Anda di halaman 1dari 11

PERKEMBANGAN EKSPOR INDONESIA

“Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah ekonomi Internasional I”


Dosen Mata Kuliah : Suharno, S.E, M.si.

Disusun Oleh :
SITI SOLICHAH ( C1A015008 )
ASTIKA INDIRA KHANSA ( C1A015010 )

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
PURWOKERTO
2017

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun haturkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang
berjudul “Ekspor Indonesia “ ini.
Dalam pembuatan makalah ini, banyak kesulitan yang penyusun alami terutama
disebabkan oleh kurangnya pengetahuan dan sumber-sumber info yang masih terbilang terbatas.
Namun berkat bimbingan dan bantuan dari semua pihak akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
tepat pada waktunya. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Tak ada gading yang tak retak. Begitu pula dengan makalah yang penyusun buat ini yang
masih jauh dari kesempurnaan. Terlepas dari semua itu, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu penyusun memohon maaf apabila ada kekurangan ataupun kesalahan. Kritik dan saran sangat
diharapkan agar makalah ini menjadi lebih baik serta berdaya guna dimasa yang akan datang.
Akhir kata kami berharap semoga ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca serta bisa menjadi salah satu media yang bisa memberikan acuan kepada kita sebagai
masyarakat ekonomi Indonesia agar dapat mengetahui serta memahami bagaimana
perkembangan ekspor Indonesio, juga mengetahui komoditas apa saja yang menjadi unggulan
ekspor Indonesia. Sehingga dengan pengetahuan ini masyarakat dapat menjadikannya sebagai
acuan saat melakukan kegiatan ekonomi, baik dalam pengambilan langkah maupun keputusan
kedepannya.

Purwokerto, November 2017

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Review Literatur
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Eksor
2.1.1 Pengertian Ekspor
2.1.2 Jenis – jenis Ekspor
2.1.3 Variabel – variabel yang Mempengaruhi Ekspor
2.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Ekspor
2.3 Manfaat Melaksanakan Kegiatan Ekspor
2.4 Persoalan Dalam Kegiatan Ekspor
2.5 Perkembangan Ekspor Indonesia
2.5.1 Perkembangan Ekspor Migas
2.5.2 Perkembangan Ekspor Non Migas

BAB III. PENUTUP


DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada mulanya hubungan perdagangan hanya terbatas pada satu wilayah Negara yang
tertentu, tetapi dengan semakin berkembangnya arus perdagangan maka hubungan dagang
tersebut tidak hanya dilakukan antara para pengusaha dalam satu wilayah negara saja, tetapi juga
dengan para pedagang dari negara lain, tidak terkecuali Indonesia. Bahkan hubungan-hubungan
dagang tersebut semakin beraneka ragam, termasuk cara pembayarannya. Kegiatan ekspor impor
didasari oleh kondisi bahwa tidak ada suatu Negara yang benar-benar mandiri karena satu sama
lain saling membutuhkan dan saling mengisi. Setiap Negara memiliki karakteristik yang berbeda,
baik sumber daya alam, iklim, geografi, demografi, struktur ekonomi dan struktur sosial.
Perbedaan tersebut menyebabkan perbedaan komoditas yang dihasilkan, komposisi biaya yang
diperlukan, kualitas dan kuantitas produk. Secara langsung atau tidak langsung membutuhkan
pelaksanaan pertukaran barang dan atau jasa antara satu negara dengan negara lainnya. Maka
dari itu antara negara-negara yang terdapat didunia perlu terjalin suatu hubungan perdagangan
untuk memenuhi kebutuhan tiap-tiap negara tersebut.
Transakasi perdagangan internasional yang lebih dikenal dengan istilah ekspor impor,
pada hakikatnya adalah suatu transaksi sederhana yang tidak lebih dari membeli dan menjual
barang antara pengusaha-pengusaha yang bertempat tinggal atau berdomisili dinegara-negara
yang berbeda. Namun dalam makalah ini hanya akan dibahas mengenai kegiatan ekspor yang
dilakukan oleh Indonesia serta membahas mengenai masalah yang muncul antara para pengusaha
dengan adanya pertukaran barang dan jasa yang menyeberangi laut ataupun darat ini yang
mempunyai bahasa, kebudayaan, adat istiadat, dan cara yang berbeda-beda.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari Ekspor ?
2. Apa saja yang menjadi faktor pendorong Ekspor ?
3 3. Apa manfaat melakukan Ekspor ?
4. Apa yang menjadi masalah dalam Ekspor ?
5. Bagaimana perkembangan Ekspor di Indonesia?
1.3 Tujuan Penulisan
Bahwa penulisan makalah ini mempunyai beberapa tujuan antara lain :
1. Untuk mempelajari tentang pengertian Ekspor.
2. Untuk mengetahui perkembangan Ekspor di Indonesia.
3. Untuk mengetahui masalah dalam Ekspor .
4. Untuk mengetahui grafik dari Ekspor.
5. Untuk mengetahui isu isu terkini dalam ekspor Indonesia.

1.4 Review Literatur


Ekspor merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam suatu perdagangan
internasional. Dengan adanya ekspor maka suatu negara mampu untuk memenuhi kebutuhan
akan barang maupun jasa bagi rakyatnya.
Ekspor menurut Tanjung Marolop (2011:63) “Ekspor adalah pengeluaran barang dari daerah
pabeanan indonesia untuk dikirim ke luar negeri dengan mengikuti ketentuan yang berlaku
terutama mengenai peraturan kepabeanan.” Sedangkan menurut Menurut Undang-Undang No.
10 Tahun 1995 tentang kepabeanan, Ekspor adalah kegiatan mengeluarkan barang dari Daerah
pabean, dan barang yang telah diangkut atau akan dimuat di sarana pengangkut untuk
dikeluarkan dari daerah pabean dianggap telah ekspor.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ekspor

2.1.1 Pengertian Ekspor


Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran,
kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan
importir. Permintaan ekspor adalah jumlah barang / jasa yang diminta untuk diekspor dari suatu
negara ke negara lain (Sukirno,2010). Proses ekspor pada umumnya adalah tindakan untuk
mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri untuk memasukannya ke negara lain.
2.1.2 Jenis – jenis Ekspor
Dalam Mankiw (2010) menjelaskan kegiatan ekspor terbagi menjadi 2, yaitu :
1. Ekspor langsung
Ekspor langsung adalah cara menjual barang atau jasa melalui perantara/ eksportir yang
bertempat di negara lain atau negara tujuan ekspor. Penjualan dilakukan melalui distributor dan
perwakilan penjualan perusahaan. Keuntungannya, produksi terpusat di negara asal dan kontrol
terhadap distribusi lebih baik. Kelemahannya, biaya transportasi lebih tinggi untuk produk dalam
skala besar dan adanya hambatan perdagangan serta proteksionisme
2. Ekspor tidak langsung
Ekspor tidak langsung adalah teknik dimana barang dijual melalui perantara/eksportir
negara asal kemudian dijual oleh perantara tersebut. Melalui, perusahaan manajemen ekspor (
export management companies ) dan perusahaan pengekspor ( export trading companies ).
Kelebihannya, sumber daya produksi terkonsentrasi dan tidak perlu menangani ekspor secara
langsung. Kelemahannya, kontrol terhadap distribusi kurang dan pengetahuan terhadap operasi
di negara lain kurang.

2.1.3 Variabel – variabel yang Mempengaruhi Ekspor

a) Suku Bunga Kredit Modal Kerja dengan Ekspor


Kenaikan bunga kredit menyebabkan modal kerja menjadi lebih sedikit, karena adanya
penambahan biaya pengembalian hutang, sehingga eksportir enggan untuk mendapatkan dana
lebih besar, Ini menyebabkan produksi, yaitu modal berkurang yang selanjutnya berdampak pada
nilai pengeluaran ekspor yang semakin berkurang pula, sehingga antara tingkat suku bunga
kredit dengan ekspor terdapat hubungan negatif (Sukirno,2010).
b) Inflasi dengan Ekspor
Inflasi adalah peningkatan harga yang terus-menerus. Menurut Mankiw(2000),
peningkatan harga dalam negeri cenderung akan mengurangi produksi. Apabila inflasi dalam
negeri lebih besar dari inflasi luar negeri, maka akan meningkatkan impor karena harga dalam
negeri lebih mahal dari harga di luar negeri. Sebaliknya, kegiatan ekspor justru akan menurun.
Artinya, inflasi berhubungan negatif terhadap kegiatan ekspor. Penelitian yang dilakukan oleh
Nurul (2011) bahwa kenaikan inflasi yang cenderung mendorong turunnya investasi sehingga
mendorong turunnya produktivitas untuk menghasilkan output, yang selanjutnya dapat
menurunkan kinerja ekspor.
c) Kurs dengan Ekspor
Sadono Sukirno(2010) menjelaskan bahwa transaksi ekspor, impor, dan jasa dan aliran
dana modal dari suatu negara ke negara lain memerlukan pasaran valuta asing, yaitu pasaran
yang melakukan pertukaran (atau jual beli) diantara sesuatu mata uange dengan berbagai mata
uang lainnya. Untuk melakukan pertukaran atau jual beli tersebut dibutuhkan kurs valuta asing.
Ketika kurs terapresiasi, maka akan meningkatkan kegiatan impor dan akan menurunkan
kegiatan ekspor, karena harga-harga diluar negeri dianggap lebih murah dari harga barang di
dalam negeri. Ketika kurs terdepresiasi, maka akan meningkatkan kegiatan ekspor dan akan
menurunkan kegiatan impor karena harga barang di dalam negeri dianggap lebih murah daripada
harga barang di luar negeri. Perubahan nilai tukar dapat mengubah harga relatif suatu produk
menjadi lebih mahal atau lebih murah, sehingga nilai tukar terkadang digunakan sebagai alat
untuk meningkatkan daya saing (mendorong ekspor) (Goeltom,1998).
d) PDB dengan Ekspor
Menurut McEachern (2000:147) ada dua macam pendekatan yang digunakan dalam
perhitungan GDP, yaitu:
1. Pendekatan pengeluaran, menjumlahkan seluruh pengeluaran agregat pada seluruh barang dan
jasa akhir yang diproduksi selama satu tahun.
2. Pendekatan pendapatan, menjumlahkan seluruh pendapatan agregat yang diterima selama satu
tahun oleh mereka yang memproduksi output tersebut.
Menurut McEachern (2000:147) PDB dengan pendekatan pengeluaran terbentuk dari
empat faktor yang secara positif mempengaruhinya, keempat faktor tersebut adalah konsumsi
(C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G) dan ekspor neto (NX).

2.2 Faktor-Faktor Yang Mendorong Terjadinya Ekspor

Faktor-faktor yang dapat mendorong produsen atau pelaku usaha melakukan kegiatan ekspor
antara lain:
 Komoditas Tradisional
Biasanya sebuah perusahaan memproduksi suatu komoditas sebagai lanjutan atau sisa-sisa
peninggalan ekonomi jaman kolonial seperti karet, kopi, teh, lada, tengkawang, timah, tembaga
dan hasil tambang sejenis lainnya. Hal ini kemungkinan berlanjut menjadi kegiatan ekspor
sekarang ini.
 Optimalisasi Laba
Selain menjual suatu produk dalam negeri, dengan ekspor, sebuah perusahaan mampu
memperluas daerah penjualan sampai ke luar negeri, selain itu jenis barang yang ditawarkan
menjadi tidak terbatas untuk konsumen dalam negeri saja.
 Penelusuran Pasar
Bagi perusahaan yang mempunyai pasar domestik yang kuat, ekspor merupakan peluang
untuk melakukan diversifikasi pasar yang dapat memperkuat kedudukan komoditas yang
diperdagangkan.
 Pemanfaatan kelebihan kapasitas (Excess Capacity)
Jika kapasitas produksi suatu industri masih belum melebih kapasitas mesin maka sisa
kapasitasnya (idle capacity) dapat digunakan untuk memenuhi pasar ekspor.
 Export Oriented Products
Terdapat industri-industri padat karya yang sengaja dipindahkan dari Negara-negara industri
seperti Jepang, Korea, Taiwan atau Singapura ke Indonesia dengan tujuan relokasi industri
pabrik sepatu, garment, dan sejenisnya.
 Wisma Dagang atau Trading House
Saat ini Pemerintah mengembangkan konsep trading house, seperti yang dikembangkan
Jepang, sehingga akan memudahkan eksportir dalam melakukan penetrasi pasar Internasional.
Trading House ini akan membantu eksportir menganalisis pasar atau mengidentifikasi Pembeli
dan memberikan informasi lainnya yang bermanfaat terkait dengan kondisi pasar di Negara di
mana wisma tersebut berada.
 Komoditas Berdaya Saing Tinggi
Produk-produk yang berbahan asli Indonesia dan mempunyai keunggulan tersendiri
(absolute advantage) atau produk lain yang memiliki keunggulan komparatif (comparative
advantage) memiliki peluang untuk pasar ekspor. Misalnya bahan-bahan seperti karet alam, kayu
hutan tropis, agrobisnis, kerajinan dan lainnya, semua memiliki daya saing yang cukup tinggi di
pasar ekspor

2.3 Manfaat Melaksanakan Kegiatan Ekspor

Menurut Sadono Sukirno(2010),manfaat dari kegiatan ekspor adalah :


1. Memperluas Pasar bagi Produk Indonesia Kegiatan ekspor merupakan salah satu cara untuk
memasarkanproduk Indonesia ke luar negeri. Misalnya, pakaian batik merupakan salah satu
produk Indonesia yang mulai dikenal oleh masyarakat dunia. Apabila permintaan terhadap
pakaian batik buatan Indonesia semakin meningkat, pendapatan para produsen batik semakin
besar. Dengan demikian, kegiatan produksi batik di Indonesia akan semakin berkembang.
2. Menambah Devisa Negara Perdagangan antarnegara memungkinkan eksportir Indonesia untuk
menjual barang kepada masyarakat luar negeri. Transaksi ini dapat menambah penerimaan
devisa negara. Dengan demikian, kekayaan negara bertambah karena devisa merupakan salah
satu sumber penerimaan negara.
3. Memperluas Lapangan Kerja Kegiatan ekspor akan membuka lapangan kerja bagi
masyarakat. Dengan semakin luasnya pasar bagi produk Indonesia, kegiatan produksi di dalam
negeri akan meningkat. Semakin banyak pula tenaga kerja yang dibutuhkan sehingga lapangan
kerja semakin luas.

2.4 Persoalan Dalam Kegiatan Ekspor

Enam persoalan utama mulai dari infrastruktur hingga sumber daya manusia masih
menjadi kendala ekspor Indonesia. Enam masalah ini mencuat ketika Forum Ekspor yang terdiri
dari Kementerian Perdagangan, pengusaha, dan asosiasi delapan produk unggulan ekspor
berkumpul dan mengklasifikasi hambatan ekspor tersebut.
Masalah pertama yang mencuat ialah permasalahan regulated agent (RA) atau agen
inspeksi. Beberapa negara memang mensyaratkan keamanan perdagangan yang cukup ketat
seperti Amerika Serikat.
Berdasarkan data Kementerian Perdagangan, RA ternyata juga menjadi masalah bagi
pelaku ekspor dalam negeri. Seperti biaya yang meroket karena kewajiban membayar uang
pemeriksaan sebesar Rp 1.200 per kilogram dan juga membayar biaya anggota sebesar Rp 25
juta per tahun kepada salah satu operator RA. Padahal, hingga kini jumlah operator RA masih
amat terbatas sehingga proses pemeriksaan berlangsung lambat. Ini artinya menghambat
kelancaran arus barang.
Masalah kedua yaitu ketenagakerjaan. Mulai dari Upah Minimum Regional (UMR),
kualitas hingga masalah keterampilan sumber daya manusia. Begitu juga soal peraturan yang
melingkupi UMR.
Ketiga, ialah peraturan iklim investasi dan izin usaha. Dalam catatan Kementerian
Perdagangan, seringkali Pemerintah Daerah menerbitkan Perda yang menghambat iklim
investasi dan usaha.
Keempat ialah pajak daerah dan pungutan liar yang termasuk dalam persoalan ekonomi
biaya tinggi. Berdasarkan catatan Kemendag, beberapa Pemerintah Daerah sering kali
menerbitkan Perda sebagai sumber APBD ditambah pungutan-pungutan liar.
Kelima ialah faktor keamanan barang dan jasa di mana seringkali bentuk premanisme
menjadi kendala proses produksi dan distribusi industri.
Terakhir ialah persoalan infrastrukur baik dalam hal transportasi dan sumber daya energi.
2.5 Perkembangan Ekspor Indonesia

Grafik 2.5
Perkembangan Berat dan Nilai Ekspor Indonesia Tahun 2010‒2016

Sumber : Dokumen PEB dan Non PEB, diolah

Dari Grafik 2.5 dapat dilihat bahwa perkembangan berat ekspor Indonesia selama periode
2010 sampai 2016 tidak selalu sejalan dengan nilai ekspornya. Seperti pada tahun 2012, ketika
nilai ekspor Indonesia mengalami penurunan sebesar 6,62 persen, berat ekspor Indonesia justru
mengalami peningkatan sebesar 3,08 persen. Demikian juga pada tahun 2013 dan 2016. Pada
tahun 2013, ketika nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 3,93 persen, berat ekspor
meningkat sebesar 16,64 persen. Selanjutnya pada tahun 2016, ketika nilai ekspor mengalami
penurunan sebesar 3,44 persen, berat ekspor meningkat sebesar 1,01 persen. Peningkatan berat
ekspor pada saat nilai ekspornya mengalami penurunan mengindikasikan adanya penurunan
harga-harga komoditi ekspor Indonesia di pasar ekspor.
Pada tahun 2016 nilai ekspor Indonesia mencapai nilai US$145,2 miliar, sementara
beratnya mencapai 514,8 juta ton. Jika dilihat ke dalam komoditi ekspornya, penurunan nilai
ekspor pada tahun 2016 disebabkan oleh penurunan nilai ekspor komoditi migas sebesar 29,44
persen, sedangkan nilai ekspor komoditi nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen.
Selanjutnya peningkatan berat ekspor Indonesia disebabkan oleh peningkatan berat ekspor
komoditi nonmigas sebesar 1,45 persen, sedangkan berat ekspor komoditi migas mengalami
penurunan sebesar 3,64 persen. Pembahasan lebih jauh mengenai perkembangan ekspor
berdasarkan jenis komoditinya akan diuraikan dalam subbab-subbab berikut.
2.5.1 Perkembangan Ekspor Migas

Sebelum pertengahan tahun 1980-an, migas merupakan primadona ekspor Indonesia,


sehingga peranan minyak bumi dan gas Indonesia sangat menonjol dalam perdagangan
internasional. Seiring waktu, peranan ekspor migas terhadap ekspor nasional terus menurun. Jika
dirinci lebih lanjut, penurunan yang signifikan dari nilai ekspor migas terjadi pada setiap
komoditi utamanya.
Peranan setiap komoditi migas, terdapat sedikit perubahan pada struktur ekspor migas.
Pada tahun 2015 peranan komoditi minyak mentah sebesar 34,88 persen, gas alam sebesar 55,67
persen dan hasil minyak sebesar 6,65 persen. Pada tahun 2016 peranan komoditi minyak mentah
sebesar 39,65 persen, gas alam sebesar 53,69 persen dan hasil minyak sebesar 6,65 persen.
Grafik 2.5.1
Perkembangan Berat dan Nilai Ekspor Migas Indonesia Tahun 2010−2016

Sumber : Dokumen PEB dan Non PEB, diolah

Grafik 2.5.1 menyajikan perkembangan nilai dan berat ekspor minyak dan gas bumi
Indonesia selama tahun 2010 sampai 2016. Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010
nilai ekspor komoditi migas Indonesia mencapai US$28.039,6 juta. Selanjutnya pada tahun 2011
mengalami kenaikan sebesar 47,92 persen sehingga menjadi US$41.477,0 juta, demikian pula
berat ekspor komoditi migas juga mengalami peningkatan sebesar 5,59 persen. Selama tahun
2010−2016, nilai ekspor komoditi migas mencapai titik tertinggi pada tahun 2011 sedangkan
titik terendah pada tahun 2016 yaitu sebesar US$13.105,5 juta. Sejak tahun 2012, nilai ekspor
komoditi migas Indonesia terus mengalami penurunan. Penurunan lebih disebabkan oleh
menurunnya harga minyak di pasar internasional. Secara rata-rata penurunannya sejak tahun
2012 sampai 2016 sebesar 19,64 persen setiap tahun.

2.5.2 Perkembangan Ekspor Nonmigas

Grafik 2.5.2
Perkembangan Ekspor Nonmigas Menurut Sektor Tahun 2010-2016

Sumber : Dokumen PEB dan Non PEB, diolah

Pada tahun 2010 peranan ekspor nonmigas sebesar 82,23 persen. Peranan ekspor non
migas mengalami peningkatan mencapai 90,97 persen pada tahun 2016. Selama periode tahun
2010 sampai 2016 pertumbuhan ekspor non migas rata-rata sebesar 5,46 persen.
Secara garis besar ekspor nonmigas bisa dikelompokkan menjadi tiga sektor yaitu Ekspor
hasil pertanian, ekspor hasil industri pengolahan, serta ekspor hasil pertambangan dan lainnya.
Dari grafik 2.5.2 terlihat bahwa ekspor nonmigas selama periode 2010 sampai 2016 selalu
didominasi oleh ekspor hasil industri pengolahan. Rata-rata kontribusi dari industri pengolahan
terhadap total ekspor nonmigas Indonesia selama periode 2010 sampai 2016 sebesar 79,32
persen.
Grafik 2.5.1 menyajikan perkembangan nilai ekspor nonmigas selama tahun 2010 sampai
2016. Dari grafik tersebut terlihat bahwa pada tahun 2010 nilai ekspor komoditi nonmigas
Indonesia mencapai sekitar US$ 130 miliar. Selanjutnya pada tahun 2011 mengalami kenaikan
mencapai sekitar US$ 160 miliar. Tahun 2011 ekspor nonmigas mengalami peningkatan sebesar
24,88 persen yang disebabkan peningkatan pada sektor industri sebesar 24,71 persen, serta sektor
pertambangan sebesar 26,69 persen. Nilai ekspor nonmigas mengalami penurunan menjadi
sekitar US$ 155 miliar pada tahun 2012. Gambaran kinerja ekspor tahun 2012 yang kurang
optimal ditunjukkan oleh penurunan ekspor nonmigas sebesar 5,54 persen yang disebabkan
karena menurunnya ekspor sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan masing-masing
sebesar 4,74 persen dan 9,57 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kemudian, nilai
ekspor nonmigas terus mengalami penurunan dari tahun 2012 hingga tahun 2015 menjadi sekitar
US$ 135 miliar.
Tidak seperti tiga tahun sebelumnya, tahun 2016 ekspor nonmigas mengalami
peningkatan sebesar 0,22 persen. Peningkatan ekspor nonmigas pada tahun 2016 disebabkan
oleh peningkatan ekspor komoditi industri pengolahan sebesar 1,75 persen, sedangkan ekspor
pertanian dan pertambangan mengalami penurunan masing-masing sebesar 8,57 persen dan 6,64
persen.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekspor adalah penjualan barang ke luar negeri dengan menggunakan sistem pembayaran,
kualitas, kuantitas dan syarat penjualan lainnya yang telah disetujui oleh pihak eksportir dan
importir. Perkembangan berat ekspor Indonesia selama periode 2010 sampai 2016 tidak selalu
sejalan dengan nilai ekspornya. Pada tahun 2016 nilai ekspor Indonesia mencapai nilai US$
145,2 miliar, sementara beratnya mencapai 514,8 juta ton. Perkembangan ekspor dibagi
berdasarkan jenis komoditasnya yaitu ekspor migas dan ekspor nonmigas.
Perkembangan nilai ekspor komoditi migas, pada tahun 2010 mencapai US$ 28.039,6
juta. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan menjadi US$ 41.477,0 juta. Selama tahun
2010−2016, nilai ekspor komoditi migas mencapai titik tertinggi pada tahun 2011 sedangkan
titik terendah pada tahun 2016 yaitu sebesar US$ 13.105,5 juta. Sejak tahun 2012, nilai ekspor
komoditi migas Indonesia terus mengalami penurunan. Penurunan lebih disebabkan oleh
menurunnya harga minyak di pasar internasional.
Perkembangan nilai ekspor komoditi nonmigas, pada tahun 2010 mencapai sekitar US$
130 miliar. Pada tahun 2011 mengalami peningkatan mencapai sekitar US$ 160 miliar. Nilai
ekspor nonmigas mengalami penurunan menjadi sekitar US$ 155 miliar pada tahun 2012.
Penurunan tersebut disebabkan karena menurunnya ekspor sektor industri pengolahan dan
sektor pertambangan masing-masing sebesar 4,74 persen dan 9,57 persen dibandingkan dengan
tahun sebelumnya. Kemudian, nilai ekspor nonmigas terus mengalami penurunan dari tahun
2012 hingga tahun 2015 menjadi sekitar US$ 135 miliar. Namun pada tahun 2016, ekspor
nonmigas mengalami peningkatan sebesar 0,22 persen. Peningkatan ekspor nonmigas pada
tahun 2016 disebabkan oleh peningkatan ekspor komoditi industri pengolahan sebesar 1,75
persen, sedangkan ekspor pertanian dan pertambangan mengalami penurunan masing-masing
sebesar 8,57 persen dan 6,64 persen.

DAFTAR PUSTAKA

Pendidikanmu.com. 2015. “Pengertian Ekspor dan Impor


Indonesia”. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/11/09/27/ls5ui2-enam-kendala-
dera-ekspor-indonesia ( diakses pada 11 November 2017 )
Tjiptojuwono, Eko. 2014. “Faktor-Faktor Pendorong
Ekspor”. http://djpen.kemendag.go.id/app_frontend/contents/74-mengapa-ekspor (diakses pada
11 November 2017 )
Purwadi, Didi. 2011. “Enam Kendala Ekspor Dera
Indonesia”. http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/bisnis/11/09/27/ls5ui2-enam-kendala-
dera-ekspor-indonesia ( diakses pada 11 November 2017 )
Purwaningsih, Suheri, Eka Andriani, dkk. 2017. “ Analisi Komoditi Ekspor 2010-2016”
https://www.bps.go.id/website/pdf_publikasi/Analisa-Komoditi-Ekspor--2010-2016--Sektor-
Pertanian--Industri-dan-Pertambangan.pdf ( diakses pada 1 Desember 2017 )

Anda mungkin juga menyukai