MOTOR BAKAR
KAJIAN TEORITIS
PERFORMANSI MESIN – NON STATIONER (MOBILE)
BERTEKNOLOGI VVT-i DAN NON VVT-i
OLEH :
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Yang Maha Esa atas Berkah dan
Departemen Teknik Mesin. Adapun judul Skripsi ini adalah “Kajian Teoritis
Performansi Mesin –Non Stationer (mobile) Berteknologi VVT-i dan Non VVT-i ”.
Dalam penyelesaian Skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan yang
diberikan oleh berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
1. Bapak Dr. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri, selaku Ketua Departemen Teknik
2. Bapak Tulus B. Sitorus, ST. MT, selaku Wakil Ketua Jurusan Departemen
5. Kedua orang tua penulis, atas doa, dukungan materi maupun spritiual
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
Penulis menyadari masih adanya kekurangan dalam Skripsi ini. Oleh karena itu,
sangat diharapkan saran dan kritik yang membangun untuk penyempurnaan Skripsi ini.
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
Kesimpulan ................................................................................................. 58
Saran........................................................................................................... 59
LAMPIRAN
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar D.1 Catalytic Converter tipe Pellet dan tipe Ceramic Monolith ...................... 69
Gambar D.2 Proses Penyaringan Gas Buang ............................................................... 70
Gambar D.3 Skema Catalytic Converter...................................................................... 70
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar D.4 Letak Catalytic Converter ....................................................................... 71
DAFTAR TABEL
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR NOTASI
= rasio kompresi
= efisiensi pembakaran
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
= konsumsi bahan bakar spesifik (gr/kW-h)
= efisiensi thermal
= efisiensi mekanis
= efisiensi volumetrik
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
VVT-i merupakan salah satu aplikasi teknologi informasi pada industri otomotif
khususnya dalam hal penyempurnaan performansi mesin. VVT-i adalah teknologi
pengaturan katup pembakaran.
Perbedaan mendasar yang dimiliki oleh sistem VVT-i adalah perputaran intake
cam tidak perlu sama persis dengan perputaran mesin. Pada mobil tanpa system VVT-i,
intake cam hanya mempunyai satu pola bukaan katup sehingga membuat mesin tidak
dapat memaksimalkan tenaga mesin pada saat tenaga besar dibutuhkan dan tidak dapat
meminimalkan bahan bakar yang dipergunakan ketika tenaga yang dibutuhkan tidak
besar.
Dari paparan diatas tujuannya cuma satu, yaitu mendapatkan power dan torsi yang
optimal di semua kondisi dan beban kerja dengan tetap irit bahan bakar.
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
kendaraan agar memiliki mobil dengan mesin yang bertenaga namun tetap irit
bahan bakar dan ramah lingkungan telah menjadi pemicu timbulnya teknologi baru
yang dikenal dengan nama Variable Valve Timing-Intelligent atau lebih dikenal
pemasukan bahan bakar (intake) secara elektronik baik dalam hal waktu maupun
ukuran buka tutup katup sesuai dengan besar putaran mesin sehingga menghasilkan
Cara kerjanya cukup sederhana. Untuk menghitung waktu buka tutup katup
(valve timing) yang optimal, ECU (Electronic Control Unit) menyesuaikan dengan
kecepatan mesin, volume udara masuk dan temperatur air. Agar target valve timing
selalu tercapai, sensor posisi chamshaft atau crankshaft memberikan sinyal sebagai
respon koreksi.
Mudahnya sistem VVT-i akan terus mengoreksi valve timing atau jalur keluar
masuk bahan bakar dan udara. Disesuaikan dengan pijakan pedal gas dan beban
yang ditanggung demi menghasilkan torsi optimal di setiap putaran dan menghemat
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
1.2. Batasan Masalah
Mengingat begitu luasnya cakupan mesin bensin, maka masalah yang akan dibahas
dalam Skripsi ini adalah perbandingan performansi antara mesin bensin yang
a. Daya
c. Kontrol VVT-i
d. Catalytic Converter
a. Tujuan umum
b. Tujuan khusus
Adapun metode yang digunakan dalam penulisan Skripsi ini adalah sebagai berikut:
a. Studi literatur
Metode ini digunakan untuk memperoleh dasar penulisan dan referensi dalam
penyusunan Skripsi.
b. Survei
Medan.
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
c. Metode bimbingan
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Apabila meninjau mesin apa saja, pada umumnya adalah suatu pesawat yang dapat
merubah bentuk energi tertentu menjadi kerja mekanik. Misalnya, mesin listrik,
merupakan mesin yang kerja mekaniknya diperoleh dari sumber listrik. Sedangkan
mesin gas atau mesin bensin adalah mesin yang kerja mekaniknya diperoleh dari
Mesin bensin dikategorikan sebagai mesin kalor. Yang dimaksud dengan mesin
kalor disini adalah mesin yang menggunakan sumber energi termal untuk menghasilkan
kerja mekanik, atau mesin yang dapat merubah energi termal menjadi kerja mekanik.
Selanjutnya jika ditinjau dari cara memperoleh sumber energi termal, jenis mesin
kalor dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu, mesin pembakaran luar (external
combustion engine) dan mesin pembakaran dalam (internal combustion engine). Yang
dimaksud dengan mesin pembakaran luar adalah mesin dimana proses pembakaran
terjadi di luar mesin, energi termal dari hasil pembakaran dipindahkan ke fluida kerja
mesin melalui beberapa dinding pemisah. Contohnya adalah mesin uap. Sedangkan
yang dimaksud dengan mesin pembakaran dalam, adalah mesin dimana proses
pembakaran berlangsung didalam mesin itu sendiri, sehingga gas pembakaran yang
terjadi sekaligus berfungsi sebagai fluida kerja. Mesin pembakaran dalam ini umumnya
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
dikenal dengan sebutan motor bakar. Contoh dari mesin kalor pembakaran dalam ini
Selanjutnya jenis motor bakar torak itu sendiri terdiri dari dua bagian utama yaitu,
mesin bensin atau motor bensin dikenal dengan mesin Otto atau mesin Beau Des
Perbedaan pokok antara kedua mesin ini adalah pada sistem penyalaannya. Pada
mesin bensin penyalaan bahan bakar dilakukan oleh percikan bunga api listrik dari
antara kedua elektroda busi. Oleh sebab itu mesin bensin dikenal juga dengan sebutan
Didalam mesin diesel, penyalaan bahan bakar terjadi dengan sendirinya, oleh
karena itu bahan bakar disemprotkan ke dalam ruang bakar yang berisi udara yang
bertekanan dan bersuhu tinggi. Bahan bakar itu terbakar dengan sendirinya oleh udara
yang mengandung O2 bersuhu melampaui suhu titik nyala (flash point) dari bahan
bakar. Mesin diesel ini dikenal juga dengan sebutan Compression Ignition Engine.
Motor bensin bekerja dengan gerakan torak bolak balik (bergerak naik turun pada
motor tegak). Motor bensin bekerja menurut prinsip 4 langkah (tak) dan 2 langkah (tak).
Yang dimaksud dengan istilah “langkah” disini adalah perjalanan torak dari satu titik
Langkah hisap
Torak begerak ke bawah, katup masuk membuka, katup buang tertutup, terjadilah
kevakuman pada waktu torak bergerak ke bawah, campuran bahan bakar udara mengalir
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
ke dalam silinder melalui lubang katup masuk, campuran bahan bakar udara datang dari
karburator.
Langkah kompresi
Setelah mencapai titik mati bawah, torak bergerak kembali menuju titik mati atas,
sembari saat itu katup hisap dan katup buang dalam keadaan tertutup. Dengan demikian
campuran bahan bakar dan udara yang berada di dalam silinder tadi ditekan dan
dimampatkan oleh torak yang bergerak ke titik mati atas. Akibatnya, tekanan dan suhu
dalam silinder naik sehingga sangat mudah bagi bahan bakar untuk terbakar.
Langkah kerja
Pada saat torak hampir mencapai titik mati atas, campuran bahan bakar dan udara
dinyalakan, maka terjadilah ledakan atau proses pembakaran yang mengakibatkan suhu
dan tekanan naik dengan cepat. Di lain pihak torak tetap meneruskan perjalanannya
menuju titik mati atas, ini berarti ruang bakar atau silinder semakin menyempit sehingga
suhu dan tekanan gas di dalam silinder semakin bertambah tinggi lagi. Akhirnya torak
mencapai posisi titik mati atas, dan pada kondisi ini gas pembakaran mampu untuk
mendorong torak kembali dari posisi titik mati atas ke posisi titik mati bawah dengan
tetap katup hisap dan katup buang dalam tertutup. Pada langkah ini volume gas
pembakaran di dalam silinder bertambah besar oleh karena itu tekanannya turun.
Langkah buang
Kemudian pada saat torak mencapai posisi titik mati bawah, katup buang terbuka
dan katup hisap tetap tertutup. Torak kembali ke titik mati atas dan mendesak gas
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
Langkah hisap Langkah kompresi Langkah kerja Langkah buang
Agar dapat lebih mudah memahami diagram p – v motor bakar torak, maka
dilakukan terlebih dahulu idealisasi. Proses yang terjadi sebenarnya berbeda dengan
proses ideal.
a. Fluida kerja dalam silinder adalah udara, dianggap gas ideal dengan konstanta kalor
yang konstan.
d. Pada akhir proses ekspansi, yaitu pada saat torak mencapai Titik Mati Bawah, fluida
kerja didinginkan sehingga tekanan dan temperatur turun mencapai tekanan dan
temperatur atmosfer.
e. Tekanan fluida kerja di dalam silinder selama langkah buang dan langkah isap adalah
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
Temperatur, T
Tekanan, P
TMA TMB
Volume spesifik, v Entropy, s
Gambar 2.2. Diagram P – v dan T – s siklus Otto
(sumber: Lit. 1, hal.75)
a. Proses 0 – 1 (Langkah Hisap) : Menghisap udara pada tekanan konstan, katup masuk
terbuka dan katup buang tertutup. campuran bahan bakar udara mengalir ke dalam
dan udara yang berada di dalam silinder tadi ditekan dan dimampatkan oleh torak
yang bergerak ke titik mati atas (TMA). Akibatnya, tekanan dan suhu dalam silinder
1
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.74
2
ibid, hal.78
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
[3]
Dimana :
3
lit. John B Heywood, Internal Combustion Engines Fundamentals, McGraw-Hill inc, hal.43
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
= rasio kompresi
dan
dimana:
= efisiensi pembakaran
4
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.75
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
[5]
Kerja ekspansi dari titik 3 ke titk 4 dari siklus Otto juga merupakan proses isentropis,
dimana :
= kerja (kJ)
5
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal. 76
6
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal. 76
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
dimana:
= efisiensi thermal
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
Gambar 2.3 adalah gambar siklus aktual dari mesin Otto. Fluida kerjanya adalah
campuran bahan bakar – udara, jadi ada proses pembakaran untuk sumber panas. Pada
langkah hisap, tekanannya lebih rendah dibandingkan dengan langkah buang. Proses
pembakaran dimulai dari penyalaan busi (ignition) sampai akhir pembakaran. Proses
kompresi dan ekspasi tidak adiabatis, karena terdapat kerugian panas yang keluar ruang
bakar.
Selama siklus berlangsung, temperatur dan tekanannya selalu berubah – ubah. Oleh
karena itu sebaiknya dicari harga tekanan tertentu (konstan) yang apabila mendorong
torak sepanjang langkahnya dapat menghasilkan kerja persiklus yang sama dengan
siklus yang dianalisis. Tekanan tersebut dinamai “tekanan efektif rata – rata”, ,
[7]
dimana:
7
lit. Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro, Termodinamika Teknik 2, Erlangga, hal. 57
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
Merupakan daya yang dihasilkan dalam silinder motor sehingga merupakan basis
perhitungan atau penentuan efisiensi pembakaran atau besarnya laju panas akibat
[8]
dimana :
Daya yang dihasilkan suatu mesin pada poros keluarannya disebut sebagai daya poros
(atau biasa dikenal dengan brake horse power) yang dihitung berdasarkan rumusan:
[9]
dimana:
seperti yang telah diketahui, dari sejumlah gaya yang dihasilkan mesin, maka
8
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal. 51
9
ibid
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
mesin yang bergerak, sebagian lagi dipakai untuk mengisap udara dan bahan bakar
Konsumsi bahan bakar didefenisikan sebagai jumlah bahan bakar yang dikonsumsi
persatuan unit daya yang dihasilkan perjam operasi. Secara tidak langsung konsumsi
bahan bakar spesifik merupakan indikasi efisiensi mesin dalam menghasilkan daya dari
[10]
dimana:
dimana:
Efisiensi termal suatu mesin didefenisikan sebagai perbandingan antara energi keluaran
dengan energi kimia yang masuk yang dikandung bahan bakar dalam bentuk bahn bakar
10
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal. 56
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
yang dihisap ke dalam ruang bakar. Efisiensi termal sesuai defenisinya merupakan
dimana:
= efisiensi termal
sebagai berikut:
[12]
dimana:
= efisiensi mekanis
Efisiensi ini didefenisikan sebagai perbandingan antara massa udara yang masuk karena
dihisap torak pada langkah hisap dan massa udara pada tekanan dan temperatur atmosfir
Dimana:
= efisiensi volumetrik
11
ibid, hal. 76
12
ibid, hal. 64
13
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal. 60
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
2.6. Spesifikasi mesin
2.6.1. VVT–i
Nama : K3 – DE DOHC
Fatah Maulana Siregar : Performansi Mesin – Non Stationer (Mobile) Berteknologi VVT-i Dan Non VVT-i, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
Proses 0 – 1 : Langkah hisap, tekanan konstan, katup buang tertutup sedangkan katup
masuk terbuka. Udara dianggap sebagai gas ideal. Udara dihisap masuk ke silinder
dengan tekanan 1,03 atm atau 104, 3647 kPa pada temperatur 27°C atau 300 K, maka :
= 104,3647 kPa
= 300 K
= 11
= 7,2 cm
= 7,97 cm
= 0,287 kJ/kg-K
= 0,718 kJ/kg K
Volume langkah:
Merupakan volume dari langkah torak dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas
(TMA). Kapasitas 4 silinder adalah 1298 cc, maka volume langkah untuk satu silinder:
17
Volume sisa :
Didefenisikan sebagai volume minimum silinder pada saat torak berada di titik mati
atas (TMA). Dengan rasio kompresi sebesar 11:1 dan volume langkah sebesar
[1]
Merupakan hasil penjumlahan volume langkah (Vd ) dengan volume sisa (Vc).
[2]
1
lit. John B Heywood, Internal Combustion Engines Fundamentals, McGraw-Hill inc, hal.43
2
ibid, hal.78
18
Massa campuran bahan bakar dan udara:
Dengan tekanan 1 atm atau 104,3647 kPa dan volume silinder 0,00035695 m3 pada
[3]
terhadap bahan bakar pada tekanan konstan. Udara mengisi ruangan silinder yang
bertambah besar seiring bergeraknya torak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati
bawah (TMB). Untuk 1 kg bahan bakar diperlukan 14,7 kg udara dengan massa
campuran (mm) sebesar 0,0004326 kg serta diasumsikan residu gas hasil pembakaran
[5]
4% dari siklus sebelumnya, maka besarnya massa udara dan massa bahan bakar
adalah:
3
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.70
4
PT. ASTRA DAIHATSU MOTOR Trainning Center
5
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.77
19
Densitas udara :
Tekanan dan temperatur udara sekitar mesin dapat digunakan untuk mencari densitas
Proses 1 – 2 : Langkah kompresi isentropik, semua katup tertutup. Torak bergerak dari
titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas (TMA).
Campuran bahan bakar dan udara yang berada di dalam silinder ditekan dan
20
Campuran bahan bakar dan udara yang dimampatkan oleh torak yang bergerak ke
titik mati atas (TMA) juga mengakibatkan suhu dalam silinder naik menjadi T2.
[7]
[8]
Kerja persiklus 1 – 2:
Kerja yang diserap selama langkah kompresi isentropik untuk satu silinder dalam
[9]
7
ibid
8
ibid
9
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal. 79
21
Proses 2 – 3: Penambahan kalor pada volume konstan.
Kalor masuk :
Bahan bakar yang digunakan adalah PERTAMAX dengan nilai kalori bahan bakar
[11]
dapat diketahui ;
Dari diagram P-v siklus Otto ideal dapat dilihat bahwa V3 sama dengan V2.
10
Sumber : Pertamina
11
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.75
12
ibid
22
Tekanan pada titik 3:
[13]
Setelah torak mencapai titik mati bawah (TMB) sejumlah kalor dikeluarkan dari
dalam silinder sehingga temperatur fluida kerja akan turun menjadi T4.
[14]
13
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.79
14
ibid.
23
Tekanan pada titik 4:
Begitu juga dengan tekanan di dalam silinder, mengalami penurunan menjadi P4.
[15]
Dari diagram P-v siklus ideal Otto dapat dilihat bahwa V4 sama dengan V1.
terdorong kembali ke titik mati bawah (TMB). Gerakan piston tersebut menghasilkan
kerja sebesar W3 – 4.
[16]
0,9
15
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.79
16
ibid.
24
Proses 4 – 1: Proses pembuangan kalor pada volume konstan
Pada saat torak mencapai titik mati bawah (TMB) kalor dibuang sebesar Q 4 – 1.
[17]
Kerja yang dihasilkan dari satu siklus termodinamika adalah sebagai berikut:
[18]
permukaan piston pada langkah kerja, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
[19]
=
17
ibid.
18
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.79
19
lit. Michael J. Moran dan Howard N. Shapiro, Termodinamika Teknik 2, Erlangga, hal. 57
25
Daya indikator
Merupakan daya yang dihasilkan dalam silinder motor sehingga merupakan basis
perhitungan atau penentuan efisiensi pembakaran atau besarnya laju panas akibat
Besarnya harga daya indikator ( ) pada putaran 3500 RPM dapat dirumuskan sebagai
berikut:
[20]
Untuk 4 silinder =
Daya poros
Daya yang dihasilkan suatu mesin pada poros keluarannya disebut sebagai daya
poros (atau biasa dikenal dengan sebutan brake horse power), dengan besar torsi 120,6
N-m yang diperoleh dari grafik torsi vs rpm seperti yang terlampir pada Tabel 3.1. Torsi
[21]
20
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.51
26
44,1798
Secara tidak langsung konsumsi bahan bakar spesifik merupakan indikasi efisiensi
dalam menghasilkan daya dari pembakaran bahan bakar. Laju aliran bahan bakar
bahan bakar spesifik pada putaran 3500 RPM diperoleh sebagai berikut:
[22]
0,00006986
Efisiensi thermal
[23]
21
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.51
22
ibid, hal. 56
23
lit. Willard W. Pulkrabek, Engineering Fundamentals of Internal Combustion, Prentice hall, hal.59
27
Efisiensi mekanis
Dengan daya poros ( ) sebesar 44,1798 kW dan daya indikator ( ) sebesar 87,5115
kW, maka besarnya efisiensi mekanis dapat diketahui dengan persamaan matematika
sebagai berikut:
[24]
Efisiensi volumetrik
Merupakan indikasi sejauh mana volume sapuan (swept volume) mesin tersebut
dapat terisi fluida kerja. Dengan massa udara sebesar 0,00038891 kg, densitas udara
24
ibid, hal. 47
28
1,2121 kg/m3, dan besar volume langkah 0,0003245 m3, maka efisiensi volumetrik dapat
Proses 0 – 1 : Langkah hisap, tekanan konstan, katup buang tertutup sedangkan katup
masuk terbuka. Udara dianggap sebagai gas ideal. Udara dihisap masuk ke silinder
dengan tekanan 1,03 atm atau 104, 3647 kPa pada temperatur 27°C atau 300 K, maka :
= 104,3647 kPa
= 300 K
= 10
= 7,2 cm
= 7,97 cm
= 0,287 kJ/kg-K
29
= 0,718 kJ/kg K
Volume langkah:
Merupakan volume dari langkah torak dari titik mati bawah (TMB) ke titik mati atas
(TMA). Kapasitas 4 silinder adalah 1298 cc, maka volume langkah untuk satu silinder:
Volume sisa :
Didefenisikan sebagai volume minimum silinder pada saat torak berada di titik mati
atas (TMA). Dengan rasio kompresi sebesar 10:1 dan volume langkah sebesar
Merupakan hasil penjumlahan volume langkah (Vd ) dengan volume sisa (Vc).
30
Massa campuran bahan bakar dan udara:
Dengan tekanan 1 atm atau 104,3647 kPa dan volume silinder 0,00035695 m3 pada
terhadap bahan bakar pada tekanan konstan. Udara mengisi ruangan silinder yang
bertambah besar seiring bergeraknya torak dari titik mati atas (TMA) ke titik mati
bawah (TMB). Untuk 1 kg bahan bakar diperlukan 14,7 kg udara dengan massa
campuran (mm) sebesar 0,00043704 kg serta diasumsikan sisa gas hasil pembakaran 4%
dari siklus sebelumnya, maka besarnya massa udara dan massa bahan bakar adalah:
31
Densitas udara :
Tekanan dan temperatur udara sekitar mesin dapat digunakan untuk mencari densitas
Proses 1 – 2 : Langkah kompresi isentropik, semua katup tertutup. Torak bergerak dari
Campuran bahan bakar dan udara yang berada di dalam silinder ditekan dan
dimampatkan oleh torak yang bergerak ke titik mati atas (TMA). Akibatnya, tekanan
32
Temperatur pada titik 2:
Campuran bahan bakar dan udara yang dimampatkan oleh torak yang bergerak ke
titik mati atas (TMA) juga mengakibatkan suhu dalam silinder naik menjadi T2.
Kerja persiklus 1 – 2:
Kerja yang diserap selama langkah kompresi isentropik untuk satu silinder dalam
33
Proses 2 – 3: Penambahan kalor pada volume konstan.
Kalor masuk :
Bahan bakar yang digunakan adalah PERTAMAX dengan nilai kalori bahan bakar
diketahui ;
Dari diagram P-v siklus Otto ideal dapat dilihat bahwa V3 sama dengan V2.
34
Seiring dengan bertambahnya temperatur selama siklus tertutup volume konstan,
Setelah torak mencapai titik mati bawah (TMB) sejumlah kalor dikeluarkan dari
dalam silinder sehingga temperatur fluida kerja akan turun menjadi T4.
Begitu juga dengan tekanan di dalam silinder, mengalami penurunan menjadi P4.
35
Volume pada titik 4:
Dari diagram P-v siklus ideal Otto dapat dilihat bahwa V4 sama dengan V1.
Kerja 3 –4:
terdorong kembali ke titik mati bawah (TMB). Gerakan piston tersebut menghasilkan
kerja sebesar W3 – 4.
0,8816
Pada saat torak mencapai titik mati bawah (TMB) kalor dibuang sebesar Q 4 – 1.
36
Kerja satu siklus :
Kerja yang dihasilkan dari satu siklus termodinamika adalah sebagai berikut:
permukaan piston pada langkah kerja, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
Daya indikator
Merupakan daya yang dihasilkan dalam silinder motor sehingga merupakan basis
perhitungan atau penentuan efisiensi pembakaran atau besarnya laju panas akibat
37
Besarnya harga daya indikator ( ) pada putaran 3500 RPM dapat dirumuskan sebagai
berikut:
Untuk 4 silinder =
Daya poros
Daya yang dihasilkan suatu mesin pada poros keluarannya disebut sebagai daya
poros (atau biasa dikenal dengan brake horse power), dengan besar torsi 117,8 N-m
yang diperoleh dari grafik torsi vs rpm seperti yang terlampir pada halaman lampiran
43,15407
Secara tidak langsung konsumsi bahan bakar spesifik merupakan indikasi efisiensi
dalam menghasilkan daya dari pembakaran bahan bakar. Laju aliran bahan bakar
38
sebesar dan daya poros ( ) sebesar 43,15407 kW maka konsumsi
bahan bakar spesifik pada putaran 3500 RPM diperoleh sebagai berikut:
0,00007225
Efisiensi thermal
Efisiensi mekanis
39
86,2612 kW, maka besarnya efisiensi mekanis dapat diketahui dengan rumusan
Efisiensi volumetrik
Merupakan indikasi sejauh mana volume sapuan (swept volume) mesin tersebut
dapat terisi fluida kerja. Dengan massa udara sebesar 0,00039284 kg, densitas udara
1,2121 kg/m3, dan besar volume langkah 0,0003245 m3, maka efisiensi volumetrik dapat
40
Berikut adalah tabel dan grafik performansi mesin :
TORSI
Putaran Mesin (Nm)
(RPM)
NON VVT-i VVT-i
1500 85.8 87.5
2000 103.4 104.4
2500 109.9 112.0
3000 118.6 117.2
3500 117.8 120.6
4000 118.0 120.8
4500 118.6 119.8
5000 115.5 120.4
5500 114 115.3
6000 106.0 107.8
6500 95 96.8
7000 85.8 87.6
(Sumber :Lit. 3)
41
Gambar 3.1. Grafik Torsi Mesin
Daya
Putaran Mesin (kW)
(RPM)
NON VVT-i VVT-i
1500 13.4706 13.7375
2000 21.6451 21.8544
2500 28.7572 29.3067
3000 37.2404 36.8008
3500 43.1541 44.1798
4000 49.6539 50.5749
4500 55.4838 56.4258
5000 61.7533 63.0093
5500 65.3382 66.3744
6000 66.5680 67.6984
6500 64.6317 65.8563
7000 62.8628 64.1816
42
Gambar 3.2. Grafik Daya Mesin
SFC
Putaran Mesin (gr/kW-jam)
(RPM)
NON VVT-i VVT-i
1500 357.0917 346.6524
2000 296.3102 290.5372
2500 278.785 270.8222
3000 258.3345 258.8062
3500 260.0889 251.5098
4000 259.6481 251.0934
4500 258.3345 253.1894
5000 265.2682 251.9276
5500 268.7585 263.0710
6000 289.0422 281.3737
6500 322.5102 313.3480
7000 357.0917 346.2567
43
Gambar 3.3. Grafik Sfc Mesin
44
BAB IV
peranti untuk mengontrol penggerak camshaft yang diperkenalkan pada tahun 1996.
Pada VVT-i ini bagian yang divariasikan adalah timing (waktu buka-tutup) intake valve
dengan merubah atau menggeser posisi intake camshaft terhadap puli camshaft drive.
Fluida yang digunakan sebagai aktuator untuk menggeser posisi camshaft adalah oli
45
Jadi disini maksudnya puli pada intake camshaft adalah fleksibel, camshaft–nya bisa
diputar maju atau mundur. gunanya untuk menyesuaikan waktu bukaan katup dengan
kondisi mesin sehingga bisa didapat torsi optimal di setiap tingkat kecepatan, sekaligus
Waktu bukaan camshaft bisa bervariasi pada rentang 60o. Misalnya, pada saat
start, kondisi mesin dingin dan mesin stasioner tanpa beban, timing dimundurkan 30o.
Cara ini akan menghilangkan overlap yaitu peristiwa membukanya katup masuk dan
buang secara bersamaan di akhir langkah pembuangan karena katup masuk baru akan
membuka beberapa saat setelah katup buang menutup penuh. Logikanya, pada kondisi
ini mesin tak perlu bekerja ekstra. Dengan tertutupnya katup buang, tak ada bahan bakar
TMA
EX close
2° 12°
IN open
30°
Arah putaran
mesin
52°
IN open
30° EX open
TMB
46
Konsumsi bahan bakar jadi hemat dan mesin lebih ramah lingkungan. Sedangkan
saat ada beban, timing akan maju 30o. Derajat overlaping akan meningkat. Tujuannya
untuk membantu mendorong gas buang serta memanaskan campuran bahan bakar dan
STATUS
VALVE TIMING OBJEK EFEK
OPERASI
• Meniadakan overlap o Pembakaran
• Mengurangi gas menjadi stabil
Saat idling
buang yang balik ke o Menambah hemat
intake port bahan bakar
• Menambah overlap o Menambah
hemat bahan
Saat beban • Internal EGR rate
bakar
ringan dan bertambah o Mengurangi
sedang • Mengurangi emisi Nox dan
membakar
pumping loss
kembali HC
• Saat menutup
intake valve maju
Saat beban
• Meniadakan gas
berat Meningkatkan torsi
buang yang balik
kecepatan pada kecepatan
ke intke port
rendah dan rendah dan sedang
sedang • Memperbaiki
volumetric
efficiency
• Saat penutupan
valve sesuai
Saat beban dengan gaya
berat inersia aliran udara Meningkatkan daya
kecepatan yang masuk keluaran
tinggi • Meningkatkan
volumetric
efficiency
47
Untuk mewujudkannya, ada VVT-i controller pada timing gear di intake
camshaft. Alat ini terdiri atas housing (rumah), kemudian di dalamnya ada ruangan oli
untuk menggerakkan vane atau baling – baling (lihat gambar 4.3). Baling-baling itu
terhubung dengan camshaft. Di dalamnya terdapat dua jalur oli menuju masing-masing
ruang oli di dalam rumah VVT-i controller. Dari jalur oli yang berbeda inilah, vane
Posisi advance timing (maju) didapat dengan mengisi oli ke ruang belakang
masing–masing bilah vane. Sehingga vane akan bergerak maju dan posisi timing pun
ikut maju 30 derajat. Tekanan olinya sendiri disediakan oleh camshaft timing oli control
48
Gambar 4.4. Posisi advance timing
(sumber gambar: Lit. 9)
Kebalikannya, untuk kondisi retard (mundur), ruang di depan vane akan terisi
dan posisi timing mundur. Sedangkan kalau dibutuhkan pada kondisi standar, ada pin
49
Dari semua paparan diatas tujuannya cuma satu, yaitu mendapatkan power dan
torsi yang optimal di semua kondisi dan beban kerja dengan tetap irit bahan bakar.
Komponen VVT-i
ECU merupakan perangkat yang bertugas menerima masukan dari sensor yang
kemudian dikalkulasi untuk mencari kondisi optimum dan memberi perintah ke aktuator
bakar atau memerintahkan ignition coil untuk melepaskan listrik tegangan tinggi ke busi
sehingga akan timbul bunga api. Jadi, aktuator berfungsi sebagai kacungnya ECU
Guna mengetahui berapa bahan bakar yang harus disemprot dan berapa derajat
sebelum titik mati atas busi harus dinyalakan, ECU dilengkapi dengan database yang
lazim dikenal dengan engine mapping. ECU selalu membandingkan hasil masukan
sensor dengan engine mapping guna mengetahui apa yang harus diperintahkan kepada
aktuator.
50
4.1.2 Camshaft Position Sensor
Camshaft merupakan sebuah alat yang digunakan dalam mesin torak untuk
menjalankan valve. Dia terdiri dari batangan silinder. Cam membuka katup dengan
Jika ada perubahan beban mesin atau perubahan putaran mesin yang semuanya diolah
oleh ECU dan dihitung untuk mendapatkan sebesar mungkin efisiensi volumetrik, dari
perhitungan ECU ini didapatlah kedudukan camshaft yang harus diubah. ECU ini akan
Setelah Module VVTI menerima perintah dari ECU untuk mengubah kedudukan
camshaft, maka module VVTI akan mengirimkan signal ke OCV (Oil Control Valve)
untuk mengatur “tekananan oli” yang akan diteruskan ke sprocket. Dengan adanya
perubahan tekanan oli yang dilakukan oleh OCV ini yang sampai ke sprocket, maka
sprocket akan berubah posisinya. Karena sprockeet itu menjadi satu sama camshaft,
maka camshaft akan berubah posisinya sesuai yang diinginkan oleh ECU.
Kedudukan camshaft yang baru ini dideteksi oleh CPS dan signalnya dikirimkan
ke ECU sebagai update posisi / kedudukan camshaft dan kedudukan camshaft ini akan
Camshaft Timing Oil Control Valve mengendalikan posisi spool valve berdasarkan
sinyal yang dikirim ECU hingga mengalokasikan tekanan oli ke VVT-i Controller untuk
sisi maju dan sisi mundur. Ketika mesin berhenti, Camshaft Timing Oil Control Valve
51
Gambar 4.6. Camshaft Timing Oil Control Valve
(sumber gambar: Lit. 16)
Sensor ini memberitahu ECU kecepatan putaran mesin dengan tepat. Pada sistem
penyemprotan bahan bakar, sensor ini juga memberitahu ECU waktu yang tepat untuk
52
4.2 Catalytic Converter
Pasalnya, peranti ini mampu mengubah zat-zat hasil pembakaran seperti, hidrokarbon
(HC), karbon oksida (CO), dan NOx, menjadi zat yang lebih ramah lingkungan.
Catalytic converter punya umur, yang bila tiba waktunya harus diganti. Indikasinya,
bila tercium bau bensin dari ujung knalpot meskipun mesin bergerak halus dan efisien.
Karena harganya mahal, maka beri perhatian lebih pada problem – problem kecil yang
diakibatkan dari hasil pembakaran ( CO, HC, NOX dan timbal ) yg ditimbulkan karena
53
kondisi mesin yang tidak sempurna bisa dari pengapian, teknologi kompresi dan
kebocoran air atau oli dari saluran dalam mesin. Catalytic converter memiliki suhu
kerja normal 300°C – 500°C. Penyebab catalitytic converter kotor adalah pemakaian
bensin bertimbel. Karena timbel terbawa gas buang dan nyangkut dalam sarang tawon
catalitytic converter.
(a) (b)
Gambar 4.8. (a) Catalytic converter berbahan keramik, (b) catalytic converter
berbahan metal
(Sumber gambar: Lit. 14)
adanya sensor O2. Kerja sensor O2 mengirim data ke ECU untuk mengoreksi O2 yang
diterima catalitytic converter. Jika data yang diterima ECU kurang bensin maka ECU
sampai didapat campuran ideal antara bensin dan udara. Catalitytic converter yang
kotor juga menyebabkan kerja sensor oksigen tidak maksimal, menyebabkan udara dan
Bentuk catalytic converter seperti tabung yang mirip sarang tawon. Bahannya
terbuat dari keramik ataupun metal dengan ukuran lubang penyaring antara 1 hingga 2
54
mm. Secara umum ada dua jenis catalytic converter yang dipakai, yaitu jenis pellet dan
monolithic. Jenis monolithic merupakan catalytic converter yang banyak dipakai saat
ini. Alasannya, jenis tersebut memiliki tahanan gas buang yang kecil, lebih ringan, dan
Ada dua tipe dari catalytic converter, yaitu 3-way catalist dan 2-way catalyst.
3-way catalist digunakan pada mesin mobil dan motor yang menggunakan bahan bakar
bensin (Premium, dsb.). 3-way catalist mengandung platinum dan rhodium yang
mampu mengurangi CO, HC, dan NOx. Ada tiga tahap dalam proses ini yaitu :
3. Oksidasi senyawa Hidrokarbon yang tak terbakar (HC) menjadi Karbon Dioksida
55
Sedangkan 2-way catalist digunakan pada mesin diesel. Jenis 2-way catalist
Karena pada daur Mesin Diesel tidak dihasilkan Nitrogen Oksida (NOx), maka daur
terkandung dalam bensin ataupun solar misalnya timbal pada premium, belerang pada
solar, lalu seng, mangan, fosfor, silikon, dan sebagainya. Logam-logam tersebut bisa
merusak komponen dari catalytic converter. Oleh karena itu teknologi ini tidak bisa
digunakan di semua daerah terutama daerah yang premiumnya belum diganti dengan
muffler dengan header. Alasannya, catalytic converter cepat panas ketika mesin
56
dinyalakan. Selain itu, sensor bisa segera bekerja untuk menginformasikan kebutuhan
campuran bahan bakar udara yang tepat ke Engine Control Machine (ECU). Peranti
Pipa buang adalah pipa baja yang mengalirkan gas sisa pembakaran dari
exhaust manifold ke udara bebas. Konstruksinya dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu
pipa bagian depan, tengah, dan belakang. Susunannya sengaja dibuat demikian untuk
mempermudah saat penggantian catalytic converter atau muffler, tanpa perlu melepas
pembakaran. Kalau gas ini langsung disalurkan ke udara luar tanpa muffler, gas akan
mengembang dengan cepat diiringi dengan suara ledakan yang cukup keras.
57
BAB V
Kesimpulan
a. Untuk putaran yang sama yaitu 3500 rpm, daya yang dihasilkan teknologi VVT–i
sebesar 44,179 kW, sedangkan tanpa teknologi VVT–i daya yang dihasilkan
b. Dari hubungan putaran mesin dan daya mesin dari Gambar 3.2. Grafik Daya
Namun setelah mencapai daya maksimum pada putaran 6000 RPM, secara
c. Untuk putaran yang sama yaitu 3500 rpm, konsumsi bahan bakar teknologi
3.41%.
d. Dari Gambar 3.1. Grafik Torsi Mesin dapat dilihat bahwa torsi meningkat seiring
e. Adanya perbedaan torsi dan konsumsi bahan bakar yang signifikan antara mesin
yang berteknologi VVT-i dengan mesin yang Non VVT-i di putaran 5000 RPM.
Ini dapat dilihat pada gambar 3.1. Grafik Torsi Mesin dan Gambar 3.3. Grafik
SFC Mesin.
58
Saran
a. Pilih bensin tanpa timbal dengan angka oktan (Research Octane Number) 91 atau
dalam kondisi diam lebih dari 20 menit. Jika mesin dihidupkan dalam waktu lama
pada kondisi diam, kenaikan suhunya akan melebihi ambang batas aman.
59
DAFTAR PUSTAKA
7. http://en.wikipedia.org/wiki/Four-stroke_cycle
8. http://en.wikipedia.org/wiki/Variable_valve_timing
9. http:// www.panavi.kz/4runner/215/NCF/1gr-fe_vvtisystem.pdf
10. http://web.mit.edu/16.unified/www/SPRING/propulsion/notes/node25.html#fig5:
OttoIdeal
11. http://web.mit.edu/16.unified/www/SPRING/propulsion/notes/node25.html#fig5:
OttoReal
12. http://www.daihatsu.co.id/our%20product/Xenia_Spec_Ind.asp
13. http://www.daihatsu.co.id/Technology/Technology_Ind.asp
14. http://www.katverwerter.eu/assets/images/AutomotiveCatalyticConverter.jpg
15. http://toyota.typepad.com/photos/uncategorized/2008/02/08/vvti_actuator.png
16. www.mr2.com/files/mr2/techinfo/Random%20FSM%20Data/3grfse-2.pdf
17. http://en.wikipedia.org/wiki/Catalytic_converter
60
18. http://webhome.idirect.com/~sav/Exhaust/Image12.gif
19. http://i134.photobucket.com/albums/q102/dua_putra_variasi/axnet/mesin-avanza.jpg
LAMPIRAN
61
62
Lampiran A. Tabel faktor – faktor konversi
Area
Density
56
Dimension Metric Metric/English
(Natural
Gas)
Force
Heat Flux
Heat Transfer
coefficient
Thermal Conductivity
Length
Mass
57
Dimension Metric Metric/English
Specific Heat
Pressure
58
Dimension Metric Metric/English
Specific Volume
Temperature
Velocity
Volume
59
Dimension Metric Metric/English
†
Calorie is originally defined as the amount of heat needed to raise the temperature of 1 g of water by
1ºC but it varies with the international steam table calorie (generally prefered by engineers) is exactly
4,1868 J by definition and corresponds to the specific heat of water at 15 ºC. The thermocehemical
calorie (generally preferred by physicists) is exactly 4,184 J by defintion and corresponds to the specific
heat of water at room temperature. The difference between the two is about 0,06 percent, which is
negligible. The capitalized Calorie used by nutritionists is actually a kilocalorie (1000 IT Calories).
‡
Mechanical horse power. The electrical horse power is taken to be axactly 746 W
(Sumber : Lit. 7)
60
Lampiran B. Tabel Sifat – sifat udara (Tabel A-17)
61
Catatan : Pr dan Vr tak berdimensi di dalam analisa proses isentropis.
(Sumber : Lit. 7)
62
63
Lampiran F. Spesifikasi Mesin
(Sumber : Lit. 3)
64
Spesifikasi Daihatsu Xenia VVT-i
SPESIFIKASI DAIHATSU
Mi Li Xi
XENIA VVT-i
DIMENSI
Panjang Keseluruhan mm 4120
Lebar Keseluruhan mm 1630
Tinggi Keseluruhan mm 1685
Jarak Sumbu Roda mm 2655
Jarak Pijak Roda Depan mm 1415 1405
Jarak Pijak Roda Belakang mm 1425 1415
Tinggi Dari Tanah mm 190
BERAT
Berat Kosong Kendaraan kg 980 995 1030
Berat Total Kendaraan kg 1540 1570
Kapasitas Tempat Duduk 7
PERFORMA
Radius Putar Minimum m 4.5 4.7
MESIN
Tipe EJ-VE 1.0 VVT-i DOHC K3-VE 1.3 VVT-i DOHC
Kapasitas Silinder cc 989 1298
Konfigurasi Mesin 3 4
Konfigurasi Katup 12 16
Diameter x Langkah mm 72 x 81 72 x 79,7
Tenaga Maksimum ps/rpm 63/5600 92/6000
Torsi Maksimum kg - m/rpm 9.2 / 3600 12.2/4400
Sistem Bahan Bakar Electronic Fuel Injection
Jenis Bahan Bakar Bensin tanpa timbal
Kapasitas Bahan Bakar litre 45
TRANSMISI
Tipe Manual, 5 Kecepatan, 1 Mundur
Kecepatan Maksimum km / jam 135 160
I : 3,769 IV : 1,000 I : 3,769 IV : 1,000
Rasio Gir II : 2,049 V : 0,838 II : 2,049 V : 0,838
III : 1,457 R : 4,128 III : 1,457 R : 4,128
Rasio Final Gir 5,571 5,125
SISTEM KEMUDI
Tipe Rack & Piniom Rack & Pinion dgn Power Steering
REM
Depan Cakram
Belakang Drum, Leading & trailing
Rem Parkir Mekanis pada roda belakang
SUSPENSI
Mac Pherson strut dengan Per
Depan MacPherson strut dengan Coil Spring
Keong & stabilizer
Belakang 5 link, rigid axle dgn Coil Spring
BAN 165/80 R 13 185/70 R 14
CLASSIC SILVER
MIDNIGHT BLACK
AQUA BLUE
(Sumber : Lit. 3)
65
Lampiran C. Gambar Perangkat VVT-i
66
Gambar C.3 VVT-i Kontroller
(sumber : Lit. 3)
67
Gambar C.5 ECU (Electronic Control Unit)
(sumber : Lit. 3)
68
Lampiran D. Gambar Catalytic Converter
Gambar D.1 Catalytic Converter tipe Pellet dan tipe Ceramic Monolith
(sumber : Lit. 3)
69
Gambar D.2 Proses Penyaringan Gas Buang
(sumber: Lit. 3)
70
Gambar D.4 Letak Catalytic Converter
(sumber : Lit. 17)
71