TJK
TJK
MAKALAH
Oleh :
Kelompok 2
i
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
BAB 3 PEMBAHASAN
BAB 4 PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat bertujuan untuk
menyehatkan dan menjamin kesehatan kepada seluruh masyarakat guna
terciptanya keadaan yang sehat bagi seluruh masyarakat. Akan tetapi,
pelayanan kesehatan pada kenyataannya masih terbatas, dan masih banyak
masyarakat yang belum mampu menikmati pelayanan kesehatan yang
bermutu. Hal tersebut karena masih terbagi-bagi biaya kesehatan dan mutu
pelayanan menjadi sulit terkendali bahkan masih saja masyarakat kesulitan
untuk mendapatkan jaminan kesehatan yang telah diprogramkan
pemerintah dengan berbagai macam persyaratan yang sulit dan bahkan
fasilitas yang didapat tidak terlalu memadai terutama pada masyarakat
yang kurang mampu (Melinting, 2017).
Kesehatan masyarakat merupakan aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan dalam mencegah penyakit yang melanda,
memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan penduduk atau
masyarakat (Eliana dkk, 2016).
Menurut World Health Organizattion (WHO) lansia termasuk
kelompok penduduk yang berumur 60 tahun atau lebih pada tahun 2013
sebanyak 11,7 % dari total populasi diperkirakan jumlah tersebut terus
meningkat seiring dengan peningkatan usia harapan hidup. Data tahun
2009 menunjukkan lanjut usia sejumlah 7,49 % dari total populasi, 2011
sebanyak 7,69 % dan tahun 2013 didapatkan proporsi lansia sebesar 8,1 %
dari total populasi.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2014 jumlah lansia di
indonesia mencapai 28,8 juta orang atau 11,34 % sebaran penduduk lansia
tahun 2012 di indonesia pada urutan kedua tertinggi ditempati oleh jawa
timur yaitu 10,40 % daripada diperkotaan 7,49 %. Angka harapan hidup
penduduk di jawa timur meningkat dari periode 2010-2015 sebesar 71,9
tahun pada periode 2015-2020 menjadi 37,2 tahun sehingga
1
mempengaruhi estimasi proporsi penduduk usia 65 tahun keatas yaitu
tahun 2010 sebanyak 7,6 %. Pada tahun 2015 8,6 %, 2020 sebanyak 10,2
% dan 2025 sebanyak 12,6 % atau telah mencapai >10 % sehingga jawa
timur bisa dikategorikan sebagai provinsi penduduk tua (aging
population).
Provinsi yang memiliki proporsi lansia ketiga terbesar di indonesia,
jawa timur mengalami peningkatan jumlah lansia yang cukup besar dari
tahun ke tahun. Dalam 6 tahun terakhir, jumlah lansia di jawa timur
mengalami kenaikan dari 4,18 juta orang atau 11,17% (2010) menjadi 4,60
juta orang atau 11,80% dari total jumlah penduduk jawa timur pada tahun
2016 (BPS jawa timur, 2010-2016). Data BPS tahun 2018 mencatat usia
harapan hidup provinsi jawa timur saat ini mencapai 70,80 tahun. Kondisi
diatas juga terjadi di kota surabaya sebagai ibu kota provinsi, kota
surabaya memiliki jumlah penduduk lansia mencapai 227.527 jiwa atau
sekitar 7,90% dari 6,77% di tahun 2010 (BPS jawa timur, 2016). Kondisi
ini menjadi kota surabaya masuk sebagai kota dengan kategori penduduk
tua.
2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan bagaimana
kesehatan masyarakat dalam pelayanan geriatri di era jaminan kesehatan
nasional (JKN).
1.3 Tujuan penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui kesehatan masyarakat dalam pelayanan
geriatri di era jaminan kesehatan nasional (JKN).
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengidentifikasi kesehatan masyarakat dalam pelayanan
geriatri di era jaminan kesehatan nasional (JKN).
b. Untuk menganalisis kesehatan masyarakat dalam pelayanan
geriatri di era jaminan kesehatan nasional (JKN).
1.4 Manfaat
Mengembangkan pengetahuan kesehatan masyarakat dalam pelayanan
geriatri di era jaminan kesehatan nasional (JKN).
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
tetapi tidak mampu memajukan kehidupannya sendiri dengan belajar,
bekerja, ataupun berinteraksi dengan masyarakat sekitarnya, maka
orang tersebut tidak bisa dikatakan sehat.
2.1.2 Sasaran Kesehatan Masyarakat
1. Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga, apabila
individu tersebut mempunyai masalah kesehatan karena ketidak
mampuan merawat dirinya sendiri oleh sesuatu hal dan sebab
maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik
secara fisik, mental dan sosial.
2. Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas
kepala keluarga, anggota keluarga lainnya, yang berkumpul dan
tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan
ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling
tergantung dan interaksi, bila salah satu atau beberapa keluarga
mempunyai masalah kesehatan maka akan berpengaruh terhadap
anggota dan keluarga yang lain.
3. Kelompok khusus
Kelompok khusus adalah kumpulan individu yang
mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan,
kegiatan yang terorganisasai yang sangat rawan terhadap masalah
kesehatan, dan termasuk di antaranya adalah:
a. Kelompok khusus dengan kebutuhan kesehatan khusus sebagai
akibat pertumbuhan dan perkembangan seperti; ibu hamil, bayi
baru lahir, anak balita, anak usia sekolah, dan usia lanjut.
5
b. Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan
pengawasan dan bimbingan serta asuhan, di antaranya
penderita penyakit menular dan tidak menular.
c. Kelompok yang mempunyai risiko terserang penyakit, di
antaranya; wanita tuna susila, kelompok penyalahgunaan obat
dan narkoba, kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-
lain.
d. Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, di antaranya; panti
werda, panti asuhan, pusat-pusat rehabilitasi dan penitipan
anak.
6
2. Dasar utama dalam pelaksanaan perawatan kesehatan
masyarakat adalah menggunakan metode pemecahan masalah
yang dituangkan dalam pelayanan kesehatan.
3. Kegiatan utama pelayanan kesehatan adalah di masyarakat
bukan di rumah sakit. Tenaga kesehatan adalah tenaga yang
generalis.
4. Peran tenaga kesehatan terpenting adalah sebagai pendidik
(health education) dan pembantu (change egent).
5. Praktik kesehatan masyarakat timbul dari kebutuhan aspirasi,
masalah dan sumber yang terdapat di masyarakat.
6. Praktik kesehatan masyarakat di pengaruhi perubahan dalam
masyarakat pada umumnya dan perkembangan masyarakat
pada khususnya.
7. Praktik kesehatan masyarakat adalah bagian dari sistem
kesehatan masyarakat.
8. Praktik kesehatan masyarakat merupakan gambaran dari
seluruh program kesehatan di masyarakat.
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Masyarakat
Hendrik L. Blum mengatakan bahwa ada empat faktor yang
mempengaruhi kesehatan masyarakat yaitu lingkungan, perilaku,
pelayanan kesehatan dan keturunan.
Pada gambar berikut menunjukan bahwa lingkungan mempunyai
pengaruh dan peranan terbesar diikuti perilaku, pelayanan kesehatan
dan keturunan.
Prinsip-Prinsip dan Faktor-Faktor yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat
7
1. Lingkungan (Environment)
Lingkungan ini meliputi lingkungan fisik (baik natural atau
buatan manusia) misalnya sampah, air, udara dan perumahan, dan
sosiokultur (ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan lain-lain). Pada
lingkungan fisik, kesehatan akan dipengaruhi oleh kualitas sanitasi
lingkungan dimana manusia itu berada. Hal ini dikarenakan banyak
penyakit yang bersumber dari buruknya kualitas sanitasi
lingkungan, misalnya ; ketersediaan air bersih pada suatu daerah
akan mempengaruhi derajat kesehatan karena air merupakan
kebutuhan pokok manusia dan manusia selalu berinteraksi dengan
air dalam kehidupan sehari-hari. Sedangkan lingkungan sosial
berkaitan dengan kondisi perekonomian suatu masyarakat.
Semakin miskin individu/masyarakat maka akses untuk
mendapatkan derajat kesehatan yang baik maka akan semakin sulit.
misalnya manusia membutuhkan makanan dengan gizi seimbang
untuk mejaga kelangsungan hidup, jika individu/masyarakat berada
pada garis kemiskinan maka akan sulit untuk memenuhi kebutuhan
makanan dengan gizi seimbang. Demikian juga dengan tingkat
pendidikan individu/masyarakat, semakin tinggi tingkat pendidikan
8
individu/masyarakat maka pengetahuan untuk hidup sehat akan
semakin baik.
Beberapa contoh faktor lingkungan yang dapat mempengaruhi
kesehatan antara lain:
a. Adanya sanitasi lingkungan yang baik akan meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
b. Ada norma agama pada umat islam tentang konsep haram
terhadap alkohol akan menurunkan tingkat konsumsi alkohol.
c. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan individu maupun
masyarakat maka pengetahuan akan cara hidup sehat semakin
baik.
2. Perilaku (Life Styles)
Gaya hidup individu atau masyarakat merupakan faktor kedua
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat karena sehat dan tidak
sehatnya lingkungan kesehatan individu, keluarga dan masyarakat
sangat tergantung pada perilaku manusia itu sendiri, di samping itu
juga dipengaruhi oleh kebiasaan, adat istiadat, kepercayaan,
pendidikan, sosial ekonomi dan perilaku-perilaku lain yang melekat
pada dirinya.Contohnya: dalam masyarakat yang mengalami
transisi dari masyarakat tradisional menuju masyarakat modern,
akan terjadi perubahan gaya hidup pada masyarakat tersebut yang
akan mempengaruhi derajat kesehatan. Misalnya: pada masyarakat
tradisional di mana sarana transportasi masih sangat minim maka
masyarakat terbiasa berjalan kaki dalam beraktivitas, sehingga
individu/masyarakat senantiasa menggerakkan anggota tubuhnya
(berolah raga).
Pada masyarakat modern di mana sarana transportasi sudah
semakin maju, maka individu/masyarakat terbiasa beraktivitas
dengan menggunakan transportasi seperti kendaraan bermotor
sehingga individu/masyarakat kurang menggerakkan anggota
tubuhnya (berolah raga). Kondisi ini dapat beresiko mengakibatkan
obesitas pada masyarakat modern karena kurang berolah raga
9
ditambah lagi kebiasaan masyarakat modern mengkonsumsi
makanan cepat saji yang kurang mengandung serat. Fakta tersebut
akan mengakibatkan transisi epidemiologis dari penyakit menular
ke penyakit degeneratif.
Berikut ini contoh dari life style yang dapat mempengaruhi
kesehatan seseorang:
a. Perilaku perokok sejak dini akan meningkatkan risiko kanker
pada paru-paru.
b. Perilaku mengkonsumsi makanan cepat saji (junk food) akan
meningkatkan risiko obisitas yang berisiko pada penyakit
jantung.
c. Kebiasaan melakukan konsep 3 M (menguras, mengubur dan
menutup) pada pencegahan DBD akan menurunkan
prevalensi penyakit DBD.
3. Pelayanan Kesehatan (Health Care Services)
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, karena keberadaan
fasilitas kesehatan sangat menentukan dalam pelayanan pemulihan
kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, pengobatan dan
keperawatan serta kelompok dan masyarakat yang memerlukan
pelayanan kesehatan. Ketersediaan fasilitas sangat berpengaruh
oleh lokasi, apakah dapat dijangkau oleh masyarakat atau tidak,
tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan, informasi dan
motivasi masyarakat untuk mendatangi fasilitas dalam memperoleh
pelayanan, serta program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah
sesuai dengan kebutuhan masyarakat itu sendiri. Semakin mudah
akses individu atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan maka
derajat kesehatan masyarakat semakin baik.
Adapun faktor pelayanan kesehatan dapat mempengaruhi
kesehatan, dapat terlihat sebagai berikut:
a. Adanya upaya promotif terhadap penularan HIV/AIDS akan
menurunkan prevalensi HIV/AIDS.
10
b. Tersedianya sarana dan prasaran kesehatan yang baik akan
memudahkan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan
kesehatan yang bermutu dan berkualitas.
c. Adanya asuransi kesehatan akan memudahkan
individu/masyarakat untuk mengakses pelayanan kesehatan.
4. Keturunan (Heredity)
Faktor keturunan/genetik ini juga sangat berpengaruh pada
derajat kesehatan. Hal ini karena ada beberapa penyakit yang
diturunkan lewat genetik atau faktor yang telah ada pada diri
manusia yang dibawa sejak lahir, misalnya: dari golongan penyakit
keturunan, diantaranya: diabetes melitus, asma bronkia, epilepsy,
retardasi mental hipertensi dan buta warna. Faktor keturunan ini
sulit untuk di intervensi dikarenakan hal ini merupakan bawaan
dari lahir dan jika di intervensi maka harga yang dibayar cukup
mahal.
Berikut ini contoh faktor keturunan dapat mempengaruhi
kesehatan:
a. Perkawinan antar golongan darah tertentu akan
mengakibatkan leukemia.
b. Adanya kretinisme yang diakibatkan mutasi genetik.
2.2 Pelayanan Geriatri
11
kualitas hidup, intervensi mempertahankan fungsi optimal dan
promosi kesehatan.
Geriatri menurut PERATURAN MENTRI KESEHATAN
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 Pasal 1 ayat 2.
Geriatri adalah cabang di dsiplin ilmu kedokteran yang memepelajari
aspek kesehatan dan kedokteran pada warga lanjut usia termasuk
pelayanan kesehatan pada lanjut usia dengan mengkaji semua aspek
kesehatan berupa promosi, pencegahan diagnosis, pengobatan dan
rehabilitasi.
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2014 Pasal 1 ayat 4 “Pasien
geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit dan atau
gangguan akibat penurunan fungsi organ, psikologi,sosial, ekonomi
dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara
terpadu dengan pendekatan multi disiplin yang bekerja secara ter
disiplin”.
2.2.2 Pelayanan Geriatri
Tingkatan pelayanan geriatri menurut Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 dalam Bab II Pelayanan
Geriatri pada Pasal 3, yaitu :
1)Pelayanan geriatri diberikan pada pasien lanjut usia dengan kriteria :
a. Memiliki lebih dari 1 ( satu ) penyakit fisik dan atau ; psikis ;
atau
b. 1 ( satu) penyakit dan mengalami gangguan dan akibat
penurunan fungsi organ psikologi, sosial, ekonomi dan
lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan.
2) Selain pasien lanjut usia sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dilaksanakan secara terpadu dengan pendekatan
multidisiplin yang bekerja secara interdisplin.
12
Jenis pelayanan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 79 Tahun 2014 dalam Bab III Pelayanan Geriatri
pada Pasal 5,yaitu :
1) Jenis pelayanan Gariatri tingkat sederhana paling sedikit terdiri atas
rawat jalan dan kunjungan rumah (home care).
2) Jenis pelayanan Gariatri tingkat lengkap paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, dan kunjungan rumah (home care).
3) Jenis pelayanan Gariatri tingkat sempurna paling sedikit terdiri atas
rawat jalan, rawat inap akut, kunjungan rumah (home care), dan
Klinik Asuhan Siang.
4) Jenis pelayanan Geriatri tingkat paripurna terdiri atas rawat jalan,
klinik Asuhan Siang, rawat inap akut, rawat inap kronik, rawat inap
psikogeriatri, penitipan pasien Geriatri (resapite care), kunjungan
rumah (home care), dan Hospice.
13
5) Konsultasi geratri
Pasien yang dirawat oleh bagian lain dapat dikonsultasikan ke tim
geriatri untuk mendapatkan pemeriksaan menyeluruh, berbagai
tindakan lain, atau bahkan dipindahkan ke bangsal lanjut usia.
6) Penitipan
Orang yang lanjut usia yang relatif sehat tidak ada eksaserbasi akut
dari penyakit yang mungkin diderita, dapat dititipkan selama
maksimal dua minggu di instalasi geriatri yang lengkap.
7) Perawatan terminal
Pelayanan kesehatan sejak dulu diarahkan untuk menyembuhkan
penyakit dan mencegah kematian, seperti ada kalanya dokter
diharapkan pada keadaan menjelang ajal yang tidak dapat dielakan.
8) Pendidikan dan riset
Hal ini merupakan bagian implisit dari suatu pemberian pelayanan
geriatri antara lain dilaksanakan untuk pendidikan tenaga medis, para
medis, terapi-rehabilitasi, dan mahasiswa dari berbagai bidang
keilmuan serta riset, yang pada gilirannya diperlukan untuk
meningkatkan pelayanan serta pengembangan ilmu geriatri.
9) Rehabilitasi medik
Rehabilitasi medik selalu merupakan aspek yang harus terdapat
dalam pelayanan kesehatan usia lanjut. Rehabilitasi dilaksanakan
sesegera mungkin sejak pasien masuk sampai pulang, sesuai
kebutuhannya.
10) Panti rawat Wredha
Bagian ini memelukan bentuk peralihan antara pelayanan Rs dan
pelayanan di rumah / di panti Wredha, dimana pasien sudah tidak
banyak memerlukan tindakan RS (Asesment dan kuratif).
2.3 Jaminan Kesehatan Nasional
14
telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan
Kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip
Asuransi Sosial dan Ekuitas (Pasal 19, UU no 40 tahun 2004).
Definisi JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar
peserta memperoleh manfaat pemeliharaan dan perlindungan dalam
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan pada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar pemerintah (
Per Pres no 12, 2013 : 2).
2.3.2 Prinsip JKN (Jaminan Kesehatan Nasional)
Pelenyelanggaraan jaminan kesehatan nasional mengacu pada
prinsip-prinsip sistem jaminan sosial nasional (SJSN) yaitu :
a. Dana amatan dan nirlaba dengan manfaat untuk semata-mata untuk
peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
b. Menyeluruh (komprehensif) sesuai dengan standart pelayanan
medis yang cosefectif dan rasional
c. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan kortabilitas dan equitas
d. Efisien, transparan dan akuntabel (Permenkes no 28, 2014:4)
2.3.3 Tujuan JKN
Pelaksanaan program jaminan keshatan nasional (JKN) untuk
memberikan perlindungan kesehatan dalam bentuk manfaat
pemeliharaan kesehatan dalam rangka memenuhi kebutuhan dasar
kesehatan yang di berukan kepada sekian orang yang telah membayar
iuran atau iurannya di bayar oleh pemerintah (Permenkes no 28,
2014:8)
2.3.4 Sasaran JKN
Sasaran Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) ini adalah seluruh komponen mulai dari pemerintah
(pusat dan daerah), BPJS, fasilitas, kesehatan, peserta dan pemangku
kepentingan lainnya sebagai acuan dalam pelaksanaan program
Jaminan Kesehatan Nasipmal (JKN). ( Pemenkes no 28, 2014:8)
15
2.3.5 Kepesertaan
Peserta penerima bantuan iuran (PBI) jaminan kesehatan ditetapkan
oleh menteri sosial, yang selanjtnya didaftarkan oleh kementerian
kesehatan badan penyelenggara jaminan sosial kesehatan (BPJS
kesehatan ) sebagai peserta penerima bantuan iuran (PBI) jaminan
kesehatan. Program jaminan kesehatan Nasional (SJSN) yang
diselenggarakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan
agar seluruh penduduk indonesia terlindungi dalam sistem asuransi
sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan.
Perlindungan ini di berikan kepada setiap orang yang telah membayar
iuran tau iuranya di bayar oleh pemerintah. Peserta tersebut meliputi
penerimaan bantuan iuran (PBI) JKN dan bukan PBI JKN dan bukan
PBI JKN dengan dijelaskan dengan rincian sebagai berikut:
a. Peserta PBI Jaminan kesehatan meliputi orang yang tergolong
fakir miskin dan orang tidak mampu.
b. Peserta bukan PBI adalah peserta yang tidak tergolong fakir
miskin dan orang tidak mampu yang teridiri atas.
1) pekerja penerima upah dan anggota keluarganya, yaitu
a) pegawai negri sipil
b) Anggota TNI
c) Pejabat Negara
d) Pekerjaan Negara
e) Pegawai pemerintah dan non pegawai negri
f) pegawai swasta dan
g) pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai f yang menerima
upah.
16
2.3.6 Jenis asuransi kesehatan yang dianut oleh Indonesia
Tabel 2.1
Jenis asuransi kesehatan yang dianut oleh manusia
Jenis Asuransi Keunggulan Tantangan Negara
Kesehatan
17
Tantangan pembiayaan JKN Masalah utama :
1) Tidak ada definisi operasional dari manfaat JKN.
2) Iuran yang underprice.
3) Defisit terus berulang setiap tahun.
4) Kapasitas fiskal vs komitmen terhadap sektor kesehatan.
Usulan solusi :
1) Perlunya standarisasi & penyesuaian manfaat JKN.
2) Perhitungan ulang iuran yang ideal.
3) Pemahaman bahwa pengeluaran kesehatan adalah
investasi,bukan biaya.
4) Inovasi sumber-sumber pendanaan JKN selain iuran.
2.3.7 Harapan Program JKN.
1) Program JKN-KIS adalah program strategis Pemerintah yang telah
terbukti meningkatkan kualitas hidup masyarakat dengan
meningkatkan akses masyarakat ke pelayanan kesehatan formal,
melindungi masyarakat dari pengeluaran kesehatan besar dan
kemiskinan.
2) Untuk menjaga sustaibilitas program JKN, perlu meninjau besaran
iuran dengan hitungan aktuaria.
3) Kemungkinan sumber-sumber pendanaan lain perlu untuk dicari
termasuk diantaranya pendanaan dari hasil sin tax (seperti pajak/
cukai untuk barang-barang berdampak buruk untuk kesehatan
seperti pemanis, makanan siap saji, alkohol, dll).
4) Upaya promotif dan preventif untuk mencegah penyakit tidak
menular diintensifkan,
5) Diperlukan dukungan semua stakeholder untuk keberlangsungan
JKN(Abdullah, 2018).
18
BAB 3
PEMBAHASAN
19
Selain itu, pengelolaan dan pemanfaatan dana kapitasi JKN pada
Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) milik Pemerintah Daerah
diatur dalam Peraturan Presiden No. 32 Tahun 2014. Tertera pada
Pasal 12, bahwa dana kapitasi JKN di FKTP dimanfaatkan seluruhnya
untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan. Jasa pelayanan kesehatan sebagaimana
dimaksud meliputi jasa pelayanan kesehatan perorangan yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan dan tenaga non
kesehatan. jasa pelayanan kesehatan di FKTP atau puskesmas
ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari total penerimaan dana
kapitasi JKN, dan sisanya dimanfaatkan untuk dukungan biaya
operasional pelayanan kesehatan yang meliputi biaya obat, alat
kesehatan, bahan medis habis pakai, dan dukungan biaya operasional
pelayanan kesehatan lainnya. Dalam hal ini, biaya operasional
pelayanan kesehatan lainnya. Dalam menyelenggarakan Jaminan
Kesehatan Nasional, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial membuat
Peraturan BPJS No. 1 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Jaminan
Kesehatan Nasional yang menjelaskan kepesertaan, iuran kepesertaan
jaminan kesehatan, penyelenggara pelayanan, peningkatan mutu dan
penambahan manfaat jaminan kesehatan, kompensasi, kendali mutu
dan kendali biaya, serta pelaporan dan utilization
review.
3.2 Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) pada Era JKN
Upaya kesehatan secara garis besar dibagi kepada dua golongan,
yakni upaya kesehatan peorangan (UKP) dan upaya kesehatan
masyarakat (UKM). Demikian juga halnya di Indonesia, sebagaimana
diatur dalam sistem kesehatan nasional (SKN) yang membagi upaya
kesehatan sebagai sub sistem dari SKN pada kedua upaya tersebut
yang disebut pelayanan kesehatan perorangan (PKP) dan pelayanan
kesehatan masyarakat (PKM). PKP merupakan pemberian layanan
kepada seseorang yang lebih menekankan pada pelayanan pengobatan
(kuratif) dan pemulihan (rehabilitatif) dengan tidak mengabaikan
pelayanan peningkatan (promotif) dan pencegahan (preventif).
20
Sementara PKM merupakan pemberian layanan kepada masyarakat
yang lebih memfokuskan pada pelayanan peningkatan dan pencegahan
dengan tidak mengabaikan pelayanan pengobatan dan pemulihan.
kepada keluarga, kelompok dan masyarakat. Secara berjenjang, PKP
dan PKM dibagi kepada tiga jenjang, yaitu
a. PKP dan PKM primer,
b. PKPdan PKM sekunder serta
c. PKP dan PKM tersier (Perpres, No. 72 Th.
2012).
Menurut Sundari dkk (2007) menyatakan ada beberapa faktor
yang dapat mempengruhi penetapan proporsi anggaran UKM dan dan
UKP serta keberhasilan program pelayanan kesehatan, sebagai berikut:
a. Pola perencanaan
Pada waktu menyusun perencanaan sering terjadi pengajuan
kegiatan terlebih dahulu, tanpa mempertimbangkan standar
pelayanan minimal yang akan dicapai ataupun kegiatan apa yang
harus menjadi prioritas. Akibatnya banyak kegiatan yang susun dan
dilaksanakan kurang tepat sasaran. Ada juga kegiatan yang
berulang kali dilakukan, tanpa melihat keberhasilan atau kegagalan
program yang pernah di laksanakan.
b. Persepsi pengelola dan perencana
c. Program Batasan dan fungsi kegiatan UKM dan UKP yang
ditetapkan dapat di interpretasikan secara berbeda tergantung dari
sudut pandang kegiatan itu kategorikan.
d. Sumber dana
Sumber dana yang tersedia di daerah dan adanya pola dana
pendamping dari pusat juga dapat berdampak pada penetapan
proporsi anggaran untuk UKM dan UKP. Bila jumlah bantuan dari
pusat (DAK) besar, maka dana DAU Kabupaten manjadi lebih
kecil, karena terserap untuk dana pendamping DAK.
21
BAB 4
PENUTUP
4.1 Simpulan
Suatu pelayanan promotif dan preventif mendapatkan hak peserta
jaminan kesehatan nasional yang tertera dalam Peraturan Menteri
Kesehatan R.I. No. 71 Tahun 2013 pada Pasal 13 yang secara lengkap
berbunyi bahwa “Setiap Peserta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan yang mencakup pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan
rehabilitatif termasuk pelayanan obat dan bahan medis habis pakai
sesuai dengan kebutuhan medis yang diperlukan”. Serta upaya
kesehatan secara garis besar dibagi kepada dua golongan, yakni upaya
kesehatan peorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM).
Demikian juga sebagaimana diatur dalam sistem kesehatan nasional
(SKN) yang membagi upaya kesehatan sebagai sub sistem dari SKN
pada kedua upaya tersebut yang disebut pelayanan kesehatan
perorangan (PKP) dan pelayanan kesehatan masyarakat (PKM).
4.2 Saran
22
DAFTAR PUSTAKA
Utomo setyo agus (2019). Status kesehatan lansia berdaya guna. Surabaya
: Media Sahabat Cendekia
23
LAMPIRAN
24