Anda di halaman 1dari 13

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman

pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisan-

barisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih

jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa

juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda.

Pola tanam tumpangsari memiliki banyak keuntungan yang tidak dimiliki

pada pola tanam monokultur. Beberapa keuntungan pada pola tumpangsari antara

lain: terjadi peningkatan efisiensi (tenaga kerja, pemanfaatan lahan maupun

penyerapan sinar matahari); populasi tanaman dapat diatur sesuai yang

dikehendaki; dalam satu areal diperoleh produksi lebih dari satu komoditas; tetap

mempunyai peluang mendapatkan hasil jika satu jenis tanaman yang diusahakan

gagal; dan kombinasi beberapa jenis tanaman dapat menciptakan stabilitas

biologis sehingga dapat menekan serangan hama dan penyakit serta

mempertahankan kelestarian sumber daya lahan dalam hal ini kesuburan tanah

(Warsana, 2009).

Produksi dalam pola tumpangsari akan meningkat apabila terdapat

kecocokan dalam hal memilih jenis tanaman pokok dan tanaman selanya.

Tanaman jagung manis dan bawang merah adalah tanaman yang sesuai untuk

diterapkan pada pola pertanaman tumpangsari. Sebab dari kedua jenis tanaman

tersebut memiliki morfologi yang berbeda sehingga dapat memperkecil

persaingan antara kedua jenis tanaman tersebut. Menurut Myrna (2003), syarat

bagi tercapainya hasil produksi jagung yang tinggi adalah ketersediaan unsur hara
2

yang optimal yang salah satu hara tersebut adalah nitrogen.

Masalah penggunaan nitrogen, terutama di daerah tropis dengan suhu dan

kelembaban tinggi serta iklim basah seperti Indonesia, adalah efisiensinya yang

rendah. Oleh sebab itu diharapkan pada sistem tanam tumpangsari jagung manis

dan kacang tanah dapat memberikan pengaruh yang positif pada pertumbuhan dan

hasil tanaman jagung sehingga penggunaan pupuk nitrogen dalam budidaya

tumpangsari menjadi efisien.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan dari laporan praktikum ini adalah:

1. Untuk memenuhi syarat mata kuliah Ekologi Tanaman.

2. Untuk mengetahui cara teknik budidaya tanaman jagung manis secara

tumpangsari dengan bawang merah.

3. Untuk mengetahui dan mengamati pertumbuhan tanaman jagung mulai dari

persiapan penanaman hingga panen.

C. Manfaat

Adapun manfaat dari praktikum ini adalah:

1. Dapat dijadikan sebagai salah satu sumber untuk menambah ilmu pengetahuan

dan dapat dijadikan sebagai sebuah keahlian di kehidupan sehari-hari.

2. Mahasiswa dapat mengetahui teknik budidaya pada tanaman jagung manis dan

bawang merah secara langsung di lapangan secara tumpangsari.

3. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengamati pertumbuhan tanaman jagung

mulai dari persiapan penanaman hingga panen.


3

II. TINJAUAN PUSTAKA

Tanaman jagung manis termasuk dalam keluarga rumput-rumputan dengan

spesies Zea mays saccharata Sturt. Dalam Rukmana (2010), secara sistematik

tanaman jagung diuraikan sebagai berikut: Kingdom : Plantae; Divisio :

Spermatophyta; Sub division : Angiospermae; Kelas : Monocotyledonae; Ordo :

Graminae; Famili : Graminae; Genus : Zea; dan Spesies : Zea mays saccharata

Linn.

Secara morfologi Rukmana (2010), menjelaskan bahwa tanaman jagung

manis termasuk jenis tumbuhan semusim. Akar tanaman jagung manis dapat

tumbuh dan berkembang dengan baik pada kodisi tanah yang sesuai untuk

pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Pada kondisi tanah yang subur dan

gembur, jumlah akar tanaman jagung manis cukup banyak, sedangkan pada tanah

yang kurang baik, akar yang tumbuh jumlahnya terbatas.

Batang tanaman jagung manis bentuknya bulat silindris, tidak berlubang,

dan beruas-ruas sebanyak 8–20 ruas. Pertumbuhan batang tidak hanya

memanjang, tapi juga terjadi pertumbuhan ke samping atau membesar, bahkan

batang tanaman jagung manis dapat tumbuh membesar dengan diameter sekitar

3cm sampai 4cm. Fungsi batang yang berisi berkas-berkas pembuluh adalah

sebagai media pengangkut zat-zat makan dari atas ke bawah ataupun sebaliknya.

Daun tanaman jagung manis terdiri dari beberapa struktur yakni, tangkai

daun, lidah daun, dan telinga daun. Tangkai daun merupakan pelepah yang

berfungsi untuk membungkus batang tanaman jagung, sedangkan lidah

dauntarletak di atas pangkal batang, serta talinga daun bentuknya seperti pita yang

tipis dan memnjang. Jumlah daun tiap tanaman bervariasi antara 8-48 helai,
4

namun pada umumnya berkisar antara 12-18 helai, bergantung varietas dan umur

tanaman.

Bunga tanaman jagung manis bila di lihat dari sifat penyerbukannya

termasuk kedalam tanaman yang menyerbuk silang. Tanaman ini bersifat

monoecious, dimana bunga jantan dan betina terpisah pada bunga yang berbeda

tapi masih dalam satu individu tanaman (Admaja,2006). Bunga jantan jagung

berinduk malai, terdiri atas kumpulan bunga-bunga tinggal dan terletak pada

ujung batang. Masing-masing bunga jantan mempunyai tiga stamen dan satu pistil

rudimenter. Bunga betina keluar dari buku-buku berupa tongkol. Tangkai putik

pada bunga betina menyerupai rambut yang bercabang-cabang kecil. Bagian atas

putik keluar dari tongkol untuk menangkap serbuk sari. Bunga betina memiliki

pistil tunggal dan stamen rudimenter.

Biji jagung atau buah jagung terletak pada tongkol yang tersusun.

Kemudian pada tongkol tersebut tersimpan biji-biji jagung yang menempel erat,

sedangkan pada buah jagung terdapat rambut-rambut yang memanjang hingga

keluar dari pembungkus buah jagung.biji jagung memiliki bermacam-macam

bentuk dan bervariasi. Biji jagung manis yang masih mudah mempunyai ciri

bercahaya dan berwarna jernih seperti kaca, sedangkan biji yang telah masak dan

kering akan menjadi kriput dan berkerut. Tanaman jagung manis mempunyai daun

cukup banyak, tingginya sedang, dengan warna biji kuning atau putih, bahwa

jagung manis hampir mirip dengan jagung normal, hanya telah kehilangan

kemampuan untuk menghasilkan pati dengan sempurna atau dengan kata lain

tidak dapat mensintesis pati dengan efisien (Subekti,1995).

Sifat manis pada sweet corn disebabkan oleh adanya gen su-1 (sugary), bt-

2 (britle), atau sh-2 (shrunken). Gen ini mencegah pengubahan gula menjadi pati
5

pada endosperm sehingga jumlah gula yang ada kira kira dua kali lebih banyak

dibanding jagung biasa. Jagung manis memiliki rambut berwarna putih sedangkan

jagung biasa berwarna merah. Umur panen jagung manis berkisar antara 60-70

hari. Pada dataran rendah (<400m) dan pada dataran lebih tinggi dapat mencapai

80 hari. Biji jagung manis pada saat masak keriput dan transparan. Biji yang

belum masak mengandung kadar gula (water-soluble polysccharride, WSP) lebih

tinggi daripada pati. Kandungan gula jagung manis 4-8 kali lebih tinggi dibanding

jagung normal pada umur 18-22 hari setelah penyerbukan. Sifat ini ditentukan

oleh gen sugary (su) yang resesif (Tracy 1994).

Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran unggulan yang

sejak lama telah diusahakan oleh petani secara intensif. Komoditas ini juga

merupakan sumber pendapatan dan kesempatan kerja yang memberikan

kontribusi cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi wilayah. Karena

memiliki nilai ekonomi yang tinggi, maka pengusahaan budidaya bawang merah

telah menyebar di hampir semua provinsi di Indonesia. Meskipun minat petani

terhadap bawang merah cukup kuat, namun dalam proses pengusahaannya masih

ditemui berbagai kendala, baik kendala yang bersifat teknis maupun ekonomis.

Tanaman bawang merah berasal dari Syria, entah beberapa ribu tahun

yang lalu sudah dikenal umat manusia sebagai penyedap masakan (Rismunandar

1986). Sekitar abad VIII tanaman bawang merah mulai menyebar ke wilayah

Eropa Barat, Eropa Timur dan Spanyol, kemudian menyebar luas ke dataran

Amerika, Asia Timur dan Asia Tenggara (Singgih 1991). Pada abad XIX bawang

merah telah menjadi salah satu tanaman komersial di berbagai negara di dunia.

Negara-negara produsen bawang merah antara lain adalah Jepang, USA,

Rumania, Italia, Meksiko dan Texas (Rahmat 1994).


6

Di Indonesia, daerah yang merupakan sentra produksi bawang merah

adalah Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Wates (Yogyakarta), Lombok Timur

dan Samosir (Sunarjono dan Soedomo 1989). Pada tahun 2003, total pertanaman

bawang merah petani Indonesia sekitar 88.029 hektar dengan rata-rata hasil 8,7

t/ha (Biro Pusat Statistik 2003). Produktivitas hasil bawang merah tersebut

dipandang masih rendah, karena potensi hasil yang dapat dicapai sekitar 20 t/ha.

Untuk keberhasilan budidaya bawang merah selain menggunakan varietas unggul,

perlu dipenuhi persyaratan tumbuhnya yang pokok dan teknik budidaya yang

baik.

Bawang merah dapat dipanen setelah umurnya cukup tua, biasanya pada

umur 60 – 70 hari. Tanaman bawang merah dipanen setelah terlihat tanda-tanda

60% leher batang lunak, tanaman rebah, dan daun menguning. Pemanenan

sebaiknya dilaksanakan pada keadaan tanah kering dan cuaca yang cerah untuk

mencegah serangan penyakit busuk umbi di gudang. Bawang merah yang telah

dipanen kemudian diikat pada batangnya untuk mempermudah penanganan.

Selanjutnya umbi dijemur sampai cukup kering (1-2 minggu) dengan dibawah

sinar matahari langsung, kemudian biasanya diikuti dengan pengelompokan

berdasarkan kualitas umbi. Pengeringan juga dapat dilakukan dengan alat

pengering khusus sampai mencapai kadar air kurang lebih 80%. Apabila tidak

langsung dijual, umbi bawang merah disimpan dengan cara menggantungkan

ikatan-ikatan bawang merah di gudang khusus, pada suhu 25-30 ºC dan

kelembaban yang cukup rendah (± 60-80%) (Sutarya dan Grubben 1995).


7

III. BAHAN DAN METODE

A. Tempat dan Waktu

Pelaksanaan praktikum ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Fakultas

Pertanian Universitas Islam Riau, Jalan Kaharuddin Nasution No. 113 Km 11,

Perhentian Marpoyan, Kelurahan Simpang Tiga Kecamatan Bukit Raya Kota

Pekanbaru. Waktu dalam pelaksanaan praktikum ini adalah tiga (3) Bulan

terhitung dari Bulan September 2019 Desember 2019 dan dilaksanakan setiap

hari Kamis pukul 16:00 WIB.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah cangkul, garu, pisau,

gembor, kamera, meteran, tali raffia, paku, plang nama, alat tulis, buku kegiatan,

penggaris, dan lain-lain. Bahan yang akan digunakan dalam praktikum ini adalah

benih jagung varietas bonanza now F1, umbi bawang merah, pupuk NPK, Dithane

M-45, Curacron 500 EC, Furadan 3G, dan lain-lain.

C. Rancangan Praktikum

Rancangan yang digunakan dalam praktikum ini adalah Rancangan Acak

Lengkap (RAL) factorial yang terdiri dari dua faktor. Faktor pertama yaitu H

(Dosis pupuk organic cair) yang terdiri dari 3 taraf dan faktor kedua adalah N

(dosis pupuk NPK) yang terdiri dari 3 taraf sehingga diperoleh 9 kombinasi

perlakuan dan Setiap kombinasi perlakuan terdiri dari 4 ulangan sehingga

diperoleh 36 bedengan, dimana dari satu bedengan terdapat 8 tanaman dan 4

tanaman dijadikan sampel sehingga diperoleh 288 tanaman. Adapun faktor dari

kedua perlakuan tersebut adalah Faktor H adalah pemberian pupuk organic cair,

terdiri dari 3 taraf :


8

H1 :

H2 :

H3 :

Faktor N adalah pemberian pupuk NPK, terdiri dari 3 taraf :

N1 : 3 gr pupuk NPK 16:16:16

N2 : 6 gr pupuk NPK 16:16:16

N3 : 9 gr pupuk NPK 16:16:16

Kombinasi perlakuan pengaruh pupuk organic cair pupuk NPK dapat

dilihat pada tabel dibawah.

Tabel 1. Kombinasi perlakuan pupuk organic cair dan pupuk NPK

Faktor H/ Faktor N
Ulangan (r) N1 N2 N3
H1
a H1N1a H1N2a H1N3a
b H1N1b H1N2b H1N3b
c H1N1c H1N2c H1N3c
d H1N1d H1N2d H1N3d
H2
a H2N1a H2N2a H2N3a
b H2N1b H2N2b H2N3b
c H2N1c H2N2c H2N3c
d H2N1d H2N2d H2N3d
H3
a H3N1a H3N2a H3N3a
b H3N1b H3N2b H3N3b
c H3N1c H3N2c H3N3c
d H3N1d H3N2d H3N3d

D. Pelaksanaan Praktikum

1. Persiapan Lahan

Melakukan pengolahan tanah seluas 1x2 meter dengan cara mencangkul

tanah, membalikkan tanah, dan menggemburkan tanah, membersihkan gulma

yang masih tersisa dengan menggunakan alat garu, lahan yang sudah dibersihkan dan
9

diratakan, kemudian digemburkan kembali tanahnnya, setelah digemburkan tanah

dibentuk bedengan, lalu di biar beberapa hari sebelum di lalukan penanaman

2. Penanaman

Penanaman dilakukan pada sore hari, penanaman pertama ialah benih

jagung manis dengan jarak tanam 50x50 cm. penanaman kedua ialah umbi

bawang merah dilakukan setelah tanaman jagung menghasilkan tongkol dengan

jarak tanamn 25x25 cm secara tumpeng sari dalam bedengan.

3. Pemeliharaan

a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan melihat kondisi kelembaban tanah. Hal ini

menyangkut ketersediaan air bagi pertumbuhan tanaman. Penyiraman ini

dilakukan maksimal dua kali apabila hari tidak hujan yaitu pada sore dan pagi hari

dan minimal satu kali perharinya.

b. Penyiangan

Penyiangan harus dilakukan terutama pada fase pembentukan anakan

(tanaman berumur 10-21 hari) dan apabila jumlah gulma sudah banyak.

c. Pemupukan

Pupuk di berikan 2 minggu setelah tanam. Pada pratikum ini pupuk yang di

berikan pada tanaman jagung pupuk NPK.

4. Panen

Pemanenan pada tanaman jagung dapat dilakukan pada umur 90-100 HST,

sedangkan pemanenan bawang merah dapat dilakukan pada umur 60-70 HST.

E. Parameter Pengamatan

1. Tinggi Tanaman

Pengukuran tinggi tanaman jagung dilakukan dua minggu setelah tanam peng-
10

ukurannya satu kali pas waktu tanaman jagung panen.

2. Umur Bunga

Umur bunga pada tanaman jagung dapat dilihat munculnya bunga

sebanyak 50% dari semua tanaman jagung tersebut.

3. Umur Panen (HST)

Parameter umur panen dilakukan dengan cara melihat kriteria tanaman

yang menunjukan layak untuk panen dengan ciri-ciri serabut di ujung tongkol

jangung sudah mengering.

4. Jumlah Tongkol per Tanaman

Perameter jumlah tongkol per tanaman dapat dihitung dengan cara

menghitung jumlah tongkol pada tanaman jagung yang sudah menghasilkan.

5. Berat Tongkol per Tanaman

Perameter penghitungan berat tongkol per tanaman dapat dihitung dengan

cara menimbang tongkol yang kulit jagungnya sudah dilepas dari semua tanaman

jagung terseut.

6. Jumlah Baris per Tongkol

Perameter jumlah baris dapat dihitung dengan cara memutar dan

menghitung baris pada tongkol jagung tersebut.

7. Panjang tongkol

Perameter panjang tongkol dapat dilihat dengan cara mengukur tongkol

jagung dari tongkol bawah sampai tongkol atas.

8. Lilit Tongkol

Perameter lilit tongkol dapat dilihat atau diukur menggunakan tali dan di

lilitkan pada lingkaran tonggol jagung dengan tali tersebut di ukur panjangnya.
11

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tinggi Tanaman (cm)

Adapun pengamatan tinggi tanaman jagung manis dapat dilihat pada

tabel 1 dibawah.

Tabel 1. Tinggi Tanaman (cm)

Tanggal Sampel Tinggi Tanaman (cm)

1 241

03 Desember 2019 2 243

3 216

4 251

Jumlah 951

Rerata 237,75

Berdasarkan tabel 1 diatas menunjukkan bahwa perlakuan N3H1a

berpengaruh nyata terhadap semua sampe tanaman. Tinggi tanaman sampel 4

lebih besar dibandingkan sampel lainnya yaitu sebesar 251 cm, sedangkan sampel

2 memiliki tinggi paling rendah yaitu sebesar 216 cm. Tinggi tanaman diukur dari

pangkal batang sampai ujung daun terpanjang. Pertumbuhan tinggi tanaman

jagung dari minggu kedua sampai minggu ketujuh mengalami kenaikan. Tinggi

tanaman jagung akan berhenti ketika sudah memasuki fase generatif. Perlakuan

jarak tanam pada tanam jagung dengan sistem tumpangsari dan monokultur tidak

memberikan pengaruh yang berbeda terhadap parameter tinggi tanaman jagung

pada semua umur pengamatan.

Berdasarkan data rata-rata tinggi tanaman jagung dalam tumpangsari

(Tabel 1) menunjukkan bahwa keberadaan tanaman bawang merah sebagai


12

tanaman sela tidak mempengaruhi tinggi tanaman jagung pada sistem

tumpangsari, sedangkan pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah semakin

terhambat akibat pengaruh jarak tanam tanaman jagung. Selain Permansari dan

Kastono (2012) menyatakan jagung yang ditanam secara tumpang sari

menghasilkan luas daun yang tidak berbeda nyata dengan yang ditanam secara

monokultur. Hal ini disebabkan juga oleh rendahnya persaingan atau kompetisi

antara tanaman jagung dan bawang merah pada awal pertumbuhannya untuk

mendapatkan unsur hara, ruang tumbuh serta faktor

lainnya.

Tetapi pada hasil terdapat pengaruh yang nyata pada tanaman jagung.

Secara umum, pada semua parameter pengamatan pertumbuhan tanaman jagung

pada sistem tumpangsari dengan bawang merah tidak mengalami penurunan jika

dibandingkan dengan tanaman jagung monokultur. Jagung sebagai tanaman utama

bersifat dominan dalam memanfaatkan faktor tumbuh dibandingkan dengan

bawang merah. Dijelaskan oleh Karima et al., (2013), tidak berbedanya komponen

pertumbuhan tanaman jagung menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman jagung

pada pola tumpangsari tidak terpengaruh oleh perlakuan.

Berdasarkan data tabel pengamatan tinggi tanaman jagung manis diatas

dapat diketahui bahwa rata-rata tanaman jagung pada praktikum ini memiliki

pertumbuhan tinggi yang sangat baik yaitu dengan rata-rata 237,75 cm. Hal ini

berarti pertumbuhan vegetatif tanaman jagung manis optimal, dikarenakan

terpenuhinya kebutuhan hara makro dan mikro, jumlah pupuk dan waktu

pemupukan yang tepat memberikan pengaruh yang positif terhadap pertumbuhan

tinggi tanaman jagung. Kekurangan hara kalium menyebabkan tanaman kerdil,

lemah (tidak tegak, proses pengangkutan hara pernafasan dan fotosintesis


13

terganggu yang pada akhirnya mengurangi produksi. Melalui pemberian pupuk

NPK 16:16:16 kepada tanaman maka kekurangan unsur K dapat dihindari.

Pemberian pupuk NPK selain menambah kandungan unsur hara dalam tanah yang

diperlukan dalam pertumbuhan tanaman jagung juga menghindari tanaman kahat

unsur hara makro. Selain itu, pemberian pupuk organik cair yang sesuai dosis juga

meningkatkan pertumbuhan vegetatif tanaman

Anda mungkin juga menyukai