Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
KEGIATAN EKSPLORASI
III.1 Prospeksi
Prospeksi merupakan kegiatan penyelidikan, pencarian, atau penemuan endapan-
endapan mineral berharga. Atau dengan kata lain kegiatan ini bertujuan untuk
menemukan keberadaan atau indikasi adanya bahan galian yang akan dapat atau
memberikan harapan untuk diselidiki lebih lanjut.
10
11
Gambar III.1
Peta Geologi Kabupaten Belitung
Sumber : http://psdg.bgl.esdm.go.id
Tanda-tanda yang sudah diplot pada peta tersebut kemudian digabungkan dan
dibuat penampang tegak atau model penyebarannya (model geologi). Dengan
model geologi hepatitik tersebut kemudian dirancang pengambilan conto dengan
cara acak, pembuatan sumur uji (test pit), pembuatan paritan (trenching), dan jika
diperlukan dilakukan pemboran. Lokasi-lokasi tersebut kemudian harus diplot
dengan tepat di peta (dengan bantuan alat ukur, teodolit, BTM, dll.).
Dari kegiatan ini akan dihasilkan model geologi, model penyebaran endapan,
gambaran mengenai cadangan geologi, kadar awal, dll. dipakai untuk menetapkan
apakah daerah survei yang bersangkutan memberikan harapan baik (prospek) atau
tidak. Kalau daerah tersebut mempunyai prospek yang baik maka dapat diteruskan
dengan tahap eksplorasi selanjutnya.
1. Sumur Uji
Test pit (sumur uji) merupakan salah satu cara dalam pencarian endapan atau
pemastian kemenerusan lapisan dalam arah vertikal. Pembuatan sumur uji ini
dilakukan jika dibutuhkan kedalaman yang lebih (> 2,5 m). Pada umumnya
suatu deretan (series) sumur uji dibuat searah jurus, sehingga pola endapan
dapat dikorelasikan dalam arah vertikal dan horisontal. Sumur uji ini umum
dilakukan pada eksplorasi endapan-endapan yang berhubungan dengan
pelapukan dan endapan-endapan berlapis.
1). Pada endapan berlapis, pembuatan sumur uji ditujukan untuk
mendapatkan kemenerusan lapisan dalam arah kemiringan, variasi
litologi atap dan lantai, ketebalan lapisan, dan karakteristik variasi
endapan secara vertikal, serta dapat digunakan sebagai lokasi sampling
(lihat Gambar III.5). Biasanya sumur uji dibuat dengan kedalaman
sampai menembus keseluruhan lapisan endapan yang dicari, misalnya
batubara dan mineralisasi berupa urat (vein).
2). Pada endapan yang berhubungan dengan pelapukan (lateritik atau
residual), pembuatan sumur uji ditujukan untuk mendapatkan batas-
batas zona lapisan (zona tanah, zona residual, zona lateritik), ketebalan
masing-masing zona, variasi vertikal masing-masing zona, serta pada
deretan sumur uji dapat dilakukan pemodelan bentuk endapan.
13
3). Pada umumnya, sumur uji dibuat dengan besar lubang bukaan 3–5 m
dengan kedalaman bervariasi sesuai dengan tujuan pembuatan sumur
uji. Pada endapan lateritik atau residual, kedalaman sumur uji dapat
mencapai 30 m atau sampai menembus batuan dasar.
Gambar III.2
Sketsa pembuatan sumur uji (Chaussier et al., 1987)
Sumber : http://oon-line.blogspot.com
2. Channel Sampling
Channel sampling adalah suatu metode (cara) pengambilan conto dengan
membuat alur (channel) sepanjang permukaan yang memperlihatkan jejak bijih
(mineralisasi). Alur tersebut dibuat secara teratur dan seragam (lebar 3-10 cm,
kedalaman 3-5 cm) secara horizontal, vertikal, atau tegak lurus kemiringan
lapisan.
14
Gambar III.3
Sketsa pembuatan channel pada sumur uji untuk endapan berlapis
Sumber : https://densowestliferz.wordpress.com
30°
TP-6
30°
TP-5 HB IV-2
20°
HB IV-1
TP-4
TR-D.3
30°
TR-D.2 HB III-3
Garis singkapan TR-D.1 30°
batubara TR-C.4 HB III-2
48°
Singkapan TR-C.3 HB III-1
48°
TR-C.2
HB I-8 Pemboran dangkal TP-3
Gambar III.4
Sketsa lokasi pembuatan paritan pada garis singkapan
Sumber : http://oon-line.blogspot.com
16
III.3.1 Pemboran
Salah satu keputusan penting di dalam kegiatan eksplorasi adalah menentukan
kapan kegiatan pemboran dimulai dan diakhiri. Pelaksanaan pemboran sangat
penting jika kegiatan yang dilakukan adalah menentukan zona mineralisasi dari
permukaan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mineralisasi dari
permukaan sebaik mungkin, namun demikian kegiatan pemboran dapat dihentikan
jika telah dapat mengetahui gambaran geologi permukaan dan mineralisasi bawah
permukaan secara menyeluruh.
Umumnya mekanisme pemboran dibagi menjadi tiga jenis, yaitu rotary drilling,
percussive drilling, dan rotary-percussive drilling. Pada mekanisme rotary drilling
terdapat tiga macam penggerak atau pemutar stang bor yaitu spindle, rotary table,
dan top drive. Mesin penggerak yang digunakan dapat bekerja secara mekanik
(dengan bahan bakar) maupun elektrik. Mata bor yang sering digunakan umumnya
berupa tricone bit untuk pemboran open hole (non coring) ataupun diamond bit
untuk pemboran inti (coring).
Gambar III.5
Alat Bor dan bagian-bagiannya
Sumber : https://datenpdf.com
18
Pembuatan lubang bor secara vertikal digunakan untuk kondisi dimana zona
mineralisasi diperkirakan pada kedalaman yang dangkal atau pada endapan
disseminated. Namun demikian kondisi lubang bor yang cenderung miring atau
curam biasanya digunakan untuk target endapan yang mempunyai kemiringan yang
besar, dengan tujuan agar dapat menembus zona mineralisasi pada sudut 900 (relatif
tegak lurus). Selain itu dari pemboran juga diharapkan dapat diketahui batas-batas
zona pelapukan, zona oksidasi, atau zona bijih (batuan dasar).
S
DDH 02
N
40°
Overburden
(tanah penutup) Anomali
Weathered zone
(zona pelapukan) 50°
"Fresh" bedrock
(batuan dasar segar)
i
as
lis
EOH
a
er
in
m
na
Zo
Gambar III.6
Lay out penampang pemboran (Annels, 1991)
Sumber : Buku Ajar Teknik Eksplorasi
baik dan penampang geologi dengan proyeksi minimum. Pagaran sangat baik
dibuat pada jarak 200–400 m dengan interval lubang antara 100–200 m sehingga
memberikan ruang untuk pengisian kembali. Letak lubang khusus sangat penting
dan biasanya dibor dengan sudut siku-siku terhadap arah kemiringan rata-rata.
N
Anomali
4 1 2 5
6 3 7
Drill lines
8 9 Titik bor
tambahan
(In fill drilling)
S
Gambar III.7
Lay out pemboran berdasarkan anomali permukaan (Annels,1991)
Sumber : Buku Ajar Teknik Eksplorasi
Sedangkan pada Gambar II.8 dapat dilihat penampang hasil interpretasi suatu series
pemboran dalam penentuan zona bijih, dimana pemboran yang dilakukan
merupakan kombinasi antara bor tegak dan pemboran miring.
20
Gambar III.8
Sketsa suatu hasil pemboran dalam penentuan badan bijih suatu endapan (Evans, 1995)
Sumber : Buku Ajar Teknik Eksplorasi
Gambar III.9
Peta Sebaran Lubang Bor
Sumber : Buku Ajar Teknik Eksplorasi