PENDAHULUAN
1
Emmy Latifah “Eksistensi Prinsip-Prinsip Keadilan Dalam Sistem Hukum Perdagangan
Internasional”, Padjadjaran Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 Nomor 1 Tahun 2015 ISSN 2442-9325, hlm. 65.
2
Ali Abdurahman dkk, Perlindungan Bagi Pekerja Wanita Dalam Perspektif Ham dan Hukum,
UNPAD, 2001, Bandung: hlm. 8
1
Penjelasan umum Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
menegaskan bahwa setiap tenaga kerja mempunyai hak dan kesempatan sama untuk
memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak tanpa membedakan jenis kelamin,
suku, ras, agama, dan aliran politik sesuai dengan minat dan kemampuan tenaga kerja
yang bersangkutan, termasuk perlakuan yang sama terhadap para penyandang cacat.3
Penjelasan umum undang-undang ini secara tegas menyamaratakan kedudukan laki-laki
maupun perempuan di depan hukum.
Pengertian perempuan secara etimologis berasal dari kata empu yang berarti “tuan”,
yaitu orang yang mahir atau berkuasa, kepala, hulu, yang paling besar. Namun menurut
Zaitunah Subhan kata perempuan berasal dari kata empu yang artinya dihargai.4
Berdasarkan arah kebijakan undang-undang tersebut, dilaksanakan program
perlindungan dan pengembangan lembaga tenaga kerja dimana salah satu kegiatan pokok
yang dilakukan adalah memberikan jaminan kerja untuk mencegah praktik-praktik
diskriminatif terhadap perempuan dan memastikan agar perempuan mendapatkan haknya.
Selain dari pada itu, undang-undang juga memberikan kesempatan tenaga kerja wanita
untuk tidak melaksanakan pekerjaan pada keadaan, tempat, dan waktu tertentu.
Pembatasan ini sehubungan dengan kondisi wanita yang secara kodrati berbeda dengan
pria.
Pada dasarnya wanita tidak dilarang melakukan pekerjaan, tetapi dibatasi
berdasarkan pertimbangan bahwa wanita itu lemah badannya dan untuk menjaga
kesehatan dan kesusilaannya. Oleh sebab itu, tenaga kerja wanita memiliki hak-hak
tertentu yang dijamin oleh peraturan perundang-undangan dalam melaksanakan
kewajibannya sebagai pekerja dan hak-hak tersebut tidak bisa disamaratakan dengan laki-
laki. Tetapi tidak bisa dipungkiri bahwa masih saja ada pemberi kerja yang tidak
memperhatikan kondisi pekerja perempuan atas hak-hak dasar yang dimilikinya.
Berdasarkan paparan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dan mengangkatnya dalam bentuk makalah ilmiah dengan judul :
Perlindungan Hukum Bagi Pekerja/Buruh Perempuan di Indonesia.
3
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan edisi terbaru penjelasan umum
hlm.85 diterbitkan oleh fokusindo mandiri.2012.
4
Zaitunah Subhan, Kodrat Perempuan, Jakarta : El Kahfi, 2004, hlm. 19.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
(4) Pengusaha wajib menyediakan angkutan antar jemput bagi
pekerja/buruh perempuan yang berangkat dan pulang bekerja antara pukul
23.00 sampai dengan pukul 05.00.
(5) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4) diatur
dengan Keputusan Menteri.
4
3. Perlindungan Selama Cuti Hamil
Pada Pasal 82 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan mengatur masalah cuti hamil. Perlindungan cuti hamil
meliputi : pekerja/buruh perempuan berhak memperoleh istirahat selama
1,5 bulan sebelum melahirkan dan 1,5 bulan setelah melahirkan menurut
ketentuan dokter atau bidan. Selain daripada itu, untuk pekerja/buruh
wanita yang mengalami keguguran kandungan berhak memperoleh 1,5
bulan sesuai dengan keterangan dokter atau bidan. Selama masa cuti hamil
ini, pekerja/buruh wanita juga berhak menerima upah secara penuh.
Ternyata dalam pelaksanaannya masih ada perusahaan yang tidak
membayar upah secara penuh.
4. Pemberian Lokasi Menyusui
Pasal 83 Undang-undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
mengatur masalah ibu yang sedang menyusui. Pemberian kesempatan pada
pekerja wanita yang anaknya masih menyusui untuk menyusui anaknya
hanya efektif untuk yang lokasinya dekat dengan perusahaan.
5
c. Penyediaan makanan dan minuman, peralatan, dan ruangan makan
harus layak serta memenuhi syarat hygiene dan sanitasi (Pasal 4 ayat
(1) Kepmenaker 224/2003);
d. Penyajian menu makanan dan minuman yang diberikan kepada
pekerja/buruh harus secara bervariasi (Pasal 4 ayat (2) Kepmenaker
224/2003).
2. Menjaga Kesusilaan dan Keadaan Selama di Tempat Kerja
a. Menyediakan petugas keamanan di tempat kerja (Pasal 5 huruf a
Kepmenaker 224/2003);
b. Menyediakan kamar mandi/wc yang layak dengan penerangan yang
memadai serta terpisah antara pekerja/buruh perempuan dan laki-laki
(Pasal 5 huruf b Kepmenaker 224/2003)
3. Menyediakan Angkutan Antar Jemput Bagi Pekerja/Buruh Perempuan
yang Berangkat dan Pulang Bekerja Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan
05.00
a. Penguasaha wajib menyediakan antar jemput dimulai dari tempat
penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya (Pasal 6 ayat (1)
Kepmenaker 224/2003);
b. Penjemputan dilakukan dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan
sebaliknya antara pukul 23.00 sampai dengan pukul 05.00 (Pasal 6 ayat
(2) Kepmenaker 224/2003);
c. Pengusaha harus menetapkan tempat penjemputan dan pengantaran
pada lokasi yang mudah dijangkau dan aman bagi pekerja/buruh
perempuan (Pasal 7 ayat (1) Kepmenaker 224/2003);
d. Kendaraan antar jemput harus dalam kondisi yang layak dan harus
terdaftar di perusahaan (Pasal 7 ayat (2) Kepmenaker 224/2003).
6
BAB III
KESIMPULAN
Perlindungan hukum bagi pekerja/buruh perempuan diatur dalam peraturan perundang-
undangan di Indonesia antaranya Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, dan Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor 224 Tahun 2003. Bentuk
perlindungan yang diberikan antara lain:
1. Perlindungan Jam Kerja
2. Perlindungan dalam Masa Haid
3. Perlindungan Selama Cuti Hamil
4. Pemberian Lokasi Menyusui
5. Memberikan Makanan dan Minuman Bergizi
6. Menjaga Kesusilaan dan Keadaan Selama di Tempat Kerja
7. Menyediakan Angkutan Antar Jemput Bagi Pekerja/Buruh Perempuan yang
Berangkat dan Pulang Bekerja Antara Pukul 23.00 Sampai Dengan 05.00