Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Penyakit musculoskeletal bukan merupakan konsekuensi
penuaan yang tidak dapat dihindari dan karenanya harus dianggap
sebagai suatu proses penyakit spesifik tidak hanya sebagai akibat
dari penuaan. Salah satu penyakit spesifik yang terjadi akibat
penuaan adalah artritis. Menurut WHO (World Health Organization)
diperkirakan penderita penyakit artritis di seluruh dunia mencapai
angka 355 juta jiwa pada tahun 2012. Artinya, satu dari enam orang
di dunia ini menderita artritis. Diperkirakan angka ini terus
meningkat sampai 2025, dengan indikasi lebih dari 25% akan
mengalami kondisi kelumpuhan (Junaidi, 2012). Berdasarkan hasil
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2018) bahwa prevalensi penyakit
sendi/artritis di Indonesia berdasarkan kelompok usia 45-54th sebesar
11,1 %, usia 55-64th sebesar 15,5 %, usia 65-74th sebesar 18,6 % dan
usia > 75th sebesar 18,9 %. Untuk provinsi Jawa Timur mengalami
penurunan prevalensi sesuai Riskesdas 2013 sebesar 11,9% dan
Riskesdas 2018 turun menjadi 7,3 %.
Artriris merupakan salah satu kondisi yang berhubungan dengan
rasa nyeri pada sendi ataupun radang pada sendi, merupakan salah
satu penyakit kronis yang familier dan sering terjadi pada periode
akhir kehidupan. Artritis yang paling sering dijumpai adalah
osteoarthritis. Usia merupakan salah satu factor resiko, maka dapat
dipahami bila makin bertambahnya usia makin tinggi kemungkinan
untuk terjkena artritis. Artritis merupakan istilah umum penyakit
yang mengacu pada sendi atau lebih. Penyakit ini sering terjadi di
lokasi sendi-sendi kecil pada tangan dan menyebabkan terjadinya
gangguan mobilitas secara umum.
Mobilitas dan aktivitas adalah hal yang vital bagi kesehatan total
lansia sehingga perawat harus banyak memiliki pengetahuan dalam
pengkajian dan intervensi muskuloskeletal. Perawat memainkan dua
peranan penting. Pertama, mempraktikkan promosi kesehatan jauh
sebelum berusia 65 tahun dapat menunda dan memperkecil efek
degeneratif dari penuaan. Seiring dengan meningkatnya usia harapan
hidup di Indonesia yaitu 67,8 tahun pada periode 2000-2005 menjadi
73,6 tahun pada periode 2020-2025 dan tingginya peningkatan
jumlah penduduk usia 50 tahun keatas di Indonesia, sehingga perlu
mendapat perhatian secara khusus agar dapat menjalani proses
penuaan dengan sukses dan bahagia.
Artritis dapat menyebabkan kecacatan, ketidakmampuan
(disabilitas), penurunan kualitas hidup serta meningkatkan beban
ekonomi penderita dan keluarga. Penyakit artritis bisa menimbulkan
kematian, karena sangat jarang terjadi dan biasanya telah diderita
berbulan- bulan sampai bertahun-tahun. Penyakit ini ditakuti karena
akan menimbulkan kecacatan baik ringan seperti kerusakan sendi
maupun berat seperti kelumpuhan. Hal ini akan menyebabkan
berkurangnya kualitas hidup seseorang yang berakibat terbatasnya
aktivitas dan terjadi depresi. Oleh karena itu masyarakat harus
mengetahui tentang faktor risiko artritis dan pencegahannya.
Sehingga masyarakat bisa melakukan pencegahan sejak dini dan
hidup yang lebih produktif.

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana asuhan keperawatan artritis pada pasien lansia ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Dapat menambah pengetahuan mahasiswa mengenai
penyakit artritis serta asuhan keperawatan yang dapat dilakukan
terhadap pasien lansia dengan masalah artritis.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui pengertian artritis.
2. Mengetahui penyebab terjadinya artritis.
3. Mengetahui tanda dan gejala yang muncul pada artritis.
4. Mengetahui penatalaksanaan keperawatan yang dapat
diberikan pada pasien yang mengalami artritis.
5. Mengetahui asuhan keperawatan yang bisa dilakukan
pada pasien dengan masalah artritis.

1.4 Manfaat
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah keperawatan gerontik dan membantu pemahaman
tentang konsep pemberian asuhan keperawatan pada lansia dengan
artritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Arthritis adalah sebuah penyakit akibat adanya peradangan
pada satu atau beberapa sendi. Orang yang mengalami arthirits
akan merasakan nyeri pada bagian tubuh yang terdapat sendi. Pada
kasus yang lebih parah, penderita arthritis mengalami kesulitan
bergerak. Umumnya, orang yang mengalami arthritis adalah orang-
orang tua atau lebih dari usia 65 tahun. Akan tetapi, arthritis juga
bisa menimpa segala usia bahkan pada anak-anak.
Kaum wanita cenderung lebih berisiko untuk mengalami
arthritis daripada laki-laki. Jadi, wanita yang berusia lanjut sekitar
65 tahun ke atas memiliki kemungkinan yang lebih besar terhadap
kejadian arthritis.
2.2. Jenis-jenis arthritis
Ternyata, arthritis terdiri dari banyak jenis. Hal ini
dikarenakan setiap tubuh manusia memiliki lebih dari 100 jenis
radang sendi, sehingga memungkinkan untuk terjadinya berbagai
jenis arthritis. Namun dari banyak jenis penyakit arthritis, ada
beberapa jenis arthritis yang paling umum terjadi, yaitu:
1. Osteoartritis
Osteoarthritis adalah jenis penyakit arthritis yang paling
sering terjadi. Penyakit arthritis jenis ini bisa juga disebut
degeneratif arthritis. Kejadian osteoarthritis terjadi karena
hilangnya jaringan tulang rawan yang merupakan bantalan
tulang.
Tulang pasien yang mengalami osteoarthritis akan saling
bergesekan, sehingga akan haus. Ini akan menimbulkan rasa
sakit, nyeri, dan bengkak. Penderita osteoarthritis juga akan
mengalami kekakuan pada sendi.
2. Rheumatoid arthritis
Setelah osteoarthritis, jenis arthritis yang juga sering
terjadi adalah rheumatoid arthritis. Kejadian rheumatoid
arthtritis berkaitan dengan gangguan sistem kekebalan tubuh.
Sistem imunitas tubuh menyerang sendi yang mengakibatkan
peradangan dan erosi pada sendi.
3. Infectious arthritis
Jenis penyakit arthritis yang juga kerap terjadi adalah
infectious arthritis. Arthritis jenis ini disebabkan oleh aktivitas
mikroorganisme merugikan yang masuk ke dalam sendi dan
menginfeksi sendi. Infeksi bakteri, virus, atau jamur pada sendi
itu memicu peradangan.
Beberapa contoh mikroorganisme yang sering
menginfeksi sendi adalah salmonella, shigella, klamidia,
gonore, dan lainnya. Infectious arthritis disebut juga sebagai
arthritis menular karena bisa menjangkit luas melalui berbagai
media, salah satunya jarum suntik.
4. Metabolic arthritis
Ada juga jenis arthritis metabolic arthritis. Penyakit
arthrtis jenis ini biasanya diderita oleh pasien asam urat.
Pasalnya, penumpukan asam urat yang tinggi di dalam tubuh
membuahkan kristal asam urat berbentuk jarum di sendi.
Akibatnya, ‘jarum-jarum endapan asam urat’ itu pun
memicu nyeri pada sendi yang cukup parah. Kondisi tersebut
bisa juga dikatakan sebagai serangan asam urat. Nyeri pada
metabolic arthritis akan berkurang jika kadar asam urat sedang
rendah.
Selain jenis-jenis arthritis di atas, masih banyak jenis
arthritis lainnya, seperti:
1. Ankylosing Spondylitis
2. Penyakit Behçet
3. Bursitis
4. Chondromalacia Patella
5. Penyakit Ehlers-Danlos
6. Fibromyalgia
7. Granulomatosis dengan Polyangiitis
8. Hemochromatosis
9. Juvenile Arthritis
10. Juvenile Scleroderma
11. Lupus
12. Polymyositis
13. Dermatomyositis
14. Osteoporosis
15. Psoriatic Arthritis
16. Scleroderma
17. Spinal Stenosis
18. Spondyloarthritis
19. Tendinitis
20. Vasculitis
21. Dan lainnya
2.3. Penyebab penyakit arthritis
Arthritis terjadi karena adanya peradangan. Akan tetapi, penyebab
arthritis tergantung pada jenisnya. Sebagai contoh, inilah beberapa
penyebab arthritis berdasarkan jenisnya:
1. Osteoarthtritis disebabkan oleh hilangnya jaringan tulang
rawan yang membuat tulang saling bergesekan.
2. Rheumatoid arthritis disebabkan penyakit autoimun yang
menyerang sendi
3. Infectious arthritis disebabkan infeksi bakteri, jamur, atau virus
4. Metabolic arthritis disebabkan kadar asam urat yang tinggi
Berikut ini adalah beberapa faktor risiko yang meningkatkan
peluang terjadinya arthritis:

1. Riwayat keluarga
2. Berat badan berlebih
3. Usia yang semakin tua
4. Jenis kelamin perempuan
5. Mengalami cedera
6. Aktivitas fisik yang tinggi
7. Pola diet tinggi purin

2.4. Gejala Arthritis


Sama seperti penyebabnya, gejala arthritis juga dipengaruhi
oleh jenisnya. Namun, hampir semua jenis arthritis akan memiliki
gejala umum seperti rasa nyeri pada sendi, kekakuan sendi, kulit
yang terdapat sendi menjadi bengkak, dan susah menggerakan
bagian tubuh yang terdapat sendi.
Secara khusus, gejala osteoarthritis memiliki beberapa
tambahan selain gejala umum, di antaranya adalah:
1. Ada bunyi ketika bagian tubuh yang mengalami osteoarthritis
digerakkan
2. Rasa nyeri semakin parah setiap kali beraktivitas fisik
3. Mengalami gangguan tidur
Berikut ini adalah beberapa gejala rheumatoid arthritis:
1. Sendi terasa kaku setiap pagi dan berlangsung lebih dari 1 jam
2. Nyeri dada ketika bernapas
3. Mata dan mulut menjadi kering
4. Rasa gatal pada mata
5. Sering kesemutan
6. Insomnia
2.5. Pemeriksaan Penunjang
Dokter akan melakukan tindakan diagnosis untuk
memastikan kejadian arthritis pada pasiennya. Tindakan diagnosis
pertama yang akan dilakukan dokter adalah menggali informasi
terkait faktor risiko yang mungkin dimiliki pasien.
Setelah itu, dokter akan menanyakan terkait tanda atau gejala
arthritis yang dialami oleh pasien. Selanjutnya, dokter akan
menegakkan diagnosis dengan melakukan pemeriksaan fisik untuk
melihat bagian tubuh yang mengalami arthritis.
Jika diperlukan, diagnosis akan dilakukan dengan melakukan
tes darah guna mendeteksi adanya mikroorganisme penyebab
radang sendi. Tes urin mungkin akan dilakukan guna melihat kadar
asam urat.
Pada pasien yang lebih tua, diagnosis dilakukan dengan
melihat jumlah cairan sendi. Selain itu, diagnosis arthritis akan
dilakukan dengan pencitraan seperti USG, rontgen, CT scan, dan
MRI (Magnetic Resonance Imaging). Semakin cepat arthritis dan
jenisnya dideteksi, maka akan semakin mudah dan cepat pula
pengobatannya.
2.6. Komplikasi arthritis
Arthritis bisa menimbulkan beberapa komplikasi jika tidak
segera ditangani secara tepat. Komplikasi awal yang akan dirasakan
adalah nyeri yang semakin menyakitkan dan terus menerus. Hal ini
pun akan mengganggu gerakan tubuh dan aktivitas Anda.
Dampaknya, produktivitas pun akan menurun terutama bagi
lansia yang harus beraktivitas fisik. Komplikasi arthritis yang parah
akan memengaruhi kesehatan organ lainnya, seperti mata, kulit, dan
lainnya.
2.7. Penatalaksanaan arthritis
Arthritis bisa diobati dengan menggunakan beberapa pilihan
cara. Akan tetapi, pada tahap awal, pengobatan arthritis berfokus
pada bagaimana meredakan gejalanya. Berikut ini adalah
pengobatan arthritis yang umum dilakukan:
1. Penggunaan obat-obatan simptomatik
Cara mengobati arthritis tahap pertama adalah dengan
memberikan obat simptomatik yang bisa meredakan beberapa
gejala arthrtis. Beberapa jenis obat yang umum diresepkan oleh
dokter seperti obat analgesik (tilenol, tramadol); obat anti-
inflamasi non steroid (ibuprofen, naproxen), obat kortikosteroid,
dan obat antirematik.
2. Fisioterapi
Pengobatan arthritis juga umum dilakukan dengan
melakukan fisioterapi. Fisioterapi berfungsi mengembalikan
fungsi sendi, otot, dan tulang. Bagian-bagian tersebut bisa
diperkuat dan dilenturkan jika melakukan fisioterapi secara
rutin.
3. Tindakan operasi
Operasi adalah pilihan terakhir untuk mengobati arthritis jika
obat dan fisioterapi tidak bisa mengatasi arthritis yang dialami
pasien. Beberapa jenis operasi yang bisa dilakukan untuk
mengobati arthritis seperti operasi perbaikan sendi, operasi
penggantian sendi, dan operasi fusi sendi.
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1. Pengkajian
Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan
keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan
keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
1. Aktivitas/ istirahat
a. Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk
dengan stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya
terjadi bilateral dan simetris. Limitasi fungsional yang
berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
b. Tanda : Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,
kontraktor/ kelaianan pada sendi.
2. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki ( mis: pucat
intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna
kembali normal).
3. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis : finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan
ketidakberdayaan ( situasi ketidakmampuan )Ancaman pada
konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi ( misalnya ketergantungan
pada orang lain).
4. Makanan/ cairan
a. Gejala : Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah.
b. Tanda : Penurunan berat badan Kekeringan pada membran
mukosa.
5. Hygiene
Gejala : Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas
perawatan pribadi. Ketergantungan.
6. Neurosensori
a. Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya
sensasi pada jari tangan.
b. Tanda : Pembengkakan sendi simetris.
7. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri ( mungkin tidak disertai oleh
pembengkakan jaringan lunak pada sendi ).
8. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit,
ulkus kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/
pemeliharaan rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan
pada meta dan membran mukosa.
3.2. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri berhubungan dengan agen cedera kimiawi (pelepasan
mediator kimia (bradikinin)).
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.
3. Risiko jatuh
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan keterbatasan gerak.
5. Gangguan bodi image berhubungan dengan deformitas sendi.
3.3. Rencana Asuhan Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan Agen cedera kimia (pelepasan mediator kimia (bradikinin)).
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. x 24 jam nyeri yang dirasakan berkurang atau dapat
diadaptasi oleh klien

NOC: SkalaNyeri NIC


Pain Management
Skala outcome 1 2 3 4 5 1. Lakukan pengkajian komprehensif mengenai nyeri klien (nyeri
pasien tersebut terjadi pada saat pasien menelan makanan)
Penggunaan analgesik
2. Minimalkan faktor yang menimbulkan nyeri padaklien
Melaporkan nyeri yang
3. Ajarkan mengenai managemen nyeri (teknikdistraksi misalnya,
terkontrol
napas dalam)
Mengenali serangan nyeri
4. Ajarkan klien untuk memonitor nyeri (respon yang dilami oleh
pasien sendiri dapat diidentifikasi)
5. Anjurkan untuk istirahat agar meminimalkan nyeri
6. Kolaborasi dengan tenaga kesehatan professional untuk pemberian
Melaporkan perubahan analgesik efektif untuk pereda nyeri
gejala nyeri pada
profesional kesehatan
Keterangan penilaian
1: sangatberat
2: berat
3: cukup
4: Ringan
5: Tidakada
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. x 24 jam hambatan mobilitas fisik yang dirasakan dapat
teratasi atau dapat diadaptasi oleh klien.

NOC: Pergerakan NIC


NIC:
Skala outcome 1 2 3 4 5 Terapi latihan keseimbangan :

Keseimbangan 1. Tentukan kemampuan klien dalam kegiatan yang


membutuhkan keseimbangan
Bergerak dengan mudah
2. Evaluasi fungsi sensorik
Gerakan sendi 3. Sediakan lingkungan yang aman untuk latihan
4. Instruksikan klien untuk melakukan latihan
Keterangan penilaian
keseimbangan seperti berdiri, membungkuk,dan
1: Sangat terganggu
membungkuk
2: Banyak terganggu
5. Sediakan alat bantu (misalnya, tongkat, walker,
3: Cukup terganggu
bantalan) untuk mendukung pasien dalam melakukan
4: Sedikit terganggu
5: Tidak terganggu latihan
6. Instruksikan klien untuk berpindah tempat

Terapi latihan mobilitas (pergerakan) sendi

1. Tentukan batasan pergerakan sendi


2. Monitor lokasi dan kecenderungan adanya nyeri dan
ketidaknyamanan selama pergerakan
3. Bantu klien untuk mendapatkan posisi tubuh yang
optimal untuk latihan pergerakan sendi
4. Ajarkan klien latihan ROM aktif
5. Bantu klien untuk membuat jadwal latihan ROM aktif

Pengaturan posisi

1. Berikan matras yang lembut


2. Dorong pasien untuk terlibat dalam perubahan posisi
3. Jangan menempatkan pasien pada posisi yang bisa
meningkatkan nyeri
4. Tinggikan bagian tubuh yang terkena dampak
5. Tempatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien

Manajemen pengobatan

1. Tentukan obat apa yang diperlukan dan kelola menurut


resep/protocol
2. Monitor efektivitas cara pemberian obat yang sesuai
3. Monitor pasien mengenai efek terapetik obat
3. Resiko Jatuh
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. x 24 jam resiko jatuh tidak terjadi

NOC: Fall Prevention Behavior NIC


NIC: Fall Prevention
Skala outcome 1 2 3 4 5 1. Identifikasi defisit kognitif dan fisik pada pasien yang
dapat meningkatkan potensi jatuh di lingkungan tertentu.
Berikan pencahayaan yang
2. Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
adekuat
meningkatkan potensi untuk jatuh.
Menyesuaikan ketinggian 3. Berikan alat bantu (tongkat, walker) untuk menstabilkan
tempat duduk posisi tubuh.
4. Dorong pasien menggunakan tongkat atau walker.
Menyesuaikan ketinggian
5. Instruksikan pasien tentang penggunaan tongkat atau
tempat tidur
walker.
Menggunakan kacamata 6. Berikan peninggi toilet duduk untuk memudahkan pasien
berpindah.
Menggunakan alat bantu
7. Berikan kursi dengan ketinggian yang tepat
Keterangan penilaian 8. Tempatkan kasur/matras pada posisi yang rendah
1: Tidak melakukan 9. Pindahkan furnitur yang rendah (misalnya meja) yang
2 : Jarang melakukan dapat mengakibatkan bahaya tersandung.
3 : Kadang melakukan 10. Berikan pencahayaan yang adekuat untuk meningkatkan
4 :. Sering melakukan jarak penglihatan.
5. : Selalu melakukan 11. Berikan lampu malam di samping tempat tidur
12. Instruksikan pasien untuk memakai kacamata ketika
keluar dari tempat tidur.
13. Instruksikan keluarga pentingnya pegangan tangan pada
tangga, kamar mandi
14. Bantu keluarga mengidentifikasi bahaya yang ada dirumah dan
memodifikasinya.
BAB 4
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Arthritis adalah sebuah penyakit akibat adanya peradangan pada
satu atau beberapa sendi. Penyakit ini sering terjadi di lokasi sendi-
sendi kecil pada tangan dan menyebabkan terjadinya gangguan
mobilitas secara umum. Arthritis terjadi karena adanya peradangan.
Akan tetapi, penyebab arthritis tergantung pada jenisnya. Jenis
arthritis yang sering terjadi adalah osteoarthritis, rheumatoid
arthritis, infectious arthritis dan metabolic arthritis.
Gejala umum pada arthritis adalah rasa nyeri pada sendi,
kekakuan sendi, kulit yang terdapat sendi menjadi bengkak, dan
susah menggerakan bagian tubuh yang terdapat sendi. Pemeriksaan
penunjang yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis arthritis adalah
tes darah, tes urin, MRI, USG rongent dan CT scan. Panatalaksaan
yang bisa dilakukan adalah pengobatan obat-obatan asimtomatik,
fisioterapi dan tindakan operasi.artritis dapat menyebabkan
komplikasi jika tidak segera ditangani dengan tepat.
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada artritis adalah
nyeri, hambatan mobilitas fisik, gangguan bodi image, deficit
perawatan diri, dan risiko cedera.
4.2. Saran
1. Tenaga Keperawatan
Diharapkan mampu memahami tentang penatalaksanaan
pada pasien dengan artritis.

2. Mahasiswa
Diharapkan mampu menambah wawasan dan pengetahuan
bagi semua mahasiswa tentang asuhan keperawatan pada pasien
pada pasien dengan artritis.
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek Gloria M dkk , 2013 . Nursing Outcomes Classifications Edisi


Kelima . United Kingdom . Elsevier Global Rights

Herdman, Heather.dkk. 2018 -2020. Diagnosis Keperawatan definisi dan


klasifikasi NANDA Edisi 11. Jakarta: EGC

Kowalak. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Kushariyadi. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Salemba


Medika : Jakarta.

Moorhead Sue dkk , 2013 . Nursing Outcomes Classifications Edisi Kelima


. United Kingdom . Elsevier

Stanley, Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. EGC :


Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai