Setelah beban arus maksimal diketahui, selanjutnya kita bisa menentukan ukuran
kabel penghantar sesuai dengan Tabel Kemampuan Hantar Arus (KHA) di bawah ini
:
Sebagai contoh :
1. Suatu instalasi listrik 1 phase, memiliki beban arus listrik maksimal sebesar 100
Ampere, maka kita dapat menggunakan kabel dengan kemampuan hantar arus yang
lebih besar sekitar 125 % dari 100 Ampere.
Kemudian kita bisa lihat di tabel KHA diatas, ukuran kabel yang mampu
menghantarkan arus sebesar 125Amp.
Jika di tabel tidak ada yang 125Amp, kita dapat memilih besar arus yang mendekati ,
namun ingat jangan memilih nilai arus yang lebih rendah dari 125Amp.
Dari Tabel KHA diatas, maka yang mendekati adalah 135 Amp.
Maka kita bisa memilih kabel yang mampu menghantarkan arus sebesar 135 Amp,
yaitu kabel dengan ukuran penampang sebesar 35 mm2.
2. Suatu instalasi listrik 3 Phase, memiliki beban maksimal tiap phasenya adalah
sebesar 200 Ampere, maka ukuran Kabel listrik yang akan kita gunakan sebaiknya
yang memiliki kemampuan Hantar Arus sebesar :
Sama halnya dengan perhitungan pertama, kita bisa lihat dari Tabel KHA diatas,
Kabel yang mampu menghantarkan arus sebesar 250 Amp adalah Kabel dengan
ukuran penampang 95 mm2.
Maka ukuran kabel yang sesuai untuk Instalasi listrik tersebut adalah kabel dengan
ukuran 95mm2.
Selain itu, hal yang perlu kita perhatikan juga, adalah menentukan jenis penghantar
yang sesuai dengan kebutuhan suatu instalasi, dan hal ini akan kita bahas pada
artikel yang berikutnya.
Jenis-jenis Kabel listrik dan kegunaannya
Standard PLN, Ukuran Kabel Minimal vs Ampere
Note :
Semakin besar nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin kecil daya
(Watt) yang dibutuhkan, dan semakin kecil pula arus listrik (Ampere) yang
dihasilkan, dengan besar tegangan (Volt) tetap.
Semakin kecil nilai Resistan (Ohm) pada suatu alat listrik, maka semakin besar daya
(Watt) yang dibutuhkan, dan semakin besar pula arus listrik (Ampere) yang
dihasilkan, dengan besar tegangan (Volt) tetap.
Semakin Besar Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin kecil arus
listrik (Ampere) yang dihasilkan dengan beban daya (Watt) yang sama.
Semakin kecil Tegangan listrik (Volt) yang digunakan, maka semakin besar arus
listrik (Ampere) yang dihasilkan dengan beban daya (Watt) yang sama.
Contoh Perhitungan:
Suatu alat listrik memiliki nilai resistan sebesar 100Ohm, kemudian dialiri tegangan
listrik sebesar 220Volt, maka arus listrik yang mengalir adalah:
Hukum Ohm: V= I x R
V: Tegangan listrik (Volt)
I: Arus listrik (Ampere)
R: Resistan (Ohm)
V=IxR
220Volt = I x 100ohm
I = 220Volt : 100ohm
I = 2,2 Ampere
Lalu, Berapa Ampere Arus listrik yang dihasilkan jika nilai Resistannya diperbesar
menjadi 200ohm?
V=IxR
220Volt = I x 200ohm
I = 220Volt : 200ohm
I = 1,1 Ampere
Kesimpulan: Semakin besar nilai resistan maka semakin kecil arus listrik yang
mengalir (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu berapa besar Daya listrik (Watt), jika tegangan listriknya 220Volt dan arus
listriknya 2,2Ampere?
P=VxI
P = 220Volt x 2,2Ampere
P = 484 Watt.
Lalu, Berapa besar daya listrik (Watt) jika nilai arus listrik diperkecil menjadi 1,1
Ampere?
P=VxI
P = 220Volt x 1,1Ampere
P = 264 Watt.
Kesimpulan: Semakin besar Daya (Watt) maka semakin besar Arus listrik yang
dihasilkan (Tegangan tetap), begitu juga sebaliknya.
Lalu, bagaimana jika Tegangan yang diubah menjadi lebih besar atau lebih kecil?
Contoh perhitungan:
Jika Suatu instalasi listrik memerlukan daya listrik sebesar 484Watt, saat diberi
tegangan listrik 220Volt maka menghasilkan arus listrik sebesar 2,2Ampere, lalu
berapa arus listrik yang dihasilkan jika tegangan diubah menjadi 380Volt?
P=VxI
484Watt = 380Volt x I
I = 484Watt : 380Volt
I = 1,27 Ampere.
Kesimpulan, Semakin besar tegangan listrik yang digunakan, maka semakin kecil
arus listrik yang mengalir (dengan besar daya tetap).
Namun perlu diingat, untuk mengubah tegangan ini hanya digunakan pada beberapa
jaringan dari sumber pembangkit menuju Trafo, lalu diturunkan kembali sesuai
dengan besar tegangan listrik yang dibutuhkan sebelum dialirkan ke Alat listrik.
Jika alat listrik tertulis 220Volt, maka tidak bisa digunakan dengan tegangan 380Volt.
Dari perhitungan diatas, maka kita dapat menghitung 1 Ampere berapa Watt, jika
kita mengetahu tegangan listrik yang digunakan, sebagai contoh jika tegangan listrik
yang digunakan sebesar 220Volt, maka:
Jadi Daya Listrik Listrik yang diperlukan adalah sekitar 2.854Watt atau 2.854VA, Jika
dikonversikan menjadi arus listrik adalah sebagai berikut (Menggunakan Rumus Daya Listrik
diatas) :
BAB 3
Rumus menghitung Watt / daya listrik rumah adalah Ampere x Volt jadi
perhitungannya 6A X 220V = 1320 VA
Jadi daya listrik yg terpasang di rumah adalah 1300 (pembulatan dalam
menyebut biar mudah). jika di rumah anda CL10 = 10 Ampere, jika CL4 = 4
Ampere, maka tinggal di kalikan 220 / 230V hasilnya adalah daya listrik yang
terpasang.
Angka “6000” menunjukkan rated breaking capacity MCB, yaitu kemampuan kerja
MCB masih baik sampai arus maksimal 6000A, yang biasanya terjadi saat hubung
singkat arus listrik. Dimana diatas angka ini MCB akan berpotensi rusak. Dan angka
“3” adalah I2t classification, yaitu karakteristik energi maksimum dari arus listrik
yang dapat melalui MCB.
Ini adalah simbol dari fungsi MCB sebagai proteksi beban penuh dan hubung
singkat. Bila ada dua simbol berdampingan, maka MCB-nya adalah 2 poles. Yang
umum dipakai di perumahan adalah tipe MCB 1 pole, yaitu hanya kabel phase saja
yang diproteksi.
Posted by admin
Berikut ini adalah beberapa satuan yang sering dipakai pada batere, terutama
batere smartphone:
volt / V
watt/ W
mAh / miliampere-hour
Ah / ampere-hour
Wh / watt-hour
volt / V adalah satuan yang menyatakan tegangan pada batere. Tegangan ini
adalah beda potensial listrik.
Penulisan satuan volt adalah volt dengan huruf kecil, atau singkatan V dengan
huruf besar.
Watt / W adalah satuan yang menyatakan daya atau konsumsi energi per detik.
Secara rumus watt (daya) = volt (tegangan) x ampere (arus). Makin besar daya
maka makin besar konsumsi energi. Misal lampu dengan angka watt lebih tinggi
lebih terang daripada lampu dengan watt kecil. Setrika listrik dengan watt tinggi
lebih panas daripada setrika dengan watt kecil.
Penulisan satuan watt adalah watt dengan huruf kecil atau
singkatannya W dengan huruf besar.
mAh (miliampere-hour) adalah gabungan dari mA (miliampere)
dan hour (jam). Satuan ini dipakai di batere, yang maksudnya adalah
kemampuan batere tersebut memberikan arus, atau dengan kata lain
adalah kapasitas batere/daya tampung batere tersebut. Satuan mAh adalah
hasil kali antara arus yang diberikan oleh batere dan berapa lama batere tersebut
dapat memberikan arus sebesar itu.
Misal ada batere berkapasitas 1000 mAh, maka batere tersebut dapat
memberikan arus 1000 mA selama 1 jam, atau 500 mA selama 2 jam, atau 2000
mA selama 1/2 jam. Dalam prakteknya batere makin boros ketika arusnya
besar, jadi kalau kita paksa dia memberi arus besar, durasi arus itu tidak sebesar
hasil perhitungan.
P=VxI
Dimana,
Contoh 1
Jika listrik yang terpasang di rumah kita adalah listrik dengan Daya 900VA, tegangan
listrik yang digunakan adalah 220 Volt, maka besar Ampere MCB yang digunakan
sebagai pembatas atau pengaman adalah:
P=VxI
I = P/V
I = 900 VA / 220 volt
I = 4,09 Ampere.
P=VxI
I = P/V
I = 8,8 ampere.
Apa Beda MCB, MCCB dan ACB
MCB
MCB adalah singkatan dari Miniature Circuit Breaker, Dari namanya MCB (Miniature
Circuit Breaker) dapat diartikan bahwa MCB adalah suatu alat pemutus rangkaian
listrik yang memiliki ukuran atau bentuk yang kecil.
MCB tak hanya berfungsi sebagai Pemutus dan Penghubung dalam suatu rangkaian
Listrik, selain itu MCB juga dilengkapi dengan sistem pengaman yang akan
memutuskan rangkaian listrik secara otomatis saat terjadi arus lebih (Over Current).
Arus Lebih (Over Current) dapat terjadi karena adanya kelebihan pemakaian beban
listrik, atau karena adanya hubungan singkat (Short Circuit) pada rangkaian listrik.
Batasan Arus listrik yang dapat dibebankan pada suatu MCB, biasanya sesuai
dengan spesifikasi yang tertera pada MCB tersebut, sebagai contoh, jika sebuah
MCB tertulis 2A berarti MCB ini akan memutus rangkaian saat arus yang dialiri
melebihi 2A.
Kemampuan hantar Arus maksimal MCB tak seperti MCCB maupun ACB yang
dapat digunakan untuk Arus mencapai diatas 1000A, batasan arus maksimal yang
dimiliki MCB hanya sekitar 63A, Selain itu, Batasan Arus yang tertera pada MCB
tidak bisa disetting sesuai kebutuhan seperti yang ada pada sebagian MCCB dan
ACB.
MCB memiliki berbagai pilihan jumlah kutub (Pole), antara lain MCB 1P, MCB 2P,
MCB 3P, MCB 4P, dan MCB juga dapat digunakan untuk beberapa pilihan
Tegangan listrik, seperti 220V sampai 400V.
MCB tidak didukung Untuk penambahan Aksesoris lainnya, seperti UVT, SHT,
Switch, Relay, dan beberapa aksesoris tambahan lainnya yang biasa digunakan
pada MCCB atau ACB.
MCCB
MCCB adalah singkatan dari Moulded Case Circuit Breaker, dari namanya dapat
diartikan bahwa MCCB adalah suatu alat pemutus rangkaian yang berbentuk
kotak/persegi.
Ada juga yang mengartikan MCCB sebagai singkatan dari Molded Case Circuit Breaker,
meski berbeda, namun Moulded dan Moldedtetap memiliki pengertian yang sama.
Seperti halnya MCB, MCCB juga tak hanya berfungsi sebagai pemutus dan
penghubung rangkaian listrik, selain itu MCCB juga memiliki kemampuan memutus
secara otomatis saat dibebani dengan arus yang melebih kapasitas maksimal MCCB
tersebut.
MCCB memiliki kemampuan hantar Arus maksimal yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan MCB, Kemampuan MCCB ada yang mencapai 1000A.
Beberapa model MCCB memiliki kelebihan, yakni dilengkapi dengan selektor pilihan
batas Arus maksimal MCCB, dengan selektor ini dapat diatur berapa persentase
batasan Arus maksimal untuk MCCB terputus.
MCCB terdapat dalam beberapa pilihan jumlah kutub (Pole), ada MCCB 2P, MCCB
3P, MCCB 4P, meski tersedia MCCB 1P, namun jarang digunakan.
MCCB dapat digunakan untuk berbagai jenis Tegangan Listrik, dari mulai LV (Low
Voltage) sampai MV (Medium Voltage).
Beberapa jenis MCCB dapat dipasangkan aksesoris tambahan lainnya, seperti UVT
(Under Voltage Trip), Switch, Auxiliary Contact.
Sebagian besar MCCB digunakan untuk keperluan sistem kelistrikan industri yang
memiliki daya cukup besar dan biasanya digunakan untuk listrik 3 fasa, yang
memerlukan kapasitas pemutus (Breaking Capacity) yang lebih besar.
ACB
ACB adalah singkatan dari Air Circuit Breaker, dari namanya ACB dapat diartikan
sebagai suatu Alat yang berfungsi sebagai pemutus rangkaian dan memanfaatkan
Udara untuk meredam timbulnya busur api saat ACB dinyalakan.
Seperti halnya MCB dan MCCB, ACB juga tak hanya berfungsi sebagai pemutus
dan penghubung rangkaian listrik, selain itu ACB juga memiliki kemampuan
memutus secara otomatis saat dibebani dengan arus yang melebih kapasitas
maksimal ACB tersebut.
Selain itu ACB juga memiliki beberapa fungsi lainnya, yaitu: dapat dilengkapi dengan
UVT (Under Voltage Trip) yang berfungsi untuk memberikan perlindungan pada saat
tidak ada tegangan listrik maka ACB tidak dapat dioperasikan.
ACB juga dapat dilengkapi dengan CC (Closing Coil), yang berfungsi untuk
menyalakan ACB secara otomatis.
ACB memiliki kemampuan hantar Arus maksimal yang jauh lebih besar jika
dibandingkan dengan MCB dan MCCB, Kemampuan ACB ada yang mencapai lebih
dari 6000A.
ACB juga dilengkapi dengan selektor pilihan batas Arus maksimal ACB, dengan
selektor ini dapat diatur berapa persentase batasan Arus maksimal untuk ACB
terputus (Trip).
ACB hanya tersedia dalam 2 pilihan jumlah kutub (Pole), yakni ACB 3P, dan ACB
4P.
ACB dapat digunakan untuk berbagai jenis Tegangan Listrik, dari mulai LV (Low
Voltage) sampai HV (High Voltage).
ACB dapat dipasangkan dengan berbagai aksesoris tambahan lainnya, seperti UVT
(Under Voltage Trip), Switch, Auxiliary Contact, SHT, CC, dan lainnya, dan juga
dapat difungsikan dengan sistem "Automatic Close / Open".
ACB hanya digunakan untuk keperluan sistem kelistrikan industri yang memiliki daya
cukup besar dan biasanya digunakan untuk listrik 3 fasa, yang memerlukan
kapasitas pemutus (Breaking Capacity) yang lebih besar.