Disusun Oleh :
SITI SOLICHAH ( C1A015008 )
ASTIKA INDIRA KHANSA ( C1A015010 )
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang
berjudul “Ekspor Indonesia “ ini.
Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang penyusun alami terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber info yang masih terbilang terbatas.
Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang penyusun buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu penyusun memohon maaf apabila ada kekurangan ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat
diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
Akhir kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca serta bisa menjadi salah satu media yang bisa memberikan acuan kepada kita sebagai
masyarakat ekonomi Indonesia agar dapat mengetahui serta memahami bagaimana
perkembangan ekspor Indonesio, juga mengetahui komoditas apa saja yang menjadi unggulan
ekspor Indonesia. Sehingga dengan pengetahuan ini masyarakat dapat menjadikannya sebagai
acuan saat melakukan kegiatan ekonomi, baik dalam pengambilan langkah maupun keputusan
kedepannya.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Review Literatur
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eksor
2.1.1 Pengertian Ekspor
2.1.2 Jenis – jenis Ekspor
2.1.3 Variabel – variabel yang Mempengaruhi Ekspor
2.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Ekspor
2.3 Manfaat Melaksanakan Kegiatan Ekspor
2.4 Persoalan Dalam Kegiatan Ekspor
2.5 Perkembangan Ekspor Indonesia
2.5.1 Perkembangan Ekspor Migas
2.5.2 Perkembangan Ekspor Non Migas
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
Faktor-faktor yang dapat mendorong produsen atau pelaku usaha melakukan kegiatan ekspor
antara lain:
Komoditas Tradisional
Biasanya sebuah perusahaan memproduksi suatu komoditas sebagai lanjutan atau sisa-sisa
peninggalan ekonomi jaman kolonial seperti karet, kopi, teh, lada, tengkawang, timah, tembaga
dan hasil tambang sejenis lainnya. Hal ini kemungkinan berlanjut menjadi kegiatan ekspor
sekarang ini.
Optimalisasi Laba
Selain menjual suatu produk dalam negeri, dengan ekspor, sebuah perusahaan mampu
memperluas daerah penjualan sampai ke luar negeri, selain itu jenis barang yang ditawarkan
menjadi tidak terbatas untuk konsumen dalam negeri saja.
Penelusuran Pasar
Bagi perusahaan yang mempunyai pasar domestik yang kuat, ekspor merupakan peluang
untuk melakukan diversifikasi pasar yang dapat memperkuat kedudukan komoditas yang
diperdagangkan.
Pemanfaatan kelebihan kapasitas (Excess Capacity)
Jika kapasitas produksi suatu industri masih belum melebih kapasitas mesin maka sisa
kapasitasnya (idle capacity) dapat digunakan untuk memenuhi pasar ekspor.
Export Oriented Products
Terdapat industri-industri padat karya yang sengaja dipindahkan dari Negara-negara industri
seperti Jepang, Korea, Taiwan atau Singapura ke Indonesia dengan tujuan relokasi industri
pabrik sepatu, garment, dan sejenisnya.
Wisma Dagang atau Trading House
Saat ini Pemerintah mengembangkan konsep trading house, seperti yang dikembangkan
Jepang, sehingga akan memudahkan eksportir dalam melakukan penetrasi pasar Internasional.
Trading House ini akan membantu eksportir menganalisis pasar atau mengidentifikasi Pembeli
dan memberikan informasi lainnya yang bermanfaat terkait dengan kondisi pasar di Negara di
mana wisma tersebut berada.
Komoditas Berdaya Saing Tinggi
Produk-produk yang berbahan asli Indonesia dan mempunyai keunggulan tersendiri
(absolute advantage) atau produk lain yang memiliki keunggulan komparatif (comparative
advantage) memiliki peluang untuk pasar ekspor. Misalnya bahan-bahan seperti karet alam, kayu
hutan tropis, agrobisnis, kerajinan dan lainnya, semua memiliki daya saing yang cukup tinggi di
pasar ekspor
Enam persoalan utama mulai dari infrastruktur hingga sumber daya manusia masih
menjadi kendala ekspor Indonesia. Enam masalah ini mencuat ketika Forum Ekspor yang terdiri
dari Kementerian Perdagangan, pengusaha, dan asosiasi delapan produk unggulan ekspor
berkumpul dan mengklasifikasi hambatan ekspor tersebut.
Masalah pertama yang mencuat ialah permasalahan regulated agent (RA) atau agen
inspeksi. Beberapa negara memang mensyaratkan keamanan perdagangan yang cukup ketat
seperti Amerika Serikat.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, RA ternyata juga menjadi masalah bagi
pelaku ekspor dalam negeri. Seperti biaya yang meroket karena kewajiban membayar uang
pemeriksaan sebesar Rp 1.200 per kilogram dan juga membayar biaya anggota sebesar Rp 25
juta per tahun kepada salah satu operator RA. Padahal, hingga kini jumlah operator RA masih
amat terbatas sehingga proses pemeriksaan berlangsung lambat. Ini artinya menghambat
kelancaran arus barang.
Masalah kedua yaitu ketenagakerjaan. Mulai dari Upah Minimum Regional (UMR),
kualitas hingga masalah keterampilan sumber daya manusia. Begitu juga soal peraturan yang
melingkupi UMR.
Ketiga, ialah peraturan iklim investasi dan izin usaha. Dalam catatan Kementerian
Perdagangan, seringkali Pemerintah Daerah menerbitkan Perda yang menghambat iklim
investasi dan usaha.
Keempat ialah pajak daerah dan pungutan liar yang termasuk dalam persoalan ekonomi
biaya tinggi. Berdasarkan catatan Kemendag, beberapa Pemerintah Daerah sering kali
menerbitkan Perda sebagai sumber APBD ditambah pungutan-pungutan liar.
Kelima ialah faktor keamanan barang dan jasa di mana seringkali bentuk premanisme
menjadi kendala proses produksi dan distribusi industri.
Terakhir ialah persoalan infrastrukur baik dalam hal transportasi dan sumber daya energi.
2.5 Perkembangan Ekspor Indonesia
Grafik 2.5
Perkembangan Berat dan Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2010‒2016
Dari Grafik 2.5 dapat dilihat bahwa perkembangan berat ekspor Indonesia selama periode
2010 sampai 2016 tidak selalu sejalan dengan nilai ekspornya. Seperti pada tahun 2012, ketika
nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 6,62 persen, berat ekspor Indonesia justru
mengalami peningkatan sebesar 3,08 persen. Demikian juga pada tahun 2013 dan 2016. Pada
tahun 2013, ketika nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 3,93 persen, berat ekspor
meningkat sebesar 16,64 persen. Selanjutnya pada tahun 2016, ketika nilai ekspor mengalami
penurunan sebesar 3,44 persen, berat ekspor meningkat sebesar 1,01 persen. Peningkatan berat
ekspor pada saat nilai ekspornya mengalami penurunan mengindikasikan adanya penurunan
harga-harga komoditi ekspor Indonesia di pasar ekspor.
Pada tahun 2016 nilai ekspor Indonesia mencapai nilai US$145,2 miliar, sementara
beratnya mencapai 514,8 juta ton. Jika dilihat ke dalam komoditi ekspornya, penurunan nilai
ekspor pada tahun 2016 disebabkan oleh penurunan nilai ekspor komoditi migas sebesar 29,44
persen, sedangkan nilai ekspor komoditi nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen.
Selanjutnya peningkatan berat ekspor Indonesia disebabkan oleh peningkatan berat ekspor
komoditi nonmigas sebesar 1,45 persen, sedangkan berat ekspor komoditi migas mengalami
penurunan sebesar 3,64 persen. Pembahasan lebih jauh mengenai perkembangan ekspor
berdasarkan jenis komoditinya akan diuraikan dalam subbab-subbab berikut.
2.5.1 Perkembangan Ekspor Migas
Grafik 2.5.1 menyajikan perkembangan nilai dan berat ekspor minyak dan gas bumi
Indonesia selama tahun 2010 sampai 2016. Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010
nilai ekspor komoditi migas Indonesia mencapai US$28.039,6 juta. Selanjutnya pada tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar 47,92 persen sehingga menjadi US$41.477,0 juta, demikian pula
berat ekspor komoditi migas juga mengalami peningkatan sebesar 5,59 persen. Selama tahun
2010−2016, nilai ekspor komoditi migas mencapai titik tertinggi pada tahun 2011 sedangkan
titik terendah pada tahun 2016 yaitu sebesar US$13.105,5 juta. Sejak tahun 2012, nilai ekspor
komoditi migas Indonesia terus mengalami penurunan. Penurunan lebih disebabkan oleh
menurunnya harga minyak di pasar internasional. Secara rata-rata penurunannya sejak tahun
2012 sampai 2016 sebesar 19,64 persen setiap tahun.
Grafik 2.5.2
Perkembangan Ekspor Nonmigas Menurut Sektor Tahun 2010-2016
Pada tahun 2010 peranan ekspor nonmigas sebesar 82,23 persen. Peranan ekspor non
migas mengalami peningkatan mencapai 90,97 persen pada tahun 2016. Selama periode tahun
2010 sampai 2016 pertumbuhan ekspor non migas rata-rata sebesar 5,46 persen.
Secara garis besar ekspor nonmigas bisa dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu Ekspor
hasil pertanian, ekspor hasil industri pengolahan, serta ekspor hasil pertambangan dan lainnya.
Dari grafik 2.5.2 terlihat bahwa ekspor nonmigas selama periode 2010 sampai 2016 selalu
didominasi oleh ekspor hasil industri pengolahan. Rata-rata kontribusi dari industri pengolahan
terhadap total ekspor nonmigas Indonesia selama periode 2010 sampai 2016 sebesar 79,32
persen.
Grafik 2.5.1 menyajikan perkembangan nilai ekspor nonmigas selama tahun 2010 sampai
2016. Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010 nilai ekspor komoditi nonmigas
Indonesia mencapai sekitar US$ 130 miliar. Selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikan
mencapai sekitar US$ 160 miliar. Tahun 2011 ekspor nonmigas mengalami peningkatan sebesar
24,88 persen yang disebabkan peningkatan pada sektor industri sebesar 24,71 persen, serta sektor
pertambangan sebesar 26,69 persen. Nilai ekspor nonmigas mengalami penurunan menjadi
sekitar US$ 155 miliar pada tahun 2012. Gambaran kinerja ekspor tahun 2012 yang kurang
optimal ditunjukkan oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 5,54 persen yang disebabkan
karena menurunnya ekspor sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan masing-masing
sebesar 4,74 persen dan 9,57 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemudian, nilai
ekspor nonmigas terus mengalami penurunan dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menjadi sekitar
US$ 135 miliar.
Tidak seperti tiga tahun sebelumnya, tahun 2016 ekspor nonmigas mengalami
peningkatan sebesar 0,22 persen. Peningkatan ekspor nonmigas pada tahun 2016 disebabkan
oleh peningkatan ekspor komoditi industri pengolahan sebesar 1,75 persen, sedangkan ekspor
pertanian dan pertambangan mengalami penurunan masing-masing sebesar 8,57 persen dan 6,64
persen.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran,
kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan
importir. Perkembangan berat ekspor Indonesia selama periode 2010 sampai 2016 tidak selalu
sejalan dengan nilai ekspornya. Pada tahun 2016 nilai ekspor Indonesia mencapai nilai US$
145,2 miliar, sementara beratnya mencapai 514,8 juta ton. Perkembangan ekspor dibagi
berdasarkan jenis komoditasnya yaitu ekspor migas dan ekspor nonmigas.
Perkembangan nilai ekspor komoditi migas, pada tahun 2010 mencapai US$ 28.039,6
juta. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi US$ 41.477,0 juta. Selama tahun
2010−2016, nilai ekspor komoditi migas mencapai titik tertinggi pada tahun 2011 sedangkan
titik terendah pada tahun 2016 yaitu sebesar US$ 13.105,5 juta. Sejak tahun 2012, nilai ekspor
komoditi migas Indonesia terus mengalami penurunan. Penurunan lebih disebabkan oleh
menurunnya harga minyak di pasar internasional.
Perkembangan nilai ekspor komoditi nonmigas, pada tahun 2010 mencapai sekitar US$
130 miliar. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan mencapai sekitar US$ 160 miliar. Nilai
ekspor nonmigas mengalami penurunan menjadi sekitar US$ 155 miliar pada tahun 2012.
Penurunan tersebut disebabkan karena menurunnya ekspor sektor industri pengolahan dan
sektor pertambangan masing-masing sebesar 4,74 persen dan 9,57 persen dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Kemudian, nilai ekspor nonmigas terus mengalami penurunan dari tahun
2012 hingga tahun 2015 menjadi sekitar US$ 135 miliar. Namun pada tahun 2016, ekspor
nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen. Peningkatan ekspor nonmigas pada
tahun 2016 disebabkan oleh peningkatan ekspor komoditi industri pengolahan sebesar 1,75
persen, sedangkan ekspor pertanian dan pertambangan mengalami penurunan masing-masing
sebesar 8,57 persen dan 6,64 persen.
DAFTAR PUSTAKA