Anda di halaman 1dari 11

RESUME AUDITING

CHAPTER 9

MATERIALITY AND RISK

Disusun Oleh :

1. Lenni Dwi Lestari C1C017009


2. Sasliana Fitri C1C017031
3. Anggi Bella Safitri C1C017087

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
2019
MATERIALITAS
Materialitas dalah pertimbangan utama dalam menentukan ketepatan laporan audit yang
harus dikeluarkan. FASB Concept Statement 2 mendefinisikan meterialitas sebagai besarnya
penghapusan atau salah saji informasi akuntansi yang dengan memperhitungkan situasinya,
menyebabkan pertimbangan seseorang yang bijaksana yang mengandalkan informasi tersebut
mungkin akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut.
Auditor bertanggungjawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material,
berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa
dilakukan tindakan koreksi. Jika klien menolak untuk mengoreksi laporan keuangan itu, auditor
harus mengekuarkan pendapat wajar dengan pengecualian atau pendapat tidak wajar, tergantung
pada seberapa material salah saji tersebut.
Langkah-langkah dalam menerapkan materialitas
1. Menetapkan meterialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan
2. Menentukan materialitas kinerja
3. Mengestimasi total salah saji dalam segmen
4. Mengestimasi salah saji gabungan
5. Membandingkan estimasi salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau yang
direvisi tentang materialitas

MATERIALITAS UNTUK LAPORAN KEUANGAN SECARA KESELURUHAN


Standar auditing mengharuskan auditor memutuskan jumlah salah saji gabungan dalam
laporan keuangan, yang akan mereka anggap material pada awal audit ketika sedang
mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, yang disebut dengan pertimbangan
pendahuluan tentang materialitas, adalah jumlah maksimum yang membuat auditor yakin bahwa
laporan keuangan akan salah saji tetapi tidak mempengaruhi keputusan para pemakai yang
bijaksana. Auditor menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas untuk membantu
merencanakan pengumpulan bukti yang tepat.
Selama pelaksanaan audit, auditor seringkali mengubah pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas, yang disebut dengan pertimbangan tentang materialitas yang direvisi. Auditor
mungkin akan melakukan revisi karena adanya perubahan dalam salah satu faktor yang
digunakan untuk menentukan pertimbangan pendahuluan, karena auditor memutuskan bahwa
pertimbangan pendahuluan terlalu besar atau terlalu kecil.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertimbangan materialitas :
a. Materialitas adalah konsep yang bersifat relative daripada absolute
Tidak mungkin menetapkan pedoman nilai dolar bagi pertimbangan pendahuluan tentang
materialitas yang dapat diterapkan pada semua klien audit, karena salah saji dalam jumlah
tertentu mungkin saja material bagi perusahaan kecil, tetapi dapat saja tidak material bagi
perusahaan besar.

b. Tolok ukur yang diperlukan untuk mengevaluasi materialitas


Laba bersih sebelum pajak seing kali menjadi tolok ukur utama untuk menentukan berapa
jumlah yang material bagi perusahaan yang berorientasi laba, karena jumlah ini dianggap
sebagai item informasi yang penting bagi para pemakai. Tolok ukur lainnya meliputi
penjualan bersih, laba kotor, serta total asset atau asset bersih.

c. Faktor-faktor kualitatif yang juga mempengaruhi materialitas


- Jumlah yang melibatkan kecurangan biasanya dianggap lebih penting daripada kesalahan
yang tidak disengaja dengan nilai dolar yang sama, karena kecurangan itu mencerminkan
kejujuran serta reliabilitas manajemen atau personel lain yang terlibat.
- Salah saji yang sebenarnya kecil bisa menjadi material jika ada konsekuensi yang mungkin
timbul dari kewajiban kontraktual.
- Salah saji yang sebenarnya tidak material dapat saja menjadi material jika mempengaruhi
tren laba.

MENENTUKAN MATERIALITAS KINERJA


Materialitas kinerja merupakan jumlah yang ditetapkan oleh auditor pada angka yang lebih
kecil dari materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan demi menguranginya ke
tingkat probabilitas yang rendah dan tepat bahwa jumlah agregat dari salah saji yang belum
dikoreksi atau tidak terdeteksi melebihi materialitas untuk laporan keuangan secara keseluruhan.
Penentuan materialitas kinerja perlu dilakukan karena auditor mengumpulkan bukti per segmen
dan bukan untuk laporan keuangan secara keseluruhan, serta tingkat materialitas kinerja akan
membantu auditor dalam memutuskan bukti audit yang tepat yang harus dikumpulkan.
Materialitas kinerja berhubungan terbalik dengan jumlah bukti yang akan dikumpulkan auditor.
Materialitas kinerja dapat bervariasi bagi berbagai kelas transaksi, saldo akun, atau
pengungkapan terutama jika berfokus pada area tertentu. Kita mengacu proses penentuan
materialitas kinerja sebagai alokasi pertimbangan pendahuluan tentang materialitas ke segmen-
segmen dalam pembahasan berikut. Sebagian besar praktisi mengalokasikan materialitas kea
kun-akun neraca dan bukan kea kun-akun laporan laba-rugi, karena kebanyakn salah saji dalam
laporan laba-rugi memiliki pengaruh yang sama terhadap neraca akibat digunakannya sistem
pembukuan double entry.
Auditor menghadapi tiga kesulitan utama dalam mengalokasikan materialitas pada akun-
akun neraca :
1. Auditor memperkirakan akun-akun tertentu mengandung lebih banyak salah saji
dibandingkan akun-akun lainnya.
2. Baik lebih saji maupun kurang saji harus dipertimbangkan.
3. Biaya audit relative mempengaruhi pengalokasian ini.

MENGESTIMASI SALAH SAJI DAN MEMBANDINGKAN DENGAN


PERTIMBANGAN PENDAHULUAN
Salah saji yang ditemukan dalam suatu akun dapat dibedakan menjadi dua jenis :
- Salah saji yang diketahui, adalah salah saji dalam akun yang jumlahnya dapat ditentukan
oleh auditor.
- Salah saji yang mungkin, terbagi menjadi dua : pertama, salah saji yang berasal dari
perbedaan antara pertimbangan manajemen dan auditor tentang estimasi saldo akun. Kedua,
proyeksi salah saji berdasarkan pengujian auditor atas sampel dari suatu populasi.
Risiko audit
Standar auditing mengharuskan auditor menilai resiko salah saji yang material pada tingkat
laporan keuangan secara keseluruhan serta tingkat asersi yang relevan bagi kelas transaksi, saldo
akun, dan pengungkapan. Auditor menangani bukti audit terutama dengan menerapkan model
resiko audit. Model resiko audit membantu auditor memutuskan seberapa banyak dan jenis bukti
apa yang harus dikumpulkan dalam setiap siklusnya.
Risiko dalam auditing berarti bahwa auditor menerima suatu tingkat ketidakpastian tertentu
dalam pelaksanaan audit. Risiko audit yaitu risiko bahwa auditor secara tidak sadar gagal untuk
menyesuaikan pendapatnya atas laporan keuangan yang salah saji secara material. Auditor
menyadari bahwa risiko tersebut ada karena adanya hal-hal sebagai berikut, misalnya
ketidakpastian mengenai kompetensi bukti, efektivitas struktur pengendalian intern klien, serta
ketidakpastian apakah laporan keuangan memang telah disajikan secara wajar setelah audit
selesai.
Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit mengharuskan auditor untuk
mempertimbangkan risiko audit dalam:
1. Perencanaan audit dan perancangan program audit
2. Pengevaluasian akhir apakah laporan keuangan secara keseluruhan disajikan secara wajar
sesuai prinsip akuntansi yang berterima umum.
Komponen model risiko audit
1. Risiko Bawaan (Inherent Risk)
Risiko bawaan adalah kerentanan suatu asersi terhadap salah saji material dengan asumsi
tidak ada kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern yang terkait. Risiko bawaan selalu
ada dan tidak pernah mencapai angka nol. Risiko bawaan tidak dapat diubah oleh penerapan
prosedur audit yang paling baik sekalipun. Risiko bawaan bervariasi untuk setiap asersi. Sebagai
contoh, asersi keberadaan kas mempunyai risiko bawaan yang lebih tinggi daripada aktiva tetap.
Hal ini disebabkan uang tunai merupakan suatu aset yang sangat rawan terhadap manipulasi, dan
semua orang berminat terhadap uang. Sedangkan aktiva tetap lebih terlihat jelas keberadaannya.
Risiko bawaan juga dibedakan atas risiko bawaan setiap akun dan risiko bawaan keseluruhan
untuk banyak akun.
2. Risiko Pengendalian (Control Risk)
Risiko pengendalian adalah risiko bahwa suatu salah saji material yang dapat terjadi dalam
suatu asersi, tidak dapat dideteksi maupun dicegah secara tepat pada waktunya oleh berbagai
kebijakan dan prosedur pengendalian intern entitas. Risiko pengendalian tidak pernah mencapai
angka nol karena pengendalian intern tidak akan dapat menghasilkan keyakinan penuh bahwa
semua salah saji material akan dapat dideteksi maupun dicegah.Risiko pengendalian merupakan
fungsi dari efektivitas struktur pengendalian intern. Semakin efektif struktur pengendalian intern
entitas klien, semakin kecil risiko pengendaliannya. Penetapan risiko pengendalian didasarkan
atas kecukupan bukti audit yang menyatakan bahwa struktur pengendalian intern klien adalah
efektif.
3. Risiko Deteksi (Detection Risk)
Risiko deteksi merupakan risiko ketika auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi. Risiko deteksi tergantung atas penetapan auditor terhadap
risiko audit, risiko bawaan, dan risiko pengendalian. Semakin besar risiko audit, semakin besar
pula risiko deteksi, sedangkan semakin besar risiko bawaan ataupun risiko pengendalian,
semakin kecil risiko deteksi. Risiko deteksi merupakan risiko yang dapat dikendalikan oleh
auditor. Hal ini disebabkan oleh risiko deteksi yang merupakan fungsi dari efektivitas prosedur
dan penerapannya oleh auditor dengan cara melakukan perencanaan yang memadai, supervisi
atau pengawasan yang tepat, dan penerapan prosedur audit yang efektif, serta penerapan standar
pengendalian mutu.
4. Risiko audit yang dapat diterima
Risiko audit yang dapat diterima adalah ukuran kesediaan auditor untuk menerima bahwa
mengandung
laporan keuangan mungkin salah saji yang material setelah audit selesai. Dan
pendapatan wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila auditor memutuskan risiko
audit yang diterima lebih rendah, auditor yakin bahwa laporan keuangan tidak salah saji secara
material. Risiko nol berarti yakin sekali dan resiko 100% berarti sama sekali tidak yakin. Risiko
nol mengenai keakuratan laporan keuangan tidak praktis,dan auditor tidak dapat menjamin sama
sekali tidak ada salah saji material.

MENILAI RISIKO AUDIT YANG DAPAT DITERIMA


Audit harus memutuskan resiko audit yang dapat diterima yang tepat pada suatu audit
selama perencanaan audit. Pertama, auditor memutuskan risiko penugasan dan kemudian
menggunakan risiko penugasan ini untuk memodifikasi risiko audit yang dapat diterima.
Resiko penugasan (engagement risk) adalah risiko bahwa auditor atau kantor akuntan
publik akan menderita kerugian setelah audit selesai, walaupun laporan audit sudah benar. Risiko
penugasan berkaitan dengan risiko bisnis klien, jika klien mengumumkan kepailitan setelah audit
selesai, kemungkinan diajukannya gugatan hukum terhadap KAP walaupun audit tersebut baik.
Apabila auditor memodifikasi bukti untuk resiko penugasan, hal itu dilakukan melalui
pengendalian audit yang dapat diterima. Resiko audit yang dapat diterima yang cukup rendah
memang selalu diinginkan namun dibeberapa situasi bahkan diperlukan resiko yang jauh lebih
rendah karna faktor resiko penugasan. Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan
keuangan, kemungkinan bahwa klien akan mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit
dikeluarkan.
Derajat ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan sangat tepat dalam
mengurangi risiko audit yang dapat diterima. Beberapa indikator mengenai derajat
ketergantungan pemakai eksternal laporan keuangan:
 Ukuran klien
 Distribusi kepemilikan
 Sifat dan jumlah kewajiban
Kemungkinan klien akan mengalami kesulitan-kesulitan keuangan setelah laporan audit di
keluarkan.
Memang sulit bagi auditor untuk memprediksi kegagalan keuangan tetapi ada beberapa faktor
yang merupakan indikator yang baik untuk meningkatkan probabilitas
 Posisi likuiditas
 Laba rugi tahun sebelumnya
 Metode pembiayaan pertumbuhan
 Sifat operasi klien
 Kompetensi manajemen
Metode yang digunakan untuk menilai risiko audit yang dapat diterima
1. Ketergantungan pemakai eksternal pada laporan keuangan
 Menelaah laporan keuangan, termasuk catatan kaki.
 Membaca notulen rapat dewan direksi untuk menentukan rencana masa depan
 Membaca analisis laporan keuangan untuk perusahaan terbuka
 Membahas rencana pembiayaan dengan manajemen
2. Kemungkinan terjadinya kesulitan keuangan
 Menganilisis laporan keuangan untuk mengenali kesulitan keuangan dengan
menggunakan rasio serta prosedur analitis lainnya.
 Menelaah laporan arus kas historis dan yang diproyeksikan untuk memeplajari
sifat arus kas masuk dan arus kas keluar.
3. Integritas manajemen
 Mengikuti prosedur penerimaan dan kelanjutan klien.

MENILAI RISIKO INHEREN


Auditor harus menilai faktor-faktor yang menyebabkan risiko inheren dan memodifikasi
bukti audit untuk memperhitungkan faktor-faktor tersebut. Faktor-faktor yang mempengaruhi
risiko inheren diantaranya :
 Sifat bisnis klien
1. Praktik industri
2. Transaksi kompleks atau non-rutin
3. Unsur-unsur populasi
 Pengalaman audit
1. Hasil audit sebelumnya
2. Penugasan awal versus penugasan berulang
3. Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat Saldo dan transaksi akun dengan benar
 Budaya
1. Pihak Terkait
2. Faktor-faktor yang terkait dengan pelaporan keuangan yang curang
3. Faktor-faktor yang terkait dengan penyalahgunaan aset
Mempertimbangkan keputusan risiko inheren
Auditor harus mengevaluasi informasi yang memengaruhi risiko inheren untuk menilai
risiko salah saji material pada tingkat tujuan audit untuk siklus, saldo, dan pengungkapan.
Beberapa faktor, seperti penugasan awal versus perulangan, akan memengaruhi banyak siklus,
sedangkan yang lain, seperti transaksi non-rutin, hanya akan memengaruhi akun atau tujuan audit
tertentu. Auditor umumnya bersikap konservatif dalam melakukan penilaian untuk menetapkan
risiko inheren.
Memperoleh informasi untuk menilai risiko inheren
Auditor mengumpulkan informasi yang relevan dengan penilaian risiko inheren selama fase
perencanaan. Karena tes audit dilakukan selama audit, auditor dapat memperoleh informasi
tambahan yang memengaruhi penilaian awal.
HUBUNGAN RISIKO DENGAN BUKTI SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI RISIKO
Auditor merespons risiko dengan mengubah tingkat pengujian dan jenis prosedur audit,
termasuk memasukkan ketidakpastian dalam prosedur audit yang digunakan. Selain
memodifikasi bukti audit, ada dua cara lain agar auditor dapat mengubah audit untuk merespons
risiko:
1. Penugasan mungkin membutuhkan staf yang lebih berpengalaman.
2. Penugasan akan ditinjau lebih hati-hati dari biasanya.
Risiko audit untuk segmen-segmen
Risiko salah saji material, risiko pengendalian, dan risiko inheren dinilai untuk setiap tujuan
audit di setiap segmen audit. Penilaian cenderung bervariasi pada audit yang sama dari siklus ke
siklus, akun ke akun, dan tujuan ke tujuan. Risiko audit yang dapat diterima biasanya dinilai
oleh auditor selama perencanaan dan tidak berubah untuk setiap siklus dan akun utama. Auditor
umumnya menggunakan risiko audit yang dapat diterima yang sama untuk semua segmen
berdasarkan keyakinan mereka bahwa pada akhir audit, pengguna laporan keuangan harus
memiliki tingkat jaminan yang sama untuk setiap segmen laporan keuangan.
Seperti risiko pengendalian dan risiko inheren, risiko deteksi yang direncanakan dan bukti
audit yang diperlukan akan bervariasi dari siklus ke siklus, akun ke akun, atau tujuan ke tujuan.
Karena keadaan dari setiap penugasan berbeda, tingkat dan sifat bukti yang dibutuhkan akan
tergantung pada keadaan yang unik.
Menghubungkan materialitas kinerja dan risiko dengan tujuan audit yang berkaitan
dengan saldo
Walaupun menilai risiko inheren dan risiko pengendalian untuk setiap tujuan audit yang
berkaitan dengan saldo merupakan praktik yang umum, mengalokasikan materialitas ke tujuan
tersebut bukan merupakan hal yang umum. Para auditor dapat mengaitkan sebagian besar risiko
dengan tujuan yang berbeda secara efektif dan relatif mudah menentukan hubungan antara risiko
dengan satu atau dua tujuan.
Keterbatasan pengukuran
Salah satu batasan utama dalam penerapan model risiko audit adalah sulitnya mengukur
komponen-komponen model. Terlepas dari upaya terbaik auditor dalam perencanaan, penilaian
risiko audit yang dapat diterima, risiko bawaan, dan risiko pengendalian, dan oleh karena itu
risiko deteksi yang direncanakan, sangat subyektif dan hanya merupakan perkiraan dari
kenyataan. Untuk mengimbangi masalah pengukuran ini, banyak auditor menggunakan istilah
pengukuran yang luas dan subyektif, seperti rendah, sedang, dan tinggi.
Sama sulitnya untuk mengukur jumlah bukti yang tersirat oleh risiko deteksi terencana yang
diberikan. Pertimbangan profesional yang cukup diperlukan untuk memutuskan berapa banyak
lagi bukti yang diperlukan.
Tabel Hubungan Risiko dengan Bukti
Situasi Risiko Audit Risiko Risiko Risiko Jumlah
yang Dapat Inheren Pengendalian Deteksi yang Bukti yang
Diterima Direncanakan Dibutuhkan
1 Tinggi Rendah Rendah Tinggi Rendah
2 Rendah Rendah Rendah Sedang Sedang
3 Rendah Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
4 Sedang Sedang Sedang Sedang Sedang
5 Tinggi Rendah Sedang Sedang Sedang

Kertas kerja perencanaan pembayaran untuk ujian atas pembayaran saldo


Auditor mengembangkan berbagai jenis kertas kerja untuk membantu menghubungkan
penilaian yang mempengaruhi bukti audit dengan bukti yang tepat untuk diakumulasikan.
Kedelapan tujuan audit terkait keseimbangan dimasukkan dalam kolom di bagian atas lembar
kerja untuk membantu memastikan auditor mempertimbangkan risiko yang terkait dengan semua
asersi terkait keseimbangan yang relevan. Baris satu dan dua adalah risiko audit yang dapat
diterima dan risiko inheren. Materialitas kinerja untuk piutang dagang dimasukkan di bagian
bawah lembar kerja. Kertas kerja perencanaan bukti menunjukkan bahwa faktor-faktor lain juga
harus dipertimbangkan sebelum membuat keputusan bukti akhir.
Merevisi risiko dan bukti
Model risiko audit terutama merupakan model perencanaan sehingga penggunaannya
terbatas dalam mengevaluasi hasil. Namun, perhatian khusus harus dilakukan ketika auditor
memutuskan, berdasarkan bukti yang terakumulasi, bahwa penilaian awal risiko pengendalian
atau risiko inheren ditetapkan terkalu rendah atau risiko audit yang dapat diterima ditetapkan
terlalu tinggi. Dalam keadaan seperti itu, auditor harus mengikuti pendekatan dua langkah.
1. Auditor harus merevisi penilaian awal dari risiko yang sesuai.
2. Auditor harus mempertimbangkan pengaruh revisi terhadap persyaratan bukti, tanpa
menggunakan model risiko audit.
Hubungan risiko dan materialitas dengan bukti audit
Konsep materialitas dan risiko dalam audit terkait erat dan tidak dapat dipisahkan. Risiko
adalah ukuran ketidakpastian, sedangkan materialitas adalah ukuran besarnya atau ukuran.
Secara keseluruhan, mereka mengukur ketidakpastian jumlah besaran yang diberikan. Hubungan
antara materialitas kinerja dan empat risiko terhadap bukti audit yang direncanakan ditunjukkan
bahwa materialitas kinerja tidak memengaruhi salah satu dari empat risiko tersebut, dan risiko
tersebut tidak memengaruhi materialitas kinerja, tetapi bersama-sama mereka menentukan bukti
yang direncanakan. Dengan kata lain, materialitas kinerja bukan bagian dari model risiko audit,
tetapi kombinasi materialitas kinerja dan faktor model risiko audit menentukan bukti audit yang
direncanakan.

IKHTISAR
Materialitas dan risiko merupakan konsep fundamental yang penting bagi perencanaan audit.
Kedua konsep ini membutuhkan pertimbangan auditor yang matang dan berdampak langsung
terhadap bukti audit yang direncanakan auditor. Materialitas memberikan kepastian kepada
pemakai laporan keuangan bahwa laporan itu bebas dari salah saji material. Oleh karena itu,
auditor harus mengembangkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas agar bisa
merancang rencana audit yang menjadi dasar bagi kepastian tersebut. Karena auditor mengakui
beberapa tingkat ketidakpastian dalam melaksanakan fungsi audit, pertimbangan risiko
berdasarkan model risiko audit diperlukan auditor untuk menangani secara efektif risiko itu
dengan cara yang paling tepat. Dengan menggunakan model risiko audit dan materialitas kinerja
pada setiap akun, auditor menentukan bukti audit yang diperlukan untuk mencapai tingkat risiko
audit yang dapat diterima bagi laporan keuangan secara keseluruhan.

Anda mungkin juga menyukai