber informasi Frekuensi Persentase (%)
1 Petugas kesehatan 38 90.5
2 Majalah 1 2.4
3 Internet 3 7.1
Total 42 100.0
Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir seluruh

responden mendapatkan sumber informasi dari petugas kesehatan

sejumlah 38 orang (90,5%).

6. Persepsi responden tentang kuesioner Depresi

Tabel 5.6 Karakteristik Frekuensi responden berdasarkan kuesioner


pernyataan responden di Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal
17-27 April 2017
No Pertanyaan 0 (%) 1 (%) 2 (%) 3 (%)
1 Saya merasa rendah 1 2 3
diri dan sedih 0 0 20 16 6
2 Saya mengalami
kesulitan tidur pada 0 0 1 17 3 9 3 9
malam hari
3 Saya menyadari jika
saya kehilangan berat 0 0 20 47.6 17 40.5 5 11.9
badan
4 Saya mengalami 0
kelelahan tanpa sebab 0 28 66.7 13 31.0 1 2.4
65

5 Saya merasa gelisah


dan tidak dapat 0 0 24 57.1 14 33.3 4 9.5
menghindarinya
6 Saya penuh harapan
untuk masa depan 0 0 19 45.2 18 42.9 5 11.9
7 Saya lebih cepat marah 0
dari biasa 0 13 31.0 15 35.7 14 33.3
8 Saya merasa orang lain
akan lebih baik jika 0 0 14 33.3 25 59.5 3 7.1
saya mati

Berdasarkan tabel 5.6 maka sebagian besar dari responden mengalami

Depresi sedang dengan memberikan jawaban dari pernyataan bahwa

resonden merasa kematian lebih baik bagi orang lain sejumlah 25 orang

(59,5%).

5.1.3 Data khusus

1. Depresi

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Depresi di


Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017
No Depresi Frekuensi Persentase (%)
1 Ekstrim 1 2.4
2 Berat 11 26.2
3 Sedang 17 40.5
4 Ringan 13 31.0
Total 42 100.0
Sumber : Data primer 2017

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir dari setengah (40,5%)

responden Depresi terkreteria sedang sejumlah 17 orang.

2. Kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2

Tabel 5.8 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar gula


darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di
Ruang Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017
No Kadar gula darah Frekuensi Persentase (%)
1 Tinggi 26 61.9
2 Normal 16 38.1
Total 42 100.0
Sumber : Data primer 2017
66

Tabel 5.8. menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden

memiliki kadar gula darah acak tinggi, sejumlah 26 orang (61,9%)

3. Hubungan Depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2

Tabel 5.9 Tabulasi silang hubungan Depresi dengan kadar gula darah
acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Jombang tanggal 17-27 April 2017
kadar gula darah acak pada
penderita Diabetes Mellitus tipe 2
Depresi Tinggi normal Total
 %  %  %
Ekstrim 1 2,4 0 0 1 2,4
Berat 10 23,8 1 2,4 11 26,2
Sedang 11 26,2 6 14,3 17 40,5
Ringan 4 9,5 9 21,4 13 31
Total 26 61,9 16 38,1 42 100
 = 0,001  = 0,05
Sumber : Data primer 2017

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 42 responden

Depresi sedang, hampir dari setengahnya responden memiliki kadar

glukosa darah acak yang tinggi, sejumlah 11 responden (26,2%).

Dari hasil uji statistik rank spearman di bantu program komputer

SPSS for windows 16 diperoleh p = 0,001 diatas rendah dengan nilai

α = 0,005 atau ( < ), maka Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti

ada hubungan Depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang.


67

5.2 Pembahasan

5.2.1 Depresi

Tabel 5.7 menunjukkan bahwa hampir setengah (40,5%) responden

Depresi adalah sedang sejumlah 17 orang.

Berdasarkan tabel 5.6 maka sebagian besar dari jumlah responden

mengalami Depresi sedang dengan memberikan jawaban dari pernyataan

saya sering mengalami pada pernyataan saya merasa orang lain lebih baik

jika saya mati sejumlah 25 orang (59,5%). Menurut peneliti responden

merasa orang lain lebih baik jika saya mati, hal ini menunjukkan seseorang

merasa ketakutan akan penyakit yang dideritanya bisa membuat Depresi

terutama dalam kategori sedang.

Depresi dalam kategori Depresi berat, begitu mengganggu atau

menghambat dalam kehidupan sehari-hari. Menurut peneliti pada waktu

wawancara responden yang mengalami Depresi dikarenakan peristiwa atau

lingkungan yang tidak mendukung, kecemasan, adanya pikiran negatif dan

kemungkinan ada anggota keluarga yang pernah mengalami Depresi.

Depresi adalah gangguan alam perasaan hati (mood) yang ditandai

oleh kemurungan dan kesedihan yang mendalam dan berkelanjutan sampai

hilangnya kegairahan hidup, tidak mengalami gangguan menilai realitas

(reality testing ability / RTA masih baik), kepribadian tetap utuh (tidak ada

splitting of personality), perilaku dapat terganggu tetapi dalam batas-batas

normal (Hawari, 2013). Depresi merupakan gangguan suasana perasaan

yang menurun, dengan gejala utama berupa kesedihan. Gejala ini ternyata

cukup banyak dijumpai dengan angka prevalensi 4-5 % populasi, dengan


68

derajat gangguan bertaraf ringan, sedang, atau berat. Ditinjau dari aspek

klinis, Depresi dapat berdiri sendiri, merupakan gejala dari penyakit lain,

mempunyai gejala fisik beragam, atau terjadi bersama dengan penyakit

lain (komorbiditas), sehingga dapat menyulitkan penatalaksanaan

(Sudiyanto, 2010).

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa seluruhnya responden

berumur lebih dari 35 tahun sejumlah 42 orang (100%).

Menurut peneliti seseorang yang berumur sekitar 40 tahun

mempunyai cara berfikir yang berkurang terutama dalam menghadapi

suatu masalah terutama masalah penyakit Diabetes Mellitus yang

dideritanya. Dengan cara berfikir yang kurang baik maka responden ketika

menghadapi suatu masalah sampai terkena Depresi berat

Menurut Andreasen, 2001 (dalam Himawati, 2010) usia rerata

gangguan Depresi berat sekitar 40 tahun, dimana sekitar 50% pasien

berkisar antara 20-50 tahun. Inseden meningkat pada usia kurang dari 20

tahun. Serta penelitian yang dilakukan oleh Gangguan depresi berat terjadi

pada orang tanpa hubungan interpersonal dekat atau pada mereka yang

tidak menikah atau yang cerai (Kaplan, Sadock, 2010).

5.2.2 Kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2

Tabel 5.8. menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden kadar

gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 adalah tinggi

sejumlah 26 orang (61,9)

Berdasarkan tabel 5.1 menunjukkan bahwa seluruhnya responden

berumur lebih dari 35 tahun sejumlah 42 orang (100%). Hasil ini


69

menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden adalah termasuk

dalam umur pra manula. Usia ini berdampak pada kenaikan gula darah.

Menurut WHO umur merupakan salah satu penyebab kenaikan kadar

gula darah. Hasil ini sesuai dengan Soegondo (2010), bahwa penyakit

diabetes mellitus tipe II biasanya ditemukan pada orang dewasa usia 40

tahun keatas yang disebabkan resistensi insulin. Diabetes mellitus tipe II

adalah suatu jenis diabetes mellitus dimana jumlah insulin tinggi atau

normal tetapi jumlah reseptor insulin yang terdapat pada permukaan sel

berkurang, sehingga sel akan kekurangan glukosa dan didalam pembuluh

darah glukosa meningkat (Suyono, 2010).

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan bahwa sebagian besar dari

responden tidak bekerja sejumlah 28 orang (66,7%).

Aktifitas seseorang mempengaruhi berkurangnya resistensi insulin,

hal ini dapat mempengaruhi kadar gula darah pada penderita Diabetes

Mellitus, sehingga dapat menyebabkan kurangnya sensitivitas insulin oleh

tubuh, dan efeknya dapat menyebabkan kadar gula darah meningkat

(Andri, 2009).

3. Hubungan Depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita Diabetes

Mellitus tipe 2

Berdasarkan tabel 5.9 menunjukkan bahwa dari 42 responden

Depresi sedang hampir dari setengah kadar glukosa darah acak pada pasien

Diabetes Mellitus tipe 2 adalah tinggi sejumlah 11 responden (26,2%).

Nilai GDS tertinggi di Ruang Dahlia yaitu sejumlah 500mm/dl dan nilai

GDS terendah sejumlah 122mm/dl.


70

Dari hasil uji statistik rank spearman diperoleh angka signifikan atau

nilai probabilitas (0,001) jauh lebih rendah standart signifikan dari 0,05

atau ( < ), maka data Ho ditolak dan H1 diterima yang berarti ada

hubungan Depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita Diabetes

Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang.

Menurut peneliti responden yang mengalami Depresi dengan

kategori sedang bisa membuat kadar gula menjadi tinggi, hal ini

dikarenakan Depresi pada Diabetes Mellitus memberikan kontribusi

untuk neurohormonal dan neurotransmitter perubahan yang dapat

mempengaruhi metabolisme glukosa.

Dalam keadaan stres, ACTH meningkat. Peningkatan ACTH ini

dapat mengaktifkan korteks adrenal untuk mensekresi hormon

glukokortikoid, terutama kortisol (hidrocortison) (Sholeh, 2010). Depresi

dapat menyebabkan peningkatan aktivitas sumbu HPA (Hipotalamus-

Pituitary-Adrenal). Hipersekresi CRH (Corticotropin Releasing Hormon)

merupakan gangguan sumbu HPA yang sangat penting pada Depresi.

Terjadinya hipersekresi CRH diduga akibat adanya gangguan pada system

umpan balik kortisol atau adanya kelainan sistem monoaminergik dan

neuromodulator yang mengatur CRH. Peningkatan CRH ini akan

berakibat tingginya sintesa dan pengeluaran ACTH oleh hipofisis yang

selanjutnya akan merangsang pengeluaran kortisol dari kelenjar adrenal.

Faktor-faktor yang berkaitan dengan gangguan Depresi mayor pada

penderita diabetes mellitus adalah umur lebih dari 64 tahun, wanita, dan

merokok (Tarno, 2010).


BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

dalam penelitian yang berjudul Hubungan Depresi dengan kadar gula darah acak

pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang

penelitian yang telah dilaksanakan pada tanggal 17-27 April 2017.

6.1 Kesimpulan

1. Depresi di Ruang Dahlia RSUD Jombang dikategorikan sedang .

2. Kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang

Dahlia RSUD Jombang dikategorikan tinggi.

3. Ada hubungan Depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang.

6.2 Saran

1. Bagi perawat Ruang Dahlia.

Dapat memperhatikan keadaan lansia baik secara fisik maupun psikis dan

keluarga pasien Diabetes Mellitus tipe 2 harus senantiasa dilibatkan

sepenuhnya (Seperti, mendampingi pasien Diabetes Mellitus tipe 2 saat

kondisi susah) karena peran petugas kesehatan sangat berperan dalam

menurunkan Depresi.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, penulis menyarankan untuk meneliti variabel

lain yang turut mempengaruhi kadar gula darah pasien Diabetes Mellitus

tipe 2, dengan wawancara yang mendalam dan observasi,

71
72

menyempurnakan alat ukur dan memperluas subjek penelitian sehingga

lebih mendapatkan data yang lengkap.

3. Bagi responden

Dapat memberikan edukasi dan informasi yang adekuat bagi pasien pasien

Diabetes Mellitus tipe 2 dan keluarga cara adaptasi sehari-hari, kekuatan

kepribadian dan minat.


DAFTAR PUSTAKA

Anderson, 2012. Depresi pasien DM. http://eprints.ums.ac.id/22446/14. Diakses


20/02/2017

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.


Jakarta: Rineka Cipta.

Crooke, 2012. Regulasi gula darah. http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle.


Diakses 22/02/2017.

Durand. 2010. Faktor penyebab depresi. https://core.ac.uk/download/files.pdf.


Diakses 25/02/2017.

Hawari. 2011. Manajemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta. FKUI.

Hidayat, Alimul. 2014. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data.
Jakarta: Rineka Cipta.

Himawati, 2010. Epidemiologi depresi. https://core.ac.uk/download/files.pdf.


Diakses 23/02/2017.

Kaplan & Sadock, 2010. Depresi sebagai suatu diagnosa gangguan jiwa.
https://core.ac.uk/download/files.pdf. Diakses 23/02/2017

Kemenkes RI, 2014. Situasi dan Analisis Diabetes. Kemenkes RI.

Lanywati. 2011. Diabetes mellitus penyakit kencing manis. Yogyakarta. Kanisius.


Manis, Sakit Gula. http://eprints.ums.ac.id/22446/14. Diakses 23/02/2017

Maulana, M. 2008. Mengenal Diabetes Mellitus. Jogjakarta. Kata Hati.

Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu


Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Perkeni. 2015. Konsensus Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2


Di Indonesia. 2015. Jakarta. PT. Perkeni

Prabowo. 2013. Modifikasi pola hidup. http://eprints.ums.ac.id/22446/14. Diakses


20/02/2017.

Profil Dinkes Jombang. 2014. Jumlah penderita DM di Jombang. Dinkes


Jombang.

Profil Kesehatan Jatim. 2014. Jumlah penderita DM di Jatim.


http://dinkes.jatimprov.go.id/userfile/dokumen. Diakses 25/02/2017.
Santosa. 2014. Sembuh Total Diabetes dan Hipertensi dengan Ramuan Herbal.
Jakarta. Pinang Merah.

Saryono. 2010. Kumpulan Instrumen Penelitian Kesehatan. Yogyakarta. Nuha


Medika.

Sherwood, 2011. regulasi gula darah. http://eprints.ums.ac.id/22446/14. Diakses


26/02/2017.

Soegondo S., 2008. Hidup secara mandiri dengan Diabetes Melitus, Kencing.
http://eprints.ums.ac.id/22446/14. Diakses 26/02/2017.

Sudiyanto, 2010. Pengertian depresi. https://core.ac.uk/download/files.pdf.


Diakses 25/02/2017. ]

Sutedjo. 2010. Strategi Penderita Diabetes Mellitus Berusia Panjang. Yogjakarta.


Kanisius.

Zuberi, 2011. Depresi pada pasien DM. http://eprints.ums.ac.id/22446/14. Diakses


20/02/2017.
Lampiran 1

SURAT PERMOHONAN CALON INFORMAN

Kepada :

Yth. Calon Informan

Dengan Hormat.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi S1
Keperawatan STIKES Insan Cendekia Medika Jombang:

Nama : SRI MEY PUJININGSIH

NIM :13.321.0049

Saat ini sedang mengadakan penelitian dengan judul : Hubungan depresi


dengan kadar gula darah acak pada penderita Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang
Dahlia RSUD Jombang

Penelitian ini tidak berbahaya dan tidak merugikan anda sebagai responden
kerahasian semua informasi yang telah diberikan akan dijaga dan hanya digunakan
untuk kepentingan penelitian saja.

Jika anda tidak bersedia menjadi responden maka, diperbolehkan untuk tidak
berpatisipasi dalam penelitian ini dan apabila selama pengambilan data terdapat hal-
hal yang tidak diinginkan, maka anda berhak mengundurkan diri.

Apabila anda menyetujui, maka saya mohon kesediaan untuk


menandatangani lembar persetujuan untuk melaksanakan penelitian saya. Atas
perhatian dan kerjasamanya, saya mengucapkan banyak terimakasih.

Jombang , April 2017

Hormat saya

SRI MEY PUJININGSIH


Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SEBAGAI RESPONDEN

Judul : Hubungan depresi dengan kadar gula darah acak pada penderita

Diabetes Mellitus tipe 2 di Ruang Dahlia RSUD Jombang

Peneliti : SRI MEY PUJININGSIH

Peneliti ini sudah menjelaskan tentang penelitian yang sedang dilaksanakan

oleh peneliti, saya diminta untuk bersedia diteliti. Saya mengerti, bahwa resiko yang

terjadi kecil. Apabila ada proses penelitian dapat menimbulkan respon emosional

yang tidak nyaman, maka peneliti akan menghentikan dan akan memberi dukungan.

Saya berhak mengundurkan diri dari penelitian tanpa adanya sanski atau kehilangan

hak.

Saya mengerti bahwa catatan ini akan dirahasiakan dan dijamin selegal

mungkin. Semua berkas yang mencantumkan semua identitas dan semua jawaban

yang saya berikan hanya digunakan untuk keperluan pengolahan data. Bila sudah

tidak digunakan akan dimusnahkan dan hanya peneliti yang mengetahui kerahasiaan

data.

Demikian secara sukarela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun, saya

bersedia berperan dalam penelitian ini.

Jombang, April 2017

Responden

( )
LEMBAR KUESIONER

Nama :
Alamat :
Usia :
Berilah tanda (  ) pertanyaan di bawah ini.
A. Data Umum
1. Pendidikan
Pendidikan dasar (SD, SMP)
Pendidikan menengah (SMA)
Pendidikan Tinggi
2. Pekerjaan
Bekerja
Tidak bekerja
3. Pernah mendapatkan informasi tentang diabetes mellitus
Pernah
Tidak pernah
4. Sumber informasi tentang diabetes mellitus
1. Petugas kesehatan
2. Majalah
3. Radio/TV
4. Internet
B. Data Khusus
DEPRESI
Petunjuk pengisian angket
1. Beri tanda cek (√) jika terdapat gejala dibawah ini yang anda alami
2. Jawaban boleh diisi lebih dari satu atau semua
3. Jawaban diisi sendiri tidk boleh diwakilkan tetapi boleh dibantu
Instrumen Deperession Anxiety Stress Scale (DASS 42)
Keterangan

0: Tidak saya alami

1: saya mengalami beberapa tingkat, atau beberapa kali

2: saya sering mengalami

3: saya selalu mengalami

Skor
No. Pernyataan
0 1 2 3
1. Saya telah merasa mulut saya kekeringan
Saya mengalami kesulitan bernafas (nafas sangat
2. cepat, sesak nafas tanpa bantuan otot pernafasan
tambahan)
3. Saya menggigil (misalnya ditangan)
Saya kawatir terhadap situasi dimana mungkin saya
4.
panik dan membuat kebodohan sendiri
5. Saya merasa sering panik
Saya merasakan jantung berdebar tanpa ada
6. aktivitas fisik (misalnya merasakan peningkatan
denyut jantung, denyut jantung menghilang)
7. Saya merasa takut tanpa alasan yang jelas
Sumber : Saryono (2010)
No Pertanyaan 0 (%) 1 (%) 2 (%) 3 (%)
1 Saya merasa rendah diri dan sedih 0 0 1 20 2 16 3 6
2 Saya mengalami kesulitan tidur pada
0 0 1 17 3 9 3 9
malam hari
3 Saya menyadari jika saya kehilangan
0 0 20 47.6 17 40.5 5 11.9
berat badan
4 Saya mengalami kelelahan tanpa sebab 0 0 28 66.7 13 31.0 1 2.4
5 Saya merasa gelisah dan tidak dapat
0 0 24 57.1 14 33.3 4 9.5
menghindarinya
6 Saya penuh harapan untuk masa depan 0 0 19 45.2 18 42.9 5 11.9
7 Saya lebih cepat marah dari biasa 0 0 13 31.0 15 35.7 14 33.3
8 Saya merasa orang lain akan lebih baik
0 0 14 33.3 25 59.5 3 7.1
jika saya mati
Data umum
kode R UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN INFORMASI SUMBER
R1 3 2 1 1 1
R2 3 1 1 1 1
R3 3 2 2 1 4
R4 3 2 2 1 1
R5 3 1 1 1 2
R6 3 2 1 1 1
R7 3 1 1 1 1
R8 3 3 1 1 4
R9 3 1 2 1 1
R10 3 1 2 1 1
R11 3 1 1 1 1
R12 3 2 1 1 1
R13 3 3 1 1 1
R14 3 2 2 1 1
R15 3 2 2 1 1
R16 3 2 1 1 1
R17 3 3 1 1 4
R18 3 2 2 1 1
R19 3 2 2 1 1
R20 3 2 2 1 1
R21 3 2 2 1 1
R22 3 2 2 1 1
R23 3 2 2 1 1
R24 3 2 2 1 1
R25 3 1 1 1 1
R26 3 2 2 1 1
R27 3 1 2 1 1
R28 3 2 2 1 1
R29 3 1 2 1 1
R30 3 1 2 1 1
R31 3 1 2 1 1
R32 3 2 2 1 1
R33 3 2 1 1 1
R34 3 1 2 1 1
R35 3 2 1 1 1
R36 3 2 2 1 1
R37 3 2 2 1 1
R38 3 2 2 1 1
R39 3 2 2 1 1
R40 3 2 2 1 1
R41 3 2 2 1 1
R42 3 2 2 1 1
umur pekerjaan
kode 1 = < 20 tahun kode 1 = bekerja
kode 2 = 20-35 tahun kode 2 = tidak bekerja
kode 3 = > 35 tahun
pendidikan informasi
kode 1 = pendidikan dasar kode 1 = pernah
kode 2 = pendidikan menengah kode 2 = tidak pernah
kode 3 = pendidikan tinggi
sumber informasi
kode 1 = petugas kesehatan
kode 2= majalah
kode 3 = radio/TV
kode 4 = internet
TABULASI DEPRESI DAN KADAR GULA DARAH
kode R P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 JML Depresi GDA kode
R1 3 2 1 1 1 2 2 2 14 3 210 1
R2 1 1 1 1 1 1 2 1 9 4 243 1
R3 1 2 2 1 2 2 2 2 14 3 217 1
R4 1 1 1 1 1 1 1 2 9 4 195 2
R5 3 3 1 3 3 3 3 3 22 1 250 1
R6 1 1 1 1 2 1 1 1 9 4 195 2
R7 2 1 2 2 2 1 2 2 14 3 187 2
R8 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 192 2
R9 2 2 1 2 1 2 2 2 14 3 195 2
R10 2 3 3 1 1 3 3 1 17 2 250 1
R11 1 2 1 2 2 2 2 2 14 3 105 2
R12 2 3 2 2 3 3 2 2 19 2 195 2
R13 3 3 2 1 1 2 3 3 18 2 260 1
R14 1 1 1 1 2 1 1 1 9 4 198 2
R15 2 2 2 1 1 2 2 2 14 3 173 2
R16 2 1 2 1 2 2 2 2 14 3 222 1
R17 3 3 3 2 1 2 3 2 19 2 500 1
R18 2 3 3 2 1 2 3 2 18 2 270 1
R19 1 1 1 1 1 1 1 1 8 4 333 1
R20 2 2 2 1 2 1 1 1 12 3 260 1
R21 3 3 2 2 2 1 3 2 18 2 312 1
R22 1 2 2 1 2 2 1 1 12 3 300 1
R23 1 1 1 1 1 1 2 1 9 4 284 1
R24 1 1 1 1 1 2 1 1 9 4 135 2
R25 1 2 1 2 2 1 2 2 13 3 382 1
R26 2 2 2 2 3 2 3 2 18 2 350 1
R27 1 1 1 1 1 1 1 2 9 4 127 2
R28 2 2 3 1 2 2 3 3 18 2 223 1
R29 1 2 3 2 1 3 3 2 17 2 259 1
R30 1 2 2 1 2 2 2 2 14 3 122 2
R31 2 2 2 1 1 2 3 1 14 3 233 1
R32 1 1 1 1 1 1 1 2 9 4 269 1
R33 1 3 2 1 3 3 3 1 17 2 242 1
R34 2 2 2 2 2 1 1 2 14 3 315 1
R35 2 1 2 2 1 2 2 2 14 3 182 2
R36 3 3 1 2 2 2 3 2 18 2 275 1
R37 1 1 1 1 1 1 2 1 9 4 268 2
R38 2 1 2 1 1 1 3 2 13 3 255 1
R39 2 2 1 1 1 2 2 2 13 3 260 1
R40 1 1 1 1 1 1 1 2 9 4 190 2
R41 1 1 1 1 1 1 1 2 9 4 198 2
R42 2 2 2 1 1 1 3 1 13 3 255 1
JML 70 76 69 57 64 70 85 73
% 55.6 60 55 45 51 56 67 57.9
Ringan : 7-9 kode 4 = ringan kode 1= tinggi
Sedang : 10-14 kode 3 = sedang kode 2 = normal
Berat : 15-19 kode 2 = berat
Extrim : 20+ kode 1 = extrim
Frequencies

Statistics

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8
N Valid 42 42 42 42 42 42 42 42
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Frequency Table

P1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 20 47.6 47.6 47.6
2 16 38.1 38.1 85.7
3 6 14.3 14.3 100.0
Total 42 100.0 100.0

P2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 17 40.5 40.5 40.5
2 16 38.1 38.1 78.6
3 9 21.4 21.4 100.0
Total 42 100.0 100.0

P3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 20 47.6 47.6 47.6
2 17 40.5 40.5 88.1
3 5 11.9 11.9 100.0
Total 42 100.0 100.0

P4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 28 66.7 66.7 66.7
2 13 31.0 31.0 97.6
3 1 2.4 2.4 100.0
Total 42 100.0 100.0
P5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 24 57.1 57.1 57.1
2 14 33.3 33.3 90.5
3 4 9.5 9.5 100.0
Total 42 100.0 100.0

P6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 19 45.2 45.2 45.2
2 18 42.9 42.9 88.1
3 5 11.9 11.9 100.0
Total 42 100.0 100.0

P7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 13 31.0 31.0 31.0
2 15 35.7 35.7 66.7
3 14 33.3 33.3 100.0
Total 42 100.0 100.0

P8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent


Valid 1 14 33.3 33.3 33.3
2 25 59.5 59.5 92.9
3 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Frequencies

Depresi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid ekstrim 1 2.4 2.4 2.4
berat 11 26.2 26.2 28.6
sedang 17 40.5 40.5 69.0
ringan 13 31.0 31.0 100.0
Total 42 100.0 100.0

kadar gula darah


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid tinggi 26 61.9 61.9 61.9
normal 16 38.1 38.1 100.0
Total 42 100.0 100.0

umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid > 35 tahun 42 100.0 100.0 100.0

pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid pendidikan dasar (SD, SMP) 12 28.6 28.6 28.6
Pendidikan menengah (SMA) 27 64.3 64.3 92.9
Pendidikan tinggi 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0

pekerjaan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid bekerja 14 33.3 33.3 33.3
tidak bekerja 28 66.7 66.7 100.0
Total 42 100.0 100.0
informasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid pernah 42 100.0 100.0 100.0

sumber informasi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid petugas kesehatan 38 90.5 90.5 90.5
majalah 1 2.4 2.4 92.9
internet 3 7.1 7.1 100.0
Total 42 100.0 100.0
Crosstabs

Case Processing Summary


Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Depresi * kadar gula darah 42 100.0% 0 .0% 42 100.0%

Depresi * kadar gula darah Crosstabulation


kadar gula darah
tinggi normal Total
Depresi ekstrim Count 1 0 1
% of Total 2.4% .0% 2.4%
berat Count 10 1 11
% of Total 23.8% 2.4% 26.2%
sedang Count 11 6 17
% of Total 26.2% 14.3% 40.5%
ringan Count 4 9 13
% of Total 9.5% 21.4% 31.0%
Total Count 26 16 42
% of Total 61.9% 38.1% 100.0%

Nonparametric Correlations

Correlations
Depresi kadar gula darah
Spearman's rho Depresi Correlation Coefficient 1.000 .485**
Sig. (2-tailed) . .001
N 42 42
**
kadar gula darah Correlation Coefficient .485 1.000
Sig. (2-tailed) .001 .
N 42 42
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Anda mungkin juga menyukai