DIURETIKA
Disusun oleh:
Rizki Sepridayanti 1604015114
Iis Nurwiati 1704015008
Raisha Vira Auliana 1704015159
Nur Fitriyani P. 1704015195
Ulfi Mursid 1704015276
Kelompok 1
Kelas : C1
B. Tujuan
1. Untuk menerapkan metoda pengujian obat diuretika
2. Untuk mengevaluasi potensi obat diuretika
C. Manfaat
1. Mahasiswa dapat menerapkan metoda pengujian obat diuretika
2. Mahasiswa dapat mengevaluasi potensi obat diuretika
BAB II
TEORI DASAR
Diuretik adalah obat yang dapat menambah kecepatan pembentukan
urin. Istilah diuresis mempunyai dua pengertian, pertama menunjukkan
adanya penambahan volume urin yang diproduksidan dan yang kedua
menujukan jumlah pengeluaran (kehilangan) zat-zat terlarut dalam air. Fungsi
utama diuretic adalah untuk memobilisasi cairan edema, yang berarti
mengubah keseimbangan cairan sedemikian rupa sehingga volume cairan
ekstra sel kembal imenjadi normal (Departemen Farmakologi dan Terapeutik,
2007).
1. Filtrasi, yaitu pergerakan cairan dari darah ke dalam lumen. Organ yang
terlibat: membran glomerolus (kapiler dan kapsula Bowman) yang sangat
permeable terhadap air namun tidak permeable terhadap molekul besar
seperti protein. Zat yang dihasilkan: ultrafiltrat yang bebas protein dan cairan
yang isinya sama dengan plasma disebut juga urin primer Faktor yang
memengaruhi: tekanan onkotik pada kapsula Bowman.
2. Lengkungan Henle.
Di bagian menaiknya ca 25% dari semua ion Cl- yang telah difiltrasi
direabsorpsi secara aktif, disusul dengan raborpsi pasif dari Na+ dan K+,
tetapi tanpa air, hingga filtrat menjadi hipotonis. Diuretika lengkungan
bekerja terutama di sini dengan merintangi transpor Cl- begitupula reabsorpsi
Na+, pengeluaran air dan K+diperbanyak .
3. Tubuli distal.
Dibagian pertmanya, Na+ dirabsorpsi secara aktif tanpa air hingga filtrat
menjadi lebi cair dan lebih hipotonis. Senyawa tiazida dan klortalidon bekerja
di tempat ini dengan memperbanyak eksresi Na+ dan Cl- sebesar 5-10%. Pada
bagian keduanya, ion Na+ ditukarkan dengan ion K+ atau NH4+ proses ini
dikendalikan oleh hormon anak ginjal aldosteron. Antagonis aldosteron dan
zat-zat penghemat kalium bekerja di sini dengan mengekskresi Na+ dan
retensi K+ .
4. Saluran Pengumpul.
Penggolongan Diuretika
3. Diuretik Thiazide
Mekanisme kerja: Thiazide menghambat reabsorpsi NaCl di sisi
luminal sel epitel di tubulus distal setelah lengkung henle dengan
menghambat pengangkut Na+/Cl-. Ion yang diekskresikan yaitu
natrium dan klor. Obat ini diabsorpsi baik di pencernaan dan diberikan
pada pagi hari. Contoh : hidrochlorthiazide, metolazone, indapamid
efek diuretiknya lebih ringan daripada diuretika lengkungan tetapi
lebih lama yaitu 6-12 jam. Banyak digunakan sebagai pilihan pertama
untuk hipertensi ringan sampai sedang karena daya hipitensifnya lebih
kuat pada jangka panjang. Resorpsi di usus sampai 80% dengan waktu
paruh 6-15 jam dan diekskresi lewat urin secara utuh. Contoh obat
patennya adalah Lorinid, Moduretik, Dytenzide (Aidan, 2008).
B. Prosedur pengerjaan
1. Puasakan tikus satu malam, dengan tetap diberi minum
2. Beri pada semua tikus air hangat, sebanyak 2,5 Ml/100g BB
secara oral
3. Suntikkan obat secara intra peritoneal obat furosemide dengan
dosis 80mg/kgBB, 120 mg/kgBB dan 160mg/kgBB
4. Tempatkan masing-masing tikus dalam kandang metabolisme
lalu tampung urin
5. Catat volume urin tiap 10’ , 30’ dan 60 menit setelah
pemberian obat
6. Hitung presentase volume urin kumulatif selama 60 menit
terhadap volume air yang diberikan secara oral
7. Buatlah kurva hubungan antara dosis obat yang diberikan
dengan volume urin yang dikeluarkan selama 60 menit
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data Pengamatan
Perhitungan :
1. Dosis 80mg/kgBB
3. Dosis 160mg/kgBB
𝐵𝐵 𝑋 𝐷𝑂𝑆𝐼𝑆 0,231 𝐾𝑔 𝑋 160𝑚𝑔/𝑘𝑔𝐵𝐵
VAO = 𝐾𝑂𝑁𝑆𝐸𝑁𝑇𝑅𝐴𝑆𝐼 = = 3,696ml ~ 3,5ml
10𝑚𝑔/𝑚𝑙
Pada praktikum kali ini, kami memberikan obat melalui rute intra
peritoneal karena targetnya adalah kandung kemih sehingga bila diberikan
secara intra peritoneal akan cepat menimbulkan respon.
Semakin besar dosis yang diberikan maka urin yang dikeluarkan juga
semakin meningkat(mutchler, 1991), pada hasil yang didapatkan dari
praktikum kali ini tidak sesuai dengan literature yang ada, dari hasil
praktikum yang didapat pada dosis 120mg/kgBB seharusnya dosis ini lebih
banyak mengeluarkan urin dari dosis 80mg/kgBB.
Faktor-faktor yang mungkin terjadi pada praktikum, sehingga tidak
didapatkan hasil yang sesuai dengan literature :
A. Kesimpulan