Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kerja Praktek merupakan salah satu mata kuliah yang wajib bagi
mahasiswa jurusan S1 Teknik Sipil UniversitasHalu Oleo.Hal ini sesuai dengan
kurikulum pendidikan di Universitas Halu Oleo bagi mahasiswa yang telah
menempuh tujuh semester, dan merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi
untuk menempuh studi akhir.
Dalam kerja praktekini penulis mendapatkan kesempatan untuk
mengamati Proyek Pembangunan Renovasi Gedung Utama Polres Kendari
yang berlokasi di Jl. DI Panjaitan No.1, Bonggoeya, Wua-Wua, Kota Kendari,
Sulawesi Tenggara.
Pada Pembangunan Renovasi Gedung Utama Polres Kendari ini
diperlukan tahapan-tahapan, diantaranya adalah mulai dari melakukan uji
karakteristik tanah hingga proses pembangunan, namun Proses yang akan
dibahas adalah pekerjaaan plat lantai (Lantai 2) dan kolom.
Plat lantai adalah lantai yang tidak terletak diatas tanah langsung,
merupakan lantai tingkat pembatas antara tingkat yang satu dengan tingkat yang
lain. Plat lantai didukung oleh balok yang bertumpu pada kolom – kolom
bangunan . Plat lantai harus direncanakan kaku, rata, lurus dan waterpass
(mempunyai ketinggian yang sama dan tidak miring), plat lantai dapat diberi
sedikit kemiringan untuk kepentingan aliran air. Adapun fungsi dari plat lantai
adalah untuk menerima beban yang akan disalurkan ke struktur lainnya.
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada
suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur (Sudarmoko,1996).
Sehingga dari pelaksanaan kerja praktek ini, penulis mampu memahami
serta membandingkan proses pekerjaan Plat lantai dan kolom pada perkuliahan
dengan yang ada di lapangan pekerjaan Pembangunan Renovasi Gedung
Utama Polres Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara.

1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek


1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari Kerja Praktek adalah :
a. Mengaplikasikan tentang teori yang didapat selama perkuliahan lewat
Kerja Praktek (KP).
b. Sebagai langkah pembelajaran awal dan pedoman bertambahnya
pengalaman dalam Kerja Praktek (KP).
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan kerja praktekadalah :
a. Mengetahuipermasalahan yang timbul pada proses pelaksanaan
pekerjaan plat lantai dan kolom.
b. Mengidentifikasiserta memahami metode pelaksanaan pekerjaan Plat
Lantai dan kolom, dan membandingkan teori dengan pekerjaan
langsung di lapangan.

1.3 Manfaat Kerja Praktek


Adapun manfaat dari Kerja Praktekini adalah :
a. Sehingga mahasiswa dapat mengetahui permasalahan yang timbul pada
proses pelaksanaan pekerjaan plat lantai dan kolom serta dapat mencari jalan
keluar dari permasalahan tersebut.
b. Sehingga mahasiswa menjadi dapat mengidentifikasi serta mampu
memahami terkait metode pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Renovasi
Gedung Utama Polres Kota Kendari pada umumnya dan pekerjaan Plat
Lantai dan kolom pada khususnya.
1.4 Ruang Lingkup Pembahasan
Laporan kerja praktek ini secara garis besar berisi tentang data-
datapengamatan pelaksanan pekerjaan dan sistem pengelolaan
pelaksanaanproyek.
Secara umum ruang lingkup pembahasan tersebut terbagi atas:
a. Pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek, serta tugas-
tugas mereka, yang tersusun dalam organisasi dan manajemen proyek.
b. Bahan-bahan dan peralatan yang diperlukan serta persyaratan
pelaksanaan pekerjaan Pembangunan Gedung Utama Polres Kendari
Provinsi Sulawesi Tenggara
c. Kegiatan pelaksanaan pekerjaan di lokasi proyek, yang meliputi
pekerjaan Plat Lantai dan kolom.

1.5 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah dalam penulisan laporan Kerja Praktek (KP) ini
penulis membatasi pada :
a. Metode pelaksanaan pekerjaan penulangan plat Lantai.
b. Metode pelaksanaan pekerjaan pembesian kolom.
c. Metode pelaksanaan pekerjaan pemasangan bekisting.
d. Metode pelaksanaan pengecoran pada Plat Lantai dan Kolom.

1.6 Metode Pengumpulan Data


Metode yang digunakan untuk bahan penulisan laporan kerja praktek ini
antara lain :
a. Pengamatan Lapangan (Observasi)
Secara langsung melihat aktivitas pelaksanaan pekerjaan pada lokasi
proyek.
b. Wawancara (Interview)
Melakukan Tanya jawab secara langsung kepada pihak Proyek,
Pengawas Lapangan, kontraktor dan mandor.
c. Data Lain
Dengan mengambil data dari dokumen proyek, gambar rencana dan
buku-buku atau dokumen lain yang berkait dengan penulisan laporan ini.

1.7 Sistematika Penulisan Laporan


Adapun kerangka berfikir atau sistematika penulisan laporan yakni
sebagai berikut :
a. BAB I PENDAHULUAN
Pendahuluan adalah merupakan bab pertama dari karya tulis yang
berisi/menerangkan jawaban apa dan mengapa penelitian itu perlu dilakukan,
bagian ini memberikan gambaran mengenai topik penelitian yang akan di
sajikan.
b. BAB II LANDASAN TEORI
Landasan teori adalah seperangkat definisi, konsep serta proposisi yang
telah disusun rapi serta sistematis tentang variabel-variabel dalam sebuah
penelitian sehingga landasan teori ini akan menjadi dasar yang kuat dalam
sebuah penelitian yang akan dilakukan.
c. BAB III TINJAUAN UMUM PROYEK
Gambaran umum proyek adalah merupakan suatu devisi yang dapat
menerangkan atau memperlihatkan tentang apa yang terjadi dilapangan.
d. BAB IV PEMBAHASAN
Pembahasan adalahberbagai macam penyelesaian dari masalah-
masalahyang ditetapkan sebelumnya dan akan memberikan jawaban terhadap
masalah yang akhirnya akan mengarahkan kepada kesimpulan yang akan
diambil.
e. BAB V PENUTUP
Penutup adalah bagian untuk mengakhiri isi laporan yang berisi
kesimpulan dan saran.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Polres Kendari

Gambar 2.1 : Rencana Gedung Utama Polres Kendari


(Sumber : Dokumen Proyek)
Kepolisian Resor (disingkat Polres) adalah struktur komando Kepolisian
Republik Indonesia di daerah kabupaten/kota. Kepolisian Resor di wilayah
perkotaan biasa disebut "Kepolisian Resor Kota" (Polresta).Polres memiliki
satuan tugas kepolisian yang lengkap Polisi daerah dipimpin oleh
seorang Komisaris Besar Polisi (Kombes) dan kepolisian resor kota
dipimpin Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) .
Polres bertugas menyelenggarakan tugas pokok Polri dalam memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, serta memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat dan
melaksanakan tugas-tugas Polri lainnya dalam daerah hukum Polres, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam rangka menunjang tugas polisi resor memiliki berbagai sarana
penunjang mulai dari ruang rapat, ruang aula, ruang istirahat, ruang tunggu,
ruang konseling, ruang perencanaan,toilet dan ruang ganti.Ruangan-ruangan
tersebut umumnya dilengkapi dengan sarana berupa whiteboard, kursi, meja
rapat, ruangan ber-AC atau kipas angin, pengeras suara, LCD proyektor beserta
layarnya.
Selain itu polres juga memiliki ruangan kerja untuk maing2 jabatan yaitu
Ruang Kapolres, Ruang Wakapolres, Ruang Kabag, Ruang Kasium, Ruang
Provos, Ruang Bag. Sumda, Ruang KA sikeu dan staf keuangan, Ruang KA
Siwas, Ruang Subag Sarpras. Ruang – ruang tersebut tentunya dilengkapi
dengan fasilitas- fasilitas sesuai dengan kebutuhan kerjanya masing – masing.

2.2 Persyaratan Campuran Beton Job Mix Formula


Persyaratan campuran beton atau mix Design formula mangacu pada
SNI 7394-2008 tentang tata cara perhitungan harga satuan pekerjaanbeton untuk
konstruksi bangunan gedung dan perumahan, berdasarkan SNI tersebut, maka
kita dapat menentukan komposisi material yang di butuhkan untuk mendapatkan
hasil campuran beton sesuai dengan Standar Nasional Indonesia menurut SNI
7394.2008 maka mutu beton k.225 adalah sebagai berikut:
2.2.1 Beton mutu K-225 (f’c = 19,3 MPa)
Komposisi campuran per m3 beton :
 Semen : 371 kg
 Pasir : 698 kg
 Kerikil : 1047 kg
 Air : 215 liter

Pencampuran di dalam mixer meggunakan 1 zak semen dengan


massa 50 kg /zak. Faktor pembagi campuran adalah 371 : 50 = 7,42.
Berdasarkan faktor pembagi maka di ketahui komposisi campuran
dalam mixer adalah sebagai berikut :

 Semen : 50 kg
 Pasir : 698/7,42 = 94,07 kg
 Kerikil : 1047/7,42 = 141,11 kg
 Air : 215/7,42 = 28,98 liter
Konversi campuran material

Takaran yang akan digunakan untuk menakar material adalah :

 Misalkan box papan untuk menakar pasir dan split ke dalam


mixer memiliki dimensi panjang x lebar x tinggi = 50 cm x 30
cm x 20 cm. Volume box papan = 50 x 30 x 20 = 30.000 cm3
 Ember plastik untuk menakar air memliki dimensi
 Diameter atas = 23 cm
 Diameter bawah = 16 cm
 Tinggi = 17 cm
Volume ember plastik adalah = ((luas atas + luas bawah)/2) x tinggi
Volume = (((3,14 x (23/20)2) + (3,14 x 16.2)2)/2 x 17 = 5.237 cm3 =
5,237 liter
Sedangkan massa material dalam 1 box papan adalah :
 Pasir : 33,5 kg
 Kerikil : 35,5 kg
Maka dalam satu kali pencampuran di dalam mixer untuk beton mutu
K-225 (f’c = 19,3 Mpa) di gunakan formula sebagai berikut :
 Semen : 1 zak
 Pasir : 94,07/33,5 = 2,81 box » 3 box
 Kerikil : 141,11/35,5 = 3 ,97 box » 4 box
 Air : 28,98/5,237 = 5,53 ember » 5,5 ember

2.3. Metode pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai sesuai SNI

Pelat lantai merupakan suatu sruktur solid tiga dimensi dengan bidang
permukaan yang lurus, datar dan tebalnya jauh lebih kecil dibandingkan dengan
dimensinya yang lain. Fungsi dari plat lantai adalah untuk menerima beban yang
akan disalurkan ke struktur lainnya.
Adapun metode pelaksanaan pekerjaan plat lantai sesuai SNI yakni
sebagai berikut :
2.3.1 Persyaratan Detail Penulangan Plat lantai
Menurut SNI–03–2847-2002 persyaratan detail penulangan antara
lain sebagai berikut :
a. Kait standar
Pembengkokan tulangan harus memenuhi ketentuan sebagai
berikut
1. Tulangan dibengkokan 180° di tambah perpanjangan 4dbstapi
tidak kurang dari 60 mm, pada ujung bebas kait.
2. Tulangan dibengkokan 90° di tambah perpanjangan 12db
pada ujung bebas kait
3. Untuk sengkang dan kait pengikat :
 Batang D-16 dan yang lebih kecil, bengkokan 90° di
tambah perpanjangan 6dbpada ujung bebas kait
 Batang D-19, D-22, dan D-25, bengkonan 90° di tambah
perpanjangan 12db pada ujung bebas kait
 Batang D-25 dan yang lebih kecil, bengkokan 135° di
tambah perpanjangan 6db pada ujung bebas kait.
b. Diameter bengkokan minimum
1. Diameter bengkokan yang di ukur pada bagian dalam
batang tulangan tidak boleh kurang dari nilai dalam tabel
2.1. ketentuan ini tidak berlaku untuk sengkang dan
sengkang ikat dengan ukuran D-10 hingga D-16.
2. Diameter dari bengkoakan untuk sengkang dan sengkang
ikat tidak boleh kurang dari 4db untuk batang D-16 dan
yang lebih kecil. Untuk batang yang lebih besar dari pada
D-16, diameter bengkokan harus memenuhi tebel 2.1.
3. Diameter untuk bengkokan jaring kawat baja las (polos atau
ulir) yang di gunakan untuk sengkang ikat tidak boleh
kurang dari 4db untuk kawat ulir yang lebih besar dari D-17
dan 2db untuk kawat lainnya. Bengkokan dengan diameter
dalam kurang dari 8db dari persilangan las yang terdekat.
Tabel 2.1 Diameter Bengkokan minimum

c. Cara pembengkokkan
1. Semua tulangan harus di bengkokan dalam keadaan
dingin, kecuali bila diizinkan lain oleh pengawas
lapangan
2. Tulangan yang sebagian sudah tertanam di dalam beton
tidak boleh di bengkokkan di lapangan, kecuali seperti
yang di tentukan pada gambar rencana, atau diizinkan
oleh pengawas lapangan.

Gambar 2.2. Detail Penulangan Pelat Lantai

(Sumber : sanggapramana.files.wordpress.com)
2.3.2 Persyaratan bekisting /Cetakan
Persyaratan Bekisting menurut SNI 2847-2013, antara lain :
a. Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk,
garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang disyaratkan oleh
dokumen kontrak.
b. Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar.
c. Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk
mempertahankan posisi danbentuknya.
d. Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga
tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.
e. Perancangan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor
berikut:
 Kecepatan dan metoda pengecoran beton;
 Beban selama pelaksanaan konstruksi, termasuk beban
vertikal, horisontal, dan tumbukan;
 Persyaratan cetakan khusus untuk pelaksanaan konstruksi
cangkang, pelat lipat, kubah, beton arsitektural, atau
elemen-elemen sejenis.
f. Cetakan untuk komponen struktur beton prategang harus dirancang
dan dibuat untuk mengizinkan pergerakan komponen struktur tanpa
kerusakan selama penerapan gaya prategang.
2.3.4 Persyaratan pengecoran
Menurut SNI 2847-2013 metode pengecoran sebagai berikut :
1. Persiapan peralatan dan tempat pengecoran
Adapun persiapan peralatan dan tempat pengecoran antara lain :
a) Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton
harus bersih
b) Semua sampah dan kotoran harus di bersihkan dari cetakan yang
akan di isi beton
c) cetakan harus di lapisi dengan benar
d) bagian dinding bata pengisi yang kan bersentuhan denganbeton
harus di basahi secara cukup
e) Tulangan harus benar benar bersih dari lapisan yang berbahaya
f) Tempat pengecoran harus dalam kondisi kering sebelum
pengecoran kecuali bila tremie digunakan atau kecuali bila
sebaliknya di izinkan oleh petugas bangunan
g) Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus
dibersihkan dari permukaan beton sebelum beton tambahan di cor
terhadap beton yang mengeras
2. Pencampuran
Adapun tahapan pekerjaan pencampuran sebagai berikut :
a) Semua bahan beton harus dicampur sampai menghasilkan
distribusi bahan yang seragam dan harus dituangkan seluruhnya
sebelum alat pencampur diisi kembali.
b) Beton siap pakai (ready-mixed) harus dicampur dan diantarkan
sesuai dengan persyaratan ASTM C94M atau ASTM C685M.
c) Beton yang dicampur di lapangan (job-mixed) harus memenuhi
standar sebagai berikut :
 Pencampuran harus dilakukan dalam alat pencampur adukan
dengan jenis yang telah di setujui
 Alat pencampur harus diputar dengan kecepatan yang di
rekomendasikan oleh pabrik pembuatnya
 Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus selama
sekurang kurangnya 1 ½ menit setelah semua bahan berada
dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat di perhatikan
bahwa waktu lebih singkat dapat memenuhi persyaratan uji
keseragaman campuran ASTM C94M
 Penanganan, pengadukan dan pencampuran harus memenuhi
ketentuan yang sesuai ASTM C94M
 Catatan rinci harus di simpan untuk mengidentifikasi
 Jumlah adukan yang di hasilkan
 Proporsi bahan yang di guanakan
 Perkiraan lokasi pengecoran akhir pada struktur
 Waktu dan tanggal pencampuran dan pengecoran
3. Pengantaran
Adapun langkah-langkah pengantara beton antara lain :
a) Beton harus diantarkan dari alat pencampur ke tempat pengecoran
akhir dengan metoda yang mencegah pemisahan (segregasi) atau
tercecernya bahan.
b) Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ke tempat
pengecoran tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat
mengakibatkan hilangnya plastisitas campuran.
4. Pengecoran
Adapun langkah-langkah pengecoran antara lain :
a) Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau
segregasi akibat pengaliran.
b) Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian
hingga beton selama pengecoran tersebut, tetap dalam keadaan
plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara tulangan.
c) Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi
oleh bahan lain tidak boleh dicor pada struktur.
d) Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur
ulang setelah pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila
disetujui oleh insinyur profesional bersertifikat.
e) Setelah dimulainya pengecoran maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel
ataupenampang sampai batasnya, atau sambungan yang
ditetapkan sebagaimana yang diizinkan
f) Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
g) Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat
h) Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan
menggunakan peralatan yang sesuai selama pengecoran dan harus
diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh celah dan
masuk ke semua sudut cetakan.
2.3.5 Persyaratan Pembongkaran Bekisting
Adapun persyaratan pembongkaran bekisting antara lain sebagai
berikut :
1. Pembongkaran bekisting atau cetak pembentuk beton bisa dilakukan
bahwa sebegitu jauh hal tersebut tidak akan mengakibatkan dan
menimbulkan kerusakan pada beton yang ada.
2. Paling sedikit dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah
pengecoran dapat dilakukan pembongkaran bekisting, tetapi hal ini
tidak di-haruskan. Pelaksana dapat melakukan penundaan
pembongkaran bekisting sampai mencapai kekuatan beton
mencukupi. Dalam hal ini Pelaksana harus bertanggung jawab
penuh apabila sampai terjadi adanya kerusakan atau cacat beton
yang disebabkan oleh adanya pembongkaran bekisting sewaktu
beton masih belum cukup umur, ataupun pembongkaran bekisting
terlalu cepat sebelum waktunya.
3. Bekisting atau cetakan pembentuk beton yang dipakai pada lantai
beton harus tetap terpasang paling sedikit dalam waktu 14 hari
setelah waktu pengecoran. Lantai beton harus disangga penuh
paling sedikit dalam waktu 14 hari setelah pengecoran lantai beton
diatas lantai yang sedang disangga tersebut.
4. Apabila terjadi ataupun terdapat adanya lobang seperti keropos
ataupun hal- hal lain pada beton setelah pembokaran bekisting,
maka Pengguna jasa/pengawas lapangan harus segera diberitahukan
lebih dahulu akan hal tersebut. Tidak diperbolehkan untuk
memperbaiki atau melakukan hal-hal lainnya kecuali telah
mendapat persetujuan dan ijin dari Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan terlebih dahulu.
5. Setelah permasalahan telah selesai semua pekerjaan struktur, maka
semua bekisting atau cetakan pembentuk beton serta penyangga-
penyangga lainnya harus.Akan tetapi hal tersebut harus
mendapatkan pengarahan, serta persetujuan dari Pengguna
Jasa/Pengawas Lapangan terlebih dahulu.
2.3.6 Perawatan Beton

Perawatan beton menurut SNI 03-2847-2002 mensyaratkan curing


adalah
 7 (tujuh) hari untuk beton normal
 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi
Beberapa metoda yang mudah digunakan untuk curing/perawatan
beton di lapangan, antara lain :
 Proses curing permukaan beton secara berkala dengan air supaya
selalu lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler
supaya praktis)
 membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan
penguapan air (misal plastik, dsb).menutup permukaan beton
dengan bahan yang dapat mengurangi penguapan air dan
dibasahi secara berkala (misal dengan plastik berpori atau non
woven geotekstile dan disiram secara berkala selama perawatan)

2.4 Metode Pelaksanaan Pekerjaan Kolom Sesuai SNI


Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul
beban dari balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang
memegang peranan penting dari suatu bangunan, sehingga keruntuhan pada
suatu kolom merupakan lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya
(collapse) lantai yang bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh
struktur (Sudarmoko, 1996).
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi.
Bila diumpamakan, kolom seperti rangka tubuh manusia yang memastikan
sebuah bangunan berdiri. Kolom merupakan suatu struktur utama untuk
meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup, beban mati,
serta beban angin.

Syarat ukuran kolom yang baik adalah sebagai berikut :


1. Tegak atau tidak miring, karena dapat menyebabkan gedung
miring, retak, atau bahkan runtuh.
2. Berada pada titik rencana, tidak bergeser, maupun meleset.
3. Ketinggian kolom sesuai elevasi rencana.
Adapun persyaratan pekerjaan kolo sesuai dengan Standar Nasional
Indonesia adalah senagai berikut :
2.4.1 Persyaratan Penulangan Kolom
Jumlah luas penampang tulangan pokok memanjang dibatasi
dengan rasio penulangan ρg antara 0,01 dan 0,08. Secara umum luas
penulangan yang digunakan antara 1,5% sampai 3 % dari luas penampang,
serta terkadang dapat mencapai 4 % untuk struktur berlantai banyak,
namun di sarankan tidak melebihi 4 %. Sesuai SNI 03-2847-2002,
penulangan pokok pada kolom dengan pengikat spiral minimal 6 batang,
sedangkan untuk sengkang segiempat adalah 4 batang, dan segitiga
minimal adalah 3 batang. Beberapa susunan penulangan seperti pada
Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Detail susunan penulangan tipikal


(Sumber: Dipohusodo, 1999)
Jarak bersih antar batang tulangan pokok tidak boleh kurang dari
1,5 db atau 40 mm. Syarat – syarat lain di antaranya :
 Tebal minimum penutup beton ditetapkan tidak boleh kurang dari
40 mm
 Batang tulangan pokok harus dilingkupi sengkang dengan kait
pengikat lateral paling sedikit dengan batang D10 untuk tulangan
pokok D32 atau lebih kecil
 Tulangan pokok yang lebih besar menggunakan yang tidak
kurang dari D12, tetapi tidak lebih dari D16
 Jarak spasi tulangan sengkang tidak lebih dari 16 kali diameter
tulangan pokok, atau 48 kali diameter tulangan sengkang, dan
dimensi lateral terkecil (lebar) kolom.
 Kait pengikat harus diatur sehingga sudut-sudutnya yang tidak
dibengkokkan dengan sudut lebih besar dari 135º seperti pada
Gambar 2.3.
 Rasio penulangan untuk pengikat spiral tidak boleh kurang dari :

dimana:
ρs = volume tulangan spiral satu putaran volume inti
kolom setinggi s
s = jarak spasi tulangan spiral
Ag = luas kotor penampang lintang kolom (mm2)
Ac = luas penampang lintang inti kolom (tepi luar ke tepi luar
spiral)
f’c = kuat tekan beton
f’y = tegangan luluh baja spiral, tidak lebih dari 400 Mpa

2.4.2 Persyaratan bekisting /Cetakan


Persyaratan Bekisting menurut SNI 2847-2013, antara lain :
a) Cetakan harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi bentuk,
garis, dan dimensi komponen struktur seperti yang disyaratkan oleh
dokumen kontrak.
b) Cetakan harus kokoh dan cukup rapat untuk mencegah kebocoran
mortar.
c) Cetakan harus diperkaku atau diikat dengan baik untuk
mempertahankan posisi danbentuknya.
d) Cetakan dan tumpuannya harus direncanakan sedemikian hingga
tidak merusak struktur yang dipasang sebelumnya.
e) Perancangan cetakan harus menyertakan pertimbangan faktor-faktor
berikut:
 Kecepatan dan metoda pengecoran beton;
 Beban selama pelaksanaan konstruksi, termasuk beban
vertikal, horisontal, dan tumbukan;
 Persyaratan cetakan khusus untuk pelaksanaan konstruksi
cangkang, pelat lipat, kubah, beton arsitektural, atau elemen-
elemen sejenis.
f) Cetakan untuk komponen struktur beton prategang harus dirancang
dan dibuat untuk mengizinkan pergerakan komponen struktur tanpa
kerusakan selama penerapan gaya prategang.
2.4.3 Persyaratan Pengecoran
Metode pengecoran menurut SNI 2847-2013 sebagai berikut :
1. Persiapan Peralatan Dan Tempat Pengecoran
Adapun langkah langkah pekerjaan persiapan dan tempat
pengecoran kolom antara lain sbagai berikut :
a. Semua peralatan untuk pencampuran dan pengangkutan beton
harus bersih
b. Semua sampah dan kotoran harus di bersihkan dari cetakan yang
akan di isi beton
c. Cetakan harus di lapisi dengan benar
d. Bagian dinding bata pengisi yang kan bersentuhan denganbeton
harus dibasahi secara cukup.
e. Tulangan harus benar benar bersih dari lapisan yang berbahaya
f. Lokasi harus dalam kondisi kering sebelum beton di cor kecuali
bila tremie digunakan atau kecuali bila sebaliknya di izinkan
oleh petugas bangunan.
g. Semua material halus (laitance) dan material lunak lainnya harus
dibersihkan dari permukaan beton sebelum beton tambahan di
cor terhadap beton yang mengeras.
2. Pencampuran
Adapun langkah langkah pencampura antara lain sebagai
berikut :
a. Semua bahan beton dicampurhingga menghasilkan distribusi
bahan yang seragam dan bahan harus dituangkan seluruhnya
sebelum alat pencampur diisi kembali.
b. Beton siap pakai (ready-mixed) harus dicampur sesuai dengan
persyaratan ASTM C94M atau ASTM C685M.
c. Pencampuran material yang dilakukan di lapangan (job-mixed)
harus memenuhi hal-hal sebagai berikut
 Pencampuran harus dilakukan dalam alat pencampur
adukan dengan jenis yang telah di setujui
 Alat pencampur harus diputar dengan kecepatan yang di
rekomendasikan oleh pabrik pembuatnya
 Pencampuran harus dilakukan secara terus menerus
selama sekurang kurangnya 1 ½ menit setelah semua
bahan berada dalam wadah pencampur, kecuali bila dapat
di perhatikan bahwa waktu lebih singkat dapat memenuhi
persyaratan uji keseragaman campuran ASTM C94M
 Penanganan, pengadukan dan pencampuran harus
memenuhi ketentuan yang sesuai ASTM C94M
 Catatan rinci harus disimpan untuk mengidentifikasi
 Jumlah adukan yang dihasilkan.
 Proporsi bahan yang diguanakan.
 Perkiraan lokasi pengecoran akhir pada struktur.
 Waktu dan tanggal pencampuran dan pengecoran.
3. Pengantaran Beton
Adapun tahapam pengantaran beton antara lain :
a. Beton harus diantarkan dari alat pencampur ke tempat pengecoran
akhir dengan metoda yang mencegah pemisahan (segregasi) atau
tercecernya bahan.
b. Peralatan pengantar harus mampu mengantarkan beton ke tempat
pengecoran tanpa pemisahan bahan dan tanpa sela yang dapat
mengakibatkan hilangnya plastisitas campuran.
4. Pengecoran
a. Beton harus dicor sedekat mungkin pada posisi akhirnya untuk
menghindari terjadinya segregasi akibat penanganan kembali atau
segregasi akibat pengaliran.
b. Pengecoran beton harus dilakukan dengan kecepatan sedemikian
hingga beton selama pengecoran tersebut, tetap dalam keadaan
plastis dan dengan mudah dapat mengisi ruang di antara tulangan.
c. Beton yang telah mengeras sebagian atau telah terkontaminasi
oleh bahan lain tidak boleh dicor pada struktur.
d. Beton yang ditambah air lagi atau beton yang telah dicampur
ulang setelah pengikatan awal tidak boleh digunakan kecuali bila
disetujui oleh insinyur profesional bersertifikat.
e. Setelah dimulainya pengecoran, maka pengecoran tersebut harus
dilakukan secara menerus hingga mengisi secara penuh panel
ataupenampang sampai batasnya, atau sambungan yang
ditetapkan sebagaimana yang diizinkan.
f. Permukaan atas cetakan vertikal secara umum harus datar.
g. Jika diperlukan siar pelaksanaan, maka sambungan harus dibuat .
h. Semua beton harus dipadatkan secara menyeluruh dengan
menggunakan peralatan yang sesuai selama pengecoran dan harus
diupayakan mengisi sekeliling tulangan dan seluruh celah dan
masuk ke semua sudut cetakan.
2.4.4 Persyaratan Pembongkaran Bekisting
Adapun persyaratan pembongkaran bekisting sebagai berikut :
1. Pembongkaran bekisting atau cetak pembentuk beton bisa dilakukan
bahwa sebegitu jauh hal tersebut tidak akan mengakibatkan dan
menimbulkan kerusakan pada beton yang ada.
2. Paling sedikit dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah
pengecoran dapat dilakukan pembongkaran bekisting, tetapi hal ini
tidak di-haruskan. Pelaksana dapat melakukan penundaan
pembongkaran bekisting sampai mencapai kekuatan beton
mencukupi. Dalam hal ini Pelaksana harus bertanggung jawab
penuh apabila sampai terjadi adanya kerusakan atau cacat beton
yang disebabkan oleh adanya pembongkaran bekisting sewaktu
beton masih belum cukup umur, ataupun pembongkaran bekisting
terlalu cepat sebelum waktunya.
3. Bekisting atau cetakan pembentuk beton yang dipakai pada lantai
beton tergantung harus dibiarkan pada tempatnya paling sedikit
dalam waktu 14 hari setelah waktu pengecoran. Lantai beton yang
tergantung harus disangga penuh paling sedikit dalam waktu 14 hari
setelah pengecoran lantai beton diatas lantai yang sedang disangga
tersebut.
4. Apabila terjadi ataupun terdapat adanya lobang seperti keropos
ataupun hal- hal lain pada beton setelah dibongkarnya bekisting,
maka Pengguna jasa/pengawas lapangan harus segera diberitahukan
lebih dahulu akan hal tersebut. Tidak diperbolehkan untuk
memperbaiki atau melakukan hal-hal lainnya kecuali telah
mendapat persetujuan dan ijin dari Pengguna Jasa/Pengawas
Lapangan terlebih dahulu.
5. Setelah terselesaikannya semua pekerjaan struktur, maka semua
bekisting atau cetakan pembentuk beton serta penyangga-penyangga
lainnya harus dibongkar semuanya dengan mengingat semua
persyaratan yang telah ditentukan sebelumnya. Akan tetapi hal
tersebut harus mendapatkan pengarahan, serta persetujuan dari
Pengguna Jasa/Pengawas Lapangan terlebih dahulu.
2.4.5 Perawatan Beton

SNI 03-2847-2002mensyaratkan curing selama :


 7 (tujuh) hari untuk beton normal
 3 (tiga) hari untuk beton dengan kuat tekan awal tinggi

Beberapa metode perawatan (curing) yang mudah digunakan beton di


lapangan antara lain :
 Membasahi permukaan beton secara berkala dengan air supaya
selalu lembab selama perawatan (bisa dengan sistem sprinkler
supaya praktis)
 Merendam beton dengan air (dengan penggenangan permukaan
beton)
 Membungkus beton dengan bahan yang dapat menahan penguapan
air (misal plastik, dsb)
 Menutup permukaan beton dengan bahan yang dapat mengurangi
penguapan air dan dibasahi secara berkala (misal dengan plastik
berpori atau non woven geotekstile dan disiram secara berkala
selama perawatan)
 Menggunakan material khusus untuk perawatan beton (curing
compound)
BAB III
GAMBARAN UMUM PROYEK

3.1 Gambaran Umum Proyek

Pelaksanaan Kerja Praktek (KP) ini berlokasi di Jl DI Panjaitan, Kendari,


Sulawesi Tenggara dengan jenis pekerjaan proyek Perencanaan Renovasi
Gedung Utama Polres Kendari Type 1000 m2
Adapun proyek pembangunan gedung ini menggunakan total Anggaran
Rp.6.473.851.000,- (termasuk PPN 10%).Yang menjadi owner dalam
Pembangunan Gedung Tower Bank Sultra ini adalah Kepolisian Neegara
Republik Indonesi Daerah Sulawesi Tenggara Daerah kendari yang kemudian
mempercayakam PT ADI PUTRA KAHIANGA sebagai kontraktor pelaksana
dan CV LANGGENG BUANA sebagai pengawas dalam
PembangunanPerencanaan Renovasi Gedung Utama Polres Kendari Type 1000
m2, Kendari, Sulawesi Tenggara,dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:

Gambar 3.1. Papan pengumuman proyek


( Sumber : Dokumentasi Proyek 2019 )
3.2. Data Umum Proyek
Adapun data – data proyek yaitu :
a) Nama Proyek : Renovasi Gedung Utama Polres Kendari
Type 1000 M2
b) Nomor Kontrak : SP/25/V/2019/ RES KENDARI
c) Tanggal Kontrak : 10 Mei 2019
d) Lokasi Proyek : Jl. DI Panjaitan, Kendari.
e) Biaya Proyek : Rp.6.473.851.000,- (Incl.PPN 10%)
f) Kontraktor Pelaksana : PT. ADI PUTRA KAHIANGA
g) Konsultan Perencana : PT. LANGGENG BUANA
h) Konsultan Pengawas : CV. KAISON
i) Waktu Pelaksanaan Kontrak : 540 Hari
j) Waktu Pemeliharaan : 180 Hari
k) Kemajuan Pekerjaan : 43,07%

3.3. Lokasi Proyek


Lokasi proyek pada Pekerjaan Pembangunan Renovasi Gedung Utama
Polres Kendariberada di Jl DI Panjaitan No. 1, Bonggoeya, Wua – Wua,
Kendari, Provinsi Sulawesi Tengara,Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar berikut :

Gambar 3.2 Site Plan Lokasi Proyek


( Sumber : Dokumen Proyek, 2019 )
3.4. Struktur Organisasi Dan Teknik Pengolahan Proyek
a. Tinjauan Umum
Secara umum manajemen proyek dimaksudkan untuk dapat
menyelesaikan suatu proyek dalam batas waktu dan biaya yang telah
ditentukan. Untuk itu diperlukan analisa dan gambaran yang jelas
mengenai hubungan antara waktu yang tersedia dan waktu yang
diperlukan untuk menyelesaikan proyek tersebut.

b. Tujuan Pengawasan dan Pengendalian Proyek


Secara sederhana pengawasan diartikan sebagai proses pada manajer
untuk berusaha memperoleh keyakinan bahwa kegiatan yang dilakukan
sesuai dengan perencanaan waktu dan perencanaan tugas.
Tujuan dari pengawasan adalah :
1. usaha untuk melihat apakah realisasi pekerjaan sesuai dengan rencana
atau tidak
2. Usaha mencegah terjadinya penyimpangan dari ketentuan yang tertera
dalam spesifikasi dan gambar
3. Usaha mencegah terjadinya penyimpangan dari kualitas dan kuantitas
bahan
4. Usaha untuk mencegah terjadinya kekosongan kegiatan selama
proyek berjalan
5. Usaha untuk mengevaluasi kemajuan suatu proyek mengenai hal-hal
yang dapat menghambat kelancaran proyek.

c. Hubungan Antara Pemilik, Kontraktor dan Konsultan


Untuk dapat mewujudkan suatu proyek, maka harus memenuhi tiga
unsur penting, yaitu :
1. Owner (Pemilik) selaku pemberi tugas
Adalah orang mempunyai kewajiban menyediakan dana, mengerjakan
sesuatu yang memungkinkan terlaksananya kegiatan tersebut. Pemilik
mempunyai hak menuntut terwujudnya suatu proyek sesuai dengan
perencanaan yang telah ditetapkan.
2. Pengawas (konsultan)
Pengawas mempunyai kewajiban mengawasi pelaksanaan pekerjaan
agar tidak menyimpang dari ketentuan dan spesifikasi.
3. Pelaksana (Kontraktor)
Pelaksana selaku kontraktor dan juga pemborong Pelaksana mempunyai
kewajiban melaksanakan semua pekerjaan sampai selesai sesuai
dengan waktu yang telah ditetapkan.
Dari ketiga unsur-unsur yang disebutkan di atas, saling berhubungan
erat,hubungan tersebut antara lain :
a) Hubungan Antara Pemilik (pimpro) dan Pengawas (Konsultan)
Pemilik menawarkan jasa sedangkan pengawas akan menerima upah
atau biaya pengawasan dimana kedua belah pihak terikat oleh tanggung
jawab dan kewajiban serta hak terhadap pihak lain.
b) Hubungan Antara Pemberi Tugas dan Kontraktor Pelaksana
Tanggung jawab dan kewajiban dari pelaksana dalam hubungan kerja
tersebut adalah:
1. Melaksanakan pekerjaan yang akan diterima sesuai dengan
dokumen-dokumen yang berupa spesifikasi
2. Selama pekerjaan berlangsung, pelaksana bertanggung jawab
terhadap hasil pelaksanaan
3. Pelaksana harus dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang
ditentukan yang telah tercantum dalam kontrak yang telah
ditandatangani bersama
4. Pelaksana diwajibkan memberi laporan tentang kemajuan proyek itu
untuk dapat memperoleh pembayaran yang menjadi haknya.
Kewajiban pemberi tugas dalam hubungan kerja tersebut yaitu
menyediakan biaya pelaksanaan menurut jumlah yang telah ditetapkan
sesuai dengan kontrak dan menunjuk wakilnya untuk melaksanakan
pengawasan yang biasa disebut Direksi Teknik.
c) Hubungan Antara Pengawas Dan Pelaksana
Adapun tanggung jawab pengawas terhadap pelaksana adalah :
1. Pengawas atas nama Direksi harus mengusahakan agar pelaksana
dapat tepat waktunya dalam pekerjaan mobilisasi maupun rekayasa
lapangan
2. Pengawas memberikan penanganan jika pelaksana menghadapi
beberapa persoalan yang menyangkut pelaksanaan pekerjaan
dilapangan
Kewajiban dan tanggung jawab pelaksana terhadap pengawas yaitu
sebelum melaksanakan pekerjaan, pelaksana wajib menyampai kan hal-
hal yang akan dikerjakan kepada pengawas.
d. Struktur Organisasi Proyek dan Fungsinya Masing-Masing
1) Owner ( Renovasi Gedung Utama Polres Kendari)
Pemimpin proyek adalah seorang yang ditunjuk mewakili
pemilik, yang diberikan hak untuk menugaskan perencanaan, pelaksana
dan pengawas agar proyek yang dipimpinnya mencapai sasaran yang
diinginkan oleh pemilik.
Adapun kewajiban pemimpin proyek adalah :
1. Menyediakan biaya secara keseluruhan
2. Mengerjakan segala sesuatunya untuk memungkinkan terlaksananya
pekerjaan tersebut.
2) Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
Pejabat pembuat komitmen (PPK) dalam dunia pengadaan barang
dan jasa adalah pejabat yang diangkat oleh Pengguna Anggaran
(PA)/Kuasa Pengguna Anggaran sebagai pemilik pekerjaan, yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan pengadaan barang dan jasa. PPK
mempunyai tugas pokok dan wewenang, antara lain :
1. Menetapkan rencana pelaksanaan pengadaan barang/jasa
2. Menerbitkan surat penunjukkan penyedia barang/jasa
3. Menandatangani kontrak
4. Melaksanakan kontrak dengan penyedia barang/jasa
5. Mengendalikan pelaksanaan kontrak
6. Melaporakn pelaksanaan/penyelesaian pengadaan barang/jasa
kepada PA/KPA
7. Menyerahkan hasil pekerjaan pengadaan barang/jasa kepada
PA/KPA dengan berita acara penyerahan
8. Melaporkan kemajuan pekerjaan termasuk penyerahan anggaran dan
hambatan pelaksanaan pekerjaan kepada PA/KPA setiap triwulan
9. Menyimpan dan menjaga keutuhan dokumen pelaksanaan
pengadaan barang/jasa.
3) Konsultan Perencana (CV. LANGGENG BUANA)
Fungsi dari Perencana adalah :
1. Membuat rencana pendahuluan
2. Membuat perencanaan lengkap
3. Membuat syarat-syarat dan pelaksanaan
4. Menghitung harga proyek sebagai standar pelelang
4) Kontraktor (PT. ADI PUTRA KAHIANGA)
Adapun bagian-bagian Kontraktor dan fungsinya masing-masing
yaitu :
a) Project Manager
Project Manager dalam struktur organisasi kontraktor
memegang posisi sebagai pemimpin dalam pelaksanaan proyek.
Tugasnya dari project manager antara lain :
1. Menguasai seluruh isi dokumen kontrak
2. Menjamin tersedianya seluruh sumber daya yang diperlukan
untuk pelaksanaan proyek
3. Memantau serta mengevaluasi pelaksanaan proyek
4. Melakukan negosiasi dengan subkontraktor/suplier
5. Menetapkan asumsi-asumsi yang diperlukan untuk perencanaan
dalam rangka pelaksanaan pekerjaan
6. Memberi pengarahan dalam tahap pembuatan RAPP (Rencana
Anggaran Pelaksanaan Proyek)
7. Memberi pengarahan pelaksanaan proyek.
b) Site Operation Manager
Tugas site Operation Manager yaitu :
a. Mengkoordinir pelaksanaan pekerjaan di lapangan.
b. Melaksanakan kegiatan sesuai dokumen kontrak.
c. Memotivasi pelaksana agar mampu bekerja dengan tingkat
efisiensi dan efektifitas yang tinggi.
d. Menetapkan rencana dan petunjuk pelaksanaan untuk keperluan
pengendalian dari pelaksanaan pekerjaan.
c) Site Engineer Manager
Tugas Site Engineer Manager yaitu :
a. Bertanggung jawab atas urusan teknis yang ada dilapangan.
b. Memberikan cara-cara penyelesaian atas usul-usul perubahan
desain dari lapangan berdasarkan persetujuan pihak pemberi
perintah kerja, sedemikian rupa sehingga tidak menghambat
kemajuan palaksanaan di lapangan.
c. Melakukan pengawasan terhadap hasil kerja apakah sesuai
dengan dokumen kontrak.
d) Site Administrasi Manager
Tugas Site Administrasi Manager yaitu :
a. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan administrasi di
lapangan.
b. Membuat laporan keuangan mengenai seluruh pengeluaran
proyek.
c. Membuat secara rinci pembukuan keuangan proyek.
d. Memeriksa pembukuan arsip-arsip selama pelaksanaan proyek.
e) Pelaksana
Tugas pelaksana yaitu :
a. Melaksanakan pekerjaan harian sesuai dokumen kontrak.
b. Megkoordinir pekerja agar bekerja efektif dan efisien.
c. Melaksanakan pekerjaan harian lapangan.
f) Surveyor
Adalah orang yang membantu pekerjaan Site Engineer dan
melakukan peninjauan langsung kondisi lapangan.
g) Logistik
Logistik adalah pihak atau orang yang bertugas mendatangkan
sejumlah tenaga kerja sesuai dengan kulifikasi yang diperlukan
seperti kelompok tukang kayu, besi batu dan memimpin serta
mengawasi pekerjaan mereka. Mandor tidak ada hubungan ikatan
kerja dengan kontraktor tidak pada hubungan tanggung jawab yang
kokoh, tetapi lebih pada ketergantungan yang bersifat sangat
sederhana dari proyek ke proyek.
h) Mekanik
Beberapa tugas dari mekanikal sebagai berikut :
1. Merancang Sistem Mekanikal sesuai dengan persyaratan dan
spesifikasi teknis yang ditentukan
2. Melakukan kegiatan pembuatan sistem mekanikal berdasarkan
hasil rancangan yang telah dibuat
3. Melakukan pengawasan pelaksanaan pembuatan system
mekanikal sesuai dengan jadwal waktu dan spesifikasi yang telah
ditentukan
4. Melakukan pengawasan pada kegiatan instalasi system mekanikal
mengacu pada manual pemasangan yang telah ditentukan
5. Melakukan pengujian hasil instalasi sistem mekanikal
6. Melakukan pemeliharaan sistem mekanikal yang telah dipasang
melakukan pengkajian teknis atas sistem mekanikal yang telah
dirancang, dibuat, dipasang dan dioperasikan untuk mengetahui
efektifitas dan efisiensinya
i) Drafter
Tugas dari drafter yaitu :
1. Membuat gambar pelaksanaan/gambar shop drawing
2. Menyesuaikan gambar perencana dengan kondisi nyata di
lapangan
3. Menjelaskan kepada pelaksana lapangan/surveyor
4. Membuat gambar akhir pekerjaan/asbuilt drawing
j) Pemegang Kas (Kasir)
Tugas pemegang kas yaitu :
a. Meyelenggarakan data-data kearsipan yang berhubungan dengan
bukti-bukti pembukuan keuangan selama pelaksanaan proyek.
b. Bertanggung jawab atas pengelolaan admisinistrasi keuangan
proyek.
c. Melaksanakan pembayaran atas persetujuan pelaksana kegiatan
serta menyiapkan surat permintaan pembayaran (SPP).
d. Menyelenggarakan buku kas umum dengan buku-buku
pembantunya.

k) HSE
HSE merupakan bagian yang bertanggung jawab
ataskesehatan dan keselamatan para tenaga kerja di perusahaan.
Tugas dari HSE yaitu :
1. Melakukan pemeriksaan pada peralatan kerja, tenaga kerja,
kesehatan tenaga kerja serta lingkungan kerja
2. Meninjau keselamatan kerja dan pelatihan keselamatan
3. Mampu melakukan penanggulangan kecelakaan kerja dan
melakukan penyelidikan penyebabnya
4. Memastikan tenaga kerja telah bekerja sesuai dengan SOP
5. Meninjau dan mengarahkan karyawan bekerja sesuai kewajiban
dan sesuai dengan sistem operasi perusahaan
Gambar 3.3 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan
5) Konsultan Pengawas/Supervisi (CV. KAISON)
Fungsi dari pengawas adalah:
1. Mewakili pemilik sebagai pengawas sehari-hari dilapangan
2. Mengawasi pelaksanaan pekerjaan
3. Memberi laporan kepada pimpro mengenai kemajuan dari proyek
secara keseluruhan
Adapun bagian-bagian dari Konsultan Pengawas :
a. Site Engineer
Merupakan pemimpin tim konsultan yang bertanggung jawab
langsung kepada pemimpin proyek diman ditugaskan antara lain :
1) Mengawasi dan meneliti ketepatan pengukuran yang dilakukan oleh
pihak kontraktor.
2) Melakukan pengawasan secara teratur dan memeriksa semua lokasi
dilapangan.
3) Menjamin bahwa kontraktor memahami isi kontrak secara benar.
b. Quality Engineer
Tanggung jawab utamanya adalah menjamin bahwa mutu
material dan hasil pelaksanaan oleh kontraktor harus memenuhi syarat
atau ketentuan yang terdapat dalam dokumen kontrak.
c. Surveyor
Tugas utamannya adalah membantu site engineer dalam
melakukan pengawasan harian pada pekerjaan volume pengukuran
yang dilaksanakan dilapangan.
d. Inspector
Tugas utamanya adalah membantu Site Engineer dalam
melakukan pengawasan langsung di lapangan sehingga pekerjaan
berjalan sesuai waktu dan perencanaan yang ada.Bagan struktur dapat
dilihat pada gambar 3.3 sebagai berikut:
3.5. Permasalahan Proyek dan Pemecahan Masalah
Dalam setiap pekerjaan pasti kita menemukan berbagai
permasalahan. Namun permasalahan itu bukan untuk dihindari, tapi harus
dicari jalan keluarnya.Segala sesuatu memang tidak sempurna, kita akan
selalu dihadapkan pada suatubentuk permasalahan, hambatan, dan
persoalan, halini juga terjadi pada proses pelaksanaanpada proyek ini.
Selama pelaksanaan pekerjaan, timbul beberapa masalah
yangmenyebabkan terhambatnya kemajuan proyek tersebut. Masalah-
masalah yangtimbul dibagi dalam beberapa kategori, yaitu :
1. Faktor Cuaca
Faktor alam yang menyebabkan terhambatnya kemajuan proyek
adalah cuaca yang terlalu panas.Dalam pelaksanaan pekerjaan padamusim
kemarau/panas akan mempercepat proses kehilangan air semen
padakonstruksi yang baru dicor sehingga dibutuhkan suatu
perawatanbetonberupa penyiraman hasil pengecoran dengan air untuk
memperlambatpenguapan dan proses kehilangan air semen yang cepat.
2. Faktor Keselamatan Kerja
Seperti pada umumnya proyek-proyek di Indonesia, keselamatan kerja
para pekerja kurang diperhatikan yang dapat dilihat dari
perlengkapan perlindungankeselamatan kerja yang tidak dipakai oleh
hamper semua pekerja, baik itu sepatu maupun helm proyek.

3. Faktor Peralatan
Faktor peralatan yang menyebabkan terhambatnya kemajuan
proyek adalahmixer truck dan dump trucksering datang terlambat pada
saat pekerjaan campuran maupun penyediaan bahan.
4. Faktor Efesiensi Penggunaan Bahan
Pada proyek pembangunan renovasi gedung utama polres kendari,
banyak ditemukan material atau bahanyang terbuang sia-sia, hal ini
terbukti dari sisa campuran untuk mortar yangtelah mengeras.Beberapa
besi tulangan yang tidak terpakaidi lapangan juga tidak dikembalikan ke
tempat fabrikasi, akan tetapidibiarkan begitu saja oleh pekerja.
5. Faktor Pelaksanaan
Permasalahan pada waktu pelaksanaan pekerjaan disebabkan
empathal pokok, yaitu keterbatasan pengawasan, kelalaian pekerja,
urutan pekerjaanyang kurang tepat, dan adanya kesulitan dalam
mengaplikasikangambarrencana.Permasalahan pelaksanaan
pekerjaan yangmuncul adalah dalam pemasangan bekisting balok
dan plat lantai yang kadang dilakukan secaralemburdikhawatirkan
terjadi kelalaian dalam pelaksanaan pekerjaan sepertipemasangan
bekisting baloktidak lurus atau pemasangan bekisting plat lantai yang
tidak rata. Hal ini dapat terjadi karenaketerbatasan pengawasan yang
tidak dilakukan secara terus-menerusketika dilaksanakan kerja lembur.

3.6 Pemecahan Masalah


Adanya permasalahan di proyek, selalu diusahakan untuk mencari jalankeluar
yang terbaik. Dalam hal ini ada beberapa alternatif yang dapat dilakukanoleh
pihak kontraktor, antara lain sebagai berikut :
1. Faktor Cuaca
Untuk mengatasi jam kerja yang berkurang jika hujan turun, maka
jam kerja yang terpotong dialihkan hingga sore hari
(pemberlakuan jam lembur), atau hari minggu, namun perlu
diperhatikan, pemberlakuan jam lembur tidak boleh terlalu sering
dilakukan karena dikhawatirkan akan mengurangikualitas dari hasil
pekerjaan akibat keterbatasan pengawasan maupun kemampuan tenaga
kerja.
2. Faktor Keselamatan Kerja
Perlunya penumbuhan kesadaran pada pekerja maupun
kontraktor akan pentingnya perlengkapan keselamatan kerja dalam
setiap pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Hal ini dapat disosialisasikan
dan diawasi oleh pemerintah melalui Dinas Tenaga Kerja dan
Transmmigrasi Profinsi Sulawesi Tenggara Kota Kendari.
3. Faktor Peralatan
Keterlambatan dari mixer truckdandump truck lebih ke
operatornya(humanerror) yang tidak bisa tertib. Sebenarnya jalan dari
lokasibatching plansampai ke lokasi proyek cukup lancar. Pemecahan
masalah ini dengancara lebih awal dalam pemesanan bahan maupun alat
yang akan digunakan daribatching plan.
4. Efisiensi Penggunaan Bahan
Pengawasan penggunaan bahan dilapangan harus lebih ketat
untuk menangani masalah efisiensi bahan ini. Sebenarnya jika semua
komponen pelaksana yang terlibat dapat bekerja sama dengan baik, hal
ini tentu dapatdiminimalkan. Akan tetapi, para pekerja sering
mengambil bahan bangunanyang sebenarnya di lapangan masih ada,
untuk menangani ini, pihak logistik harus senantiasa mengawasi dan
mencatat setiap bahan yang dipakai oleh pekerja di lapangan.
5. Faktor Pelaksanaan
a. Pelaksanaan pekerjaan secara lembur harus dikurangi dan
dilakukan pada pekerjaan yang mendesak Karena adanya
pekerjaan yang dihentikan sebelum pekerjaan selesai dilaksanakan.
b. Untuk pelaksanaan pekerjaan bekisting dan pengecoran plat lantai
serta pengecoranbalok harus diperketat pengawasannya di lapangan.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1. Perbandingan Metode Pelaksanaan Sesuai SNI Dan Yang Terjadi Di


Lapangan Pada Pekerjaan Plat Lantai
Pelaksanaan Pekerjaan Plat Lantai pada Proyek Pembangunan Renovasi
Gedung Polresta Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara dimulai dari pekerjaan
pendahuluan, pekerjaan penulangan/pembesian, Pekerjaan pembuatan/pemasangan
bekisting, pengecoran, pembongkaran bekisting pada umur rencana, serta
perawatan beton (curing). Adapun tahapan pelaksanaan pekerjaan Plat Lantai pada
proyek ini akan diuraikan di bawah ini :
4.1.1. Pekerjaan Pendahuluan
Sesuai dengan syarat-syarat teknis pekerjaan konstruksi gedung
penting untuk melakukan pekerjaan pendahuluan untuk menjamin
kelancaran pekerjaan-pekerjaan selanjutnya khususnya untuk pekerjaan Plat
Lantai. dimana mencangkup pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan,
pekerjaan perlindungan instalasi existing, dan lain - lain.

Pada Proyek Pembangunan Renovasi Gedung Polresta Kendari


Provinsi Sulawesi Tenggara dimulai dengan tahap pekerjaan pendahuluan,
dimana bertujuan untuk menjamin kelancaran pekerjaan pada proyek ini
segala sesuatu yang menyangkut kelancaran pekerjaan sudah disiapkan di
lokasi sebelum melaksanakan pekerjaan.

4.1.2. Pekerjaan Pembesian


Menurut syarat teknis sesuai SNI dijelaskan pada Bab II bahwa, untuk
penekukan tulangan besi beton yang dipakai harus ditekuk dan dibentuk
sesuai seperti bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar, serta di letakkan
dan diikat dengan tepat sesuai posisi yang ditunjukan pada gambar, sehingga
selimut beton yang di tetapkan pada spesifikasi atau lebih yang di tunjukan
dalam gambar terpenuhi, penekukan dilakukan dengan alat mesin penekuk
yang telah disetujui oleh pengawas lapangan besi.
Pada proyek pembangunan renovasi gedung utama Polres Kendari ini
pekerjaan pembesian dibentuk sesuai ukuran dan dimensi yang ada dalam
dokumen proyek. Cara perakitan tulangan pada proyek ini yaitu mengukur
panjang masing-masing type tulangan yang dapat di ketahui dari ukuran plat
lanta dari gambar rencana. Penggunaan besi untuk pembesian plat yaitu
dengan ukuran ∅ 10 - 15
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pekerjaan pembesian pada proyek
ini sudah memenuhi Standar Nasional Indonesia. Adapun tabel tulangan
sesuai dengan SNI dapat di lihat pada Tabel 2.2dan gambar pembesian Plat
Lantai yang sesuai di lapangan yaitu pada Gambar 4.1.a

Gambar 4.1.a. Pembesian Plat Lantai


( Sumber :Dokumentasi lapangan,2019 )
Dan data pembesian dapat dilihat pada Gambar 4.1.b Sampai
Gambar 4.1.c.

Gambar 4.1.b.Detail Penulangan Plat Beton


( Sumber : Dokumen Proyek 2019 )
Gambar 4.1.c.Detail Penulangan Plat Beton
( Sumber : Dokumen Proyek 2019 )

4.1.3 Pekerjaan Bekisting


Menurut syarat teknis yang telah dijelaskan pada Bab II sebelumnya,
bahwa pekerjaan bekisting harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi
bentuk, garis dan dimensi komponen struktur seperti yang di isyaratkan oleh
dokumen kontrak. Sedangkan pekerjaan bekisting pada proyek pembangunan
renovasi gedung utama Polres Kendari yakni papan cetakan di susun secara
baik berdasarkan dimensi plat lantai yang akan di cor, papan cetakan di
bentuk dengan baik dan di tunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring
dengan bantuan waterpass.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pada pekerjaan bekising plat
lantai pada proyek pembagunan renovasi gedung utama Polres Kendari sudah
memenuhi persyaratan SNI yang telah di jelaskan pada Bab II. Untuk item
pekerjaan bekisting ini mengacu pada Gambar 4.2..
Gambar 4.2.Bekisting Plat Lantai
( Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019 )

4.1.4.Pekerjaan Pengecoran
Sesuai syarat teknis pekerjaan pengecoran yang dijelaskan pada bab 2
yaitu pada SNI 03 2847-2002, menjelaskan bahwa sebelum melakukan
pengeceron terlebih dahulu harus membuat rencana campuran beton, dengan
melakukan serangkain test seperti slump cone test dan uji kekuatan tekan
beton untuk mengetahui mutu dan campuran beton yang sesuai. Sedangkan
pada proyek ini tidak diadakan uji slump. Pada bab sebelumnya dijelaskan
juga tentang syarat mutu beton untuk Plat Lantai (SNI 8140: 2016)bahwa
kekuatan karakteristik beton untuk bangunan struktur gedung adalah f’c = 17
Mpa sedangkan mutu beton Plat Lantai yang di gunakan dilapangan adalah
K-225 (f’c = 19,3 Mpa) hal ini sudah memenuhi persyaratan. Untuk rencana
campuran K-225 (f’c = 19,3 Mpa) pada pembangunan gedung ini mengacu
pada SNI 7394-2008 dapat dilihat pada Bab II yaitu pada point
2.2persyaratan campuran job mix formula K-225.
Adapun Tahap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan pengecoran
pada proyek ini yaitu sebagai berikut:

1. Mempersiapkan bahan –bahan yang akan digunakan untuk pengecoran


seperti,semen, pasir, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan
untuk pengecoran .
2. Membuat adukan/pasta dengan bantuan molen(mixer) dengan
perbandingan 1 zak semen, 3 box pasir, 4 box kerikil dan air 5,5 box
Bahan adukan dimasukan dalam tabung mixer dengan urutan masukan
pasir, semen portland, ketiga split dan biarkan tercampur kering dahulu
dan kemudian baru ditambahkan air secukupnya.
3. Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10
menit tabung molen (mixer) dibalikan dan di tuangkan di atas gerobak
arko.
4. Hasil dari adukan beton dimasukan atau dituang kedalam cetakan beton
sloof dengan bantuan sendok spesi/cetong dan di lakukan bertahap sedikit
demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil atau split
yang berukuran kecil sampai yang besar dapat dimasukan kecelah-celah
tulangan.

Berdasarkankan pernyataan diatas bahwa pada pekerjaan pengecoran


pada proyek ini sudah memenuhi persyarata SNI yang telah di jelaskan pada
Bab II. Item pekerjaan ini mengacu pada Gambar 4.3
.

Gambar 4.3.Pengecoran Plat Lantai


( Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019 )

4.1.5.Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Sesuai persyaratan teknis pembongkaran bekisting yang telah dijelaskan
pada bab 2 sebelumnya, bahwa pembongkaran bekisting Plat Lantai minimal
dibutuhkan waktu 3 (tiga) hari setelah pengecoran barudapat dilakukan
pembongkaran bekisting atau sampai kekuatan beton mencukupi. Sedangkan
Pada proyek pembangunan gedung asrama bapelkes pembongkaran bekisting
Plat Lantai dilakukan ketika umur beton mencapai 2 (dua) hari atau maksimal
3 hari tergantung keadaan cuaca, Jika cuaca panas pembongkaran dilakukan
bisa lebih cepat 2 hari bekisting sudah di bongkar ketika beton diperkirakan
sudah terbentuk dengan baik, maka bekisting Plat Lantai langsung di bongkar
dengan cara membongkar salah satu sisi bekisting, bekisting yang telah di
bongkar di olesi oli kembali agar dapat di gunakan untuk pekerjaan
selanjutnya. Adapun peralatan yang di butuhkan dalam pembongkaran
bekisiting Plat Lantai ini adalah linggis, palu dan alat bantu lainnya.
Pekerjaan ini di lakukan oleh dua orang atau lebih.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pada pekerjaan pembongkaran
bekisting pada proyek ini belum memenuhi persyaratan SNI yang telah di
jelaskan pada Bab sebelumnya. Untuk item pekerjaan ini mengacu pada
Gambar 4.4.

Gambar 4.4.Pembongkaran Bekisting Plat Lantai


( Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019 )

4.1.6 Pekerjaan Perawatan Beton


Menurut syarat teknis yeng telah dijelaskan pada Bab II sebelumnya
bahwa untuk pekerjaan perawatan beton harus harus membasahi permukaan
beton secara berkala dengan air supaya selalu lembab selama perawatan (bisa
dengan sistem sprinkler supaya praktis) selama 7 (tujuh) hari setelah
pengecoran. Sedangkan pada proyek pembangunan renovai gedung utama
Polres Kendari perawatan beton dilakukan secara berkala selama 7 hari.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pekerjaan perawatan beton pada


proyek ini sesuai dengan SNI.
4.2. Perbandingan Metode Pelaksanaan Sesuai SNI Dan Yang Terjadi Di
Lapangan Pada Pekerjaan Kolom
Pelaksanaan Pekerjaan kolom di lapangan dimulai dari pekerjaan persiapan,
pekerjaan penulangan/pembesian, pemasangan bekisting, pengecoran, perawatan
(curing) dan pekerjaan pembongkaran bekisting akan di uraikan di bawah ini.
4.2.1 Pekerjaan Pendahuluan
Sesuai dengan syarat-syarat teknis pekerjaan konstruksi gedung
penting untuk melakukan pekerjaan pendahuluan untuk menjamin
kelancaran pekerjaan-pekerjaan selanjutnya khususnya untuk pekerjaan
kolom. dimana mencangkup pekerjaan pembersihan sebelum pelaksanaan,
pekerjaan perlindungan instalasi existing, dan lain - lain.

Pada Proyek Pembangunan Renovasi Gedung Polres Kendari dimulai


dengan tahap pekerjaan pendahuluan, dimana bertujuan untuk menjamin
kelancaran pekerjaan pada proyek ini segala sesuatu yang menyangkut
kelancaran pekerjaan sudah disiapkan di lokasi sebelum melaksanakan
pekerjaan. Adapun proses pekerjaan pendahuluan pada proyek ini telah di
jelaskan pada Bab 3 Gambaran Umum Proyek.

4.2.2 Pekerjaan Pembesian


Menurut syarat teknis sesuai SNI di jelaskan pada Bab II bahwa, untuk
penekukan tulangan besi beton yang dipakai harus ditekuk dan dibentuk
sesuai seperti bentuk dan ukuran yang tertera pada gambar, serta diletakkan
dan diikat dengan tepat sesuai posisi yang ditunjukan pada gambar, sehingga
selimut beton yang ditetapkan pada spesifikasi atau lebih yang ditunjukan
dalam gambar terpenuhi, penekukan dilakukan dengan alat mesin penekuk
yang telah disetujui oleh pengawas lapangan besi.
Pada proyek ini perakitan besi di lakukan di tempat pengecoran lokasi
proyek agar setelah di pasang dapat langsung dirakit bekistingnya. Cara
perakitan tulangan pada proyek ini yaitu mengukur panjang masing-masing
type tulangan yang dapat diketahui dari ukuran kolom dari gambar rencana.
Penggunaan besi untuk tulangan pokok yangi yaitu besi ulir diameter 13 mm
dan diameter 16 mm.
Berdasarkan pernyataan tersebut diatas bahwa pada pekerjaan
pembesian kolom pada proyek ini sudah memenuhi persyaratan SNI. Adapun
tabel tulangan sesuai dengan SNI dapat di lihat pada Tabel 2.3 dan gambar
pembesian kolom yang sesuai di lapangan pada Gambar 4.5.a

Gambar 4.5.a.Pembesian Kolom


( Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019 )
Dan data pembesian dapat dilihat pada Gambar 4.5.b Sampai 3.29.

Gambar 4.5.b.Detail Kolom K1 Tumpuan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar 4.5.c.Detail Kolom K1 Lapangan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar 4.5.d.Detail Kolom K2 Tumpuan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )
Gambar 4.5.e.Detail Kolom K2 Lapagan
( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar 4.5.f.Detail Kolom K3 Tumpuan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar 4.5.g.Detail Kolom K3 Lapagan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )
Gambar 4.5.h.Detail Kolom KP Tumpuan
( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar 4.5.i.Detail Kolom KP Lapagan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )
4.2.3 Pekerjaan Bekisting
Menurut syarat teknis yang telah dijelaskan pada Bab II sebelumnya,
bahwa pekerjaan bekisting harus menghasilkan struktur akhir yang memenuhi
bentuk, garis dan dimensi komponen struktur seperti yang diisyaratkan oleh
dokumen kontrak. Sedangkan pekerjaan bekisting pada proyek pembangunan
gedung asrama bapelkes yakni papan cetakan disusun secara baik berdasarkan
dimensi kolom yang akan di cor, papan cetakan dibentuk dengan baik dan
ditunjang dengan tiang agar tegak lurus tidak miring dengan bantuan
waterpass.
Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pada pekerjaan bekisting kolom
pada proyek pembangunan renonasi gedung utama polres kendari sudah
memenuhi persyaratan SNI yang telah dijelaskan pada Bab II. Untuk item
pekerjaan bekisting ini mengacu pada Gambar 3.30.(a) dan Gambar
3.30.(b).

Gambar 4.6. Pekerjaan Bekisting


( Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019 )
4.2.5 Pekerjaan Pengecoran
Sesuai syarat teknis pekerjaan pengecoran yang dijelaskan pada Bab 2
yaitu pada SNI-03-2857-2002, menjelaskan bahwa sebelum melakukan
pengeceron terlebih dahulu harus membuat rencana campuran beton, dengan
melakukan serangkain test seperti slump cone test dan uji kekuatan tekan
beton untuk mengetahui mutu dan campuran beton yang sesuai. Sedangkan
pada proyek ini tidak diadakan uji slump. Pada bab sebelumnya dijelaskan
juga tentang syarat mutu beton untuk kolom (sni 8140: 2016)bahwa kekuatan
karakteristik beton untuk bangunan struktur gedung adalah f’c = 17 Mpa
sedangkan mutu beton pekerjaan kolom yang digunakan dilapangan adalah
K-225 (f’c = 19,3 Mpa) hal ini sudah memenuhi persyaratan. Untuk rencana
campuran K-225 pada pembangunan gedung ini mengacu pada SNI 7394-
2008 dapat dilihat pada Bab 2 yaitu pada point 2.2persyaratan campuran job
mix formula K-225.

Adapun Tahap pelaksanaan dan pengendalian pekerjaan pengecoran


pada proyek ini yaitu sebagai berikut:

a. Mempersiapkan bahan –bahan yang akan digunakan untuk pengecoran


seperti,semen, pasir, serta air dan juga peralatan yang akan digunakan
untuk pengecoran .
b. Membuat adukan/pasta dengan bantuan molen(mixer) dengan
perbandingan 1 zak semen, 3 box pasir, 4 box kerikil dan air 5,5 box
Bahan adukan dimasukan dalam tabung mixer dengan urutan masukan
pasir, semen portland, ketiga split dan biarkan tercampur kering dahulu
dan kemudian baru ditambahkan air secukupnya.
c. Setelah adukan benar-benar tercampur sempurna kurang lebih selama 4-10
menit tabung molen (mixer) dibalikan dan di tuangkan di atas gerobak
arko.
d. Hasil dari adukan beton dimasukan atau dituang kedalam cetakan beton
kolom dengan bantuan sendok spesi/cetong dan dilakukan bertahap sedikit
demi sedikit agar tidak ada ruangan yang kosong dan kerikil atau split
yang berukuran kecil sampai yang besar dapat dimasukan kecelah-celah
tulangan.

Berdasarkankan pernyataan diatas bahwa pada pekerjaan pengecoran


pada proyek ini sudah memenuhi persyarata SNI yang telah di jelaskan pada
Bab II. Item pekerjaan ini mengacu pada Gambar 4.7

Gambar 4.7. Pengecoran Kolom


( Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019 )

4.2.6 Pekerjaan Pembongkaran Bekisting


Berdasarkan persyaratan teknis yang dijelaskan pada bab II sesuai SNI
bahwa pembongkaran bekisting kolom paling sedikit membutuhkan waktu
tiga hari setelah pengecoran dapat dilakukan pembongkaran bekisting, tetapi
hal ini tidak diharuskan. Pelaksana dapat menunda pembongkaran sampai
mencapai kekuatan beton mencukupi. Dalam hal ini pelaksana bertanggung
jawab penuh apabila sampai terjadi kerusakan atau cacat beton yang
disebabkan oleh pembongkaran bekisting sewaktu beton masih belum cukup
umur, ataupun pembongkaran bekisting terlalu cepat sebelum waktunya.
Pada proyek pembangunan renovasi gedung utamapolres kendari
pembongaran bekisting dilakukan ketika umur beton mencapai 2 hari atau
paling lama 3 hari tergantung keadaan cuaca. Jika cuaca panas maka
pembongkaran dilakukan bisa lebih cepat 2 hari bekisting sudah dapat di
bongkar pada saat beton diperkirakan sudah berbentuk dengan baik, maka
bekisting kolom langsung dibongkar dengan cara membongkar salah satu sisi
bekisting, bekisting yang telah dibongkar di olesi oli kembali agar dapat
digunakan untuk pekerjaan selanjutnya. Adapun peralatan yang dibutuhkan
dalam pembongkaran bekisiting kolom ini adalah linggis, palu dan alat bantu
lainnya. Pekerjaan ini di lakukan oleh dua orang atau lebih.
Berdasarkan pernyataan diatas pekerjaan pembongkaran bekisting pada
proyek ini belum sesuai dengan yang diisyaratkan SNI karena
pembongakaran dilakukan lebih cepat dari yang diisyaratkan. Untuk gambar
pembongkaran bekisitng kolom mengacu pada Gambar 4.8.

Gambar 4.8. Pembokaran Bekisting


( Sumber : Dokumentasi Lapangan 2019 )
4.2.7 Pekerjaan Perawatan Beton
Menurut syarat teknis yeng telah dijelaskan pada Bab II sebelumnya
bahwa untuk pekerjaan perawatan beton harus harus membasahi permukaan
beton secara berkala dengan air supaya selalu lembab selama perawatan (bisa
dengan sistem sprinkler supaya praktis) selama 7 (tujuh) hari setelah
pengecoran. Sedangkan pada proyek pembangunan renovasigedung utama
polres kendari perawatan beton dilakukan secara berkala selama 7 hari.

Berdasarkan pernyataan diatas bahwa pekerjaan perawatan beton pada


proyek ini sesuai dengan SNI.

4.3.Analisa Perhitungan Plat Lantai


4.3.1 Analisa Perhitungan Volume Pembesian Plat Lantai 2 Tebal 12 cm
Adapun analisa perhitungan volume pembesian Plat Lantai mengacu
pada Gambar 3.19.(a), untuk perhitungan selanjutnya yakni sebagai berikut.
Diketahui :
Tebal plat = 0,12 m
4.4. Analisa Perhitungan Kolom
4.4.1 Analisa Perhitungan Volume Beton Kolom Type K130 x 30 cm

Adapun analisa perhitungan Beton yang di gunakan pada


pekerjaan kolom yaitu dengan mengalikan lebar kolom, tinggi kolom,
panjang kolom dan jumlah kolom. Dalam perhitungan ini mengacu
padaGambar 4.5.b dan Gambar 4.5.c. , untuk perhitungan selanjutnya
yakni sebagai berikut.
Diketahui :
Jumlah = 6 unit
Luas (AutoCAd) = 0,0900 m2
Tinggi = 6,45 m
Analisa :
Volume Beton =0,0900 x 6,45 x 6 unit
= 3,48m3
Jadi volume beton pada kolom type K1 adalah 3,48 m3
4.4.2 Analisa perhitungan Volume Tulangan Kolom Type 1 (K1)30 x
30 cm

Adapun analisa perhitungan volume pembesian kolom yaitu


dengan cara mengalikan tinggi kolom, jumlah besi, jumlah kolom
dan berat besi. Dalam perhitungan ini mengacu padaGambar 4.5.b
dan Gambar 4.5.c., untuk perhitungan selanjutnya yakni sebagai
berikut.
Diketahui :
Jumlah kolom = 6 unit
Jumlah Besi = 8 batang
Panjang besi pasangan = 6,45 m
Diameter Besi = 13 mm
Analisa : Besi D 13 mm Tulangan Utama
Rumus = tinggi x jumlah x jumlah kolom
= 6,45 x 8 x 6
= 309,6
Koefisien besi D13
= d2 x Massa Jenis Besi
= 132 x 0,006165
= 1,041885
Volume besi D13 Tulangan Utama
= panjang total x berat kg/M1
= 309,6 x 1,041885
= 322,56 kg
Jadi volume besi tulangan utama adalah 322,56 kg
4.4.3 Perhitungan Volume Tulangan Sengkang Kolom Type 1 (K1) 30 x
30 cm

Adapun analisa perhitungan volume pembesian kolom yaitu


dengan cara mengalikan tinggi kolom, jumlah besi, jumlah kolom dan
berat besi. Dalam perhitungan ini mengacu padaGambar 4.5.b dan
Gambar 4.5.c., untuk perhitungan selanjutnya yakni sebagai berikut.
Diketahui :
Jumlah kolom K1 = 6 unit
Panjang Besi Pasangan = 6,45 m
Total Panjang = 6 x 6,45
= 38,70 m
Panjang Besi Sengkang = 1,05 m
Jarak Besi = 0.15 m
Diameter Besi = 8 mm
Jumlah Begel = 38,70 / 0,15
= 258 buah

Analisa : Besi Ǿ8mm beugel


Rumus = panjang x jumlah (panjang/jarak) x jumlah
kolom
= 1,05 x 258 x 6
= 270,9
Koefisien Besi D8
= d2 x Massa Jenis Besi
= 82 x 0,006165
= 0,39
Volume besi Ǿ8mm beugel
= 270,9 x 0,39
= 106,88 kg
Jadi volume tulangan sengkang kolom adalah 106,88 kg
4.4.4 Perhitungan Volume Bekisting Kolom Type K1 30 x 30 cm

Adapun analisa perhitungan volume bekisting kolom pada type


ini yaitu dengan cara mengalikan panjang total kolom, tinggi dan jumlah.
Dalam perhitungan ini mengacu padaGambar 4.5.b dan Gambar 4.5.c.,
untuk perhitungan selanjutnya yakni sebagai berikut.
Diketahui :
Jumlah kolom = 6 unit
Tinggi kolom = 6,45 m
Luas = 0,3 m
Jumlah sisi =4
Kali pakai =3
Analisa : Volume Bekisting
= tinggi x luas x jumlah kolom x jumlah sisi / Kali Pakai
= 6,45 x 0,3 x 6 x 4 / 3
= 15,48 m2
Jadi volume bekisting pada KolomType K1 30 x 30 cm adalah 15,48m2
4.4 Rencana Anggara Biaya

HARGA SATUAN JUMLAH HARGA


NO URAIAN PEKERJAAN VOL. SAT.
(Rp) (Rp)
Pek. Beton Kolom (K1) 30/30
1. Lantai 1
Cor Beton K. 225 3,483 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 4.708.746,94
Besi Beton 429,45 Kg Rp 23.372,03 Rp 10.037.207,29
Bekisting Kolom 15,48 m2 Rp 301.185,00 Rp 4.662.343,80
Sub Jumlah Rp 19.408.298,03

Pek. Beton Kolom (K2)


2. Diameter 35/35 Lantai 1
Cor Beton K. 225 3,761 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 5.085.149,27
Besi Beton 626,35 Kg Rp 23.372,03 Rp 14.639.026,20
Bekisting Kolom 21,31 m2 Rp 301.185,00 Rp 6.418.101,76
Sub Jumlah Rp 26.142.277,23

Pek. Beton Kolom (K3) 35/35


3. Lantai 1
Cor Beton K. 225 31,605 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 42.727.518,51
Besi Beton 4132,94 Kg Rp 23.372,03 Rp 96.595.108,94
Bekisting Kolom 120,40 m2 Rp 301.185,00 Rp 36.262.674,00
Sub Jumlah Rp 175.585.301,46

Pek. Beton Kolom (KP) 13/13


4. Lantai 1
Cor Beton K. 225 2,163 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 2.924.479,29
Besi Beton 606,04 Kg Rp 23.372,03 Rp 14.164.479,26
Bekisting Kolom 16,64 m2 Rp 301.185,00 Rp 5.011.718,40
Sub Jumlah Rp 22.100.676,95
Pek. Beton Kolom (K1) 30/30
5. Lantai 2
Cor Beton K. 225 16,560 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 22.387.840,74
Besi Beton 2708,26 Kg Rp 23.372,03 Rp 63.297.516,69
Bekisting Kolom 73,60 m2 Rp 301.185,00 Rp 22.167.216,00
Sub Jumlah Rp 107.852.573,43
Pek. Beton Kolom (KP) 13/13
6. Lantai 2
Cor Beton K. 225 1,974 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 2.668.587,35
Besi Beton 553,02 Kg Rp 23.372,03 Rp 12.925.087,32
Bekisting Kolom 15,18 m2 Rp 301.185,00 Rp 4.573.193,04
Sub Jumlah Rp 20.166.867,72
Pek. Beton Kolom (KP) 13/13
7. Top Floor
Cor Beton K. 225 0,575 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 776.814,81
Besi Beton 160,980 Kg Rp 23.372,03 Rp 3.762.439,80
Bekisting Kolom 5,893 m2 Rp 301.185,00 Rp 1.774.983,60
Sub Jumlah Rp 6.314.238,22
Pek. Beton Kolom 20/20
8. Tangga Utama
Cor Beton K. 225 0,368 m3 Rp 1.351.922,75 Rp 497.507,57
Besi Beton 141,57 Kg Rp 23.372,03 Rp 3.308.733,83
Bekisting Kolom 3,68 m2 Rp 301.185,00 Rp 1.108.360,80
Sub Jumlah Rp 4.914.602,20
BAB V

KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari perbandingan metode pelaksanaan Pekerjaan Sloof dan kolom


sesuai SNI–03–2847-2002, SNI–03–2847-2013 dan yang terjadi di lapangan yakni
sebagai berikut :

1. Permasalahan yang timbul pada proses pelaksanaan pekerjaan kolom yaitu


penggunaan bekisting beberapa kali melebihi yang diisyaratkan oleh Standar
Nasional Indonesia menyebabkan kebocoran pada saat pengecoran.
Sedangkan masalah yang timbul pada proses pekerjaan pengecoran Plat
Lantai adalah ada beberapa Penggunaan Bakesting yang tidak sesuai SNI
sehingga pada saat pengecoran, baketing terlepas sehingga mengalami
ambruk tetapi hanya di beberapa bagian saja
2. Pada SNI-03-2847-2002 mensyaratkan bahwa air yang digunakan pada
campuran beton harus bersih dan bebas dari bahan - bahan merusak
yang mengandung oli, asam, alkali, garam, bahan organik, atau bahan-bahan
lainnya yang merugikan terhadap beton atau tulangan, sedangkan pada
proyek pembangunan gedung baru Bapelkes air yang di gunakan
mengandung minyak karena air yang digunakan berasal dari air kali
sekitaran lokasi proyek.
3. Pada SNI-03-2847-2013 menetapkan bahwa Pembongkaran bekisting pada
pekerjaan struktur dilakukan minimal 3 (tiga) hari setelah pekerjaan
pengecoran dilakukan, sedangkan pada proyek pembangunan Gedung Utama
Polres Kendari pembongkaran bekisting dilakukan minimal 2 (dua) hari
maksimal 3 hari setelah pengecoran dilakukan tergantung keadaan cuaca.
4. Pada SNI-03-2847-2002 mensyaratkan bahwa perawatan beton dilakukan 7
hari untuk beton normal dan 3 hari untuk beton kuat tekan awal tinggi,
adapun metode perawatan beton yakni dengan membasahi permukaan beton
secara berkala dengan air supaya selalu lembab selama perawatan hal telah
di jelaskan pada Bab II sebelumnya. Sedangkan pada Proyek Pembangunan
Gedung Utama Polres Kendari tidak dilakukan perawatan beton.
5. Berdasarkan pengamatan saya di lapangan bahwa penggunaan air pada
pencampuran beton pada Proyek Pembangunan Gedung Utama Polres
Kendari belum memenuhi standarisasi yang berlaku.
6. Dari perbandingan metode pelaksanaan berdasarkan standarisasi (SNI-03-
2847-2002 dan SNI 03-2847-2013) dan yang terjadi di lapangan, pada
proyek ini pada item pekerjaan pembongkaran bekisting dan perawatan
beton belum memenuhi standarisasi yang berlaku.

5.2 Saran

Dari perbandingan metode SNI-03-2847-2002, SNI-03-2847-2013 dan yang


terjadi dilapangan diberikan saran untuk pengembangan lebih lanjut dalam
penulisan laporan ini, saran tersebut yakni sebagai berikut :

1. Laporan ini membandingkan metode sesuai SNI-03-2847-2002, SNI-03-


2847-2013 dan yang terjadi dilapangan untuk metode pelaksanaan pekerjaan
struktur gedung. Disarankan untuk metode pelaksanaan pekerjaan plat lantai
dan kolom membandingkan antara metode sesuai ACI (American Civil
Institute) dan yang terjadi di lapangan.
2. Proses dan metode pelaksanaan selama pekerjaan di lapangan sebaiknya
diikuti, diperhatikan, dan diawasi dengan baik dan teliti.
3. Pekerjaan pembongkaran bekisting dan perawatan beton belum sesuai
dengan standarisasi yeng berlaku, karena sesuai SNI mensyaratkan
pembongkaran bekisting minimal 3 hari setelah pengecoran di lakukan
sedangkan yang terjadi di lapangan pembongkaran bekisting dilakukan
minimal 2 hari maksimal 3 hari. Pekerjaan perawatan beton sesuai SNI
mensyaratkan dilakukan 7 hari untuk beton normal sedangkan yang terjadi di
lapangan sama sekali tidak dilakukan perawatan beton. Disarankan
mahasiswa memilih lokasi proyek didalamnya mencakup pekerjaan
konstruksi yang lengkap sesuai dengan materi perkuliahan atau sesuai
standarisasi yang berlaku di Indonesia.
L

N
Gambar .Detail Penulangan Plat Beton
( Sumber : Dokumen Proyek 2019 )
Gambar Detail Kolom K1 Tumpuan
( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar Detail Kolom K1 Lapangan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )
Gambar Detail Kolom K2 Tumpuan
( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar Detail Kolom K2 Lapagan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )
Gambar Detail Kolom K3 Tumpuan
( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar Detail Kolom K3 Lapagan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )
Gambar .Detail Kolom KP Tumpuan
( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Gambar Detail Kolom KP Lapagan


( Sumber : Dokument Proyek 2019 )

Anda mungkin juga menyukai