Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Demam Tifoid adalah suatu penyakit Infeksi yang bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella Typhi dengan gejala demam lebih dari satu
minggu, disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa
gangguan kesadaran.(1,2).

Demam Tifoid masih merupakan masalah kesehatan yang penting di


berbagai negara berkembang. Besarnya angka pasti kasus demam tifoid di
dunia sangat sukar ditentukan, sebab penyakit ini dikenal mempunyai gejala
dengan spectrum klinis yang sangat luas. Diperkirakan angka kejadian dari
150/100.000/ tahun di Amerika Selatan dan 900/100.000/ tahun di Asia. Umur
penderita yang terkena di Indonesia (daerah endemis) dilaporkan antara 3-19
tahun mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga dilaporkan
dari Amerika Selatan.(1)

Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika
dibandingkan dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari.
Paling tersingkat 4 hari, jika infeksi melalui makanan, sedangkan yang lama
mencapai 30 hari jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi maka
ditemukan gejala podromal, yaitu perasaan tidak enak badan, lesu, nyeri
kepala, pusing dan tidak bersemangat.(2)

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klnis berupa demam,


gangguan gastrointestinal dan mugkin disertai perubahan atau gangguan
kesadarn, dengan kriteria ini maka seseorang daoat didiagnosis tersangka
demam tifoid. Diganosis pasti ditegakkan melalui isolasi Salmonella typhi dari
darah.(1)

BAB III

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 1


TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFENISI

Demam Tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut
yang disebabkan oleh Salmonella typhi dengan gejala demam satu minggu ,
disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan
kesadaran.(1,2)

2.2. ETIOLOGI

Penyakit d amam tifoid disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhii


yang merupakan bakteri gram negatif, motil dan tidak berspora. Kuman ini dapat
hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang sedikit lebih
rendah, serta mati pada suhu 70 derajat celcius atau oleh antiseptik. Salmonella
typhii mempunyai 3 macam antigen, yaitu:

a. Antigen O = Ohme Hauch= antigen somatik (tidak menyebar)

b. Antigen H = Hauch (Tidak menyebar), terdapat pada flagella dan


bersifat termolabil.

c. Antigen V1= Kapsul= merupakan kapsul yang meliputi tubuh


kuman dan melindungi antigen O terhadap fagositosis.

Ketiga jenis antigen tersebut di dalam tubuh manusia akan menimbulkan


pembentukan tiga macam antibodi yang lazim disebut aglutinin. Salmonella typhii
juga dapat memperoleh plasmid faktor –R yang berkaitan dengan resistensi
terhadap multiple antibiotik.(3) Ada 3 spesies utama, yaitu:

a. Salmonella typhi (satu serotipe)

b. Salmonella choleraesis (satu serotipe)

c. Salmonella enteridis (lebih dari 1500 serotipe)

2.2. EPIDEMIOLOGI

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 2


Demam tifoid saat ini dijumpai di negara sedang berkembang
dengan kepadatan penduduk tinggi, serta kesehatan lingkunagan yang
tidak memenuhi syarat. Diperkirakan insidensi demam tifoid di Indonesia
sebagai berikut :
- 0- 4 tahun : 25,32%
- 5-9 tahun : 35,59%
- 10-14 tahun : 39,09%
Angka kejadian penyakit ini tidak berbeda antara laki-laki dan
perempuan. Peengaruh cuaca terutama meningkat pada musim hujan,
sedangkan dari kepustakaan barat dilaporkan terutama pada musim
panas.(3)
2.4. PATOGENESIS
Bakteri Salmonella typhi bersama makanan atau minuman masuk kedalam
tunuh melalui mulut. Pada saat melewati lambung dalam suasana asam(ph< 2)
banyak bakteri yang mati. Keadaan- keadaan seperti gastrektomi ,akhlorida
pengobatan dengan antagonis reseptor histamine H2, inhibitor pompa proton atau
antasida dalam jumlah besar, akan mengurangi dosis infeksi. Bakteri yang masih
hidup akan mencapai usus halus di ileum dan yeyunum. Sel-sel M yaitu sel-sel
epitel khusus yang melapisi payer’s patch, merupakan tempat internalisasi
Salmonela thypi mengalami multifikasi didalam sel fagosit mononuclear di dn
limfe.
Di organ-organ ini kuman meninggalkan sel-sel fagosit dan kemudian
berkembangbiak diluar sel atau ruang sinosoid dan selanjutnya gejala penyakit
infeksi sistemik seperti demam, malaise, mialgia dan sakit perut.
Setelah mengalami metode tertentu ( periode inkubasi) yang lamanya
ditentukan oleh jumlah dan virulensi kuman serta respon imun maka Salmonella
typhi akan keluar dari habitatnya dan melalui duktus torasikus masuk kedalam
sirkulasi sistemik. Dengan cara ini organisme dapat mencapai organ manapun
akan tetapi tempat yang disukai adalah limpa,hati, sumsum tulang, kandung
empedu dan payer patch dari ileum terminal. Invasi kandung empedu dapat terjadi
baik secara langsung dari darah atau penyebaran retrograde dari empedu.

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 3


Ekresi organisme di empedu dapat menginvasi ulang dinding usus atau
dikeluarkan melalui tinja.(1).

2.5 GEJALA KLINIS


Masa inkubasi biasanya 7-14 hari, tetapi dapat berkisar antar 3-30 hari
tergantung pada besar inokolum yang tertelan.
Masa inkubasi rata-rata bervariasi antara 7-20 hari dengan masa inkubasi
terpendek 3 hari dan terpanjang 60 hari. Dikatakan bahwa masa inkubasi
mempunyai korelasi dengan jumlah kuman yang ditelan, keadaan umum atau
status gizi serta status imunologis penderita.(3)
Gejala klinis demam tifoid pada anak biasanya lebih ringan jika dibanding
dengan penderita dewasa. Masa inkubasi rata-rata 10-20 hari yang tersingkat 4
hari. Jika infeksi terjadi melalui makanan, sedangkan yang lama mencapai 30 hari
jika infeksi melalui minuman. Selama masa inkubasi ditemukan gejala podromal
yaitu perasaan tidak enak badan,letih,lesukemudian menyusul gejala klinis yang
biasa ditemukan yaitu :
a. Demam

Pada kasus- kasus yang khas demam berlangsung 3 minggu.

Bersifat febris remitten dan suhu tidak berapa tinggi. Selama minggu
pertama, suhu tubuh berangsur-ansgsur meningkat setiap hari, biasanya
menurun pagi hari dan meningkat lagi pada sore dan malam hari.
Dalam minggu kedua, penderita terus berada dalam keadaan demam,
dalam minggu ketiga suhu tubuh berangsur-angsur turun dan normal
kembali pada akhir minggu ketiga.(2,5)

b. Gangguan pada saluran pencernaan

Pada mulut terdapat nafas berbau tidak sedap. Bibir kering dan pecah-
pecah. Lidah ditutupi selaput putih (coated tongue), ujung dan tepinya ke,erahan,
jarang disertai tremor. Pada abdomen mungkin ditemukan keadaan perut
kembung(meteorismus). Hati dan limpa membesar diserati nyeri pada perabaan.

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 4


Biasanya didapatkan konstipasi akan tetapi mungkin pula normal bahkan dapat
terjadi diare.(2,5)

c. Gangguan kesadaran

Umumnya kesadaran penderita menurun walaupun tidak berapa


dalam,yaitu apatis sampai somnolen, langsung terjadi sopor, koma atau gelisah.
Disamping gejala-gejala yang biasa ditemukan gejala lain, yaitu bintik-bintik
kemerahan karena emboli basil dalam kapiler kulit. Biasanya ditemukan
bradikardi pada anak besar dan mugkin pula dtemukan epistaksis.(2)

2.6. DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala klnis berupa demam, gangguan


gastroinstestinal dan mungkin diseratai perubahan atau gangguan kesadarn dengan
kriteria ini maka seseorang dapat didiagnosis tersangka demam tifoid. Diagnosis
pasti ditegakkan melalui isolasi Salmonella typhi dari darah.(1)

a. Pemeriksaan Bakteriologis

Diagnosis pasti dengan ditemukan kuman Salmonella typhi pada salah satu
biakan darah, fese, urine. Waktu pengambilan sangat memenentukan keberhasilan
pemeriksaan bakteriologis tersebut. Pertama perjalanan penyakit, biakan feses
dan urine positif biasanya pada minggu kedua dan ketiga. Hasil pemeriksaan
biakan positif dari sampel darah penderita digunakan untuk menegakkan
diagnosis sedangkan hasil pemeriksaa baiakan negatif dan kali bertutut-turut
pemeriksaaan feses atau urine digunakan untuk menentukandiagnosa penderita

b.Pemeriksaan Serologis

Uji serologi widal suatu metode serologik yang memeriksa antibodi


aglutinasi terhadap antigen Somatik (O), flagella (H) banyak dipakai untuk
membuat diagnosis demam tifoid. Di Imdonesia pengambilan angka titer O
aglutinin > 1/140 dengan memakai uji widal slide aglutination (prosedur

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 5


pemeriksaan membutuhkan waktu 45 menit) menunjukkan nilai ramal positif 96%
kasus benar sakit demam tifoid, akan tetapi apabila negatif tidak meyingkirkan.
Banyak senter yang mengatur pandapat apabila titer O aglutinin sekali periksa >
1/20i atau pada titer terpaang kenaikam 4 kali maka diagnosa demam tifoid juga
dapat ditegakkan.(1)

Titer terhadap antigen H tidak diperlukan untuk diagnosis karena dapat t


tetap tinggi setelah mendapat imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
Tidak selalu pemeriksaan widal positif walaupun penderita sungguh-sungguh
menderita tifus abdominalis. Sebaliknya titer dapat positif karerna jkeadaan
sebagai berikut:

- Titer O dan H tinggi karena terdapat aglutinin normal, karena


infeksi basil coli phatogen dalam usus.

- Pada neonatus, Zat anti tersebut diperoleh dari ibunya melalui tali
pusat.

- Akibat imunisai secara ilmiah karena masuknya basil peroral atau


pada keadaan infeksi sublkinis.(2)

Antigen yang digunakan pada uji Widal adalah suspensi Salmonella Typhi
yang sudah dimatikan dan diolah dilaboratorium. Tujuan dari widal adalah untuk
menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita yang diduga menderita
tifoid.

Dari ketiga aglutinin (aglutinin O, H, Vi) hanya aglutinin O dan H yang


ditentukan titernya untuk diagnosis. Semakin tinggi titer aglutininnya, semakin
besar besar pula kemungkinan di diagnosis sebagai penderita demam tifoid. Pada
infeksi yang aktif, titer aglutinin akan meningkat pada pemeriksaan ulang yang
dilakukan selang waktu paling sedikit 5 hari. Peningkatan titer aglutinin empat

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 6


kali lipat selama 2 sampai 3 minggu memastikan diagnosis demam tifoid.
Interprestasi hasil uji Widal adalah sebagai berikut :

 Titer O yang tinggi (> 160) menunjukkan adanya infeksi akut

 Titer H yang tinggi (>160) menujukkan telah mendapat


imunisasi atau pernah menderita infeksi.

 Titer antibodi yang tinggi terhadap antigen Vi terjadi pada


carrier.(4)

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi uji widal yaitu:

- Pengobatan dini dengan antibiotik

- Waktu pengambilan darah

- Riwayat vaksinasi

- Reaksi anamnestik, yaitu peningkatan titer aglutinin


pada infeksi bukan demam tifoid akibat infeksi demam
tifoid masa lalu.

C. Pemeriksaan darah tepi

Pada pemeriksaan darah tepi terdapat gambaran leukopenia,


limfositosis relatif dan aesinofilia pada permulaan sakit. Mungkin terdapat
anemia dan trombositopenia ringan. Pemeriksaan darah tepi ini sederhana,
mudah dikerjakan di laboratorium sederhana dan berguna membantu
diagnosis yang cepat.(2,5,6)

d. Pemeriksaan Sumsum Tulang

Dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis. Pemeriksaan ini tidak


termasuk pemeriksaan rutin yang sederhana. Pada pemeriksaan sumsum tulang
terdapat hiperaktif RES dengan adanya sel makrofag sedangkan sistem
etritropoesis dan trombositopenia berkurang.

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 7


2.7 DIAGNOSIS BANDING

Pada stadium dini demam tifoid, beberapa penyakit secara klnik dapat
menjadi diagnosis bandingnya yaitu infllenza, gastroenteritis, bronkopneumonia,
bronkitis. Beberapa penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme intraseluler
seperti tuberkulosis , infeksi jamur sistemik,dan malaria.(1)

2.8 PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pasien dengan demam tifoid dapat dilakukan dengan tirah


baring, isolasi yang memadai, pemenuhan kebutuhan cairan, nutrisi serta
pemberian antibiotik. Pengobatan antibiotik merupakan pengobatan utama karena
pada dasarnya patogenesa infeksi Salmonella typhi berhubungan dengan keadaan
bakterimia. Kloramfenikol masih merupakan pilihan utama pada pengobatan
penderita demam tifoid. Dosis yang diberikan 100 mg/KgBB/ hari dibagi dalam 4
kali pemberian selama 10-14 hari atau 5-7 hari setelah demam turun.(1)

Diet makanan harus mengandung cukup cairan, kalori dan tinggi protein.
Bahan makanan tidak boleh mengandung banyak serat, tidak merangsang dan
tidak menimbulkan banyak gas.(2)

2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi intestinal

1. Perdarahan Usus

Sekitar 25 % penderita tifoid dapat mengalami perdarahan minor yang tidak


membtuhkan transfusi darah. Perdarahan hebat dapat terjadi hingga penderita
mengalami syok. Secara Klinis perdarahan akut darurat bedah ditegakkan bila
terdapat perdarahan sebanyak 5 ml/kgBB/jam.(3)

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 8


2. Perforasi Usus

Terjadi pada sekitar 3% dari penderita yang dirawat. Biasanya timbul pada
minggu ketiga namun dapat pula terjadi pada minggu pertama. Penderita demam
tifoid dengan perforasi mengekuh nyeri perut yang hebat terutama di dareah
kuadran kanan bawah yang kemudian menyebar keseluruh perut.(3)

2.10 PENCEGAHAN

Pencegahan dibagi menjadi beberapa tingkatan sesuai dengan perjalanan


penyakit, yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, pencegahan tersier.
Secara umum untuk memperkecil kualitas makanan dan minuman yang
dikonsumsi. Salmonella typhi di dalam air akan mati dipanasi setinggi 57 C untuk
beberapa menit atau dengan proses ionisasi.

1. Pencegahan Primer

Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang


sehat agar tetap sehat atau mencegah orang sehat menjadi sakit.Pencegahan
primer dapat dilakukan dengan cara imunisasi dengan vaksin yang dibuat dari
strain Salmonella typhi yang dilemahkan. Indikasi vaksinasi adalah bila hendak
mengunjungi daerah endemik, orang yang terpapar dengan penderita karier tifoid
dan petugas laboratorium.(5)

2. Pencegahan Sekunder

Pencegahan sekunder dapat dilakukan dengan cara mendiagnosa penyakit


secara dini dan mengadakan pengobatn yang cepat dan tepat. Pencegahan dapat
berupa Penemuan penderita maupun carrier secara dini melalui peningkatan usaha
suverlans demam tifoid

3. Pencegahan Tersier

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 9


Pencegahan tersier berupa upaya yang dilakukan untuk mengurangui
keparahan akibat komplikasi. Apabila telah dinyatakan sembuh dari demam tifoid .
(5)

Usaha pencegahan lainnya dapat dilakukan juga seperti menjaga pola hidup yang
sehat dangan selalu mencuci tangan, penyediaan air minum yang memenuhi
syarat, pembuangan kotoran manusia yang higienis, makan makanan yang
higienis,

2.11 PROGNOSIS
Prognosis pasien demam tifoid tergantung ketepatan terapi, usia dan
keadaan kesehatan sebelumnya, dan ada tidaknya komplikasi.

LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN
I. Anamnese Pribadi O.S
Nama : Auric Baihaqy

Umur : 9 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Suku : Batak

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 10


Alamat : Jl. Rel dusun VIII deli serdang, Kecamatan percut Sei
Tuan, Medan.

Tanggal Masuk : 12-03-2014

BB Masuk : 23 kg

PB Masuk : 133 cm

II. Anamnese mengenai orang tua O.S

Identitas Orang Tua Ayah Ibu

Nama Parron Susi

Umur 42 Thn 35 Thn

Agama Islam Islam

Suku Batak Sunda

Pendidikan SMA SMA

Pekerjaan Wiraswasta Ibu Rumah Tangga

Riwayat Penyakit - -

Perkawinan Pertama Pertama

Alamat Jl. Rel dusun VIII deli Jl. Rel dusun VIII deli
serdang,Medan. serdang,Medan.

III. Riwayat Kelahiran


Cara lahir : Partus Spontan Pervaginam

Tanggal Lahir : 20 Agustus 2004

Tempat Lahir : Klinik Bidan

Ditolong oleh : Bidan

Bb lahir : 3.800 gr

Pb lahir : 50 cm

Usia kehamilan : 9 Bulan 7 Hari

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 11


IV. Perkembangan Fisik
Saat lahir : Menangis kuat

1 - 2 bulan : Mulai dapat Melihat Sekitar, mengangkat kepala

3 - 5 Bulan : Bisa telungkup

6 - 9 Bulan : Merangkak, duduk tanpa dibantu, memegang


benda

9 - 12 Bulan : Berdiri tanpa dibantu, berjalan dituntun

1 – 2 tahun : Mengoceh sendiri, mengucap kalimat

2 – Sekarang : Berpakaian sendiri, Bicara baik, berjalan baik.

V. Anamnese Makanan
0 – 6 Bulan : Asi + Susu formula
6 – 9 Bulan : Susu formula + Bubur saring
10 – 1,5 tahun : Nasi tim
1,5 tahun – sekarang : Nasi biasa
VI. Imunisasi
- Hepatitis B : + (3x)
- Polio : + (4x)
- BCG : + (1x)
- DPT :+ (4x)
- Campak :-
- Kesan : Imunisasi dasar lengkap

VII. Penyakit yang pernah diderita : ( - )

VIII. Keterangan mengenai saudara os : O.s Merupakan anak ke dua dari


tiga bersaudara

1. Anak Pertama , Perempuan ,


Umur 11 tahun, sehat.
2. Anak ketiga, Perempuan, umur 2
tahun, sehat.

IX . Anamnese mengenai penyakit os :

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 12


1. Keluhan Utama : Demam
2. Telaah :
OS datang ke RSUPM pada tanggal 12 maret 2014 diantar oleh orang
tua pasien dengan keluhan demam. Hal ini dialami os sejak 7 hari
yang lalu sebelum masuk Rumah Sakit. Demam dirasakan os naik
turun, naik pada sore dan malam hari disertai mengigau, dan turun
menjelang pagi hari. Selain demam os juga mengeluh nafsu makan
berkurang sejak 3 hari sebelum masuk Rumah Sakit, mual dan
muntah juga dialami os sejak 5 hari yang lalu, frekuensi muntah >3x
sehari isi apa yang dimakan dan volume ½ gelas aqua. Os juga
mengeluh sakit perut dan ditemukan bintik-bintik kemerahan pada
perut punggung pasien.
BAB : (-) 5 hari sebelum masuk Rumah Sakit
BAK : Normal
RPT : -
RPO : Paracetamol

X . Pemeriksaan Fisik
1. Status Present
KU/KP/KG :Sedang/Sedang/Kurang
Sensorium : Compos mentis Anemia (-)
Frekuensi nadi : 100x/i Ikterus (-)
Frekuensi nafas : 28x/i Sianosis (-)
T : 38,7oc dyspnoe (-)
BB : 23 kg Oedema (-)
TB : 133 cm

2. Status Lokalisata

a. Kepala :
Mata : Refleks cahaya (+/+), pupil isokor, Conj. Palpebra inferior pucat
(-/-)
Hidung : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Mulut : Bibir kering dan lidah kotor

b. Thorax:
Inspeksi : Simetris fusiformis, retraksi (-).
Palpasi : Stem Fremitus kanan = kiri.
Perkusi : Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi : Suara pernapasan : vesiculer
Suara Tambahan : -

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 13


HR : 100x/i, regular, desah(-)
RR : 24x/i, regular, ronki (-)
c. Abdomen :
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Soepel, nyeri tekan(+), H/L tidak teraba.
Perkusi : Tympani.
Auskultasi : Peristaltik usus (+) normal

d. Ekstremitas
Atas : Pulse 100x/menit, reguler, T/V cukup, akral hangat,
CRT< 3

Bawah : Akral hangat, CRT <3”

e. Kulit : Turgor kulit kembali cepat ,

f. Genitalia : Laki-laki, Oedema (-) , Hiperemis (-) tidak ada kelainan.

g. Anus : + Normal

Status Neurologis

a. Syaraf otak
b. Sistem motorik
c. Pertumbuhan otot
d. Kekuatan Otot
e. Neuro Muscular Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Involuntary movement
g. Koordinasi
h. Sensibilitas

XI. Pemeriksaan Khusus

1. Mountoux test
2. Radiologi
3. Pungsi lumbal
4. Kimia darah
5. EKG
6. Fungsi sum sum tulang Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Mikrobiologi
8. CT Scan

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 14


9. Biopsi
10. E.E.G
11. Screening perdarahan

Pemeriksaan laboratorium :

- Darah Rutin:
Tanggal 12 Maret 2014
WBC 5300 uL
RBC 4,70x 106 /uL
HGB 13g /dl
HCT 34,9%
MCV 74,3 /L
MCH 24,9 pq
MCHC 33,5 uL
PLT 255.000 uL

XII. Differensial Diagnosis :

Demam Tifoid

Malaria

Demam Dengue

XIII. Diagnosa Kerja :

Demam Tifoid

XIV. Therapy :

- Tirah Baring
- IVFD D5% NaCl 0,45% 22 gtt/i (makro)
- Inj.Cloramphenikol 500 mg/6 jam
- Paracetamol 3 x 500 mg
- Inj.Ranitidine 25 mg
- Diet M II 1560 kkal dengan 50 gr protein
XVI. USUL
- Uji Tubex Test
- Uji Darah Rutin

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 15


XVII. Prognosa : Baik

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel Sp. A 16


FOLLOW UP

TANGGAL/HARI/ 13 Maret 14 Maret 15 Maret 16 Maret


RAWATAN 2014 2014 2014 2014
Keluhan Demam (+) Demam (+)
Muntah (+) Mual (+)
Sakit perut (+) Sakit perut (+)
BAB (-) Nafsu makan menurun

KU/KP/KG Sedang/ Sedang/Kurang


sensorium Compos mentis
Frek. nadi 100x/i 104x/i 96x/i 100x/i
Frek. Nafas 24x/i 24x/i 25x/i 26x/i
Temperatur 38,2 38,5 38,3 38,4
BB 23 23 23 22,5
STATUS LOKALISATA
Kepala
Mata RC +/+, Pupil Isokor, Conj.Palp.Inf.Pucat -/-
Telinga Dalam Batas Normal
Hidung Dalam Batas Normal
Mulut lidah kotor, pinggir hiperemis
Leher Pembesaran KGB (-), Kaku Kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi Sonor dikedua lapangan paru
auskultasi SP: Vesikuler
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik normal
ekstermitas
Atas Pulse Pulse Pulse 96x/i, Pulse 100x/i,
100x/i, 104x/i, reguler, T/V reguler, T/V
reguler, T/V reguler, T/V cukup, akral cukup, akral
cukup, akral cukup, akral hangat, hangat, CRT
hangat, CRT hangat, CRT <3” <3”
<3” CRT <3”
Bawah Akral hangat, CRT <3”
Genitalia Laki-laki normal
Anus + normal

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel, Sp .A 17


Pemeriksaan darah WBC :5,82
lengkap RBC :3,96
HGB :10,2
HCT : 27,6
MCV :25,8
MCHC:37
PLT :244000
Pemeriksaan  Kimia Uji tubex
penunjang klinik : test :
Glukosa salmonela
Adrandom: typhi(tubex
105 mg/dl TF) +6
Natrium,
kalium,chl
orida
:DBN
 Anti
dengue
igG dan
IgM (-)
Diagnosa Kerja Susp. Demam Tifoid Demam Tifoid
THERAPI
Bed rest

IVFD D5%
NaCl 0,45 %
22 gtt/i (makro)
Inj. Ranitidine
25 mg/8jam IV
Inj.
Cloramphenikol
500 mg/6 jam
Paracetamol
3x250 mg
Dulcolax sup
Diet M II 1560
kkal+ 50 gr
protein

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel, Sp .A 18


TANGGAL/HARI/ 17 Maret 18Maret 19 Maret 20Maret 2014
RAWATAN 2014 2014 2014

Keluhan Demam (+) Demam (+) Demam (-)


Sakit perut Nafsu makan menurun (+) Nafsu makan
(+) menurun (+)
Nafsu
makan
menurun (+)
KU/KP/KG Sedang/ Sedang/Kurang
Sensorium Compos mentis
Frek. Nadi 96x/i 100x/i 98x/i 98x/i
Frek. Nafas 26x/i 25x/i 25x/i 24x/i
Temperatur 38,3 38,1 38,1 37,3
BB 23 23 22,5 22,5
STATUS LOKALISATA
Kepala
Mata RC +/+, Pupil Isokor, Conj.Palp.Inf.Pucat -/-
Telinga Dalam Batas Normal
Hidung Dalam Batas Normal
Mulut Lidah kotor Dalam Batas Normal
Leher Pembesaran KGB (-), Kaku Kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi Sonor dikedua lapangan paru
Auskultasi SP: Vesikuler
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik normal
ekstermitas
Atas Pulse 96x/i, Pulse Pulse 98x/i, Pulse 98x/i,
reguler, T/V 100x/i, reguler, T/V reguler, T/V
cukup, akral reguler, T/V cukup, akral cukup, akral
hangat, CRT cukup, akral hangat, hangat, CRT
<3” hangat, CRT <3” <3”
CRT <3”
Bawah Akral hangat, CRT <3”
Genitalia Laki-laki normal
Anus + normal
Pemeriksaan
penunjang
Diagnosa Kerja Demam Tifoid

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel, Sp .A 19


THERAPI
Bed rest

IVFD D5%
NaCl 0,45 %
22 gtt/i (makro)
Inj. Ranitidine
25 mg/8jam IV
Inj.
Cloramphenikol
500 mg/6 jam
Paracetamol
3x250 mg
Dulcolax sup
Diet M II 1560
kkal+ 50 gr
protein

TANGGAL/HARI/ 21Maret 2014 22Maret 2014


RAWATAN

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel, Sp .A 20


Keluhan Demam (-) Demam (-)
Nafsu makan menurun Nafsu makan menurun (-)
(-)

KU/KP/KG Sedang/ Sedang/Kurang


sensorium Compos mentis
Frek. nadi 100x/i 98x/i
Frek. Nafas 25x/i 24x/i
Temperatur 37,2 37,0
BB 22,8 23
STATUS LOKALISATA
Kepala
Mata RC +/+, Pupil Isokor, Conj.Palp.Inf.Pucat -/-
Telinga Dalam Batas Normal
Hidung Dalam Batas Normal
Mulut Dalam Batas Normal
Leher Pembesaran KGB (-), Kaku Kuduk (-)
Thoraks
Inspeksi Simetris fusiformis, retraksi (-)
Palpasi Stem fremitus kanan=kiri
Perkusi Sonor dikedua lapangan paru
auskultasi SP: Vesikuler
Abdomen
Inspeksi Simetris
Palpasi Soepel, H/L tidak teraba
Perkusi Timpani
Auskultasi Peristaltik normal
ekstermitas
Atas Pulse 100x/i, reguler, Pulse 98x/i, reguler, T/V
T/V cukup, akral cukup, akral hangat, CRT <3”
hangat, CRT <3”

Bawah Akral hangat, CRT <3”


Genitalia Laki-laki normal
Anus + normal
Pemeriksaan
penunjang
Diagnosa Kerja Demam Tifoid

THERAPI
Bed rest

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel, Sp .A 21


IVFD D5%
NaCl 0,45 %
22 gtt/i(makro)
Inj. Ranitidine
25 mg/8jam
Inj. Inj.
Cloramphenikol
500 mg/6 jam
Paracetamol
3x250 mg
Diet MB 1560
kkal+ 50 gr
protein
Pasien Berobat jalan tanggal 23 Maret 2014

Obat yang diberikan : chloramfenikol 3 x 1 500 mg

Anjurannya : Kontrol ulang 3 hari setelah PBJ.

Case : Demam Tifoid

Pembimbing : dr. H. Romer Daniel, Sp .A 22

Anda mungkin juga menyukai