Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sectio caesarea merupakan lahirnya janin melalui insisi di dinding

abdomen (laparatomi) dan dinding uterus (histerektomi) dengan berat janin di

atas 500gram (Sumelung, 2014). Kehamilan yang disarankan untuk sectio

caesarea salah satunya adalah kehamilan letak sungsang, sebab bila

dipaksakan pervaginam dapat mengakibatkan patah tulang punggung atas dan

radang otak (Wikdjosastro, 2000). Kehamilan letak sungsang merupakan

keadaan janin terletak memanjang dengan kepala di fundus uteri dan bokong

berada di bagian bawah kavum uteri (Sarwono, 2008). Kehamilan letak

sungsang meningkatkan resiko kematian neonatal dibandingkan dengan

kehamilan normal (Hannah, 2010). Penelitian term breech trial (2007)

menyatakan sectio caesaea lebih banyak disarankan dari pada persalinan

pervaginam karena menurunkan resiko kematian perinatal dibandingkan

persalinan pervaginam (Hannah, 2010). Prosedur sectio caesarea

mempengaruhi masa nifas ibu, dimana perawatan ibu nifas dengan sectio

caesarea dan pervaginam akan berbeda dalam penanganan resiko infeksi,

perdarahan serta dampak anasthesia yang ditimbulkan (Syaifuddin et.al,

2006). Sectio caesaea akan menimbulkan luka pada dinding perut ibu yang

menyebabkan nyeri dan beresiko terhadap terjadinya infeksi, jadi sangat perlu

dipantau proses penyembuhan luka, kebanyakan dari masyarakat masih

mempunyai kekhawatiran jika melakukan mobilitas sendiri dan makan-

1
2

makanan yang mengandung protein seperti telur, ikan, daging pasca operasi

karena menurut mereka mempengaruhi luka operasi juga akan menyebabkan

luka jahitan menjadi gatal dan luka akan lama sembuhnya (Iskandar, 2010).

Sectio caesarea terus meningkat di seluruh dunia, khususnya di negara-

negara berpenghasilan menengah dan tinggi, serta telah menjadi masalah

kesehatan masyarakat yang utama dan kontroversial (Torloni, et al, 2014).

Menurut World Health Organization (2014), angka kejadian sectio caesarea

sebanyak 16% dari persalinan normal, angka ini melebihi batas yang

direkomendasikan yaitu 5 – 15% (Suryati, 2014). Di Parkland Hospital

Amerika Serikat angka kejadian letak sungsang sebanyak 3,5% dari 136.256

persalinan tunggal (WHO, 2013). RISKESDAS (2013), menyatakan tingkat

persalinan sectio caesarea di Indonesia sebanyak 10%, Jawa Timur sebanyak

20% dimana angka ini melebihi batas maksimal standart WHO (Mulyani,

2013). Rekam medis RSUD Sidoarjo (2013), menyatakan angka kejadian

sectio caesarea sebanyak 17,1% dari seluruh persalinan.Supartini (2012),

menyebutkan angka kejadian letak sungsang sebanyak 76 kasus (5%) dari

1356 ibu bersalin di RSUD dr.M.Soewandhie Surabaya pada tahun

2010.Gambaran adanya faktor resiko ibu saat melahirkan atau di operasi

caesarea adalah 13,4% karena kelainan letak janin 4,25% (RISKESDAS,

2012). Data post sectio caesarea dengan indikasi letak sungsang di RSUD dr

SOEDOMO Trenggalek sebanyak ....... pasien.

Penyebab letak sungsang meliputi prematuritas, air ketuban masih

banyak dan plasenta previa menyebabkan masalah pada janin berupa prolaps

tali pusat sehingga aliran darah ke janin berkurang dan masalah saat
3

persalinan pervaginam yaitu kepala janin bisa tersangkut yang

mengakibatkan distress pada janin (Hidayat, 2007). Letak sungsang

memerlukan tindakansectio caesaria karena mengancam keselamatan ibu dan

bayi, apalagi ibu hamil dengan letak sungsang yang memiliki indikasi belum

pernah sectio caesaria, kehamilan sudah cukup bulan dan taksiran berat janin

besar (Annisa, 2011). Sectio caesarea merupakan tindakan yang beresiko,

dampak yang ditimbulkan antara lain berupa perdarahan, infeksi, anasthesia,

emboli paru-paru, dan kegagalan ginjal akibat hipotensi yang lama (Reeder,

2011). Sectio caesarea merupakan tindakan pembedahan dimana terdapat

luka insisi, sebelum sembuh luka insisi melewati 3 tahap meliputi fase

inflamasi, fase poliferasi, dan fase maturasi (Potter&Perry, 2005). Luka sectio

caesarea merupakan luka yang dapat sembuh dan juga beresiko terjadi infeksi

(Manuaba, 2008). Journal of the American Medical Asosiation menyatakan

bahwa wanita yang menjalani sectio caesarea meningkatkan resiko

perdarahan atau infeksi apabila tidak diperhatikan fase penyembuhan pasca

operasi (Kauffman, 2012). Pasien yang menjalani persalinan dengan metode

sectio caesarea biasanya merasakan berbagai ketidaknyamanan seperti rasa

nyeri dari insisi abdominal dan efek samping dari anastesi (Reeder,

2011).Peristaltik usus bergerak dengan gejala mules, perut kembung dan

flatus pada hari kedua post operasi. Pasca sectio caesaria menyebabkan ibu

tidak dapat melakukan mobilitas sendiri, karena itu perawatan ibu setalah

operasi sectio caesaria sangat penting untuk mempercepat proses

penyembuhan luka maupun komplikasi lain (Annisa, 2011).


4

Perawat perlu memperhatikan tindakan keperawatan yang dilakukan

yaitu mobilisasi bertahap, menghilangkan nyeri, mencegah resiko perdarahan

dan resiko infeksi (Kurniadi, 2014). Grace (2007) menyebutkan perawatan

ibu post sectio caesarea dibagi menjadi 2 yaitu farmakologis dan non-

farmakologis. Farmakologis meliputi pemberian antibiotik, analgesik dan

obat untuk merangsang peristaltik usus (Kasdu, 2012). Non farmakologis

meliputi edukasi dalam melakukan mobilisasi seperti miring kanan dan kiri

sampai dengan duduk di tempat tidur dan berjalan pelan-pelan (Hidayah,

2009). Post sectio caesaria memerlukan perhatian perawatan diantaranya ibu

tidak boleh minum sampai rasa mual hilang sama sekali, ibu boleh minum

sedikit-sedikit setelah rasa mual hilang, jika sudah flatus dapat diberi

makanan lunak bergizi dan secara bertahap menjadi makanan biasa karena

pada pasca operasi kerja peristalik usus menurun (Nasrullah, 2014). Perawat

berperan penting dalam perawatan ibu post sectio caesarea, maka penulis

tertarik untuk mengambil studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan

pada pasien Pos tsectio caesaria dengan Indikasi Letak Sungsangdi Ruang

Sakura RSUD dr.Soedomo Trenggalek”.

1.2 Batasan Masalah

Batasan masalah pada studi kasus ini merupakan asuhan keperawatan pada

pasien post sectio caesarea 8 jam dengan indikasi letak sungsang di RSUD dr.

Soedomo Trenggalek.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, penulis merumuskan masalah sebagai

berikut : “Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Sectio


5

Caesarea dengan Indikasi Letak Sungsangdi Ruang Sakura RSUD

dr.Soedomo Trenggalek ?”.


1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien postsectio

caesarea dengan indikasi letak sungsang di ruang Sakura RSUD

dr.Soedomo Trenggalek.
1.4.2 Tujuan Khusus
Agar mahasiswa mampu melakukan :
1) Pengkajian dan interpretasi data prioritas pada pasien postsectio

caesarea dengan indikasi letak sungsang di ruang Sakura RSUD

dr.Soedomo Trenggalek.
2) Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien postsectio caesarea

dengan indikasi letak sungsangdi ruang Sakura RSUD dr.Soedomo

Trenggalek.
3) Mengidentifikasi rencana tindakan keperawatan maternitas pada

pasien post sectio caesarea dengan indikasi letak sungsangdi ruang

Sakura RSUD dr.Soedomo Trenggalek.


4) Melaksanakan tindakan yang tepat pada pasien post sectio caesarea

dengan indikasi letak sungsangdi ruang Sakura RSUD dr.Soedomo

Trenggalek.
5) Mengevaluasi tindakan pada pasien postsectio caesarea dengan

indikasi letak sungsangdi ruang Sakura RSUD dr.Soedomo

Trenggalek.
6) Menganalisa asuhan keperawatan pada pasien postsectio caesarea

dengan indikasi letak sungsangdi ruang Sakura RSUD dr.Soedomo

Trenggalek.
1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Praktis

1) Bagi RSUD dr. Soedomo Trenggalek.


6

Sebagai bahan masukan dalam peningkatan kualitas

pelayanan pada post natal care serta memberikan pelayanan dan

perawatan pada ibu nifas post operasi sectio caesarea dengan

indikasi letak sungsang secara optimal dalam rangka

meningkatkan kesehatan ibu dan anak.


2) Bagi Peneliti
Merupakan pengalaman berharga dan sarana melatih diri

menganalisa dan memecahkan masalah dalam metode ilmiah sesuai

dengan ilmu pengetahuan yang telah peneliti peroleh.

3) Bagi Pasien

Hasil penelitian ini dapat memberi informasi atau masukan

dan motivasi untuk kesembuhan klien.


1.5.1 Manfaat Teoritis

1) Manfaat bagi Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan menjadi sumber informasi dan

memperkaya khasanah ilmu acuan bagi peneliti selanjutnya dengan

variabel yang berbeda.

2) Manfaat bagi Institusi


Sebagai dokumen dan bahan bacaan serta bahan referensi

untuk menambah wawasan mahasiswa Program Diploma

Keperawatan.

Anda mungkin juga menyukai