Anda di halaman 1dari 12

RESUME APOPTOSIS DAN NEKROSIS

(Dosen pengampu: Ibu Sinta Ratna Dewi, S.Farm., M.Farm., Apt)

NAMA : ILMA JAHRINA

NIM : 1911102415113

KELAS :L

MATKUL : BIOLOGI SEL

A. HYPERTROPI DAN HYPERPLASIA


1. HYPERTROPI
a. Penyakit Hypertropi Ventrikal Kiri (LVH)
Penyakit ini tidak mengalami gejala tertentu. Gejala-gejala hipertrofi
ventrikel kiri baru akan dirasakan ketika kondisinya sudah semakin parah. Saat
kondisi hipertrofi ventrikel kiri makin parah, penderita dapat merasakan gejala
berikut:
 Cepat lelah.
 Pusing.
 Jantung terasa berdebar-debar (palpitasi).
 Rasa nyeri di dada, biasanya setelah berolahraga.
 Sesak napas.

Hipertrofi ventrikel kiri merupakan komplikasi yang sering terjadi akibat


hipertensi. Baik hipertensi maupun hipertrofi ventrikel kiri pada awalnya
tidak menimbulkan gejala, sehingga sering kali baru terdeteksi ketika ukuran
ventrikel kiri sudah sangat besar.

Oleh karena itu, penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah


secara rutin, terutama pada orang-orang yang merokok atau obesitas.
Penderita hipertensi juga perlu melakukan pemeriksaan berkala ke dokter,
agar tekanan darah tetap terkontrol dengan baik.
Kondisi ini dapat berkembang menjadi penyakit jantung yang berbahaya.
Gejala penyakit jantung yang perlu segera ditangani di IGD (instalasi gawat
darurat) adalah:

o Nyeri dada selama lebih dari beberapa menit.


o Sesak napas yang tidak membaik dengan istirahat.
o Sangat pusing hingga hilang kesadaran.

Penyebab Hipertrofi Ventrikel Kiri

Hipertrofi ventrikel kiri dapat terjadi saat kondisi tertentu menyebabkan


jantung bekerja lebih keras dalam memompa darah ke seluruh tubuh.
Kondisi tersebut meliputi:

1. Hipertensi
Hipertrofi ventrikel kiri sering kali disebabkan oleh hipertensi. Lebih dari
sepertiga orang yang didiagnosis menderita hipertrofi ventrikel kiri juga
mengalami hipertensi.
2. Hipertrofi kardiomiopati
Hipertrofi kardiomiopati merupakan kelainan genetik yang terjadi saat
otot jantung menebal secara abnormal, namun tekanan darah tetap
normal. Akibatnya, jantung kesulitan memompa darah.
3. Stenosis katup aorta
4. Penyakit ini menyebabkan penyempitan pada katup aorta, yaitu katup
jantung yang terletak setelah ventrikel kiri. Katup aorta yang menyempit
membuat ventrikel atau bilik kiri jantung perlu bekerja lebih keras untuk
memompa darah.
5. Latihan fisik
Latihan kekuatan dan ketahanan fisik yang dilakukan secara intensif dan
berkelanjutan dapat membuat jantung bekerja lebih keras hingga
mengakibatkan hipertrofi ventrikel kiri. Kondisi ini sering terjadi pada
atlet atau tentara.

Selain itu, terdapat juga sejumlah faktor yang membuat seseorang makin
berisiko terkena hipertrofi ventrikel kiri, yaitu:

o Berusia 50 tahun ke atas


o Memiliki berat badan berlebih
o Menderita diabetes
o Berjenis kelamin wanita
b. Penyakit Kardiomiopati Hypertropi
Kardiomiopati hipertrofi (KMH) adalah penyakit jantung yang ditandai
dengan penebalan otot jantung (miokardium). Ini adalah penyakit genetik atau
turunan. Artinya, ini diwariskan melalui gen orang tua. Seorang anak memiliki
kemungkinan 50% mewarisi penyakit ini jika salah satu orang tuanya mempunyai
gen tersebut.
KMH menyerang satu dari 500 orang. Namun, ini tidak selalu menjadi
penyebab kekhawatiran. Banyak orang yang memiliki gen ini, namun tidak
menunjukkan gejala apa pun, bahkan dapat hidup normal dan aktif. Namun,
sekitar 10% di antaranya menderita penyakit yang parah dan berisiko tinggi akan
mengalamikomplikasi serius. Ini termasuk kondisi yang mengancam nyawa, yaitu
aritmia(detak jantung tidak normal) dan kematian jantung mendadak.
KMH dapat menghambat jantung dalam memompa darah dengan baik.
Karena hal ini, jumlah darah yang beredar di dalam tubuh pun akan berkurang.
Saat ini terjadi, organ vital, seperti otak dan paru-paru, tidak mendapat pasokan
oksigen dan nutrien yang cukup untuk berfungsi seperti biasa.
KMH dapat bersifat obstruktif dan non-obstruktif. Pada sebagian orang,
penyakit ini membuat septum (dinding yang memisahkan ventrikel jantung)
membengkak. Ini membuat jantung sulit untuk mendorong darah ke paru-paru
(obstruktif). Pada kasus yang lain, penyakit ini menyerang ventrikel kanan
sehingga ia hanya dapat menampung sedikit darah. Oleh sebab itu, bahkan saat
tidak terjadi obstruksi, jumlah darah yang mencapai organ-organ vital akan tetap
berkurang.

Penyebab Penyakit Kardiomiopati Hypertropi

KMH sering kali merupakan penyakit turunan. Ini dapat berkembang


pada siapa pun, jika salah satu atau kedua orang tuanya memiliki mutasi gen
yang menyebabkan otot jantung menebal. Orang yang memiliki kerabat dekat,
seperti orang tua atau saudara kandung, dengan penyakit iniperlu
mempertimbangkan pemeriksaan kardiomiopati hipertrofi. Jika terdiagnosis
sejak awal, penyakit ini dapat segera diobati sebelum menyebabkan komplikasi
atau gejala berat. Hal ini pun membuat pasien lebih memahami penyakit
tersebut dan mengetahui aktivitas yang perlu dihindari, seperti olahraga yang
kompetitif. Tujuannya adalah mencegah penyakit agar tidak makin memburuk.
Dengan pengobatan yang tepat dan sedikit perubahan gaya hidup,
sebagian besar pasien dapat hidup normal dan mengendalikan gejala dari
penyakit mereka.

2. HYPERPLASIA
a. Hyperplasia Protast Jinak (BPH)
Benign prostatic hyperplasia (BPH), juga dikenal sebagai hipertrofi prostat
jinak, adalah penyakit degeneratif yang sangat umum di kalangan pria lanjut usia
di Hong Kong. Tingkat kejadian meningkat seiring bertambahnya usia. Sekitar
setengah dari semua pria di atas usia 50 mulai mengembangkan BPH. Hampir
90% pria berusia di atas 80 mendapatkan BPH, dan sekitar setengahnya memiliki
gejala obstruksi urin. BPH dapat menyebabkan penyempitan uretra, yang dapat
menyebabkan masalah kencing parah. Meskipun BPH bukanlah penyakit yang
mengancam jiwa, namun secara serius dapat mempengaruhi kualitas hidup.
Kelenjar prostat adalah organ pria seukuran kenari. Terletak di bawah
kandung kemih dan mengelilingi uretra. Fungsi utamanya adalah menghasilkan
cairan dalam air mani yang mengangkut sperma keluar dari tubuh. Ukuran
prostat dewasa umumnya tetap stabil sampai usia paruh baya, saat perubahan
hormonal bisa menyebabkan pembesaran prostat. Karena pembesarannya non-
kanker, itu disebut benign prostatic hyperplasia. Saat prostat membesar, ia
menekan ke bawah pada uretra. Tekanan ini bisa menyebabkan sulit buang air
kecil dan masalah kencing lainnya. Statistik klinis menunjukkan bahwa BPH
mempengaruhi sekitar 50% pria berusia antara 51 dan 60, 70% pria pada usia 70,
dan sampai 90% pria di atas usia 80 tahun.

Penyebab hyperplasia Protast Jinak (BPH)

Penyebab pasti dari kanker usus besar masih belum diketahui saat ini.
Namun studi klinis menunjukkan bahwa prostat kebanyakan pria pada usia 50
tahun akan meningkat secara bertahap karena perubahan hormonal yang
menyebabkan pertumbuhan berlebih dari jaringan prostat. Jaringan otot di
prostat juga akan berkontraksi dan menyempitkan uretra. Ini bisa menghalangi
aliran urine normal dan menyebabkan kesulitan buang air kecil.

b. Penyakit Hyperplasia Endometrium


Hiperplasia endometrium adalah gangguan yang ditandai dengan
penebalan lapisan dinding rahim (endometrium) karena kelebihan pertumbuhan
sel. Walaupun bukan kanker, kondisi ini dapat menyebabkan kanker pada rahim
dalam beberapa kasus. Endometrium mampu berubah-ubah selama siklus
menstruasi sebagai respons terhadap hormon. Selama periode pertama siklus
haid, indung telur akan menghasilkan estrogen untuk membantu endometrium
bertumbuh dan menebal guna mempersiapkan rahim untuk kehamilan.
Kemudian pada pertengahan siklus, sel telur dilepaskan dari salah satu indung
telur (ovulasi).
Setelah ovulasi, progesteron mulai dihasilkan tubuh wanita. Progesteron
mempersiapkan endometrium menerima dan menutrisi sel telur yang telah
dibuahi. Apabila kehamilan tidak terjadi, estrogen dan progesteron akan
menurun dengan stabil. Apabila progesteron terus menurun, hal ini akan
memicu menstruasi atau meluruhnya lapisan rahim. Sejak lapisan meluruh
sempurna, siklus menstruasi yang baru dimulai. Hiperplasia endometrium paling
sering disebabkan oleh kelebihan estrogen, bukan kekurangan progesteron.
Apabila ovulasi tidak terjadi, progesteron tidak dihasilkan dan lapisan tidak
meluruh. Endometrium dapat terus berkembang sebagai respons terhadap
estrogen. Sel yang menghasilkan lapisan dapat bergabung dan berubah menjadi
abnormal.

Penyebab Penyakit Hyperplasia Endometrium

 Beberapa bukti menunjukkan bahwa kondisi ini disebabkan oleh


kelebihan hormon estrogen. Ketidakseimbangan hormon ini juga terkait
dengan kanker rahim, itu sebabnya kadang hiperplasia dianggap sebagai
kondisi pre-kanker.
 Wanita yang lebih jarang terpapar hormon progesteron berisiko lebih
tinggi terhadap hiperplasia.
 Wanita yang mendekati menopause (saat ovulasi sedang tidak teratur)
atau wanita yang sudah menopause (saat ovulasi telah berhenti) berisiko
lebih tinggi.
 Beberapa remaja, yang baru pertama kali menstruasi namun pola
menstruasi masih belum teratur juga berisiko.
 Wanita yang pernah menggunakan terapi penggantian estrogen tanpa
melengkapi dengan progrestin
 Obat perawatan kanker payudara, tamoxifen.

c. Penyakit Hyperplasia Adrenal Kongenital


Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK) merupakan kelainan bawaan pada
kelenjar adrenal yang mengurangi kemampuannya untuk membuat hormon
kortisol dan aldosteron, tapi membuat terlalu banyak hormon androgen. Jika
tidak diobati, kondisi ini bisa mengakibatkan kematian. Bayi perempuan yang
baru lahir dengan gangguan ini memiliki pembengkakan pada klitoris. Bayi laki-
laki yang baru lahir mungkin tidak memiliki perubahan yang jelas, tetapi dapat
mengalami pubertas sejak usia 2-3 tahun. Kurangnya Aldosteron, menyebabkan
anak kehilangan sejumlah besar garam dalam urin.
Kelenjar adrenal memproduksi hormon-hormon penting dalam tubuh.
Pada kelainan yang satu ini, gangguan terjadi pada produksi satu atau lebih dari
tiga hormon seperti:
o Penurunanan Hormon Kortisol (Hormon yang berfungsi untuk mengatur
respon tubuh terhadap penyakit atau stress)
o Penurunan Hormon Aldosteron (berfungsi untuk mengendalikan kadar
natrium dan kalium)
o Peningkatan Hormon Androgen (berfungsi sebagai Hormon Seks).

Penyebab Penyakit Hyperplasia Adrenal Kongenital

Hyperplasia Adrenal Kongenital (HAK) dibagi menjadi dua tipe, tipe klasik
dan tipe nonklasik. Sebanyak 95 persen kasus HAK disebabkan defek enzim 21-hi
Drosilakse. Tipe klasik sendiri dibagi lagi menjadi tipe salt losing dan tipe klasik
danon salt losing. Non-klasik dapat dibedakan dengan penampakan kelamin
pada saat anak lahir. Pada tipe klasik, jenis kelamin anak perempuan dengan
Hyperplasia Adrenal Congenital umumnya masih ambigu. Hal ini terjadi karena
ada pembesaran klitoris sehingga anak tersebut terlihat seperti mempunyai
penis.

3. ATROPHY
a. Penyakit Atrophy Otak
Atrofi otak adalah kondisi hilangnya sel otak dan sambungan antar sel
otak secara berkelanjutan dan cenderung terjadi dalam waktu yang lama. Kondisi
ini juga umum mendahului atau hadir sebagai gejala berbagai penyakit pada otak
seiring waktu.
Hilangnya sel dan jaringan neuron otak menyebabkan ukuran otak meciut
dan jauh mengecil daripada ukuran aslinya. Hal tersebut dapat terjadi secara
menyeluruh (general) yang menyebabkan otak dapat tampak benar-benar
kempis menyusut, atau hanya terjadi pada area otak tertentu (focal) yang
menyebabkan seseorang dapat kehilangan fungsi organ tertentu yang terhubung
dengan area otak tertentu yang mengalami atrofi.
Penyebab Penyakti Arophy otak (general)

Atrofi otak general terjadi pada keseluruhan bagian otak. Ini dapat
disebabkan oleh:

o Kerusakan akibat gangguan suplai darah ke otak


o Kerusakan akibat trauma kepala baik yang ditandai perdarahan ataupun
memar (kontusi)
o Mengalami penyakit yang dapat merusak sel neuron otak
(neurodegeneratif) – seperti penyakit Parkinson, penyakit Hutington,
Alzheimer dementia, Lewy body dementia, penyakit Pick, degenerasi
corticobasal dan kerusakan selaput myelin.

Penyebab Penyakit Atrophy Otak (focal)

Atrofi otak focal hanya terjadi pada area otak tertentu. Ini dapat
disebabkan oleh:

o Faktor usia lanjut


o Penyakit pada pembuluh darah otak – misalnya stroke
o Penyakit multiple sclerosis stadium akhir
o Riwayat penyalahgunaan obat
o Komplikasi trauma kepala – khususnya pada materi putih otak (diffuse
axonal injury)
o Komplikasi akibat infeksi pada bagian otak – misalnya meningitis, AIDS,
encephalitis
o Mengalami demensia vaskuler
o Komplikasi penyakit neurodegeneratif progressive supranuclear palsy

b. Penyakit Spina Muscular Atrophy (SMA)


SMA adalah penyakit genetik otot-saraf (neumuscular genetic disorder)
yang ditandai dengan kelumpuhan otot. Walaupun tampilan klinik yang nyata
dari pasien-pasien SMA adalah kelumpuhan otot, terutama pada kedua kaki.
Sumber utama kelumpuhan bukan disebabkan oleh rusaknya sel-sel otot itu
sendiri. Kelumpuhan yang terjadi murni disebabkan oleh rusaknya sel-sel saraf
pada sumsum tulang belakang (spinal cord). Ini berbeda dengan distrofi otot
dimana kerusakannya memang terjadi di otot itu sendiri.
Yang dimaksud dengan sumsum tulang belakang (spinal cord) dalam
tulisan ini adalah bagian dari sistem saraf pusat yang berjalan secara kontinu dari
otak turun hingga ke punggung bagian bawah. Dari sumsum tulang belakang ini
keluar cabang-cabang persarafan yang bertanggung jawab untuk berbagai
bagian tubuh, termasuk anggota gerak tangan dan kaki.
Gerakan-gerakan otot seperti kita ketahui, dikendalikan oleh otak dengan
perantaraan sumsum tulang belakang, dimana saraf-saraf yang menghubungkan
otak dengan otot melewati sumsum tulang belakang.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa kerusakan sel-sel saraf pada
sumsum tulang belakang menyebabkan hilangnya kemampuan kontrol motorik,
terutama pada otot-otot yang bertanggungjawab untuk gerakan-gerakan seperti
merangkak, berjalan, mengunyah, kontrol kepala dan leher dan bahkan
pernafasan. Dalam hal ini otot-otot kaki dan pernafasan lebih sering dan lebih
parah mengalami kelumpuhan dibandingkan otot-otot lain. Kelumpuhan
menyebabkan otot tidak pernah digunakan, sehingga membuatnya mengecil
(atrofi), terutama terlihat pada kaki.

4. METAPLASIA
a. Penyakit Metaplasia
Metaplasia adalah perubahan satu jenis sel normal menjadi jenis sel
normal lainnya. Metaplasia sering terjadi sebagai suatu proses maturasi sel atau
sebagai mekanisme adaptasi terhadap stimulus dari luar tubuh. Contoh
metaplasia pada epitel bronkus terjadi akibat paparan terhadap asap rokok
menyebabkan metaplasia skuamosa pada epitelium bronkial. Proses ini dapat
berbalik sepenuhnya bila rangsangan seperti aktivitas merokok dihentikan.[1]
Pada wanita metaplasia juga terjadi pada sel epitel mulut rahim (serviks) akibat
perubahan pH vagina yang semakin asam. Metaplasia skuamosa yang terjadi
berguna untuk mempertahankan sel sel serviks dari bahaya infeksi.
Metaplasia perlu dibedakan dari Displasia, di mana sel normal berubah
menjadi sel tidak normal, yang menjadi awal terjadinya perubahan sel menjadi
kanker.

5. APOPTOSIS
Beberapa contoh penyakit yang ditimbulkan karena apoptosis yang
tidak sempurna antara lain:
a. Penyakit autoimun disebabkan karena sel T/B yang autoreaktif terus menerus.
b. Neurodegeneration, seperti pada penyakit Alzheimer dan Parkinson, akibat dari
apoptosis prematur yang berlebihan pada neuron di otak. Neuron yang tersisa
tidak mempunyai kemampuan untuk meregenerasi sel yang hilang.
c. Stroke iskemik, aliran darah ke bagian-bagian tertentu dari otak dibatasi
sehingga dapat menyebabkan kematian sel saraf melalui peningkatan apoptosis.
d. Kanker, sel tumor kehilangan kemampuannya untuk melaksanakan apoptosis
sehingga proliferasi sel meningkat

6. NEKROSIS KARENA KERACUNAN


Keracunan adalah salah satu faktor eksternal dari nekrosis salah satunya
penyakit Septikemia. Septikemia adalah suatu kondisi di mana seseorang mengalami
keracunan darah akibat bakteri dalam jumlah besar masuk ke dalam aliran darah.
Risiko dari kondisi ini bisa mengancam jiwa penderitanya. Septikemia juga bisa
terjadi karena dipicu oleh infeksi di dalam tubuh, kemudian bakteri dari infeksi
tersebut masuk ke aliran darah kita. Jika tidak ditangani dengan cepat, kondisi ini
akan memicu sepsis.

Penyebab penyakit septicemia

Sebenarnya bakteri apa yang dapat menyebabkan septikemia? Ternyata tidak


dapat diklasifikasi bakteri apa yang dapat menyebabkan kondisi ini. Bermacam-
macam bakteri bisa menjadi penyebabnya. Bahkan Anda mungkin akan kesulitan
menemukan sumber dari infeksi itu. Tapi berikut ini ada beberapa infeksi yang dapat
memicu septikemia, yaitu:
 Infeksi saluran kencing
 Infeksi paru, seperti pneumonia
 Infeksi ginjal
 Infeksi di area lambung
Tidak hanya infeksi di atas saja, jika Anda menjalani operasi, Anda juga berisiko
terkena septikemia. Ini yang mesti Anda waspadai, sebab saat Anda melakukan
proses medis di rumah sakit – seperti operasi – kemungkinan bakteri akan resisten
alias kebal terhadap antibiotik.

7. NEKROSIS KARENA ISCHEMIA


Ischemia adalah salah satu faktor eksternal nekrosis yang menyebabkan
penipisan drastis oksigen, glukosa, dan faktor-faktor trofik lainnya dan menginduksi
kematian nekrotik besar sel endotel dan sel non-proliferasi dari jaringan sekitarnya
(neuron, kardiomiosit, sel ginjal, dll.).
Terjadi akibat anoksia (hambatan total pasokan oksigen) atau hipoksiaseluler
(kekurangan oksigen pada sel). Dapat disebakan oleh berbagai halseperti berikut ini
(Sarjadi, 2003):
a. Obstruksi aliran darah
b. Anemia (eritrosit pembawa oksigen berkurang jumlahnya)
c. Keracunan karbon monoksida

8. NEKROSIS KARENA INFEKSI


a. Sepsis
Sepsis meruapkan komplikasi yang jarang terjadi, tetapi bisa sangat
berbahaya dari suatu penyakit. Saat infeksi terjadi, tubuh akan menghasilkan
berbagai senyawa kimia agar bisa melawan infeksi. Senyawa kimia inilah yang
merupakan hasil dari suatu respon peradangan yang mengakibatkan serangkaian
perubahan pada fungsi tubu, sehingga kerusakan berbagai sistem organ pun bisa
terjadi.
b. Penyebab Sepsis
Jenis infeksi yang disebabkan oleh penyakit sepsis, berupa pneumonia,
infeksi pada lapisan perut sebelah dalam, penyakit usus buntu, infeksi saluran
kemih, infeksi setelah operasi, meningitis, infeksi pada tulang dan infeksi pada
jantung. Sedangkan faktor risiko sepsis bisa terjadi pada semua orang yang
mengalami infeksi, pada sekelompok orang seperti:
o Ibu hamil.
o Bayi, anak-anak dan manula.
o Mengidap penyakit jangka panjang.
o Orang yang menggunakan alat-alat medis.
o Orang yang mempunyai luka.
o Mengidap penyakit parah yang sering dirawat di rumah sakit.

9. NEKROSIS KARENA TRAUMA


Trauma adalah salah satu faktor eksternal nekrsosis. “Trauma” adalah cedera
yang parah dan sering membahayakan jiwa yang terjadi ketika seluruh atau suatu
bagian tubuh terkena pukulan benda tumpul atau tiba-tiba terbentur. Jenis cedera
yang seperti ini berbahaya karena tubuh dapat mengalami shock sistemik, dan organ
vital dapat berhenti bekerja secara cepat. Oleh karena itu, penolongan secara medis
tidak hanya dibutuhkan, namun juga harus cepat diberikan agar dapat meningkatkan
kemungkinan pasien selamat dari trauma.
Trauma memiliki banyak jenis, yang dibedakan berdasarkan bagian tubuh
yang mengalami trauma dan seberapa parah trauma yang dialami. Beberapa jenis
cedera yang paling sering diderita adalah cedera pada otak, tulang belakang, perut,
dan dada. Jenis cedera ini juga dapat dikategorikan sebagai cedera tertutup atau
tembus. Cedera dianggap tertutup ketika trauma terjadi di dalam tubuh. Contohnya,
cedera otak traumatis dapat terjadi karena trauma akibat benda tumpul pada
kepala. Sementara itu, cedera dianggap menembus dalam kasus seperti luka akibat
tusukan pisau atau gunting. Cedera traumatis dapat disebabkan oleh banyak hal.
Beberapa penyebab yang paling umum adalah:

o Terjatuh
o Kecelakaan
o Trauma akibat benda tumpul pada kepala atau bagian tubuh lainnya
o Luka bakar
o Luka tusuk
DAFTAR PUSTAKA

Sarjadi. 2003. Patologi Umum. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Maxwell Myer Wintrobe, John P. Greer, John Foerster, John N. Lukens, George M Rodgers,
Frixos Paraskevas

Wintrobe's Clinical Hematology ISBN 0-7817-3650-1 ISBN 978-0-7817-3650-3

Kamoun, et al. (2013). Congenital Adrenal Hyperplasia: Treatment and Outcomes. Indian
Journal of Endocrinology and Metabolism, 17(Suppl 1), pp. S14-S17.

DAMAYANTI, Vita. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Benigna Prostat Hyperplasia Post
Prostatectomy di Ruang Flamboyan RSUD Pandan Arang Boyolali. 2015. PhD Thesis.
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

Aronow, W.S. (2017). Hypertension and Left Ventricular Hypertrophy. Ann Transl Med., 5(15),
doi: 10.21037/atm.2017.06.14.

Katholi, R.E. & Daniel, C.M. (2011). Left Ventricular Hypertrophy: Major Risk Factor in Patients
with Hypertension: Update and Practical Clinical Applications. Int J Hypertens, doi:
10.4061/2011/495349.

Anda mungkin juga menyukai