PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
produktifitas tenaga kerja, angka kesakitan dan kematian yang tinggi pada
adalah masalah gizi kronis dalam bentuk anak pendek (stunting). Stunting
merupakan masalah gizi kronis, artinya muncul sebagai akibat dari keadaan
Saat ini negara berkembang dihadapkan pada masalah gizi ganda, yaitu
degeneratif (Devi 2010). Gagal tumbuh yang terjadi akibat kekurangan gizi
pada masa-masa emas akan berakibat buruk pada kehidupan berikutnya yang
1
menyebabkan terhambatnya perkembangan otak yang juga berdampak pada
badan menurut usia yang kurang dari -2SD, nilai di bawah -3SD menunjukkan
kondisi yang parah (Gibney et al. 2009). Indikator tinggi badan menurut usia
(TB/U) menggambarkan status gizi yang bersifat kronis yang muncul sebagai
akibat dari keadaan yang berlangsung lama seperti kemiskinan, perilaku pola
asuh yang tidak tepat, sering menderita penyakit secara berulang karena
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan
dengan yang lainnya. Ada tiga faktor utama penyebab stunting yaitu asupan
makan tidak seimbang (berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam makanan
yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air) riwayat berat lahir
badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit (UNICEF, 2007). Secara garis
memadai, tingkat pendapatan, pola asuh makan anak yang tidak memadai,
stunting, dimana faktor-faktor ini terjadi akibat faktor pada tingkat masyarakat
(UNICEF, 2007)
Penelitian yang dilakukan oleh Renyoet (2010) menunjukkan bahwa ada
praktek pemberian makan terhadap kejadian stunting pada anaknya. Hal ini
menyatakan bahwa perilaku ibu dalam menyusui atau memberi makan, cara
makan yang sehat, memberi makanan bergizi dan mengontrol besar porsi
makanan yang dihabiskan oleh anak akan meningkatkan status gizi anak.
Berdasarkan penelitian Semba, et al. (2008), tingkat pendidikan ibu dan ayah
Kurangnya gizi pada anak dapat disebabkan oleh sikap atau perilaku dari
orang tua, khususnya ibu, yang menjadi faktor dalam pemilihan makanan yang
pengetahuan ibu tentang makanan dan gizinya. Ketidak tahuan ibu dapat
yang bergizi merupakan cara yang tidak efektif. Penyadaran melalui edukasi
gizi sejak dini pada anak-anak akan menumbuhkan rasa cinta terhadap
makanan bergizi. Hal ini akan membuat anak tidak akan merasa terpaksa
untuk makan makanan bergizi. Peranan orang tua terutama ibu sangat penting
gizi yang baik dari orang tua agar dapat menyediakan menu pilihan yang
Seorang ibu yang memiliki pengetahuan dan prilaku terhadap asupan gizi
yang kurang akan sangat berpengaruh terhadap status gizi anaknya dan akan
sukar untuk memilih makanan yang bergizi untuk anak dan keluarganya,
Viramitha at,al (2019). Oleh karena itu, upaya perbaikan stunting dapat
perilaku pemberian makan pada anak dan asupan makan anak juga dapat
permasalahan gizi yang terjadi, dan mencari solusi untuk masalah tersebut.
KIE gizi dapat meningkatkan pengetahuan dan merubah prilaku ibu dalam
Di dunia terdapat 178 juta anak berusia kurang dari lima tahun (balita)
yang stunting. Dan pada tahun 2007 prevalensi balita stunting di seluruh dunia
adalah 28,5% dan di seluruh negara berkembang sebesar 31,2%. Benua Asia
dan pendek tahun 2013 sebesar 37,2 % dan di tahun 2018 sebesar 30,8 %
Wetan sebesar 28,3%, Puskesmas cugung lalang ada di posisi kedua dengan
prevalensi sebesar 22,6%, dan Puskesmas Ujan Mas menduduki urutan ketiga
(2018).
Hasil survei awal yang telah dilakukan di Puskesmas Ujan mas didapatkan
data jumlah balita sangat pendek berjumlah 57 balita, dan desa tertinggi ada di
berperan penting dalam upaya perbaikan stunting oleh sebab itu peneliti
tertarik untuk melakukan penelitian pengaruh media KIE terhadap prilaku ibu
tingginya kejadian stunting pada balita di Puskesmas Ujan Mas pada tahun
2019 Pertanyaan Penelitian apakah ada pengaruh media KIE terhadap prilaku
C. TUJUAN PENELITIAN
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh
Media KIE terhadap prilaku ibu dalam pemenuhan gizi balita stunting
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui prilaku ibu terhadap pemenuhan gizi balita
stunting.
b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh media KIE terhadap
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi Akademik
Dapat memberikan informasi dan masukan bagi mahasiswa kebidanan
kesehatan.
3. Bagi Puskesmas Ujan Mas
Sebagai sumbangan pemikiran dan sebagai bahan masukan bagi bidan dan
penelitian selanjutnya
E. KEASLIAN PENELITIAN
Tabel 1.1
Keaslian Peneitian
Timur
2. Rahmaya Hubungan Pola Asuh Ibu Cross 1.Pola asuh
praktik
kebersihan/higyene,
kesehatan memiliki
pertumbuhan tinggi
badan anak
Perbedaan dengan penelitian yang di lakukan oleh peneliti adalah
KAJIAN PUSTAKA
A. KIE ( Komunikasi,Informasi,Edukasi)
1. Definisi Kie
diketahui masyarakat.
2. Tujuan Kie
promosi kesehatan.
a. Keterpaduan
b. Mutu
sasaran)
Kelompok Sasaran)
Sasaran.
pesan saja, akan tetapi harus diikuti dengan tindak lanjut yang
berikutnya.
b. Tertarik (interest)
B. Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak
dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar.
Pengertian media ada dua macam, yaitu arti sempit dan arti luas. Arti sempit,
menyatakan bahwa media itu berwujud: grafik, foto, alat mekanik dan
1997:2). Dalam konsep ini, segala jenis alat, baik elektronik maupun
disebut media. Apabila jenis alat ini digunakan dan dijadikan sumber
bantu berupa fisik maupun non fisik yang sengaja digunakan sebagai
efisien. Sehingga materi pembelajaran lebih cepat diterima dengan utuh serta
menarik minat untuk belajar lebih lanjut. Pendek kata, media merupakan alat
1. Leaflet
bahan ajar juga harus memuat materi yang dapat menggiring siswa
kecil) yang tak berjilid. Mungkin hanya terdiri dari satu lembar yang
tengahnya sehingga menjadi empat halaman. Atau bisa juga dilipat tiga
Leaflet sebagai bahan ajar harus disusun secara sistematis, bahasa yang
c. Padat pengetahuan.
materinya.
Kurikulum 2004.
lain.
2. Booklet
kompleks. Selain itu pamphlet biasanya hanya satu lembar dan tidak
perhatian, dan dicetak dalam kertas yang baik dalam usaha membangun
dengan buku atau sebuah buku dengan format (ukuran) kecil seperti
hanya saja cara penyajian isinya jauh lebih singkat daripada sebuah
buku., sedangkan buku saku hampir sama dengan booklet, hanya saja
saku.
Pustaka, 1991:153).
a. Kelebihan
waktu.
b. Kekurangan
booklet yang setengah atau satu halaman penuh dengan gambar yang
disertai beberapa petunjuk yang jelas. Lebih baik lagi apabila lebih
dari separuh isi booklet itu memuat ilustrasi gambar (Nana dan
Ahmad, 2009:12).
20
itu, ada enam syarat yang perlu dipenuhi oleh gambar/ foto yang
a) Autentik
a) Sederhana
b) Ukuran Relatif
gambar tersebut.
bagus.
dicapai.
isi yang lebih dominan gambar dari pada tulisan. Gambar memiliki
sebagai berikut.
benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu
Sesuatu yang tidak dapat kita lihat dengan mata telanjang dapat
dan untuk tingkat usia bera saja, sehingga dapat mencegah atau
22
membetulkan kesalahpahaman.
a) Ukuran Kertas
c) Beckground
d) Tata Letak
Fungsi tata letak adalah untuk membuat booklet menjadi tampak rapi
dan elegan.
e) Pemakaian Huruf
f) Pemilihan Gambar
23
a) Karbohidrat
ubi.
b) Protein
dan pemeliharaan struktur tubuh dari sel ataupun organ. Protein ada
dua macam, yaitu (a) Protein nabati adalah protein yang berasal dari
c) Lemak
yaitu:
(b) Lemak hewani adalah lemak yang berasal dari hewan. Contoh:
arang.
sangat sedikit.
ciri-ciri makanan sehat dan bergizi yaitu tidak banyak mengandung lemak-
nikmat, tapi bukan berarti menjadi lebih sehat, banyak mengandung sayuran
atau serat dan tidak atau sedikit menggunakan bahan pengawet. Setiap
tidak bersantan, tidak terlalu pedas, dimasak matang, jadi tidak setengah
matang atau terlalu lama matang, dan mengandung zat-zat gizi antara lain ;
a) Mineral
terdapat dalam susu dan keju; (2) Natrium terdapat dalam garam dapur;
(3) Kalium terdapat dalam daging dan buah-buahan; (4) Fosfor, klorin,
b) Vitamin
Vitamin adalah senyawa kimia yang tidak dapat dibuat sendiri oleh
1) Vitamin A
penglihatan manusia.
27
2014).
2) Vitamin D
3) Vitamin E
4) Vitamin K
28
pada daun yang hijau, daging domba, susu dan produk susu (David,
2014).
5) Vitamin B
(b) Vitamin Bl
energi.
telur .
(c) Vitamin B2
dan asam lemak, juga penting untuk kesehatan kulit, mata, dan
(d) Vitamin B6
(f) Vitamin C
rambutan.
anti busa, bahan konstruksi, kertas, karpet, textile, cat, mebel, dan
Jenis Ciri-Ciri
Pangan
1. Tidak rusak sampai 2 hari pada suhu kamar (25oC)
Mie Basah dan
(10oC)
hancur
kamar
2. Bersih cerah
jangka pendek maupun jangka panjang. Makan tidak sehat memiliki resiko
a) Obesitas
lemak dan rendah nutrisi sehingga terjadinya obesitas pada anak yang
c) Pendidikan
Anak dengan pola makan tidak sehat lebih sering ikut pelajaran di
sekolah dan sering tidak naik kelas. Seorang anak yang tidak
lainnya; maka hal ini dapat membuat anak menjadi lesu, tidak
D. Status Gizi
1. Definisi
gizi dan jumlah yang dibutuhkan (requitment) oleh tubuh untuk berbagai
seperti halnya olahraga. Status gizi ini juga penting karena merupakan
kesehatan. Status gizi juga dibutuhkan untuk mengetahui ada atau tidaknnya
dapat dibedakan menjadi gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih. Status gizi
status gizi adalah tanda yang dapat memberikan gambaran tentang keadaan
keseimbangan antara asupan dan kebutuhan gizi oleh tubuh. Indikator status
gizi umumnya secara langsung dapat terlihat dari kondisi fisik atau kondisi
sumber daya manusi yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi
usia dini tergantung pada asupan zat gizi yang di terima, semakin rendah
asupan zat gizi yang diterima semakin rendah pula stutus gizi dan
kesehehatan anak. Gizi kurang atau gizi buruk pada masa bayi dan anak-
p.141). Status gizi lebih, status gizi kurang dan status gizi buruk sama-sama
mempunyai resiko yang tidak baik bagi kesehatan. Status gizi yang rendah
pada balita dapat menyebabkan angka kematian yang tinggi pada bayi dan
menurut umur, dan berat badan menurut tinggi badan seorang anak
dari nilai Z ini dapat ditentukan standar deviasinya (SD). Cut off point
untuk tiap indikator status gizi adalah ± 2 SD dan status gizi < -3 SD
dengan BB/U yang rendah tidak selalu berat badannya kurang. Sebab
mereka. Jika berat hanya ditimbang sekali, maka berat tersebut harus
normal, berat badan biasa, dan berat badan sekarang (BBS). Perubahan
2010, p.221)
karena merupakan estimasi keadaan yang telah lalu dan status gizi
2008, p.285).
36
Nilai stunting rate terendah terdapat pada anak dibawah usia enam
bulan. Ini menunjukkan bahwa kebutuhan nutrisi pada umur 4-6 bulan masih
dapat dipenuhi oleh air susu ibu. Tampaknya gangguan pertumbuhan dimulai
sejak anak berusia enam bulan sejak itu makanan pendamping ASI muali
terutama pada saat krisis ekonomi. Prevalensi tertinggi stunting terdapat pada
anak usia 2 tahun. Sesudah berusia 1 tahun, anak masih perlu diberi makanan
lebih dari 3 kali sehari. Makanan yang tidak cukup baik dalam kuantitas
Pertumbuhan yang lambat adalah ahasil dari kombinasi antara tidak cukupnya
penyakit infeksi yang dapat menjadi indicator kondisi kehidupan yang buruk
baik untuk proses nutrisi yang sedang terjadi pada anak yang menunjukkan
status gizi pada saat ini. Wasted juga berguna untuk mengevaliasi manfaat dari
e) Antropometri
dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
37
meliputi umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala,
ligkar dada, dan jaringan lunak. Cara pemaparan indicator antropometri meliputi
presentase, persentil, dan z-skor atau simpangan baku terhadap nilai median
acuan. Sedangkan indeks antropometri yang sering digunakan yaitu berat badan
menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan
Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai
tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunakan untuk
melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energi. Ketidak seimbangan ini
terlihat pada pola pertumbuhan fisik da proporsi jaringa tubuh seperti lemak,
(a) Umur
umur yang salah bisa menyebabkan interpretasi status gizi yang tidak tepat.
Batasan umur yang digunakan adalah tahun umur penuh (completed yaer) dan
untuk anak umur 0-2 tahun digunakan bulan umur penuh (completed month)
(Supariasa, 2002).
tulang otot, lemak, cairan tubuh, dan lainnya. Berat badan merupak ukuran
setiap kelompok umur. Selain itu, berat badan digunakan sebagai indikator
38
tunggal yang terbaik pada saat ini untuk keadaan gizi dan keadaan tumbuh
kembang. Berat badan (BB) merupakan salah satu ukuran antropometri yang
memberikan gambaran tentang massa tubuh (otot dan lemak), karena massa
sekarang maupun keadaan yang lalu, apabila umur tidak diketahui dengan
tepat. Selain itu, tinggi badan merupakan ukuran kedua yang penting, sebab
dapat ditiadakan. Pengukuran tinggi badan untuk balita yang sudah bisa
subjek berdiri tegak pada lantai yang rata, tidak menggunakan alas kaki,
kepala sejajar (mata melihat lurus ke depan), kaki menyatu, lutut lurus, tumit,
bokong dan bahu menyentuh dinding yang lurus, tangan menggantung di sisi
diturunkan hingga menyentuh puncak kepala (vertex), dan angka yang paling
menurut Umur (BB/U), Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), dan Berat
adalah indeks tinggi badan menurut umur (TB/U). Tinggi badan merupakan
Tinggi badan menurut umur adalah ukuran dari pertumbuhan linear yang
dicapai, dapat digunakan sebagai indeks status gizi atau kesehatan masa
pertumbuhan linier yang di capai, dapat digunakan sebagai indeks status gizi
tinggi badan akan terus meningkat, meskipun laju tumbuh berubah dari pesat
pada masa bayi muda kemudian melambat dan menjadi pesat lagi (growth
berhenti pada usia 18-20 tahun dengan nilai badan maksimal. Pada keadaan
normal, sama halnya dengan berat badan, tinggi badan tumbuh seiring
(Narendra, 2002)
Status Gizi
Berat badan menurut Gizi Buruk < -3 SD
Umur (TB/U)
Anak Umur 0 – 60 Normal -2 SD s/d 2 SD
> 2 SD
Indeks Massa Tubuh Sangat Kurus < -3 SD
> 2 SD
(Sumber : Kemenkes 2011)
E. Konsep Balita
1. Definisi balita
Anak bawah lima tahun atau sering disingkat anak balita adalah anak yang
berusia diatas satu tahun atau dibawah lima tahun atau dengan perhitungan bulan
12-59 bulan (Kemenkes RI 2015). Balita didefinisikan sebagai anak dengan usia di
bawah lima tahun dimana pertumbuhan tubuh dan otak sangat pesat dalam
pencapaian keoptimalan fungsinya. Masa balita sering disebut sebagai golden age
41
karena pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan
emosional, dan intelegensia yang berjalan sangat cepat dan merupakan dasar
a) Karakteristik balita
anak usia 1-3 tahun yang disebut batita dan anak usia prasekolah (Kemenkes
RI 2015). Menurut Sufyanti (2009), toddler adalah anak berusia 12-36 bulan
dimana masa ini yang paling penting untuk pertumbuhan intelektual dan
pada usia 1-3 tahun merupakan masa pertumbuhan fisik yang cepat, sehingga
berikutnya. Anak akan mudah mengalami gizi kurang di usia ini apabila
1) Faktor genetik
orang tua. Faktor genetik antara lain jenis kelamin dan suku bangsa.
2) Faktor lingkungan
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin, yaitu gizi pada ibu
(a) Lingkungan biologis terdiri dari ras/suku bangsa, jenis kelamin, umur, gizi,
(b) Faktor fisik terdiri dari cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah,
(c) Faktor psikososial terdiri dari stimulasi, motivasi belajar, ganjaran atau
hukuman yang wajar, kelompok sebaya, stress, sekolah, cinta dan kasih
(d) Faktor adat dan istiadat terdiri dari pekerjaan dan pendapatan keluarga,
Pendidikan ayah dan ibu, jumlah saudara, jenis kelamin dalam keluarga,
stabilitas rumah tangga, kepribadian ibu dan ayah, adat istiadat, norma-
Berat badan anak usia 1-3 tahun akan mengalami penambahan berat
badan sekitar empat kali lipat dari berat badan lahir pada usia kurang lebih
2,5 tahun. Penambahan berat badan setiap tahunnya adalah 2-3 kg.
43
Tinggi badan anak usia 1-3 tahun akan mengalami penambahan tinggi
badan kurang lebih 12cm selama tahun ke-2. Sedangkan penambahan untuk
melahirkan yaitu 35-43 cm. pada usia selanjutnya lingkar kepala akan
kurang lebih 46,5 cm. pada usia 2 tahun mengalami pertumbuhan kurang
(d) Gigi
(1) Pertumbuhan gigi rahang atas: Gigi insisi sentral pada usai 8-12 bulan,
Gigi insisi lateral pada usia 9-13 bulan, Gigi taring (caninus) pada usia
16-22 bulan, Molar pertama usia 14-18 bulan dan molar kedua 24-30
bulan
(2) Pertumbuhan gigi rahang bawah: Gigi insisi sentral pada usai 6-10
bulan, Gigi insisi lateral pada usia 10-16 bulan, Gigi taring (caninus)
pada usia 17-23 bulan, Molar pertama usia 14-18 bulan dan molar
lahir. Pada usia 10-12 bulan anak mampu mengenal beberapa kata dan
Gizi seimbang adalah makanan sehari-hari yang mengandung zat-zat gizi dengan
jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh dan memperhatikan prinsip
membantu seseorang memilih makanan dengan jenis dan jumlah yang tepat sesuai
dengan berbagai kebutuhan menurut usia (bayi, balita, remaja, dewasa, dan usia
lanjut), serta sesuai dengan keadaan kesehatan (hamil, menyusui, aktivitas fisik, dan
(Kemenkes RI 2014):
buah.
d) 1 potongan terkecil di puncak yaitu gula, garam, dan minyak yang dikonsumsi
seperlunya.
e) Potongan TGS juga dilapisi dengan air putih yang idealnya dikonsumsi 2 liter
Luasnya potongan TGS menunjukkan porsi konsumsi setiap orang per hari.
Karbohidrat dikonsumsi 3-8 porsi, sayuran 3-5 porsi sedikit lebih besar dari buah,
buah 2-3 porsi, serta protein hewani dan nabati 2-3 porsi. Konsumsi tersebut dibagi
untuk makan pagi, siang, dan malam. Kombinasi makanan per harinya perlu
dilakukan. Dibagian bawah TGS terdapat prinsip gizi seimbang yang lain, yaitu:
pola hidup aktif dengan berolahraga, menjaga kebersihan dna pantau berat badan.
Prinsip gizi seimbang adalah harus diterapkan sejak anak usia dini hingga
usia lanjut. Ibu hamil, remaja perempuan serta bayi sampai usia 2 tahun merupakan
kelopok usia yang penting dalam menerapkan prinsip gizi seimbang tersebut
manusia yang akan menentukan masa depan kualitas hidup manusia (Kemenkes RI
2014).
Prinsip gizi seimbang terdiri dari empat pilar yag merupakan rangkaian
upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dengan yang dikonsumsi
dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat pilar tersebut antara lain
(Kemenkes RI 2014):
vitamin, mineral, dan serat tetapi miskin kalori dan protein. Ikan merupakan
makanan yang seimbang, jumlah cukup dan tidak berlebihan, serta dilakukan
secara teratur.
jumlah dan jenis zat gizi yang masuk ke tubuh berkurang, sebaliknya pada
keadaan infeksi, tubuh membutuhkan zat gizi yang lebih banyak untuk
terutama apabila disertai panas. Seseorang yang menderita kurang gizi akan
daya tahan tubuh seseorang menurun, sehingga kuman penyakit lebih mudah
selain itu aktivitas fisik juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh
menyeimbangkan zat gizi yang keluar dari tubuh dan yang masuk ke dalam
tubuh.
Indikator berat badan pada bayi dan balita adalah perkembangan berat
Pemenuhan kebutuhan zat gizi setiap hari dianjurkan supaya anak makan
secara teratur 3 kali sehari dimulai dengan sarapan atau makan pagi, makan siang,
dan makan malam. Makan pagi setiap hari penting bagi anak-anak dikarenakan
mereka sedang tumbuh dan mengalami perkembangan otak yang sangat tergantung
pada asupan makanan secara teratur. Jenis makanan balita perbanyak mengonsumsi
makanan kaya protein seperti ikan, telur, tempe, susu, dan tahu sebab untuk
pertumbuhan anak dibutuhkan pangan sumber protein dan sumber lemak kaya akan
banyak tekandung dalam ikan. Anak-anak dianjurkan mengonsumsi ikan dan telur
karena kedua jenis pangan tersebut mempunyai kualitas protein yang bagus. Tempe
dan tahu merupakan sumber protein nabati yang kualitasnya cukup baik untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Pemberian susu pada anak, orang tua tidak
perlu menambahkan gula sebab akan membuat selera anak terpaku pada kadar
antioksidan yang berfungsi untuk mencegah kerusakan sel. Serat berfungsi untuk
Batasi anak mengonsumsi makanan selingan yang terlalu manis, asin, dan
menular seperti diabetes mellitus, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung saat
dewasa nanti. Anak-anak dianjurkan tidak dibiasakan minum minuman manis atau
bersoda, karena jenis minuman tersebut mengandung kadar gula yang tinggi,
sehingga untuk mencukupi kebutuhan cairan setiap hari dianjurkan minum air
proses peredaran dan sirkulasi darah, denyut jantung, pernafasan, pencernaan, proses
fisiologi lainnya, untuk bergerak atau melakukan pekerjaan fisik. Energi dalam
tubuh dapat timbul karena adanya pembakaran karbohidrat, protein dan lemak,
karena itu agar energi tercukupi perlu pemasukan makanan yang cukup dengan
mengkonsumsi makanan yang cukup dan seimbang. Protein diperlukan oleh tubuh
untuk membangun sel-sel yang telah rusak, membentuk zat- zat pengatur seperti
49
enzim dan hormon, membentuk zat anti energi dimana tiap gram protein
dibutuhkan seseorang untuk mempertahankan status gizi yang adekuat. AKG yang
umur, jenis kelamin, tinggi badan, berat badan, kondisi khusus (hamil dan
menyusui) dan aktivitas fisik. Angka kecukupan zat gizi individu dapat diperoleh
dari perbandingan antara asupan zat gizi dengan standar angka kecukupan gizi
seseorang.
sebagai berikut:
1) Energi
50
cepat adalah 120 kkal/kg BB/hari. Secara umum, selama 6 bulan pertama
dapat digunakan sebagai sumber energi, terutama jika sumber lain sangat
terbatas. Kebutuhan akan energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas
2) Karbohidrat
akan kalori. Belum ada anjuran berapa jumlah karbohidrat yang harus
dikonsumsi dalam satu hari. Namun, sebaiknya 60-70% energi dipasok oleh
Manfaat ini berupa pembentukan flora yang bersifat asam dalam usus besar
dikurangi. Pada ASI dan sebagian besar susu formula, laktosa memang
energi baik kebutuhan sel-sel jaringan tubuh, melindungi protein agar tidak
3) Lemak
Air susu ibu memasok sekitar 40-50% energi berbagai lemak (3-4
dibutukan bukan saja untuk mencukupi kebutuhan energi, tetapi juga untuk
agar zat gizi lait tidak terpakai sebagai sumber energi. Setidaknya 10%
asam lemak sebaiknya dalam bentuk tak jenuh ganda, yang biasanya dalam
benuk asam linoleat. Asam linoleat juga merupakan asam lemak esensial.
Dari air susu ibu bayi menyerap sekitar 85-90% lemak. Enzim lipase di
dalam mulut (lingual lipase) mencerna zat lemak sebesar 50-70% (Arisman
2010, p.55)
Umur gr/hari
0-5 bulan 31
6-11 bulan 36
1-3 tahun 44
4-6 tahun 62
4) Protein
bertumbuh kembang dan jumlah nitrogen yang hilang lewat air seni, tinja
dan kulit. Mutu protein bergantung pada kemudahannya untuk dicerna dan
organ, berat, dan tinggi badan, serta lingkar kepala akar terpengaruh.
dieliminasi sehingga menimbulkan stress berat pada hati dan ginjal tempat
1) Vitamin
53
yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah sangat kecil. Vitamin dibagi menjadi
2 kelompok yaitu vitamin yang larut dalam air (vitamin B dan C) dan
vitamin yang tidak larut dalam air (vitamin A, D, E dan K). Menurut
Sediaoetama (2008), satuan untuk vitamin yang larut dalam lemak dikenal
yang larut dalam air maka berbagai vitamin dapat diukur dengan satuan
bentuk ester retinil yaitu terikat pada asam lemak rantai panjang. Di dalam
tubuh, vitamin A berfungsi dalam beberapa bentuk ikatan kima aktif, yaitu
Di dalam sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim
pankreas ester menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi daripada ester
dan diganti oleh sel-sel epitel bersisik dan kering. Kulit menjadi kering dan
tulang san sel epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada
(amine). Tiamin Kristal putih kekuningan yang larut dalam air. Tiamin
tiamin berada dalam sirkulasi darah dalam jumlah kecil dan dalam bentuk
manusia dan hewan tetapi hanya sedikit yang dapat dimanfaatkan tubuh.
gandum, sereal, biji bunga matahari, dan kacang kapri (Achmadi 2014,
p.93).
secara aktif dan mungkin pula secara difusi pada bagian atas usus halus lalu
p.90).
2) Mineral
penting dalam pemeliharaan fungsi tubuh, baik pada tingkat sel, jaringan,
mikro. Mineral makro dibutuhkan dalam jumlah lebih dari 100 mg sehari,
tubuh; natrium, kalium, kalsium dan magnesium untuk trasmisi syaraf dan
G. Konsep Stunting
1. Definisi stunting
Stunting atau tubuh pendek merupakan akibat kekurangan gizi kronis atau
panjang untuk gizi kurang pada anak (Kemenkes RI 2015). Menurut Keputusan
tentang Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek dan
sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks panjang badan
menurut umur (PB/U) atau tinggi badan menurut umur (TB/U) yang merupakan
istilah stunting atau severely. Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila balita
sudah dapat diukur panjang atau tinggi badannya, lalu dibandingkan dengan
56
standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth Reference Study) tahun 2005 dan
didapatkan hasil nilai z-score <-2 SD, sedangkan dikatakan sangat pendek apabila
gizi salah satunya adalah stunting (Aridiyah, Rohmawati and Ririanty 2015).
Kejadian stunting sering dijumpai pada anak usia 12-36 bulan dengan prevalensi
sebesar 38,3% (Anugraheni 2012). Kelompok usia 24-35 bulan adalah kelompok
usia yang berisiko besar untuk mengalami stunting (Hagos et al. 2017). Oleh
karena itu, keadaan gizi yang baik dan sehat pada masa anak balita merupakan hal
yang penting bagi kesehatannya di masa depan. Masa usia 12-24 bulan adalah
masa rawan dimana balita sering mengalami infeksi atau gangguan status gizi,
karena pada usia ini balita mengalami peralihan dari bayi menjadi anak. Apabila
pola pengasuhan tidak betul diperhatikan, maka balita akan sering mengalami
suatu proses kumulatif yang terjadi sejak kehamilan, masa kanak-kanak dan
diantaranya yaitu:
Berat lahir ditentukan oleh dua faktor, yaitu lamanya kehamilan dan
kecepatan pertumbuhan janin (Semba 2008 : Anisa 2012). Berat lahir merupakan
predictor yang kuat terhadap ukuran tubuh manusia di masa yang akan datang.
neonatal, dan postneonatal, morbiditas bayi dan anak, dan pertumbuhan dan
didefinisikan oleh WHO yaitu berat lahir yang kurang dari 2500 gr. BBLR dapat
disebabkan oleh durasi kehamilan dan laju pertumbuhan janin. Maka dari itu,
bayi dengan berat lahir <2500 gr bisa dikarenakan dia lahir secara premature
Bayi dengan berat lahir dibawah 3000 gram berpeluang 3 kali menjadi
anak berat lahir kurang dari 3000 gram lebih tinggi dibandingkan proporsi
stunting pada anak yang berat lahirnya lebih dari sama dengan 3000 gram. Anak
dengan berat lahir kurang dari 3000 gram memiliki reisiko menjadi stunting 1,3
kali dibandingkan anak dengan berat lahir lebih dari sama dengan 3000 gram
(Simanjuntak, 2011).
buruknya gizi ibu dan meningkatnya angka infeksi dibandingkan dengan Negara
maju (Gibney 2008). Dampak dari bayi yang memiliki berat lahir rendah akan
berlangsung antar generasi yang satu kegenerasi selanjutnya. Anak yang BBLR
Bagi perempuan yang lahir dengan berat rendah, memiliki risiko besar untuk
menjadi ibu yang stunted sehingga akan cenderung melahirkan bayi dengan
berat lahir rendah seperti dirinya. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang stunted
tersebut akan menjadi perempuan dewasa yang stunted juga, dan akan
Status gizi oang tua ternyata juga berpengaruh terhadap kejadian stunting
terutama status gizi ibu. Terlihat dari ibu yang pendek sekalipun ayah normal,
prevalensi balita stunting pasti tinggi, tetapi sekalipun ayah pendek tetapi ibu
normal, prevalensi balita stunting masih lebih rendah dibanding ibunya yang
pendek. Artinya status gizi ibu yang akan menjadi ibu hamil yang sangat
tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada balita. Ibu yang memiliki tinggi
badan pendek mempunyai risiko 1,36 kali memiliki balita stunting dibandingkan
dengan ibu yang memiliki tinggi badan normal. Hal ini sejalan dengan penelitian
di Cina yang menunjukkan adanya hubungan antara tinggi badan ibu dengan
kejadian stunting. Tinggi badan ibu <155 cm lebih berisiko memiliki anak
stunting (Yang et al 2010 : Sudiarti 2013, p.175). Postur tubuh ibu juga
mencerminkan tinggi badan ibu dan lingkungan awal yang akan memberikan
anak. Hasil penelitian menunnjukkan ibu yang memiliki postur tubuh pendek
Anisa 2012). Inilah yang disebut siklus gagal tumbuh antar generasi, dimana
Remaja dengan
Kehamilan berat dan
BBLR tinggi kurang
usia muda
59
Perempuan
dewasa stunted
a. Faktor genetik
pada anak balita. Salah satu atau kedua orang tua yang pendek akibat kondisi
patologis dan memiliki gen dalam kromosom yang membawa sifat pendek
dapat mengakibatkan anak balita akan mewarisi gen tersebut dan tumbuh
menjadi pendek atau stunting (Aridiyah et al. 2015). Selain itu, penelitian yang
2017).
konsumsi makan melalui cara pemilihan makanan pada balita. Pendidikan ibu
yang dapat dimodifikasi, memiliki hubungan yang kuat dan konsisten dengan
60
status gizi buruk (Hagos et al. 2017). Menurut penelitian Subarkah et al.,
ibu mempengaruhi pola makan yang tepat pada anak usia 1-3 tahun. Faktor
Pendidikan ibu merupakan faktor yang penting dalam hal pemilihan jenis dan
jumlah makanan serta penentuan jadwal makan anak sehingga pola pemberian
makan tepat dan sesuai usia 1-3 tahun. Apabila pola pemberian makan tidak
tepat maka anak akan mengalami status gizi kurang. Sama halnya dengan
tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada anak balita. Secara tidak
gambaran asupan gizi mencakup jenis, jumlah, dan jadwal makan dalam
pada tiap usia berbeda-beda. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Subarkah
(2016) bahwa pola pemberian makan yang tepat pada balita, sebagian besar
balita memiliki status gizi normal. Ibu yang memiliki pola pemberian makan
yang baik, menunjukkan bahwa ibu telah memberikan makanan yang tepat
kepada balita yaitu makanan yang diberikan sesuai dengan usia anak dan
Pengetahuan ibu mengenai gizi merupakan salah satu faktor yang dapat
e. Faktor Ekonomi
keluarga bahwa akar masalah dari dampak pertumbuhan bayi dan berbagai
masalah gizi lainnya salah satunya disebabkan dan berasal dari krisis ekonomi.
status ekonomi yang rendah (Aridiyah et al. 2015). Status ekonomi yang
ekonomi seperti ini membuat balita stunting sulit mendapatkan asupan zat gizi
pada balita. Beberapa budaya atau perilaku masyarakat Madura yang terkait
dengan masalah kesehatan khususnya gizi kurang pada anak yaitu tradisi
Pradanie and Susilawati 2016). Hal ini akan berpengaruh pada pengetahuan
dan kesiapan untuk merawat anak (Hidayat et al. 2013). Penelitian yang
signifikan antara anak yang lahir dari wanita yang menikah usia muda
Pola pemberian MP-ASI dini pada anak balita merupakan salah satu
pada usia dini (0–2 bulan) dapat meningkatkan risiko stunting pada balita usia
kebiasaan memberikan air degan kelapa hijau dan air madu pada saat bayi baru
lahir. Selain bayi berusia 0 bulan sampai usia 6 (enam) bulan, juga mendapat
makanan tambahan lain berupa biskuit, telur, daging dan lain-lain. Keadaan ini
menyebabkan ibu tidak dapat memberikan inisiasi menyusu dini dan ASI
menganggap anak yang sehat adalah anak yang gemuk. Budaya memberi
makan yang belum waktunya sudah menjadi hal yang biasa, seperti diberi nasi
pisang saat masih usia bayi, atau juga budaya ter ater saat bayi lahir. Terdapat
gedheng sabeh atau gedheng sapeh dan gedheng gaji selama bayi agar anaknya
cepat besar dan kuat, selain itu pula tradisi pemberian makan/minum kelapa
muda atau ro’moro’ dan madu yang dijadikan sebagai makanan bayi (Hidayat
et al. 2013).
sedikit jenis sayuran dan sangat jarang mengkonsumsi telur dan susu, daging.
pengganti nasi untuk konsumsi balita. Kebiasaan ini karena balita mengalami
kesulitan makanan, sehingga para ibu lebih memilih memberikan mie instan
yang lebih disukai balita. Sebagian besar ibu balita memberikan makanan pada
balita agar kenyang dan tidak rewel. Pemberian makanan tersebut lebih
banyak mengkonsumsi nasi dan sedikit jenis sayuran dan sangat jarang
pola makan balita sesuai usia. Jika keadaan ini berlangsung terus menerus
(Adriani 2011).
g. Sanitasi
dapat berpengaruh terhadap status gizi anak. Hasil uji statistik menunjukkan
ada hubungan bermakna antara wilayah tempat tinggal dengan status stunting.
Sebanyak 71,3% anak yang tinggal di desa menderita stunting. Hal ini
disebabkan karena sanitasi lingkungan yang kurang baik, penyakit infeksi yang
diderita anak dan asupan gizi yang kurang. Sanitasi lingkungan sangat terkait
dengan ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta
kebersihan peralatan makan pada setiap keluarga. Makin tersedia air bersih
untuk kebutuhan sehari-hari, makin kecil risiko anak terkena penyakit kurang
gizi (p.34).
diseluruh dunia, termasuk didalamnya adalah diare, kolera, disentri, tifoid, dan
64
yang dihubungkan dengan sanitasi buruk, higienis buruk, dan air yang
kekurangan akses terhadap sanitasi. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada
tahun 2015 akan terdapat 2,7 juta orang tanpa akses terhadap sanitasi dasar.
Sanitasi yang baik sangat penting terutama dalam menurunkan risiko kejadian
penyakit dan kematian, terutama pada anank-anak. Sanitasi yang baik dapat
terpenuhi jika fasilitas sanitasi yang aman, memadai dan dekat dengan tempat
Data dari Water Sanitation Program (WSP) World Bank tahun 2008
menunjukkan bahwa masih tingginya angka kematian bayi dan balita, serta
kurang gizi sangat terkait dengan masalah kelangkaan air bersih dan sanitasi.
Telah dibuktikan bahwa cuci tangan dengan air bersih dan sabun mengurangi
kejadian diare 41-47 persen. Dengan demikian program air bersih dan sanitasi
perilaku hidup sehat seperti kebiasaan cuci tangan dengan sabun, buang air
besar di jamban, tidak merokok, sirkulasi udara dalam rumah dan sebagainya
(Bappenas 2012,p.12).
inspeksi sanitasi rumah. Kegiatan ini meliputi penilaian persyaratan rumah dan
dasar, dan menentukan sehat atau tidaknya suatu rumah berdasarkan formulir
penilaian inspeksi sanitasi rumah. Syarat apabila suatu rumah tersebut sehat
tidak sehat dengan skor <1680. Kegiatan inspeksi sanitasi ruah merupakan
65
makanan. Dalam tubuh manusia itu sebagian besar terdiri dari air. Tubuh orang
dewasa sekitar 55-60% berat badan terdiri dari air, untuk anak-anak sekitar 65%
dan untuk bayi sekitar 80%. Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara
lain untuk minum, masak, mandi, mencuci (bermacam- macam cucian), dan
berkembang, termasuk Indonesia setiap orang memerlukan air antara 30-60 liter
untuk minum. Oleh Karen itu, untuk keperluan minum (termasuk untuk masak)
air harus mempunyai persyaratan khusus agar air tersebut tidak menimbulkan
penyakit bagi manusia. Air yang sehat harus mempunyai persyaratan sebagai
berikut :
1) Syarat Fisik : Persyaratan fisik untuk air minum y ang sehat adalah bening
(tidak berwarna), tidak berasa, suhu dibawah suhu udara diluarnya. Cara
2) Syarat Bakteriologis : Air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas
dari segala bakteri, terutama bekteri pathogen. Cara ini untuk mengetahui
memeriksa sampel air tersebut. Dan bila pada pemeriksaan 100cc air
terdapat kurang dari 4 bakteri E.coli maka air tersebut sudah memenuhi
syarat kesehatan
66
3) Syarat Kimia : Air minum yang sehat harus mengandung zat-zat tertentu
dalam jumlah yang tertentu pula. Kekurangan atau kelebihan salah satu zat
Bahan-bahan atau zat kimia yang terdapat dalam air yang ideal terdapat
Tabel 2.7 Batas Kadar Zat Kimia yang terdapat pada Air
Sesuai dengan prinsip teknologi tepat guna di pedesaan, maka air minum
yang berasal dari mata air dan sumur dalam dapat diterima sebagai air yang
sehat, dan memenuhi ketiga persyaratan tersebut asalkan tidak tercemar oleh
kotoran terutama kotoran manusia dan binatang. Oleh karena itu, mata air atau
agar tidak dicemari oleh penduduk yang menggunakan air tersebut. Sumber air
lainnya bisa didapatkan dari air hujan, air sngai dan danau, mata air pegunungan,
serta air sumur dalam dan air sumur dangkal. Namun butuh pengolahan lebih
lanjut agar air tersebut dapat dikonsumsi dengan baik, terutama untuk air yang
bersumber dari air hujan, sungai dan danau (Notoatmodjo 2011, p.176)
Dua sampai lima juta orang meninggal stiap tahun akibat penyakit yang
air bersih dan sanitasi. Anak-anak yang bertahan hidup dengan sumber air
bahwa balita dari keluarga yang memiliki sumber air minum tidak terlindungi
hubungan antara sumber air minum dengan kejadian stunting balita. Balita yang
berasal dari keluarga yang memiliki sumber air minum tidak terlindungi 1.35
kali lebih berisiko mengalami stunting dibandingkan dengan balita dari keluarga
m. Penyakit Infeksi
penyakit. Manifestasi ini disebabkan oleh perbedaan antara jumlah zat gizi yang
diserap dari makanan dan jumlah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Hal ini
mengarahkan ke lingkaran setan. Anak kurang gizi, yang daya tahan terhadap
penyakitnya rendah, jatuh sakit dan akan menjadi semakin kurang gizi, sehingga
Peningkatan keparahan
dan durasi penyakit
pernafasan akut (ISPA) pada balita. Diare merupakan penyakit yang lazim
ditemui pada bayi maupun anak-anak. Menurut WHO, diare merupakan buang
air besar dalam bentuk cairan lebih dari 3 kali dalam satu hari, dan biasanya
berlangsung selama dua hari atau lebih. Pada anak-anak, konsistensi tinja lebih
diperhatikan daripada frekuensi BAB, hal ini dikarenakan frekuensi BAB pada
bayi lebih sering dibandingkan orang dewasa, bisa sampai lima kali dalam
sehari. Frekuensi BAB yang sering pada anak belum tentu dikatakan diare
apabila konsistensi tinjanya seperti hari-hari pada umumnya (Aden 2010, p.71).
Tabel 2.8 Ringkasan Interaksi antara Malnutrisi dan Penyakit Infeksi Utama
infeksi dari bakteri seperti Shigella, Vibrio cholera, Salmonella (non thypoid),
Bakteri EPEC juga diyakini menjadi penyebab kematian ratusan ribu anak di
oleh Budiarti, bahwa di Indonesia 53% dari bayi dan anak penderita diare
Selain itu infeksi virus juga dapat menyebabkan diare pada anak. Virus
rotavirus turut berkontribusi sebesar 15-25% diare pada anak usia 6-24 bulan
Diare Infeksius adalah suatu keadaan dimana anak sering buang air besar dengan
tinja yang encer sebagai akibat dari suatu infeksi. Diare lebih sering ditemukan
pada lingkungan yang kurang bersih atau pada lingkungan yang penuh sesak
balita yang menderita diare memiliki hubungan positif dengan indeks status gizi
tinggi badan menurut umur (TB/U). Penelitian lain juga menunjukkan hal yang
gizi TB/U. Penyakit infeksi seperti diare dan ISPA yang disebabkan oleh sanitasi
pangan dan lingkungan yang buruk, berhubungan dengan kejadian stunting pada
bayi usia 6-12 bulan. Penelitian Toy & Picauly (2013) menyebutkan bahwa anak
lebih besar dibandingkan anak yang tidak memiliki riwayat infeksi penyakit. Hal
ini berrati bahwa jika anak memiliki riwayat infeksi penyakit maka akan diikuti
dengan peningkatan kejadian stunting 2,332 kali (p.55). Supriasa (2002) juga
esensial tubuh melalui muntah- muntah dan diare. Selain itu penyakit infeksi
terhadap infeksi.
i. Dampak stunting
lebih awal yaitu sebelum usia 6 bulan, akan mengalami kekerdilan lebih
berat menjelang usia dua tahun. Bila hal tersebut terjadi, maka salah satu
organ tubuh yang paling cepat mengalami resiko adalah otak. Dalam otak
terdapat sel-sel saraf yang sangat berkaitan dengan respon anak termasuk
stunting pada usia dua tahun secara signifikan mengalami kinerja kognitif
yang lebih rendah dan nilai yang lebih rendah disekolah pada masa anak-
UNICEF 2017). Risiko tinggi munculnya penyakit dan disabilitas pada usia
tua, serta kualitas kerja yang tidak kompetitif yang berakibat pada
F. Konsep Perilaku
1. Definisi Perilaku
aktivitas manusia baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak
dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku merupakan respon atau reaksi
seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Skiner, 1983 dalam
melaksanakan tugasnya.
orang lain.
yang dengan mudah dapat diamati dan dilihat oleh orang lain
(Notoatmodjo, 2010).
manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon
pokok, yaitu faktor perilaku dan di luar perilaku. Menurut teori Lawrence
nilai, persepsi, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun
masyarakat.
sehat.
(Notoadmodjo, 2010).
2010).
b. Pendidikan ibu
datang dan akan berpikir sejauh mana keuntungan yang mungkin akan
akan lebih mudah menerima pesan dan informasi gizi dan kesehatan
anak (Gabriel, 2008). Orang tua yang memiliki pendidikan tinggi akan
makan yang sehat dan bergizi bagi keluarga terutama untuk anaknya
(Soetjiningsih, 2004).
makanan yang lebih baik dalam kualitas dan kuantitas dibandingkan ibu
c. Pekerjaan Ibu
77
tidak bekerja di luar rumah akan memiliki lebih banyak waktu dalam
dan mengurangi jenis makanan yang dimasak yang pada akhirnya akan
(Hardinsyah, 2007).
d. Pendapatan Keluarga
sebagai salah satu determinan utama dalam dalam diet dan status
78
berubah.
terutama sekali bagi warga kelas ekonomi bawah. Hal ini akan
e. Sikap
masih bersifat tertutup terhadap suatu rangsangan dan sikap tidak dapat
(2010)).
persepsi individu terhadap objek sikap dengan apa yang dilihat dan
sikap, baik bersifat positif (rasa senang) maupun negatif (rasa tidak
yang dihadapinya.
f. Dukungan keluarga
dan masing- masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak,
(Mubarok, 2006).
anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang tua, maupun saudara
lainnya.
1) Dukungan informasi
membebani.
2) Dukungan emosional
3) Dukungan instrumental
G. Puskesmas
1. Pengertian Puskesmas
rehabilitatif saja tetapi juga lebih di tingkatkan pada upaya promotif dan
preventif. Oleh karena itu promosi kesehatan menjadi salah satu upaya
dalam maupun di luar Puskesmas agar berprilaku hidup bersih dan sehat
menjadi nyaman, bersih, dan sehat dalam mendukung prilaku hidup bersih
BAB III
METODE PENELITIAN
sekaligus pada suatu saat. Artinya tiap subjek hanya diobservasi sekali
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Ujan Mas
Kabupaten Kepahiang.
itu dapat berupa orang, benda, gejala atau wilayah yang ingin diketahui
2. Sampel
2010).
proporsi dengan cara 2 sisi (two tail), dengan derajat kemaknaan 5 % dan
berikut :
Keterangan :
n : besar sampel
Perhitungan sampel :
a. Kriteria inklusi
2003)
1. Variabel
dan seminar.
2. Definisi Operasional
sampai
sekarang
F. Instrumen penelitian
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan lembar
Bidan terhadap IMD yang berisikan 14 item pernyataan, yang terdiri dari
(Tatik Setiarini, 2012) dengan hasil r alpha (0,775) lebih besar dari nilai r
Rejang Lebong.
b. Data Sekunder
89
beberapa tahap :
a. Pemeriksaan (Editing)
Persiapan ini peneliti memeriksa kembali kelengkapan data yang
pengolahan data.
b. Pengkodean (Coding)
Coding merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf
distribusi frekuensi.
Keterangan :
P = Persentase yang dicari
F = Frekuensi jawaban klien
N = Jumlah Responden
dibawah ini :
rumus :
X =
( Xi X )2
SD = N
Keterangan :
SD : Standar Deviasi
Keterangan :
1. T = ≥ 50 mendukung
2. T = < 50 tidak mendukung
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap
(OiJ EiJ) 2
χ 2
=
EiJ
92
berikut :
Keterangan :
X2 : Chi Square
OiJ : Frekuensi teramati dari sel ke-1 kolom dan ke-J
EiJ : Frekuensi harapan dari baris ke-1 dan kolom – J
Variabel Dependen
Variabel Independen
Kategori I Kategori II
Kategori I A b a+b
Kategori II C d c+d
Jumlah a+c b+d a + b + c +d
E11 = (a + b) (a + c) /n
E12 = ( b + d) (a + b) /n
E21 = (a + c) (c + d) /n
E22 = (b +d) (c + d) /n