Tugas Comdev I PDF
Tugas Comdev I PDF
OLEH
1. NAMA : ANNUUR
NIM : P022191026
1
DAFTAR ISI
i
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
2
II. PERAN PEMERINTAH DALAM KEBIJAKAN HARGA PERTANIAN
3
menghilangkan kesan sentralistik dan topdown (Mantau & Bahtiar, 2010).
Selain kebijakan harga pemerintah juga harus memikirkan bagaimana
ketersediaan komoditi pertanian untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri
serta bagaiman meningkatkan ekspor.
Pembangunan sektor pertanian seharusnya memperhatikan 3 (tiga)
unsur penting yaitu ecological security, livelihood security dan food security
yang mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan (Erwidodo, 1999).
Namun dengan kondisi pasar bebas pada saat ini maka hal tersebut menjadi
susah diterapkan dan dilaksanakan karena juga adanya liberalisasi dan
kapitalisme. Beberapa kebijakan harga yang menjadi acuan antara lain : (1).
Kebijakan harga dasar, (2) Kebijakan harga atap.
Lokollo (2015) Kebijakan harga pertanian di negara maju mungkin saja
berbeda dengan negara berkembang, namun demikian kebijakan harga
pertanian memiliki tujuan yang sama, yaitu: untuk memenuhi permintaan
dalam negeri, Untuk menjaga stabilitas harga, untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku atau input industri dengan harga tertentu/wajar dan untuk
meningkatkan produksi dan ekspor produk pertanian.
2. Peran Pemerintah Dalam Penentuan Harga
Pemerintah Indonesia mulai dari era orde baru telah menjadikan
pertanian sebagai leading sektor dalam pembangunan, bahkan pernah
mencapai swasembada padi pada tahun 1984. Namun sejauh ini sektor
pertanian masih belum mampu bangkit dari keterpurukannya, beberapa hal
yang menjadi permasalahan antara lain telah terjadi alih fungsi lahan
pertanian, kemudian infrastruktur pertanian yang masih minin.
Untuk komoditi beras kebijakan telah dilakukan pemerintah sejak
tahun 1967, termasuk kebijakan harga yang ditujukan untuk stabilisasi harga
beras di tingkat produsen dan konsumen. Dinamika politik Indonesia sangat
mempengaruhi kebijakan perberasan yang dapat dikelompokan menjadi tiga
fase (Sawit et al, 2007).
Kebijakan untuk periode pertama pada tahun 1967-1996. Pada
periode ini, pemerintah mengendalikan pasar beras di dalam negeri dengan
melakukan intervensi pasar dalam rangka mendorong produksi padi dan
menjaga stabilitas harga. Kebijakan stabilisasi harga didukung melalui
4
intervensi pengelolaan persediaan beras nasional melalui BULOG (Badan
Usaha Logistik), yaitu lembaga pemerintah yang bertanggung jawab
mengelola logistik.
Kemudian peride kedua pada tahun 1997-2000. Pada periode ini,
pemerintah melakukan libelarisasi sektor perberasan, memprivatiasi BULOG,
dan menghapus hambatan perdagangan. Praktis kebijakan harga beras tidak
berlaku karena sudah mengikuti mekanisme pasar. dampaknya,
swasembada pangan Indonesia menurun, ketergantungan terhadap beras
impor meningkat, dan harga di tingkat konsumen dan produsen beras
menjadi tidak stabil. Pada periode ini terjadi lonjakan volume impor beras
yang sangat tajam yaitu dari 911 ribu ton pada periode 1996-1997 menjadi
3,8 juta ton pada 1998-1999. Pemerintah tidak mampu menahan serbuan
impor ini akibat kebijakan liberalisasi perdagangan ditambah nilai tukar
sudah relatif stabil (setelah tahun 1998) sehingga harga beras juga menurun
drastis (Sawit et al, 2007).
Periode ketiga adalah sejak tahun 2001 dimana pembenahan
kebijakan perberasan mulai dilakukan. Pada fase ini, peran BULOG mulai
dioptimalkan dan kebijakan harga beras dengan tujuan stabilisasi harga di
tingkat produsen dan konsumen mulai diaktifkan kembali dengan beberapa
modifikasi dari fase pertama. langkah ini diambil karena timbulnya dampak
negatif liberalisasi pasar terhadap harga di tingkat produsen dan konsumen
beras. Kebijakan terdahulu yaitu harga dasar gabah telah diganti dengan
harga pembelian pemerintah (HPP) dengan batas harga atas dan didukung
dengan kebijakan tariff dan kuota impor beras. Kebijakan perberasan diatur
dalam Instruksi Presiden (Inpres) yang direvisi setiap tahun dimana dalam
Inpres tersebut ditetapkan kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP)
untuk gabah dan beras.
Lebih lanjut yang menjadi hal yang sanga dilematis dalam kebijakan
harga adalah adanya kebijakan impor terhadap beras.Kebijakan impor beras
ini sangat berdampak buruk kepada petani. Menurut Azziz (2006) Impor
beras Indonesia periode sebelumnya berpengaruh nyata terhadap harga
beras dalam negeri dengan pengaruh negatif. Artinya semakin besar volume
beras impor yang masuk, maka harga beras dalam negeri akan semakin
5
turun. Respon harga beras terhadap impor beras periode sebelumnya adalah
inelastis, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Sejauh ini peran pemerintah dalam mengeluarkan berbagai kebijakan
memang masih sering terjadi pro dan kontra. Namun yang terpenting adalah
dalam pengambilan keputusan selalu mempertimbangkan kepentingan para
petani. Kebeijakan yang tepat menajdikan petani menjadi kuat.
6
III. PENGUATAN KELEMBAGAAN KOMUNITAS SEKTOR PERTANIAN
8
penguatan kelembagaan diharapkan komunitas dapat menjadi mandiri
sehingga dapat kuat dalam mengalami kondisi perekonomian khusunya
komoditas pertanian yang fluktuatif.
9
IV. PENUTUP
10
DAFTAR PUSTAKA
Azziz, A.A.. 2006. Analisi Impor Beras Serta Pengaruhnya Terhadap Harga
Beras Dalam Negeri. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis
Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.2006
Ellis, F. 1992. Agricultural Policies in Developing Countries. Cambridge
University Press, London. p. 355.
Erwidodo (1999). Effect of Trade Liberalization on Agriculture in Indonesia:
Institutional and Structural Aspects. The CGPRT centre, Working
Paper No. 41.
Hermanto dan Dewa K.S. Swastika. 2011. Penguatan kelompok tani:
langkah awal peningkatan kesejahteraan petani.Pusat Sosial Ekonomi
dan Kebijakan Pertanianhttp://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/
ART9-4e.pdf. Diakses 22 November 2019.
Ife, Jim. 2013. Community Development in an Uncertain World. Cambridge:
Cambridge University Press.
Jamal, E., Ariningsih, E., Hendiarto, Noekman, K. M., Askin, A. 2007. Beras
dan Jebakan Kepentingan Jangka Pendek. Analisis Kebijakan
Pertanian Vol.5, No.3, September 2007. Pusat Analisis Sosial
Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.
Lokollo, EM. 2015. Kebijakan Harga Serta Dampaknya Terhadap Ketahanan
Pangan. Diakses melalui www.litbangpertanian.go.id Pada 22
November 2019.
Ruhimat, I.S, 2016. Faktor Kunci Dalam Pengembangan Kelembagaan
Agroforestry Pada Lahan Masyarakat. JURNAL Penelitian Sosial dan
Ekonomi Kehutanan Vol. 13 No. 2 Agustus 2016, Hal. 73-84.
Mantau, Z. dan Bahtiar. 2010. Kajian Harga Pangan Dalam Konteks
Ketahanan Pangan Nasional.Jurnal Litbang Pertanian. 29 (2) 2010.
Sawit, M.H. dan H. Halid, penyunting. 2007. Arsitektur Kebijakan Beras di
Era Baru. Penerbit IPB Press. Bogor.
11