Anda di halaman 1dari 15

FAAL KERJA DAN BIOMEKANIKA

2.1 Pengertian Kerja


Menurut Sutalaksana, bekerja merupakan suatu kegiatan manusia merubah
keadaan-keadaan tertentu dari alam lingkungan yang ditujukan untuk
mempertahankan dan memelihara kelangsungan hidupnya. Studi ergonomi yang
kaitannya dengan kerja manusia dalam hal ini ditunjukan untuk mengevaluasi dan
merancang kembali tata cara kerja yang harus diaplikasikan, agar dapat
memberikan peningkatan efektivitas dan efesiensi selain juga kenyamanan
ataupun keamanan bagi manusia sebagai pekerjanya (Sutalaksana, 1979).
Salah satu tolak ukur (selain waktu) yang diaplikasikan untuk
mengevaluasi apakah tata cara sudah dirancang baik atau belum adalah dengan
mengukur penggunaan energi kerja yang harus dilakukan untuk melakukan
aktivitas-aktivitas tersebut. Berat ringannya kerja yang dilakukan oleh seorang
pekerja akan dapat ditentukan oleh gejala-gejala perubahan yang dapat diukur
lewat pengukuran anggota tubuh/fisik manusia antara lain:
1. Laju detak jantung
2. Tekanan darah
3. Temperatur badan
4. Konsumsi oksigen yang dihirup
5. Kandungan kimiawi dalam tubuh

2.2 Pembagian kerja


Secara umum jenis kerja dibedakan menjadi dua bagian yaitu kerja fisik
dan kerja mental. Pengertian dari kerja fisik dan kerja mental, yaitu:
1. Kerja fisik
Pengeluaran energi relatif lebih banyak dan pada jenis ini dapat dibedakan lagi
menjadi dua, yaitu:
A. Kerja Statis
a. Tidak menghasilkan gerak
b. Konstraksi otot bersifat isometris
c. Kelelahan lebih cepat terjadi
B. Kerja dinamis
a. Menghasilkan gerak
b. Konstraksi otot bersifat ritmis
c. Kelelahan relatif agak lama terjadi
d. Konstraksi otot bersifat isotonis
2. Kerja mental
Pengeluaran energi relatif sedikit dan cukup sulit untuk mengukur
kelelahannya. Hasil kerja manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu:
a. Faktor-faktor dari individu, meliputi sikap, fisik, minat, motivasi jenis
kelamin, pendidikan keterampilan, pengalaman, dan seterusnya.
b. Faktor-faktor situasional, meliputi lingkungan fisik, mesin dan faktor
peralatan, metode kerja, dan seterusnya.
Selain pembagian kerja, juga terdapat kriteria-kriteria yang dapat
digunakan untuk mengetahui pengaruh pekerjaan terhadap manusia dalam suatu
sistem kerja. Kriteria-kriteria tersebut adalah:
1. Kriteria Faal
Meliputi kecepatan denyut jantung, konsumsi oksigen, tekanan darah,
tingkat penguapan, temperatur tubuh, komposisi kimia dalam darah dan air
seni, dst. Tujuannya adalah untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh
selama bekerja.
2. Kriteria Fisiologis kerja
Meliputi kejenuhan, emosi, motivasi, sikap, dan seterusnya. Tujuannya
adalah untuk mengetahui perubahan kejiwaan yang timbul selama berkerja.
3. Kriteria Hasil kerja
Meliputi pengukuran hasil kerja yang diperoleh dari pekerja selama
berkerja. Tujuannya adalah untuk mengetahui pengaruh kondisi kerja dengan
melihat hasil kerja yang diperoleh dari kerja.
2.3 Kelelahan Kerja
Definisi umum dari kelelahan kerja adalah suatu kondisi dimana terjadi
pada saraf dan otot manusia sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagaimana
mestinya. Kelelahan dipandang dari sudut industri adalah pengaruh dari kerja
pada pikiran dan tubuh manusia yang cenderung untuk mengurangi kecepatan
kerja mereka atau menurunkan kualitas produksi atau kedua-duanya dari
performansi optimum seorang operator. Cakupan dari kelelahan yaitu:
1. Penurunan dalam performansi kerja
a. Pengurangan dalam kecepatan dan kualitas output yang terjadi bila
melewati suatu periode tertentu.
b. Disebut fatique Industri.
2. Pengurangan pada kapasitas kerja
a. Perusakan otot atau ketidak keseimbangan susunan saraf untuk
memberikan stimulasi.
b. Disebut fatique fisiologi
3. Laporan-laporan subyektif dari pekerja
a. Berhubungan dengan perasaan gelisah dan bosan.
b. Disebut juga fatique psikologis
4. Perubahan-perubahan dalam aktivitas dan kapasitas lainnya
a. Perubahan fungsi fisiologis atau perubahan dalam kemampuan melakukan
aktivitas fisiologis.
b. Disebut fatique fungsional.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kelelahan yaitu: penentuan
lamanya waktu kerja, penentuan lamanya waktu istirahat, sikap mental pekerja,
besar beban kerja, kebosanan pekerja dalam lingkungan kerja yang tetap, kondisi
operator pada waktu melaksanakan pekerjaan, kecapaian kerja, lingkungan fisik
pekerja, jenis dan kebiasaan olahraga, jenis kelamin, usia., dan sikap kerja.
Adapun pengukuran kelelahan dapat dilakukan dengan cara:
a. Mengukur kecepatan denyut jantung
b. Mengukur kecepatan pernapasan
c. Mengukur tekanan darah
d. Menghitung jumlah kadar oksigen yang dikonsumsi
e. Menghitung perubahan suhu tubuh
f. Perubahan komposisi kimia darah dan urine
g. Jumlah karbondioksida yang terpakai
Kelelahan otot adalah kelelahan yang terjadi karena kerja otot, dengan
adanya aktivitas kontraksi dan relaksasi. Tipe aktivitas (Ryan : Work & effort)
adalah:
a. Pengeluaran sejumlah energi secara tepat
b. Pekerjaan yang dikerjakan terus menerus
c. Pekerjaan setempat atau lokal yang terus menerus berulang dengan
pengeluaran energi yang cukup besar
d. Perilaku yang dibatasi
Mengurangi kelelahan otot (brouha dalam physiolgy Industry)
menyarankan agar:
a. Mengatur periode istirahat yang cukup berdasarkan atas pertimbangan
fisiologis
b. Mengatur regu-regu kerja dengan baik dan dapat menyeimbangkan tekanan
fisiologis diantara angota pekerja
c. Mengatur beban kerja dengan melakukan perancangan kerja
d. Menyediakan kebutuhan-kebutuhan operator yang cukup dalam lingkungan
kerja yang panas seperti air dan garam
e. Menyeleksi pekerja yang didasarkan atas kemampuan fisik mereka dan tingkat
pelatihan (training) untuk aktivitas tertentu yang mana membutuhkan energi
yang cukup banyak.

2.4 Penentuan waktu istirahat (recovery)


Penentukan waktu istirahat atau recovery teoritis terdapat dua cara
penentuan. Dua cara penentuan tersebut yaitu:
a. Berdasarkan konsumsi energi yang didapatkan dari konversi kecepatan denyut
jantung.

T (K  S )
R
K  1,5

Keterangan: R = Waktu istirahat (menit)


T = Total waktu kerja
K = Energi yang dikeluarkan dalam bekerja
S = Konstanta (nilainya berdasarkan tabel dibawah)
Tabel 2.1 Penentuan Nilai S
Tingkat Pekerjaan S
Undully heavy Over 12.5
Very heavy 10-12.5
Heavy 7.5-10
Moderate 5-7.5
Light 2.5-5
Very light under 2.5

b. Berdasarkan kapasitas oksigen terukur

W (B  S )
R
B  0.3

Keterangan : R = Waktu istirahat (jam)


W = Waktu total kerja (jam)
B = Kapasitas oksigen pada saat bekerja (liter/menit)
S = Kapasitas oksigen pada saat diam
Energi yang dibutuhkan untuk kegiatan sehari-hari seperti ditunjukan oleh tabel
dibawah ini.
Tabel 2.2 Perbedaan Energi Pria dan Wanita
Jenis Pekerjaan/pekerja Pria (Kkal/hari) Wanita (Kkal/hari)
Sekretaris 2700 2250
Pengemudi 3000 2500
Operator mesin 3300 2700
Buruh kasar 3900 3250
Penari balet 3900 3250
Altlet 4800 4250

Tabel 2.3 Kebutuhan Energi Berdasarkan Jenis Pekerjaan


Jenis pekerjaan Energi (Kkal/hari)
Duduk 0.3
Berdiri 0.6
Berjalan 2.1
Berjalan dengan beban 10 kg 3.6
Berjalan dengan kecepatan 16 km 5.2
Mendaki dengan sudut 30o 13.7

2.5 Definisi Biomekanika


Biomekanika adalah suatu ilmu pengetahuan yang merupakan kombinasi
dari ilmu fisika (khususnya mekanika) dan teknik, dengan berdasar pada biologi
dan juga pengetahuan lingkungan kerja. Oleh Winter (1990), mendefinisikan
bahwa biomekanika dari gerakan manusia adalah ilmu yang menyelidiki,
menggambarkan dan menganalisis gerakan manusia.
Biomekanika umum adalah bagian dari biomekanika yang berbicara
mengenai hukum-hukum dasar yang mempengaruhi tubuh organik manusia baik
dalam posisi diam maupun bergerak. Biostatik adalah bagian dari biomekanika
umum yang hanya menganalisa bagian tubuh dalam keadaan diam maupun
bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam (uniform). Biodinamik
adalah bagian dari biodinamika umum yang berkaitan dengan gerakan-gerakan
tubuh tanpa mempertimbangkan gaya yang terjadi (kinematik) dan gaya yang
disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh (kinetik). Occupational Biomechanics
didefinisikan sebagai bagian dari mekanik terapan yang mempelajari interaksi
fisik antara pekerja dengan mesin, material, dan peralatan dengan tujuan untuk
meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktivitas kerja dapat
meningkat (Chaffin & Anderson, 1984).
Pendekatan Biomekanika memandang tubuh sebagai suatu sistem yang
terdiri dari elemen-elemen yang saling berkaitan dan terhubung satu sama lain
melalui sendi-sendi dan jaringan otot yang ada. Prinsip-prinsip fisika digunakan
untuk menyatakan tegangan mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan
untuk mengimbangi tegangan-tegangan tersebut.
Dalam melakukan analisis biomekanik, tubuh manusia dipandang sebagai
suatu sistem yang terdiri dari link (penghubung) dan joint (sambungan). Tiap link
mewakili segmen tubuh tertentu dan tiap joint menggambarkan sendi yang ada.
Menurut Chaffin & Anderson (1984), tubuh manusia terdiri dari link, yaitu :
1. Link lengan bawah yang dibatasi joint telapak tangan dan siku
2. Link lengan atas yang dibatasi joint siku dan bahu
3. Link punggung yang dibatasi joint bahu dan pinggul
4. Link paha yang dibatasi joint pinggul dan lutut
5. Link betis yang dibatasi joint lutut dan mata kaki
6. Link kaki yang dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki

2.6 Analisis Biomekanika


Analisis biomekanika ada 2 (dua) yaitu secara statis berupa analisis
besarnya gaya dan momen yang terjadi pada bagian-bagian tubuh tertentu, saat
tubuh dalam kondisi tanpa gerakan. Sedangkan analisis biomekanika secara
dinamis adalah analisis besarnya gaya dan momen yang terjadi pada bagian-
bagian tubuh tertentu saat tubuh dalam kondisi bergerak. Menurut Winter (1990),
terhadap tiga jenis gaya bekerja di dalam tubuh manusia, yaitu :
1. Gaya Gravitasi yaitu gaya yang melalui pusat massa dari segmen tubuh
manusia dengan arah ke bawah. Besar gayanya adalah massa di kali percepatan
gravitasi (F = m.g).
2. Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen tubuh atau berat
segmen tubuh itu sendiri.
3. Gaya Otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik akibat gesekan sendi
atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi, dan gaya ini
menggambarkan besarnya momen otot.
Dengan mendefinisikan jenis pekerjaan dan postur tubuh didalam
melakukan pekerjaan tersebut, dapat dihitung besarnya gaya dan momen yang
terjadi pada setiap link dan sendi melalui analisa mekanik. Baik pada saat tubuh
dalam posisi diam (biostatic) maupun pada saat bergerak (biodynamic).
Hukum Kesetimbangan Gaya menyatakan bahwa penjumlahan aljabar dari semua
gaya yang bekerja pada suatu benda dalam keadaan kesetimbangan statis adalah
sama dengan nol ( F = 0). Untuk mendapatkan kesetimbangan gaya secara
keseluruhan, maka gaya-gaya dibedakan sedikitnya dalam dua arah, yaitu vertikal
dan horizontal. Sehingga diperoleh rumus kesetimbangan gaya sebagai berikut:
∑𝐹𝑥 = 0 ; untuk arah horizontal
∑𝐹𝑦 = 0 ; untuk arah vertikal
Kemudian dari Hukum Kesetimbangan Momen menyatakan bahwa
penjumlahan aljabar momen-momen dari semua gaya yang bekerja pada satu
suatu benda dalam keadaan kesetimbangan statis adalah sama dengan nol (∑M =
0).
Prinsip-prinsip dasar yng diaplikasikan pada mekanika di atas, dapat
dilakukan analisis biomekanika pada berbagai segmen tubuh manusia dengan
memandang tubuh sebagai sistem multiple link, maka hasil perhitungan gaya dan
momen pada suatu link akan dipengaruhi link sebelumnya dan akan
mempengaruhi link selanjutnya. Oleh sebab itu link terakhir (link kaki) akan
menahan beban yang berasal dari berat seluruh link sebelumnya, baik beban
eksternal maupun beban link itu sendiri. Dalam menganalisis biomekanika
khususnya pada perajin gerabah perlu digambarkan secara diagram segment-
segment tubuh yang akan dianalisis yaitu pada bagian lengan yang bertujuan
memudahkan dalam menentukan gaya-gaya yang berpengaruh pada sistem
anatomi tubuh manusia.
- Hasil dan Pembahasan
Perajin dalam melakukan kerja menggunakan peralatan baru sebelumnya
perlu dilakukan pelatihan dan sosialisasi agar nantinya diharapkan dapat
menerima serta memahami untuk bekerja secara nyaman dan lebih ergonomis.
Biaya untuk membuat satu prototype peralatan meja putar perboard yang
dilengkapi motor penggerak beserta kursi fleksibel sekitar Rp 350.000,- serta
diperlukan bahan dan komponen yang harus dimodifikasi sedemikian rupa, karena
tidak dijual secara bebas dipasaran.
Perbandingan kondisi kerja perajin gerabah dalam melakukan aktivitas
pembuatan guci dapat dilihat pada tabel 2, terlihat data hasil analisis Nodic Body
Map adanya perubahan berupa penurunan tingkat keluhan rasa sakit pada anggota
tubuh, juga konsumsi energi menjadi lebih efisien. Beban yang ditahan untuk
analisis biomekanik juga mengalami penurunan. Hal ini berakibat pada kenaikan
produktifitas kerja para perajin gerabah.
Tabel 2.4 Perbandingan Kondisi Kerja Sebelum dan Sesudah Menggunakan Peralatan Baru
No. Atribut Sebelum Sesudah
Perbaikan Perbaikan
1 Nordic Body Map Leher 29 orang 3 orang
Punggung 45 orang 2 orang
Pinggang 46 orang 1 orang
Pergelangan kaki 33 orang 2 orang
2 Denyut Jantung Saat bekerja 115,54 100,76
(Beats/minute)
Saat istirahat 68,42 70,58
(Beats/minute)
Konsumsi energi 3,0098 1,7482
(Kkal/menit)

3 Biomekanika Beban yang ditahan 1757,844 N 1407,199 N


(Σy)
4 Produktivitas Waktu standar 38,73 menit 26,80 menit
Output standar 12 buah/hari 18 buah/hari
2.7 Konsep Biomekanika
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2 bagian. Berikut adalah bagian
dari konsep biomekanika:
1. General Biomechanic
General Biomechanic adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara
mengenai hukum – hukum dan konsep – konsep dasar yang mempengaruhi tubuh
organic manusia baik dalam posisi diam maupun bergerak.
Dibagi menjadi 2, yaitu:
a) Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis
tubuh pada posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam
(uniform).
b) Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan
gambaran gerakan – gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi
(kinematik) dan gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh
(kinetik) (Tayyari, 1997).
2. Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan
untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja
dapat meningkat. Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam praktikum kita ini
dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk
leebih jelasnya disini akan kita bahas tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar
perhitungan dan penganalisaan biomekanik.
Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian bagian tubuh yang
berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh
yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan penghubung (Connective Tissue) dan
otot yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tulang
Tulang adalah alat untuk meredam dan mendistribusikan gaya/tegangan
yang ada padanya. Tulang yang besar dan panjang berfungsi untuk memberikan
perbandingan terhadap beban yang terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam
aplikasinya biomekanik selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh sebab
itu di bawah ini adalah gambar kerangka manusia (Eko Nurmianto, 1996).

Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan jaringan penghubung


(connective Tissue) yakni ligamen,cartilage dan Tendon. Fungsi otot disini untuk
menjaga posisi tubuh agar tetap sikap sempurna. 2. Connective Tissue atau
jaringan penghubung
a. Cartilagenous
Fungsi dari sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang
relatif kecil. Contoh: Sambungan tulang iga ( ribs ) dan pangkal tulang iga
(sternum) Sambungan cartilagenous khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang
belakang) yaitu dikenal sebagai interveterbratal disc, yang terdiri dari
pembungkus, dan dikelilingi oleh inti (puply core). Verterbrae juga terdapat pada
ligamen dan otot. Adanya gerakan yang relatif kecil pada setiap jointnya, dapat
mengakibatkan adanya flaksibelitas badan manusia untuk membungkuk,
menengadah, dan memutar. Sedangkan disc berfungsisebagai peredam getaran
pada saat manusia bergerak baik translasi dan rotasi (Nurmianto, 1996).
b. Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk
stabilitas sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian sambungan
dan menempel pada tulang. Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak
paralel. Oleh karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula
untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan akan dapat
memperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam menstabilkan
sambungan (joints).

Ligamen tersebut untuk membatasi rentang gerakan. Batasan jangkauan


dapat menentukan ruang gerakan atau aktifitas yang digambarkan oleh sistem
sambungan tulang. Sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan lutut.
Dengan adanya alasan bahwa kedua adalah sambungan yang membatasi gerakan
fleksi (flexion). Sambungan siku memberikan kebebasan gerak pada tulang
tangan.
Lengan dan tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk
mengadakan gerakan 3 dimensi, Contoh: gerakan mengangkat tangan, sambungan
siku juga dibantu oleh sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh tangan pada
sumbunya dan gerakan lengan tangan pada sambungan pergelangan tangannya.
Tangan manusia mempunyai flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya
(Nurmianto, 1996).
c. Tendon
Berfungsi sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri dari
sekelompok serabut collagen yang letaknya paralel dengan panjang tendon.
Tendon bergerak dalam sekelompok jaringan serabut dalam sutu area dimana
adanya gaya gesekan harus diminimumkan. Bagian dalam dari jaringan ini
mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan (Nurmianto, 1996).
3. Otot ( Muscle )
Membahas masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber
(fibre), dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan
sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses
aerob maupun anaerob.
a. Anaerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan
oksigen. Glikogen yang terdapat dalam otot terpecah menjadi energi, dan
membentuk asam laktat. Dalam proses ini asam laktat akan memberikan indikasi
adanya kelelahan otot secara local, karena kurangnya jumlah oksigen yang
disebabkan oleh kurangnya jumlah suplai darah yang dipompa dari jantung.
Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba (mendadak), lari jarak dekat
(sprint), dan lain sebagainya. Sebab lain adalah karena pencegahan kebutuhan
aliran darah yang mengandung oksigen dengan adanya beban otot statis. Ataupun
karena aliran darah yang tidak cukup mensuplai oksigen dan glikogen akan
melepaskan asam laktat.
b. Aerobic
Yaitu proses perubahan ATP menjadi ADP dan enegi dengan bantuan
oksigen yang cukup. Asam laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi
dengan cepat menjadi dan dalam kondisi aerobic. Sehingga beban pekerjaan yang
tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama. Di samping itu
aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan oksigen ke dalam
otot.
Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan menyebabkan kadar
glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah norma, dan kebalikannya
kadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka cara terbaik
adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan makanan yang
bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah. 2 COO H 2 Hal tersebut di atas
adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan analisa
pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti pentingnya aliran darah
untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklahmemperhatikan hal-hal
seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari (Nurmianto, 1996):
a) Beban otot statis (static muscle loads).
b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena tekanan, misalnya tekanan segi kursi
pada popliteal (lipat lutut).
c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang menyebabkan siku aliran darah
bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.
Dalam dunia kerja yang menjadi perhatian adalah :
a. Kekuatan kerja otot.
Kekuatan kerja otot bergantung pada :
1. Posisi anggota tubuh yang bekerja
2. Arah gerakan kerja.
3. Perbedaan kekuatan antar bagian tubuh.
4. Usia.
b. Kecepatan dan ketelitian.
c. Daya tahan jaringan tubuh terhadap beban.
Suatu hal yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk
menopang beban statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus
diminimumkan. Gaya yang terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding
dengan penampang melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan
berkontraksi dan relaksi bila bergerak dengan arah berlawanan terhadap otot yang
lain, dikenal dengan gerakan antagonis.
Biomekanika dapat diterapkan pada perancangan kembali pekerjaan yang
sudah ada, mengevaluasi pekerjaan, penanganan material secara manual,
pembebanan statis dan penentuan sistem waktu.
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan beban
1. Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan
frekuensi pemindahan.
2. Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat.
3. Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak
berbahaya.
4. Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada
pemindahan barang.
5. Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu.
6. Kurangi frekuensi pemindahan.
7. Berikan waktu istirahat.
8. Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga.
9. Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat
dengan tubuh.
10. Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak
menimbulkan cidera punggung.

Anda mungkin juga menyukai