Anda di halaman 1dari 22

ILMU KEPERAWATAN

April 13, 2018

LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS


LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS

Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Dokumentasi Keperawatan

Dosen pembimbing : Nurul Sri Wahyuni, S.Kep.Ns.,M.Kes.

Kelompok 3/2A

Oleh :

Rudi Hermanto

1661 2821

PRODI DIII KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

2017

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan dan konsep askep
yang berjudul Bronkitis.

Laporan pendahuluan dan konsep askep ini telah kami susun dengan sebaik mungkin dari
referensi dari buku dan internet. Dengan demikian kami dapat menyelesaikan laporan pendahuluan
dan konsep askep ini dengan semaksimal dan tepat pada waktunya.

Dalam penulisan laporan pendahuluan dan konsep askep ini kami merasa masih banyak
kekurangan baik dalam teks penulisan atau materi, mengingat akan kemampuan yang kami miliki
untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat kami harapkan demi menyempurnakan makalah ini.
Kami menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen pengajar dan teman-teman kelompok 3 yang
telah membantu dalam proses pembuatan laporan pendahuluan dan konsep askep ini.

Akhir kata kami harap laporan pendahuluan dan konsep askep yang berjudul Bronkitis dapat
menambah wawasan bagi pembacanya.

Ponorogo, Agustus 2017

Penulis

Daftar Isi

KATA PENGANTAR

Daftar Isi

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

1.2. Rumusan Masalah

1.3. Tujuan

1.4. Manfaat

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1. Laporan Pendahuluan

2.1.1. Definisi

2.1.2. Etiologi

2.1.3. Manifestasi klinis

2.1.4. Komplikai

2.1.5. Discharger Planning

2.1.6. Patofisiologi

2.1.7. Patway

2.2. Asuhan Keperawatan pada Pasien Bronkitis

2.2.1. Pengkajian
2.2.2. Diagnosa keperawatan

2.2.3. Intervensi keperawatan

BAB 3 PENUTUP

3.1. Kesimpualan

3.2. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Paru – paru merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia yang berfungsi pada
sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia
dan mengeluarkan karbondiksida yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus
dikeluarkan dari tubuh, sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen terpenuhi. Udara sangat penting bagi
manusia, tidak menghirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan kematian. Itulah
peranan penting paru – paru. Cabang trakea yang berada dalam paru – paru dinamakan bronkus, yang
terdiri dari 2 yaitu bronkus kanan dan bronkus kiri. Organ yang terletak di bawah tulang rusuk ini
memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya udara yang kita hirup serta
berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini semua dapat menimbulkan berbagai penyakit
paru – paru. Salah satunya adalah penyakit yang terletak di bronkus yang dinamakan bronchitis

Bronchitis merupakan salah satu penyakit sistem pernafasan. Penyakit ini bisa disebabkan
oleh berbagai macam penyebab mulai dari virus dan kebiasaan. Penyakit ini juga disertai dengan flu
atau kedinginan dan bisa menyerang orang – orang dengan berbagai usia. Penyakit ini bisa meneyrang
kepada yang memunyai sistem pertahanan tubuh yang lemah dan dengan mudanya virus berkembang
biak dan menjadi kronis. Merokok merupakan sala satu kebiasaan yang membuat orang terkena
bronchitis dan dapat menyebabkan komplikasi seperti radang paru – paru (Groshan, 2011).

Di negara barat, kekerapan bronkitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi.


Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan
ketidak mampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata
mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik (Aritonang,
2010).

Di Indonesia jumlah bronchitis menurut Survei Kesehatan Rumah Tangga adalah 53%
laki-laki dan 4% wanita. Diperkirakan didapatkan 30.000 kematian karena bronchitis setiap
tahun (Indrawati, 2010).
Oleh karena itu penyakit bronchitis dapat di kenali melalui tanda – tanda batuk , suara
berat dan kasar, demam, mengilang dalam 10 -14 hari dan produksi spuntum meningkat.
Maka ketika ditemukan kondisi seperti itu maka segera di perikasa dan di beri penanganan
oleh medis.
1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah pengertian Bronkitis?

2. Apakah etiologi penyakit Bronkitis ?

3. Apakah Manifestasi Klinis penyakit Bronkitis ?

4. Apakah komplikasi penyakit Bronkitis?

5. Apakah Patofisiologi dari penyakit Bronkitis ?


1.3.Tujuan

1. Mengetahui pengertian bronchitis

2. Mengetahui etiologi penyakit bronchitis

3. Mengetahui Manifestasi Klinis penykit Bronkitis

4. Mengetahui Komplikasi penyakit Bronkitis

5. Mengetahui Patofisiologi penyakit Bronkitis


1.4.Manfaat

1. Manfaat teoritis

Untuk mengetahui apa pengertian penyakit Bronkitis, dan mengetahui bagaimana proses
penyakit Bronkitis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Membantu mahasiswa dalam mengaktualisasikan ilmu-ilmu dalam mengetahui


dan memahami penyakit bronkitis, serta mengetahui bagaimana jalan penyakitnya.

b. Bagi Dosen

Untuk menginformasikan tentang pengertian, klasifikasi, jalan penyakit,


penyebab dari penyakit bronkitis kepada mahasiswa.

c. Bagi Masyarakat

Dapat memberikan sedikit informasi tentang penyakit bronkitis, sehingga


orang lebi berhati hati dalam melakukan kegiatan dan melakukan pola hidup sehat.
Sehingga dapat terindar dari bronchitis.
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1. Laporan Pendahuluan

2.1.1. Definisi

Bronchitis adalah suatu infeksi saluran pernafasan yang meneyebabkan inflamasi yang
mengenai trakea, bronkus utama dan menengah yang bermanifestasi sebagai batuk, dan
bisanya akan membaik tanpa terapi dalam 2 minggu. Bronchitis umumnya disebabkan oleh
virus seperti Rhinovirus, RVS, virus influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola
dan paramyxovirus dan bronchitis karena atau Corynebacterium dengan Mycoplasma
pneumonia, Bordedetella pertussis, atau Br Corynebacterium diphteriae ( Raharjoe, 2012).

Br Corynebacterium diphtheria Bronkiitis dibagi menjadi dua

1. Bronchitis Akut

Merupakan infeksi saluran pernafasan akut bawah. Ditaandai dengan awitan gejala
yang mendadak dan berlangsung lebih singkat. Pada bronchitis jenis ini infalamasi
(peradangan bronkus biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri dan
kondisinya diperpara oleh pemaparan terhadap iritasi, seperti asap rokok, udra kotor,
debu, asap kimiawi dll).

2. Bronchitis Kronis

Ditandai dengan gejala yang berlangsung lama (3 bulan dalam setahun selama
2 tahun berturut – turut). Pada bronchitis kronik peradangan bronkus tetap berlanjut
selama beberapa waktu dan terjadi obstruksi/ ambatan pada aliran udara yang
normal didalam bronkus.
2.1.2. Etiologi

Bronchitis oleh virus seperti Rhinovirus,RVS, virus influenza, virus parainfluenza,


Adenovirus, virus rubeola, dan Paramyxovirus. Menurut

laporan penyebabnya dapat terjadi melalui zat iritasi asam lambung seperti asam lambung, atau
polusi lingkuangan dan dapat ditemukan setelah munta, atau penjanan dalam jumlah besar yang
disebabkan zat kimia dan menjadikan bronchitis kronis.

Bronchitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan Mycoplasma pneumonia yang


pat menyebabkan bronchitis akut dan biasanya terjadi pada anak berusia diatas 5 tahun atau
remaja, Bordetella pertussis dan Corynebacterium diphtheria biasa terjadin pada anak yang
tidak di imunisasi dan diubungakan dengan kejadian trakeobronkitis, yang selama stadium
kataral pertusis, gejala infeksi respiratori lebih dominan. Gejala khas berupa batuk kuat
berturut – turut dalam satu ekspirasi yang di ikuti dengan usaha keras dan mendadak untuk
inspirasi sehingga menimbulakan whoop. Batuk biasanya menghasilkan muscus yang kental
dan lengket (Raharjoe, 2012).
2.1.3. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala pada kondisi bronchitis akut:

1. Batuk

2. Terdengar rongki

3. Suara yang berat dan kasar

4. Wheezing

5. Mengilang dalam 10 – 14 hari

6. Demam

7. Produksi sputum

Tanda dan gejala bronchitis kronis

1. Batuk yang parah pada pagi hari dan ada kondisi lembab

2. Sering mengalami infeksi saluran pernafasan (seperti pilek atau flu) yang disertai
dengan batuk.

3. Gejala bronchitis akut lebi dari 2 – 3 minggu

4. Demam tinggi

5. Sesak nafas jika saluran tersumbat

6. Produksi dahak bertambah banyak berwarna kuning atau hijau.


2.1.4. Komplikai

Corwin (2009. Hal 571) menyatakan Episode bronchitis akut yang berulang dapat
mengakibatkan perubahan patologis menjadi bronchitis kronis.
2.1.5. Discharger Planning

1. Membatasi aktivitas

2. Berhenti merokok dan hindari asap tembakau

3. Hindari makanan yang merangsang

4. Jangan memandikan terlalu sore atau pagi, dan mandi dengan air hangat.

5. Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin.

6. Jaga kebersian tangan dan biasakan cuci tangan sebelum makan.


7. Menciptakan lingkungan yang bebas polusi.

8. Jangan makan seperti telur ayam dan meminum minuman yang bersoda karena
dapat menambah produksi lender.

9. Menghirup uap hangat untung mengencerkan lendir atau sekret.

10. Minum air agar dahak/lender mudah di keluarkan.


2.1.6. Patofisiologi

Kelainan utama pada bronkus adalah hipertensi kelenjar mukus dan menyebabkan
penyempitan pada saluran bronkus, yang mengakibatkan diameter bronkus menebal lebih dari 30-
40% dari tebalnya didinding bronkus normal, dan akan terjadi sekresi mukus yang berlebihan dan
kental. Sekresi mukus menutupi cilia, karena lapisan dahak menutupi cilia, sehingga cilia tidak mampu
lagi mendorong dahak keatas, satu-satunya cara mengeluarkan dahak dari bronki adalah dengan
batuk.

Bronkitis akan dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali sebagai
eksaserbasi akut dari bronchitis kronis. Pada infksi saluran nafas bagian atas, infeksi virus sering
serigkali menjadi awal dari serangan bronchitis akut. Dokter akan mediagnosis bronchitis kronis jika
klien mengalami batuk atau terdapat produksi sepuntum selama beberapa hari kurang lebihh 3 bulan
dalam satu tahun dan paling sedikit 2 taun berturut – turut.

Bronchitis timbul sebagai akibat dari adanya paparan terhadapa agen infeksi maupun non
infeksi (terutama rokok tembakau). Iritan akan memicu timbulnya respon inflamasi yang akan
menyebabkan vasodilatasi, kongisti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti emfisema,
bronchitis lebih mempengaruhi jalan napsa kecil dan besar dibandingkan dengan alveoli. Aliran udara
dapat mengalami hambatan atau mungkin juga tidak.

Klien dengan bronchitis akan mengalami hal – hal berikut:

1. Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mucus pada bronki besar hal ini akan
meningkatkan produksi mucus.

2. Mucus lebih kental.

3. Kerusakan fungsi siliari, seingga menurunkan mekanisme pembersian mucus.

Oleh karena mucociliary defence dari paru – paru mrngalami kerusakan,


meningkatkan kecenderungan untuk terserangnya infeksi, ketika infeksi timbul, kelenjar
mucus akan terjadi hipertropi dan hiperplasi, sehingga produksi mucus akan meningkat.
dinding bronkial meradang dan menebal (sering kali sampai dua kali ketebalan normal) dan
menggangu aliran udara. Mucus kental ini bersama – sama dengan mucus yang banyak yang
akan menghambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit aliran udara besar.
Bronchitis kronis mula – mula mempengaruhi pada bronkus besar, pada akirnya seluru saluran
napas terkena.

Mucus kental dan pembesaran bronkus meyebabkan obstruksi jalan napas, terutama
pada ekspirasi. Jalan napas mengalami kolaps, dan udara terperangkap dibagian distal pulmo.
Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolar, hipoksia dan asiodosis. Klien akan
mengalami kekurangan oksigen jaringan dan timbul ventilasi perfusi abnormal dimana terjadi
penurunan . Kerusakan ventilasi dapat juga meningkatkan nilai , klien akan terliat sianosis
ketika mengalami kondis ini. Sebagai kompensasi hipoksemia, terjadi polisitemia
(overproduksi eritrosit).

Pada saat penyakit memberat, di produksi sejumla spuntum yang hitam, biasanya
karena infeksi pulmonary. Selama infeksi, klien mengalami reduksi pada FEV denga
peningkatka pada RC dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanganai, hipoksemia akan
timbul yang akhirnya menuju penyakit cor pumonal dan CHF.
2.1.7. Patway

Hipetermi

Invasi virus respiratory sinitial, adeno virus, parainfluisa, rhinovirus, allergen, emosi/strees, obat
obatan, infeksi, asap rokok.

Radang / inflamasi pada bronkus

Anoreksia

Atelectasis

Hiperventilasi paru

Kompensasi frekwensi nafas

Ketidak seimbangan nitrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Intoleransi aktivitas
Ketidak efektifan pola nafas

Hypoxemia

Edema/pembengkakan pada mukosa/ secret>>

Ketidak efektifan bersihan jalan nafas

Saluran napas dalam

Kontriksi berlebian

Produksi mukus

Kelelahan

Radang bronkial

Gangguan pembersian di paru – paru

Pengeluaran energy berlebian

Akumulasi mukus

Timbul reaksi balik


2.2. Asuhan Keperawatan pada Pasien Bronkitis

2.2.1. Pengkajian

1. Biodata ( nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, diagnose medis, dll )

2. .Identitas penanggung Jawab ( nama, umur, pendidikan, pekerjaan, alamat, dan hubungan
dengan klien )

3. Riwayat kesehatan

a. Keluhan utama

Batuk persisten, produksi spuntum seperti warna kopi, dipsnea dalam beberpa
keadaan, whezzing pada saat ekspirasi, sering mengalami infeksi pada sistem
respirasi.

b. Riwayat penyakit sekarang

Berisi latar belakang penyakit (mulai dirasakan oleh pasien), berkembang dan
tindakan yang dilakukan dalam mengatasi penyakitnya

c. Riwayat kesehatan dahulu

Batuk atau produsi spuntum selam beberapa hari bulan dalam 1 tahun dan paling
sedikit dalam 2 tahun berturut – turut . adanya riwayat merokok.

4. Pemeriksaan fisik

a. Keadaan umum

Kaji keadaan umum pasien meliputi, tingkat kesadaran, ekspresi wajah, dan posisi klien
saat datang.

b. Pemeriksaan tanda-tanda vital

Suhu meningkat, tekanan darah meningkat, Respirasi meningkat

c. Sistem Kardiovaskuler

Peningkatan frekuensi jantung/takikardia berat, Bunyi jantung redup.

d. Pemeriksaan Dada

Bentuk barel chest, gerakan diafragma minimal, terdengar Bunyi nafas ronchi, perkusi
hyperresonan pada area paru, warna pucat dengan cyanosis bibir dan dasar kuku, abu
– abu keseluruhan, pada Auskultasi terdengar Ronchi +/+, kedua lapang paru, Wizing
kadang (+), kadang samar.
e. Pemeriksaan Abdomen

f. Pemeriksaan anggota gerak

Bisa terdapat edema dependen, warna kulit/membran mukosa normal/cyanosis,


pucat, dapat menunjukkan anemi, turgor kulit buruk, edema dependen, berkeringat.

g. Pola aktifitas sehari-hari dengan:

1. Aspek biologi:

Mual/muntah, nafsu makan buruk/anoreksia, ketidakmampuan untuk makan,


penurunan berat badan

2. Aspek Psiko:

Ansietas, ketakutan, peka terhada prangsangan.

3. Aspek Sosio:

Terjadi hubungan ketergantungan, kegagalan dukungan dari/ terhadap pasangan/


orang terdekat.

5. Pemeriksaan penunjang

a. Rontgen Thoraks

Gerakan kasar, pada apek paru, laboratorium, terjadi peningkatan leucocyt, kadang-
kadang LED ↑

b. Radiologi
Tubular shadow atau traun lines terlihat bayangan garis yang paralel, keluar dari hilus
menuju apeks paru. bayangan tersebut adalah bayangan bronchus yang menebal, corak
paru bertambah
2.2.2. Diagnosa keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafa berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan


produksi lendir, batuk tidak efektif dan infeksi bronkopulmonal

2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungn dengan keletihan otot pernafasan, hiperventilasi


paru, deformitas dinding dada.

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan laju
metabolic, anoreksia, mual/muntah, dispnea, kelemahan.

4. Hipertemi berhubungan dengan pemanjaan lingkungan yang panas, proyeksi penyakit


peradangan.

2.2.3. Intervensi keperawatan

1. Ketidak efektifan kebersian jalan napas


Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

Ketidak efektifan bersihan NOC NIC


jalan napas
 respiratory status : Airway suction
Definisi : Ketidak mampuan ventilation
- Pastikan kebutuhan
untuk membersihkan sekresi
 respiratory status : oral/ tracheal suction
atau obstruksi dari saluran
airway patency
pernapasan untuk - Auskultasi suara
mempertahankan kebersihan kriteria hasil: napas sebelum dan
jalan napas sesudah suction
 medemonstrasikan
Batas karakteristik batuk efektif dan - Informasikan kepada
suara napas yang klien dan keluarga
 Tidak adanya batuk
bersih, tidak ada tentang suction
 Suara napas tambahan sinosis dan dyspnea
- Minta klien naas
(mampu meneluarkan
 Perubaan frekwensi napas dalam sebelum
spumtum, mampu
suction dilakukan
 Perubaan irama napas bernapa dengan
mudah, tidak ada - Berikan dengan
 Sianosis
pursed lips) menggunakan nasal
 Kesulitan berbicara untuk memfasilitasi
 mampu
mengeluarkan suara suction nasotrakela
mengidentifikasi dan
 Dispneu mencegah faktor yang - Gunakan alat yang
dapat menghambat steril pada setiap
 Spuntum dalam jumla yang
jalan napas. tindakan
berlebihan
 Menunjukan jalan - Anjurkan pasien
 Batuk yang tidak efektif
napas yang paten untuk beristirahat
 Orthopneu (klien tidak merasa dan napas setelah
tercekik, irama napas, kateter dikelurkan
 Mata trbuka lebar
frekuensi pernapasan dari nasotrakeal
Faktor – faktor yang dalam rentang
- Monitor status
berhubungan normal, tidak ada
oksigen pasien.
suara napas yang
1. Lingkungan
abnormal) - Ajarkan keluarga
 Perokok pasif untuk melakukan
suksion
 Menghisap asap
- Hentikan suksion dan
 merokok
berikan oksigen
apabila pasien
menunjukan
barkikardi,
peningkatan
saturtasi

Airway Management:

- Buka jalan napas,


gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust
bila perlu.

- Posisikan pasien
untuk
memaksimalkan
ventialsi.

- Identifikasi pasien
perlunya
pemasangan alat
jalan napas buatan

- Pasang mayo bila


perlu.

- Lakukan fisioterapi
dada jika perlu.

- Keluarkan secret
dengan batuk atau
suction

- Auskultasi suara
napas, catat adanya
suara tambahan.

- Lakukan sukction
pada mayo

- Berikan
bronkodilator bila
perlu.

- Berikan pelembab
udara kassa basah
NaCl lembab.

- Atur intake untuk


cairan
mengoptimalkan
keseimbangan .
- Monitor respirasi
dan status

2. Ketidakefektifan pola napas

Diagnose keperawatan Tujuan dan kriteria Intervensi


hasil

Definisi: inpirasi dan NOC NIC


atau ekspirasi yang tidak
 Respiratory status : Airway Management
memberiak ventilasi.
ventilation
 Buka jalan napas, gunakan
Batasan karakteristik
 Respiratory status : teknik chin lift atau jaw
 Perubahan kedalam Airway patency thrust bila perlu
pernapasan
 Vital sign status  Posisikan pasien untuk
 Perubaan ekskursi dada. memaksimalkan ventilasi
Kriteria hasil
 Mengambil posisi tiga  Identifikasi paien
 Mendemostrasikan
titik. seperluanya,
batuk efektif dan
pemasangan alat jalan
 Bradipneu suara napas yang
napas buatan.
bersih, tidak ada
 Penurunan tekanan
sianosisi dan  Pasang mayo jika perlu
ekspirasi.
dyspnea (mempu
 Lakuakn fisio terapi dada
 Penurunan ventialsi mengeluarkan
jika perlu
semenit. spuntum, mampu
bernapas denga  Keluarkan secret dengan
 Dipneu
mudah, tidak ada batuk atau suction
 Peningkatan diameter pursed lips).
 Auskultasi suara napas,
anterior – posterior.
 Menunjukan jalan catat adanya suara
 Pernapsan cuping hidung napas yang paten tamabahan.
(klien tidak merasa
 Ortopneu  Lakuakan suction pada
tercekik, irama
mayo
 Fase ekspirasi napas,ftrekwensi
memenjang pernapasan dalam  Beriakn bronkodilator bila
rentang normal, perlu
 Pernapasan bibir
tidak ada suara
 Beriakan pelembab udara
 Takipneu napas abnormal)
kassa basah NaCl lembab
 Penggunaan otot  Tanda tanda vital
 Atur intake untuk cairan
aksesorius untuk dalam rentang
mengoptimalakan
bernapas. normal (tekanan
keseimbangan
Faktor yang berhubungan: darah, nadi,  Monitor respirasi dan
pernapasan) status .
 Ansietas
Oxygen terapy
 Posisi tubuh
 Bersihakan mulu, hidung,
 Deformitas tulang
dan secret trachea.
 Deformitas dinding dada
 Pertahankan jalan napas
 Keletihan yang paten.

 Hiperventilasi  Atur peralatan oksigenasi

 Sindrom hipoventilasi  Monitor oksigen

 Gangguan  Pertahankan posisi pasien


muskulokeletal
 Observasi adanya tanda
 Kerusakan neurologi tanda tanda hipoventilasi

 Imaturitas neurologi  Monitor adanya


kecemasan pasien
 Disfungsi neuromuscular
terhadap oksigenasi
 Obesitas
Vital sigh monitoring
 Nyeri
 Monitor TD, nadi, suhu,
 Keletihan otot dan RR
pernapsan cedera
 Catat adanya fluktasi
medulla spinalis.
tekanan darah

 Auskultasi TD pada kedua


lengan dan bandingkan

 Monitor TD, nadi, RR,


sebelum, selama, dan
setelah aktivitas.

 Monitor kualitas dari nadi

 Monitor frekuwensi dan


dan irama pernapasan

 Monitor suara paru

 Monitor pola pernapasan


abnormal

 Monitor suhu, warna, dan


kelembabpan kulit

 Monitor sianosis perifer


 Monitor adanya cushing
triad( tekan nadi yang
melebar, brankikardi,
peningkatan sistolik)

 Identifikasi penyebab dari


perubahan vital sign

3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Diagnosis Tujuan dan kriteria hasil intervensi

Definisi: asupan nutrisi tidak NOC NIC


cukup untuk memenui
 Nutritional status Penurunan anseitas
kebutuhan metabolic
 Nutritional status : Promosi perfusi serebal
Batasan karakteristik:
food and fluid intake
Stimulasi kognotof
 Kram abdomen
 Nutritional status :
Dukung pembuatan –
 Nyeri abdomen nutrient intake
pembuatan keputusan
 Mengindari makanan  Weight control
Demensia Management
 Berat badan 20% atau Kriteria hasil
- Pantau fungsi kognitif,
lebi di bawah berat
 Adanya peningkatan meggunakan instrument
badan ideal
berat badan sesuai pengakjian yang baku
 Kerapuhan kapiler dengan tujuan (seperti : mini mental,
state Examination)
 Diare  Berat badan ideal
sesuai dengan tinggi - Tentukan riawat fisik,
 Kehilangan rambut
badan sosial, dan psikologis
berlebian
pasien sebelum kejadian
 Mampu
 Bising usus hiperaktif konfusi, kebiasaan dan
mengidentifikasi
rutinitas.
 Kurang makanan kebutuan nutrisi
- Tentukan harapan
 Kurang informasi  Tidak ada tanda tanda
perilaku yang sesuai
malnutrisi
 Kurang minat pada dengan status kognitif
makanan  Menunjukan pasien
peningkatan fungsi
 Penurunan berat badan - Pantau nutrisi dan berat
pengecapan dari
dengan asupan badan
menelan
makanan adekuat
- Pantau penyebab
fisiologis peningkatan
 Kesalahan konsepsi  Tidak terjadi konfusi yang mungkin
penurunan berat akut dan reversible
 Kesalahan informasi
badan. secara seksama
 Membrane mukosa
- Libatkan anggota
pucat
keluarga dalam
 Ketidak mampuan perencanaan,
memakan makanan penyediaan, dan evaluasi
keperawatan sesuai
 Tonus otot menurun
keinginan
 Mengeluh gangguan
Waham Management
sensasi rasa
- Pantu fungsi kognitif,
 Mengeluh asuapan
memnggunakn
makan kurang dari RDA(
instrument pengakajian
recodemmended daily
yang baku( seperti : mini
allowance)
mental state
 Cepat kenyang setelah Examination)
makan
- Berikan lingkungan yang
 Sariawan rongga mulut tenang

 Steatorea Majamen Alam Perasaan

 Kelemahan otot - Kolaborasi berikan obat


pengunyah penstabil alam perasaan

 Kelemahan otot untuk


menelan

Faktor – faktor yang


berhubungan

 Faktor biologis

 Faktor ekonomi

 Ketidak mampuan untuk


mengabsopsi nutrisi

 Ketidak mampuan
menelan makann

 Ketidak mampuan
menecerna makanan

 Faktor psikologis

4. Hipertemi
Diagnosis Tujuan dan kriteria hasil intervensi

Definisi : peningkatan suhu NOC: NIC:


tubuh diatas kisaran normal
Thermoregulation Fever treatment
Batas karakteristik:
Kriteria hasil: - Monitor suhu sesering
 Konvulsi mungkin
 Suhu tubuh dalam
 Kulit kemerahan rentang normal - Monitor IWL

 Peningkatan suhu tubu  Nadi dan RR dalam - Monitor warna dan suhu
diatas kisaran normal rentang normal kulit

 Kejang  Tidak ada - Monitor tekanan darah,


perubahan warna nadi, dan RR
 Tangkikardi
kulit dan tidak ada
- Monitor penurunan tingkat
 Takipnea pusing
kesadaran
 Kulit terasa hangat
- Monitor WBC, Hb, dan Hct
Faktor faktor yang
- Monitor intake dan output
berhubungan:
- Berikan antipiretik
 Anastesia
- Berikan pengobatan untuk
 Penurunan respirasi
mengatasi penyebab
 Dehidrasi demam

 Pemanjaan lingkungan - Selimuti pasien


yang panas
- Lakukan tapid sponge
 Penyakit
- Kolaborasi pemberian
 Pemakaian pakaian yang cairan intravena
tidak sesuai dengan
- Kompres pasien pada
suhu ligkungan
lipatan paha dan aksila
 Peningkatan laju
- Tingkatkan sirkulasi udara
metabolisme
- Berikan pengobatan untuk
 Medikasi
mencega terjadinya
 Trauma menggigil

 Aktivitas berlebihan Temprature regulation

- Monitor suhu minimal tiap


2 jam

- Rencanakan monitoring
suhu secara kontinyu
- Monitor TD, nadi dan RR

- Monitor warna dan suhu


kulit

- Monitor tanda tanda


hipertermi dan hipotermi

- Tingkatkan intake cairan


dan nutrisi

- Selimuti pasien untuk


mencega hilangnya
kehangatan tubuh

- Ajarkan pada pasien cara


mencegah keletihan akibat
panas

- Diskusikan tentang
pentingnya pengaturan
suhu dan kemungkinan
efek nigatif dari kedinginan

- Ajarkan indikasi dari


hipotermi dan penanganan
yang diperlukan

- Beriakn anti piretik jika


perlu

BAB 3

PENUTUP

3.1. Kesimpualan

Bronchitis akut adalah infeksi saluran pernapasan yang secara umum menyertai
infeksi saluran pernapasan bagian atas. Sebagai akibat dari infeksi virus (paling umum) atau
bakteri, jalan napas menjadi terinflamasi dan teriritasi, dan produksi mucus meningkat.
Penderita bronchitis ini mulai dari umur anak – anak sampai orang dewasa.

Bronchitis ini disebabkan oleh keadaan lingkuangan yang dipengaruhi oleh kebiasaan
atau pola hidup seseorang atau orang yang ada disekitar penderita. Salah satu penyebabnya
adalah merokok, didalam merokok terdapat zat zat racun yang bersifat merusak tubuh yang
menebabkan penyakit bronchitis.
3.2. Saran

Dalam pembuatan Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan semoga


dapat menambah pengetahuan dan menambah referensi pembaca. Dalam pembuatan Laporan
Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan banyak kekurangan. Kritik dan saran saya
harapkan untuk kesempurnaan pembuatan Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan
Keperawatan

DAFTAR PUSTAKA

Huda,amin. Kusuma, hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawtan edasarkan Diagnosisi dan Nanda Nic
Noc Edisi Revisi Jilid 1. Mediaction Jogja, Jogjakarta

Mary DI Giulio, Donna Jakson, Jim Keogh. Keperawatan Medikal Bedah edisi 1. Yogyakarta

Somatri irman. 2012. Asuhah Keperawataan pada klien dengan Gangguan Sistem Pernapasan edisi
2. Jakarta : Salemba Medika.

Berbagi

KOMENTAR

POSTINGAN POPULER

April 13, 2018

MAKALAH KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN


CARDIAC ARREST( HENTI JANTUNG )
Berbagi

Posting Komentar
Diberdayakan oleh Blogger

Gambar tema oleh Raycat

Arsip
Laporkan Penyalahgunaan

Anda mungkin juga menyukai