PENDAHULUAN
Semen : 50 kg
Pasir : 698/7,42 = 94,07 kg
Kerikil : 1047/7,42 = 141,11 kg
Air : 215/7,42 = 28,98 liter
Konversi campuran material
Pelat lantai merupakan suatu sruktur solid tiga dimensi dengan bidang
permukaan yang lurus, datar dan tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
dimensinya yang lain. Fungsi dari plat lantai adalah untuk menerima beban yang
akan disalurkan ke struktur lainnya.
Adapun metode pelaksanaan pekerjaan plat lantai sesuai SNI yakni
sebagai berikut :
2.3.1 Persyaratan Detail Penulangan Plat lantai
Menurut SNI–03–2847-2002 persyaratan detail penulangan antara
lain sebagai berikut :
a. Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut
1. Tulangan dibengkokan 180° di tambah perpanjangan 4dbstapi
tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait.
2. Tulangan dibengkokan 90° di tambah perpanjangan 12db
pada ujung bebas kait
3. Untuk sengkang dan kait pengikat :
Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° di
tambah perpanjangan 6dbpada ujung bebas kait
Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkonan 90° di tambah
perpanjangan 12db pada ujung bebas kait
Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° di
tambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.
b. Diameter bengkokan minimum
1. Diameter bengkokan yang di ukur pada bagian dalam
batang tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam tabel
2.1. ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan
sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga D-16.
2. Diameter dari bengkoakan untuk sengkang dan sengkang
ikat tidak boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan
yang lebih kecil. Untuk batang yang lebih besar dari pada
D-16, diameter bengkokan harus memenuhi tebel 2.1.
3. Diameter untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau
ulir) yang di gunakan untuk sengkang ikat tidak boleh
kurang dari 4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D-17
dan 2db untuk kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter
dalam kurang dari 8db dari persilangan las yang terdekat.
Tabel 2.1 Diameter Bengkokan minimum
c. Cara pembengkokkan
1. Semua tulangan harus di bengkokan dalam keadaan
dingin, kecuali bila diizinkan lain oleh pengawas
lapangan
2. Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton
tidak boleh di bengkokkan di lapangan, kecuali seperti
yang di tentukan pada gambar rencana, atau diizinkan
oleh pengawas lapangan.
(Sumber : sanggapramana.files.wordpress.com)
2.3.2 Persyaratan bekisting /Cetakan
Persyaratan Bekisting menurut SNI 2847-2013, antara lain :
a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk,
garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang disyaratkan oleh
dokumen kontrak.
b. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar.
c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk
mempertahankan posisi danbentuknya.
d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga
tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.
e. Perancangan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor
berikut:
Kecepatan dan metoda pengecoran beton;
Beban selama pelaksanaan konstruksi, termasuk beban
vertikal, horisontal, dan tumbukan;
Persyaratan cetakan khusus untuk pelaksanaan konstruksi
cangkang, pelat lipat, kubah, beton arsitektural, atau
elemen-elemen sejenis.
f. Cetakan untuk komponen struktur beton prategang harus dirancang
dan dibuat untuk mengizinkan pergerakan komponen struktur tanpa
kerusakan selama penerapan gaya prategang.
2.3.4 Persyaratan pengecoran
Menurut SNI 2847-2013 metode pengecoran sebagai berikut :
1. Persiapan peralatan dan tempat pengecoran
Adapun persiapan peralatan dan tempat pengecoran antara lain :
a) Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton
harus bersih
b) Semua sampah dan kotoran harus di bersihkan dari cetakan yang
akan di isi beton
c) cetakan harus di lapisi dengan benar
d) bagian dinding bata pengisi yang kan bersentuhan denganbeton
harus di basahi secara cukup
e) Tulangan harus benar benar bersih dari lapisan yang berbahaya
f) Tempat pengecoran harus dalam kondisi kering sebelum
pengecoran kecuali bila tremie digunakan atau kecuali bila
sebaliknya di izinkan oleh petugas bangunan
g) Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus
dibersihkan dari permukaan beton sebelum beton tambahan di cor
terhadap beton yang mengeras
2. Pencampuran
Adapun tahapan pekerjaan pencampuran sebagai berikut :
a) Semua bahan beton harus dicampur sampai menghasilkan
distribusi bahan yang seragam dan harus dituangkan seluruhnya
sebelum alat pencampur diisi kembali.
b) Beton siap pakai (ready-mixed) harus dicampur dan diantarkan
sesuai dengan persyaratan ASTM C94M atau ASTM C685M.
c) Beton yang dicampur di lapangan (job-mixed) harus memenuhi
standar sebagai berikut :
Pencampuran harus dilakukan dalam alat pencampur adukan
dengan jenis yang telah di setujui
Alat pencampur harus diputar dengan kecepatan yang di
rekomendasikan oleh pabrik pembuatnya
Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama
sekurang kurangnya 1 ½ menit setelah semua bahan berada
dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat di perhatikan
bahwa waktu lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji
keseragaman campuran ASTM C94M
Penanganan, pengadukan dan pencampuran harus memenuhi
ketentuan yang sesuai ASTM C94M
Catatan rinci harus di simpan untuk mengidentifikasi
Jumlah adukan yang di hasilkan
Proporsi bahan yang di guanakan
Perkiraan lokasi pengecoran akhir pada struktur
Waktu dan tanggal pencampuran dan pengecoran
3. Pengantaran
Adapun langkah-langkah pengantara beton antara lain :
a) Beton harus diantarkan dari alat pencampur ke tempat pengecoran
akhir dengan metoda yang mencegah pemisahan (segregasi) atau
tercecernya bahan.
b) Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ke tempat
pengecoran tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat
mengakibatkan hilangnya plastisitas campuran.
4. Pengecoran
Adapun langkah-langkah pengecoran antara lain :
a) Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau
segregasi akibat pengaliran.
b) Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian
hingga beton selama pengecoran tersebut, tetap dalam keadaan
plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara tulangan.
c) Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi
oleh bahan lain tidak boleh dicor pada struktur.
d) Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur
ulang setelah pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila
disetujui oleh insinyur profesional bersertifikat.
e) Setelah dimulainya pengecoran maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel
ataupenampang sampai batasnya, atau sambungan yang
ditetapkan sebagaimana yang diizinkan
f) Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
g) Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat
h) Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan
menggunakan peralatan yang sesuai selama pengecoran dan harus
diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh celah dan
masuk ke semua sudut cetakan.
2.3.5 Persyaratan Pembongkaran Bekisting
Adapun persyaratan pembongkaran bekisting antara lain sebagai
berikut :
1. Pembongkaran bekisting atau cetak pembentuk beton bisa dilakukan
bahwa sebegitu jauh hal tersebut tidak akan mengakibatkan dan
menimbulkan kerusakan pada beton yang ada.
2. Paling sedikit dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah
pengecoran dapat dilakukan pembongkaran bekisting, tetapi hal ini
tidak di-haruskan. Pelaksana dapat melakukan penundaan
pembongkaran bekisting sampai mencapai kekuatan beton
mencukupi. Dalam hal ini Pelaksana harus bertanggung jawab
penuh apabila sampai terjadi adanya kerusakan atau cacat beton
yang disebabkan oleh adanya pembongkaran bekisting sewaktu
beton masih belum cukup umur, ataupun pembongkaran bekisting
terlalu cepat sebelum waktunya.
3. Bekisting atau cetakan pembentuk beton yang dipakai pada lantai
beton harus tetap terpasang paling sedikit dalam waktu 14 hari
setelah waktu pengecoran. Lantai beton harus disangga penuh
paling sedikit dalam waktu 14 hari setelah pengecoran lantai beton
diatas lantai yang sedang disangga tersebut.
4. Apabila terjadi ataupun terdapat adanya lobang seperti keropos
ataupun hal- hal lain pada beton setelah pembokaran bekisting,
maka Pengguna jasa/pengawas lapangan harus segera diberitahukan
lebih dahulu akan hal tersebut. Tidak diperbolehkan untuk
memperbaiki atau melakukan hal-hal lainnya kecuali telah
mendapat persetujuan dan ijin dari Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan terlebih dahulu.
5. Setelah permasalahan telah selesai semua pekerjaan struktur, maka
semua bekisting atau cetakan pembentuk beton serta penyangga-
penyangga lainnya harus.Akan tetapi hal tersebut harus
mendapatkan pengarahan, serta persetujuan dari Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan terlebih dahulu.
2.3.6 Perawatan Beton
dimana:
ρs = volume tulangan spiral satu putaran volume inti
kolom setinggi s
s = jarak spasi tulangan spiral
Ag = luas kotor penampang lintang kolom (mm2)
Ac = luas penampang lintang inti kolom (tepi luar ke tepi luar
spiral)
f’c = kuat tekan beton
f’y = tegangan luluh baja spiral, tidak lebih dari 400 Mpa
k) HSE
HSE merupakan bagian yang bertanggung jawab
ataskesehatan dan keselamatan para tenaga kerja di perusahaan.
Tugas dari HSE yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan pada peralatan kerja, tenaga kerja,
kesehatan tenaga kerja serta lingkungan kerja
2. Meninjau keselamatan kerja dan pelatihan keselamatan
3. Mampu melakukan penanggulangan kecelakaan kerja dan
melakukan penyelidikan penyebabnya
4. Memastikan tenaga kerja telah bekerja sesuai dengan SOP
5. Meninjau dan mengarahkan karyawan bekerja sesuai kewajiban
dan sesuai dengan sistem operasi perusahaan
Gambar 3.3 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
5) Konsultan Pengawas/Supervisi (CV. KAISON)
Fungsi dari pengawas adalah:
1. Mewakili pemilik sebagai pengawas sehari-hari dilapangan
2. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
3. Memberi laporan kepada pimpro mengenai kemajuan dari proyek
secara keseluruhan
Adapun bagian-bagian dari Konsultan Pengawas :
a. Site Engineer
Merupakan pemimpin tim konsultan yang bertanggung jawab
langsung kepada pemimpin proyek diman ditugaskan antara lain :
1) Mengawasi dan meneliti ketepatan pengukuran yang dilakukan oleh
pihak kontraktor.
2) Melakukan pengawasan secara teratur dan memeriksa semua lokasi
dilapangan.
3) Menjamin bahwa kontraktor memahami isi kontrak secara benar.
b. Quality Engineer
Tanggung jawab utamanya adalah menjamin bahwa mutu
material dan hasil pelaksanaan oleh kontraktor harus memenuhi syarat
atau ketentuan yang terdapat dalam dokumen kontrak.
c. Surveyor
Tugas utamannya adalah membantu site engineer dalam
melakukan pengawasan harian pada pekerjaan volume pengukuran
yang dilaksanakan dilapangan.
d. Inspector
Tugas utamanya adalah membantu Site Engineer dalam
melakukan pengawasan langsung di lapangan sehingga pekerjaan
berjalan sesuai waktu dan perencanaan yang ada.Bagan struktur dapat
dilihat pada gambar 3.3 sebagai berikut:
3.5. Permasalahan Proyek dan Pemecahan Masalah
Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai
permasalahan. Namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus
dicari jalan keluarnya.Segala sesuatu memang tidak sempurna, kita akan
selalu dihadapkan pada suatubentuk permasalahan, hambatan, dan
persoalan, halini juga terjadi pada proses pelaksanaanpada proyek ini.
Selama pelaksanaan pekerjaan, timbul beberapa masalah
yangmenyebabkan terhambatnya kemajuan proyek tersebut. Masalah-
masalah yangtimbul dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
1. Faktor Cuaca
Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek
adalah cuaca yang terlalu panas.Dalam pelaksanaan pekerjaan padamusim
kemarau/panas akan mempercepat proses kehilangan air semen
padakonstruksi yang baru dicor sehingga dibutuhkan suatu
perawatanbetonberupa penyiraman hasil pengecoran dengan air untuk
memperlambatpenguapan dan proses kehilangan air semen yang cepat.
2. Faktor Keselamatan Kerja
Seperti pada umumnya proyek-proyek di Indonesia, keselamatan kerja
para pekerja kurang diperhatikan yang dapat dilihat dari
perlengkapan perlindungankeselamatan kerja yang tidak dipakai oleh
hamper semua pekerja, baik itu sepatu maupun helm proyek.
3. Faktor Peralatan
Faktor peralatan yang menyebabkan terhambatnya kemajuan
proyek adalahmixer truck dan dump trucksering datang terlambat pada
saat pekerjaan campuran maupun penyediaan bahan.
4. Faktor Efesiensi Penggunaan Bahan
Pada proyek pembangunan renovasi gedung utama polres kendari,
banyak ditemukan material atau bahanyang terbuang sia-sia, hal ini
terbukti dari sisa campuran untuk mortar yangtelah mengeras.Beberapa
besi tulangan yang tidak terpakaidi lapangan juga tidak dikembalikan ke
tempat fabrikasi, akan tetapidibiarkan begitu saja oleh pekerja.
5. Faktor Pelaksanaan
Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan
empathal pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja,
urutan pekerjaanyang kurang tepat, dan adanya kesulitan dalam
mengaplikasikangambarrencana.Permasalahan pelaksanaan
pekerjaan yangmuncul adalah dalam pemasangan bekisting balok
dan plat lantai yang kadang dilakukan secaralemburdikhawatirkan
terjadi kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan sepertipemasangan
bekisting baloktidak lurus atau pemasangan bekisting plat lantai yang
tidak rata. Hal ini dapat terjadi karenaketerbatasan pengawasan yang
tidak dilakukan secara terus-menerusketika dilaksanakan kerja lembur.
4.1.4.Pekerjaan Pengecoran
Sesuai syarat teknis pekerjaan pengecoran yang dijelaskan pada bab 2
yaitu pada SNI 03 2847-2002, menjelaskan bahwa sebelum melakukan
pengeceron terlebih dahulu harus membuat rencana campuran beton, dengan
melakukan serangkain test seperti slump cone test dan uji kekuatan tekan
beton untuk mengetahui mutu dan campuran beton yang sesuai. Sedangkan
pada proyek ini tidak diadakan uji slump. Pada bab sebelumnya dijelaskan
juga tentang syarat mutu beton untuk Plat Lantai (SNI 8140: 2016)bahwa
kekuatan karakteristik beton untuk bangunan struktur gedung adalah f’c = 17
Mpa sedangkan mutu beton Plat Lantai yang di gunakan dilapangan adalah
K-225 (f’c = 19,3 Mpa) hal ini sudah memenuhi persyaratan. Untuk rencana
campuran K-225 (f’c = 19,3 Mpa) pada pembangunan gedung ini mengacu
pada SNI 7394-2008 dapat dilihat pada Bab II yaitu pada point
2.2persyaratan campuran job mix formula K-225.
Adapun Tahap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan pengecoran
pada proyek ini yaitu sebagai berikut:
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
N
Gambar .Detail Penulangan Plat Beton
( Sumber : Dokumen Proyek 2019 )
Gambar Detail Kolom K1 Tumpuan
( Sumber : Dokument Proyek 2019 )