Anda di halaman 1dari 11

10

Kegiatan umum Instalasi Farmasi RSUD Raden Mattaher Jambi


Pelayanan kefarmasian yang ada di RSUD Raden Mattaher Jambi
meliputi 2 kegiatan, yaitu kegiatan yang bersifat managerial berupa pengelolaan
sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai dan kegiatan
pelayanan berupa farmasi klinik. Kegiatan tersebut didukung oleh sarana dan
prasarana dan sumber daya manusia yang handal. Lokasi harus menyatu
dengan sistem pelayanan rumah sakit, dipisahkan antara fasilitas untuk
penyelenggaraan manajemen, pelayanan langsung kepada pasien, peracikan,
produksi dan laboratorium mutu yang dilengkapi penanganan limbah. Peralatan
yang memerlukan ketepatan pengukuran harus dilakukan kalibrasi alat dan
penaraan secara berkala oleh balai pengujian kesehatan dan/atau institusi
yang berwenang. Peralatan harus dilakukan pemeliharaan, didokumentasi,
serta dievaluasi secara berkala dan berkesinambungan.

Pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Kegiatan pengelolaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis
habis pakai di RSUD Raden Mattaher Jambi menurut Anonim (2016), meliputi :
1. Pemilihan
Pemilihan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai
dipilih berdasarkan formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa
dan terapi, standar sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai yang telah ditetapkan, pola penyakit, efektifitas dan keamanan,
pengobatan berbasis bukti, mutu, harga, dan ketersediaan di pasaran.
Pemilihan juga berpedoman kepada Formularium Rumah Sakit yang mengacu
pada Formularium Nasional, yang disepakati oleh staf medis, disusun oleh
Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
2. Perencanaan
Perencanaan dilakukan untuk menghindari kekosongan obat yang
dilakukan dengan menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan
dan dasar-dasar perencanaan yang telah ditentukan dengan kombinasi metode
konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.
Dimana setiap tahun IFRS menyusun perencanaan tahunan yang diajukan ke
direktur pelayanan untuk diteruskan ke bagian perencanaan rumah sakit agar
dianggarkan untuk kebutuhan perbekalan farmasi pada tahun berikutnya.
Disamping itu IFRS juga menyampaikan kebutuhan Rencana Kebutuhan Obat
(RKO) ke Dinas Kesehetan Provinsi untuk di rekpitulasi ke dalam RKO Nasional.
Perencanaan obat-obatan dan BMHP dengan dan BLUD dilakukan setiap
bulannya sedangkakn dana APBD dilakukan per setiap akan diadakan
tender/lelang.
10

3. Pengadaan
Kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan, penentuan
jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana, pemilihan
metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi kontrak,
pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran. Metode yang digunakann:

1. Pembelian langsung ke PBF (Pedagang Besar Farmasi) untuk dana


yang bersumber dari BLUD
2. Pembelian melalui tender dan aplikasi LPSE untuk pembelian E-
katalog
Untuk dana yang bersumber dari APBD

Pengadaan obat-obatan bantuan/program dilakukan dengan cara


pemesanan langsung oleh IFRS ke Dinas Kesehatan.

4. Penerimaan
Kegiatan untuk menjamin kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah, mutu,
waktu penyerahan dan harga yang tertera dalam kontrak atau surat pesanan
dengan kondisi fisik yang diterima. Semua dokumen terkait penerimaan barang
harus tersimpan dengan baik.

Proses penerimaan perbekalan farmasi dari PBF (Pedagang Besar


Farmasi) dilakukan oleh Tim Pemeriksa dan Penerima Baran, yang kemudian
akan melakukan serah terima barang tersebut ke petugas Penyimpanan Barang
Medis di Gudang Medis. Barang yang di terima harus memperhatikan expayer
date minimal 2 tahun, kecuali untuk beberapa barang khusus seperti: serum,
bahan labor, dll.

5. Penyimpanan
Penyimpanan adalah suatu kegiatan menyimpan dan memelihara
dengan cara menempatkan perbekalan farmasi yang diterima pada tempat yang
dinilai aman dari pencurian serta gangguan fisik yang dapat merusak mutu
obat. Penyimpanan dilakukan dibeberapa tempat, yaitu:

1. Gudang medis
2. Gudang distribusi
3. Depo farmasi
4. Ruang Rawat Inap (khusus obat life saving/emergency)

Metode penyimpanan dapat dilakukan berdasarkan kelas terapi, bentuk


sediaan, dan jenis sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis
pakai dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan prinsip First Expired
First Out (FEFO) disertai sistem informasi managemen. Penyimpanan sediaan
10

farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang penampilan dan
penamaan yang mirip (LASA, Look Alike Sound Alike) tidak ditempatkan
berdekatan dan harus diberi penandaan khusus untuk mencegah terjadinya
kesalahan pengambilan obat. Stabilitas sediaan, penyimpanan obat harus
disesuaikan dengan suhu dimana sediaan obat tersebut harus stabil ketika
disimpan. Dan pencatatan kartu stock pada setiap penyimpanan barang.

6. Pendistribusian

Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai


didistribusikan langsung ke depo dari gudang medis dengan membuat daftar
permintaan barang. Sedangkan untuk beberapa zaal, permintaan barang dapat
langsung didistribusikan dari depo rawat inap.

Resep dituliskan lengkap meliputi:

1. Persyaratan administrasi yaitu:


a. SEP (surat eligibilitas pasien) untuk pasien BPJS.
b. Fotocopy kartu BPJS untuk pasien BPJS.
2. Kelengkapan administrasi resep yaitu:
a. Nama, umur, jenis kelain, berat badan, dan tinggi badan pasien,
dan noor medical record.
b. Nama, nomor ijin, alamat dan paraf dokter
c. Tanggal resep
d. Ruangan/ unit asal resep
2. Persyaratan farmasetik meliputi:
a. Nama obat, bentuk, dan kekuatan sediaan
b. Dosis dan jumlah obat
c. Stabilitas dan ketersediaan
d. Aturan, cara dan teknik penggunaan
3. Persyaratan klinis meliputi
a. Ketepatan indikasi, dosis dan waktu penggunaan obat
b. Duplikasi pengobatan
c. Alergi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD) dan efek
samping obat.
d. Koantraindikasi
e. Interaksi obat
10

Untuk penulisan berat vadan masih serng tidak dilakukan sehingga


menyulitkan dalam screening dosis untuk pasien anak. Untuk resep
rawat jalan mencantumkan cap poli dan mencantumkan cap kronis
untuk keadaan kronis. Untuk pasien rawat inap ditulis nama ruang
rawat. Resep yang tidak terbaca maka dilakukan konfirmasi ke penulis
resep.

7. Pemusnahan dan penarikan


Pemusnahan dan penarikan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan
medis habis pakai yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara
yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standar/ketentuan peraturan
perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar berdasarkan perintah
penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh
pemilik izin edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada
kepala BPOM.

8. Pengendalian
Pengendalian dilakukan terhadap jenis dan jumlah persediaan dan
penggunaan sediaan farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai.
Pengendalian tersebut dilakukan dengan menggunakan stock opname yang
dilakukan secara periodik dan berkala. Untuk perbekalan farmasi yang tidak
dapat diretur maka didata dan dipisahkan di setiap unit pelayanan untuk
dilakukan usulan pemusnahan.

9. Pencatatan dan pelaporan


Pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan pengelolaan sediaan
farmasi, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai yang meliput
10

Pelayanan Farmais Klinik


Pelayanan farmasi klinik merupakan pelayanan langsung yang diberikan Apoteker
kepada pasien dalam rangka meningkatkan autocome terapi dan meminimalkan resiko
terjadinya efek samping karena obat, untuk tujuan keselamatan pasien sehingga kualitis
hidup pasien terjamin. Pelayanan farmasi klinik pada RSUD Raden Mattaher Jambi
meliputi;
a. Pemantauan Terapi obat
Pemantauan Terapi obat adalah suatu kegiatan dalam pemantauan pemberian
terapi obat untuk memastikan dosis yang diberikan tepat dan efisien. Pemantauan terPI
obat bertujuan untuk meminimalkan resiko obat yang tidak diinginkan (ROTD).

Kegiatan :
1. Pengkajian pemilihan obat, dosis, cara pemberian obat, respon terapi, reaksi
obat yang tidak diinginkan (ROTD).
2. Pemberian rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat.
3. Pemantauan efektivitas dan efek samping terapi obat.

Tahapan :
1. Pengumpulan data pasien
2. Identifikasi masalah terkait obat
3. Rekomendasi penyelesaian masalah terkait obat
4. Pemantauan
5. Tindak lanjut
b. Monitoring efek samping Obat (MESO)
Monitoring efek samping Obat (MESO) adalah suatu kegiatan pemantauan efek dsri
tubuh terhadap dosis lazim yang diberikan dengan tujuan profilaksis, diagnosis, dan
terapi.

Tujuan :
1. Menentukan ESO dan ROTD sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal,
dan frekuensinya jarang.
2. Menentukan frekuensi dan insidensi ESO dan ROTD yang sudah dikenal dan yang
baru ditemukan.
3. Mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan dan mempengaruhi
angka kejadian dan hebatnya ESO dan MESO.
4. Meminimalkan resiko kejadian ESO dan MESO
5. Mencegah terulangnya kejadian ESO dan MESO.
10

Kegiatan :
1. Mendeteksi adanya kejadian ESO dan MESO
2. Mengidentifikasi obat dan pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami ESO
dan ROTD.
3. Mengevaluasi laporan ESO dengan algoritme Naranjo.
4. Mengdiskusikan dan mendokumentasikan ESO dan ROTD.
5. Melaporkan ke pusat monitoring efek samping obat nasional.

c. Evaluasi penggunaan obat (EPO)


Evaluasi penggunaan obat (EPO) adalah suatu kegiatan evaluasi penggunaan obat
secara berkesinambungan baik secara kualitatif ataupun kuantitatif.

Tujuan :
1. Mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat.
2. Membandingkan pola penggunaan obat pada periode waktu tertentu.
3. Memberikan masukan untuk perbaikan penggunaan obat.
4. Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Kegiatan :
1. Mengevaluasi penggunaan obat secara kualitatif .
2. Mengevaluasi penggunaan obat secara kuantitatif.

d. Ronde (Visite)
Ronde (Visite) adalah suatu kegiatan kunjungan ke pasien diruang rawat inap yang
dilaksanakan oleh apoteker secara mandari ataupun tim tenaga kesehatan untuk
mengamati kondisi klinis pasien secara langsung, dan mengkaji masalah terkait obat,
memantau terapi obat, memantau efek samping obat, dan reaksi obat yang tidak
diinginkan. Sebelum melaksanakan visite apoteker harus mempersipakan diri dengan
mengumpulkan informasi kondisi pasien dan memeriksa terapi obat dari rekam medis atau
sumber lain.

e. Pelayanan Informasi Obat


Pelayanan informais obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian
informasi, rekomendasi obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan
komprehensif yang di lakukan olehApoteker kepada Dokter, perawat , ptofesi
kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar Rumah Sakit.

Tujuan :

1. Menyedian informasi obat kepada pasien, dokter , tenaga kesehatan dan pihak luar
rumah sakit.
2. Menuyediakan informasi mengenai kebijakan penggunaan obat dan alat kesehatan
3. Menunjang penggunaan obat rasional
10

f. Konseling informasi dan Edukasi


Konseling dan edukasi merupakan suatu aktivitas memberikan nasihat atau saran
terkkait terapi obat dari Apoteker Kepada pasien atau Keluarganya. Pemberian
konseling bertujuan untuk mengoptimalkan hasil terapi, meminimalkan risiko reaksi
obat yang tidak di kehendaki (ROTD), dan meningkatkan cost effectivennes yang pada
akhirnya meningkatkan keamanan penggunaan obat bagi pasien.

g. Penelusuran Riwayat Penggunaan Obat


Penelusuran riwayat penggunaan obat merupakan proses untuk menfdapatkan
informasi mengenai seluruh obat/sediaan farmasi lain yang pernah digunakan,
riwayat pengobatan dapat di dapat dari data Rekam Medik pasien.

h. Telaah Resep dan Telaah Obat


Telaah Resep dilakukan untuk menganalisa adanya masalah terkait obat, apabila
terdapat permasalahan terkait obat maka Apoteker harus berkonsultasi dengan
Dokter penulis resep. Telaah resep dilakukan sesuai persyartan adminisratif,
persyaratan farmasetik, dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap
maupun rawat jalan.
10
10
10
10

Anda mungkin juga menyukai