Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Keseluruhan perencanaan audit dan program audit merupakan langkah terakhir dalam
fase perencanaan audit. Langkah yang paling penting ini akan menentukan keseluruhan
program audit yang akan diikuti oleh auditor, termasuk semua prosedur audit, ukuran
sampel, unsur-unsur yang dipilih, serta waktunya. Hal yang berkaitan dengan pentingnya
membuat keputusan yang tepat dalam membentuk perencanaan audit secara keseluruhan
dan mengembangkan suatu program audit yang terperinci, dengan mempertimbangkan
efektivitas bukti maupun efisiensi audit.
1.2 Tujuan
Selain untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Pemeriksaan Akuntasi dari dosen
pembimbing, tujuan dalam penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan
serta wawasan mengenai Perencanaan Audit Secara Menyeluruh Dan Program Audit
serta Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan, serta diharapkan agar makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para pembaca.
1.3 Metode Penulisan
Penulis mempergunakan metode kepustakaan. Cara-cara yang digunakan dalam menulis
makalah ini adalah dengan melakukan Studi Pustaka. Dalam metode ini penulis membaca
buku-buku yang berkaitan dengan penulisan tugas ini dan browsing serta mengutip materi
dari berbagai sumber dalam internet.
1.4 Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Apa saja hal-hal yang ada di dalam Perencanaan Audit Secara Menyeluruh Dan Program
Audit ?
2. Apa saja hal-hal yang ada di dalam Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan ?

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Perencanaan Audit Secara Menyeluruh Dan Program Audit
a. Jenis-Jenis Pengujian Adit
Ada lima jenis pengujian dasar yang dapat di pakai dalam menentukan apakah laporan
keuangan telah disajikan secara wajar:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian internal.
2. Pengujian atas pengendalian.
3. Pengujian substantive atas transaksi.
4. Prosedur analitis.
5. Pengujian terinci atas saldo.
b. Prosedur untuk Memperoleh Pemahaman atas SPI
Selama tahap audit tersebut, auditor harus memusatkan perhatiannya pada rancangan dan
operasi dari aspek-aspek struktur pengendalian internal sampai seluas yang diperlukan
untuk merencanakan audit dengan efektif. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan
dengan pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern (Struktur pengendalian
internal dan penetapan resiko):
 Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha tersebut.
 Tanya jawab dengan pegawai perusahaan.
 Pemeriksaan pedoman kebijakan dan prosedur.
 Inspeksi atas dokumen dan catatan.
 Pengamatan aktivitas dan operasi satuan usaha tersebut.
Prosedur ini dijalankan bersama-sama untuk memperoleh pemahaman atas rancangan
kebijakan dan prosedur pengendalian tertentu dan untuk menentukan apakah kebijakan dan
prosedur tersebut telah ditempatkan dalam operasi. Misalkan, untuk menggunakan
peranggaran sebagai prosedur pengendalian, auditor seharusnya mengetahui bahwa
anggaran dibuat dengan dasar pengalaman sebelumnya, menegaskan lagi penggunaan dan
rancangannya dengan menanyakan kepada manajemen, dan menginspeksi anggaran
terbaru, laporan varians dan tindak lanjut sebagai cara untuk menentukan bahwa anggaran
tersebut digunakan pada saat ini.
c. Pengujian atas pengendalian
Penggunaan utama dari pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern adalah untuk
menetapkan resiko pengendalian relative terhadap berbagai tujuan pengendalian internal
yang ada. Pengujian atas pengendalian diarahkan kepada efektivitas pengendalian, baik
rancangan maupun operasinya. Pengujian ini mencakup jenis bahan bukti berikut:
 Tanya jawab dengan pegawai klien
 Inspeksi dokumen dan catatan.
 Pengamatan penerapan kebijakan dan prosedur spesifik.
 Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap penerapan kebijakan dan prosedur spesifik.

2
d. Pengujian substantive atas transaksi
Pengujian substantive adalah prosedur yang dirancang untuk menguji kekeliruan atau
ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung mempengaruhi kebenaran saldo laporan
keuangan. Kekeliruan atau ketidakberesan tersebut(sering disebut kekeliruan moneter)
merupakan indikasi yang jelas terjadinya salah saji dalam perkiraan laporan keuangan.
Tujuan pengujian substantive adalah untuk menentukan apakah transaksi pembukuan klien
telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan
dipindahbukukan dengan benar.
e. Prosedur analitis
Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan perkiraan yang
dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitis mencakup perhitungan rasio oleh auditor
untuk dibandingkan dengan rasio tahun lalu dan data lain yang berhubungan.
Ada empat tujuan penggunaan prosedur analitis :
 Memahami bidang usaha klien.
 Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha.
 Indikasi timbulnya kemungkinan kekeliruan dalam laporan keuangan.
 Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.
f. Pengujian terinci atas saldo (test of details of balances)
Pengujian terinci atas saldo memusatkan pada saldo akhir buku besar baik untuk neraca
maupun rugi laba, tetapi penekanan utama pada kebanyakan pengujian terinci atas saldo
neraca adalah neraca. Contohnya adalah antara lain komunikasi tertulis langsung dengan
pelanggan untuk piutang usaha, pemeriksaan fisik persediaan, dan pemeriksaan laporan
rekanan penjual untuk utang usaha.
g. Hubungan Antara Pengujian dan Bahan Bukti
Jenis pengujian berikut diurutkan berdasarkan makin besarnya biaya yang diperlukan:
 Prosedur analitis.
 Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern dan
pengujian atas pengendalian.
 Pengujian substantive atas transaksi.
h. Hubungan antara pengujian antara pengujian atas pengendalian dan
pengujian substantive
Pengecualian dalam pengujian atas pengendalian adalah hanya indikasi kemungkinan
kekeliruan atau ketidakberesan yang mempengaruhi nilai rupiah laporan keuangan,
sedangkan pengecualian dalam pengujian substantive adalah salah saji laporan keuangan.
Pengecualian dalam pengujian atas pengendalian seringkali disebut sebagai deviasi
pengujian terhadap pengendalian. Sehingga, deviasi pengujian atas pengendalian signifikan
hanya terjadi dengan cukup sering yang menyebabkan auditor percaya terhadap salah saji
dalam rupiah yang material dalam laporan keuangan.

3
Ada penyeimbangan (trade off) antara pengujian atas pengendalian dan pengujian
substantive. Auditor membuat keputusan selama perencanaan, apakah akan menetapkan
risiko pengendalian dibawah maksimum. Pengujian atas pengendalian harus dilaksanakan
untuk menentukan apakah risiko pengendalian yang ditetapkan dapat dibenarkan. Kalau
risiko pengendalian yang ditetapkan berada di bawah maksimum, risiko penenmuan yang
direncanakan dalam model risiko audit ditingkatkan dan dengan demikian pengujian
substantive yang direncanakan dapat dikurangi.
i. Variasi dalam rencana audit
Terdapat banyak variasi dalam penggunaan kelima jenis pengujian dalam situasi audit yang
berbeda pada berbagai tingkat efektifitas pengendalian intern. Ada juga variasi dari satu
siklus ke siklus lain dalam suatu audit tertentu. Analisa setiap situasi audit adalah sebagai
berikut:
 Analisa situasi audit 1. Klien ini adalah perusahaan besar dengan pengendalian intern
yang canggih. Auditor melakukan pengujian atas pengendalian yang ekstensif dan
sangat mengandalkan kepada struktur pengendalian intern untuk mengurangi pengujian
substantive.
 Analisa situasi audit 2. Perusahaan ini berukuran sedang, terdapat beberapa
pengendalian. Auditor memutuskan untuk melakukan jumlah pengujian kecuali
prosedur analitis, yang dilakukan dengan ekstensif.
 Analisa situasi audit 3. Perusahaan ini adalah perusahaan menengah, tetapi memiliki
sedikit pengendalian yang efektif. Penekanan ada pada pengujian terinci atas saldo,
tetapi beberapa pengujian substantive atas transaksi dan prosedur analitis dilakukan
juga.
 Analisa situasi audit 4. Rencana awal dalam situasi audit ini mengikuti pendekatan pada
pada audit 2. Biaya dalam situasi audit ini lebih tinggi karena pengujian atas
pengendalian dan pengujian substantive atas transaksi dilaksanakan tetapi tidak dapat
mengurangi pengujian terinci atas saldo.
j. Perancangan Program Audit
Program audit dirancang dalam tiga bagian, pengujian atas transaksi, prosedur analitis,
dan pengujian terinci atas saldo.
1. Pengujian atas transaksi. Prosedur pengujian atas transaksi akan mencakup baik
pengujian atas pengendalian maupun pengujian substantive atas transaksi dan bervariasi
tergantung kepada rencana risiko pengendalian yang ditetapkan.
2. Prosedur analitis. Karena relative tidak mahal, banyak auditor melakukan prosedur
analitis yang ekstensif dalam seluruh audit.
3. Pengujian terinci atas saldo. Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo
diorientasikan kepada tujuan audit. Perancangan prosedur tersebut bersifat subyaktif dan
memerlukan pertimbangan professional.
k. Metodologi untuk merancang pengujian terinci atas saldo laporan
keuangan piutang usaha

4
1. Tentukan materialitas dan tetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan
untuk piutang usaha. Risiko bawaan dapat juga diperluas ke tujuan audit individual.
Misalkan karena kondisi ekonomi yang buruk dalam industry klien, auditor dapat
menyimpulkan bahwa ada risiko yang besar piutang usaha tidak tertagih.
2. Tetapkan risiko pengendalian. Metodologi ini dapat diterapkan baik untuk penjualan
maupun penagihan dalam audit atas piutang usaha.
3. Rancang dan perkirakan hasil pengujian atas transaksi dan prosedur analitis. Pengujian
dirancang dengan ekspektasi bahwa hasil tertentu akan diperoleh. Hasil yang
diperkirakan ini akan mempengaruhi rancangan pengujian terinci atas saldo.
4. Rancang pengujian terinci atas saldo untuk memenuhi tujuan spesifik audit. Pengujian
terinci ats saldo yang direncanakan meliputi prosedur audit, ukuran sampel, pos atau
unsure yang dipilih, dan saat pengujian.
l. Tingkat disagregasi aktivitas perencanaan
Tingkat disagregasi ini berkisar dari audit keseluruhan sampai tujuan audit untuk masing-
masing perkiraan. Misalkan, kalau auditor mendapatkan informasi mengenai latar
belakang bidang usaha dan industry klien, hal ini berkaitan deng n audit keseluruhan.
m. Program audit ilustratif
Prosedur audit dapat ditambahkan atau dihilangkan sepanjang dipandang perlu oleh
auditor. Ukuran sampel, pos, atau unsure yang dipilih, dan saat pengujian dapat juga
diubah untuk kebanyakan prosedur. Program audit dikembangkan setelah
mempertimbangkan seluruh factor yang mempengaruhi pengujian terinci atas saldo dan
didasarkan pada beberapa asumsi mengenai risiko bawaan, risiko pengendalian, dan hasil
pengujian atas transaksi serta prosedur analitis.
n. Hubungan Tujuan Pengendalian Intern dengan Tujuan Audit
Tujuan pengendalian intern untuk pengendalian intern untuk penjualan, penjualan retur
dan pengurangan harga, dan penagihan mempengaruhi tujuan audit piutang usaha. Tujuan
keabsahan dalam pengendalian intern pada penjualan mempengaruhi tujuan keabsahan
dalam audit atas piutang usaha sedangkan tujuan keabsahan dalam pengendalian intern
untuk penjualan retur dan pengurangan harga dan penagihan mempengaruhi tujuan
kelengkapan untuk piutan usaha.
o. Ikhtisar proses audit
Tahap 1: perencanaan dan perancangan pendekatan audit.
Diakhir tahap 1, auditor seharusnya memperoleh rencana audit yang didefinisikan dengan
baik dan program audit yang spesifik untuk keseluruhan audit. Informasi yang diperoleh
selama perencanaan awal, perolehan informasi mengenai latar belakang dan perolehan
informasi mengenai kewajiban hokum klien digunakan terutama untuk menetapkan risiko
bawaan dan risiko audit yang dapat diterima.
Tahap 2: pengujian atas pengendalian dan transaksi.

5
Tujuan dalam tahap 2 adalah (1) mendapatkan bukti yang mendukung kebijakan dan
prosedur pengendalian spesifik yang berperan terhadap tingkat risiko pengendalian yang
ditetapkan dan (2) untuk memperoleh bahan bukti yang mendukung kebenaran moneter
transaksi.
Tahap 3: melaksanakan prosedur analitis dan pengujian terinci atas saldo.
Tujuan tahap 3 adalah untuk memperoleh bahan bukti tambahan yang cukup untuk
menentukan pakah saldo akhir dan catatan kaki pada laporan keuangan dinyatakan
dengan wajar. Ada dua kategori umum prosedur dalam tahap 3, prosedur analitis dan
pengujian ternci atas saldo. Prosedur analitis adalah prosedur yang digunakan untuk
menetapkan kelayakan menyeluruh transaksi dan saldo. Pengujian terinci atas saldo
adalah prosedur khusus yang diarahkan untuk menguji kekeliruan moneter dalam saldo
laporan keuangan.
Tahap 4: penyelesaian audit.
Mengumpulkan bahan bukti tambahan untuk laporan keuangan, mengikhtisarkan
hasilnya, menerbitkan laporan audit dan melakukan berbagai bentuk komunikasi lain.
Tahap ini terdiri dari:
 Menelaah kewajiban bersyarat. Kewajiban bersyarat adlah kewajiban yang potensial
yang harus diungkapakan dalam catatan kaki klien (atau catatan atas laporan
keuangan).
 Menelaah peristiwa kemudian. Dirancang untuk , memberikan auditor perhatian atas
peristiwa kemudian yang memerlukan pengakuan pada laporan keuangan.
 Mengumpulkan bahan bukti akhir. Bahan bukti ini mencakup pelaksanaan prosedur
analitis akhir, evaluasi asumsi kelangsungan hidup, mendapatkan surat pernyataan
klien, dan membaca informasi dalam laporan tahunan untuk menjamin konsistensi
dalam laporan keuangan.
 Menerbitkan laporan audit. Jenis laporan audit yang diterbitkan tergantung kepada
bahan bukti yang dikumpulkan dan temuan audit.
 Komunikasi dengan komite audit dan manajemen. SAS juga menghendaki auditor
untuk membicarakan masalah lain tertentu kepada komite audit atau badan/ lembaga
sejenis saat penyelesaian audit atau sesudahnya.
2.2 Audit Siklus Penjualan Dan Penagihan
a. Akun dan Kelas Transaksi Dalam Siklus Penjualan Serta Penagihan
Tujuan keseluruhan dari audit siklus penjualan dan penagihan adalah mengevaluasi
apakah saldo akun yang dipengaruhi oleh siklus tersebut telah disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip – prinsip akuntansi yang diterima umum.

6
Gambar diatas menunjukkan cara informasi akuntansi mengalir melalui berbagai akun
dalam siklus penjualan dan penagihan. Gambar tersebut menunjukkan bahwa lima kelas
transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan (classes of transactions in the sales and
collection cycle) antara lain :
1. Penjualan ( penjualan tunai dan kredit )
2. Penerimaan kas
3. Retur dan pengurangan penjualan
4. Penghapusan piutang tak tertagih
5. Estimasi beban piutang tak tertagih
Gambar diatas juga menunjukkan bahwa, kecuali penjualan tunai, setiap transaksi dan
jumlah yang dihasilkan pada akhirnya akan dimasukkan dalam salah satu dari dua akun
neraca, yaitu akun piutang usaha atau penyisihan untuk pitang tak tertagih. Untuk
mudahnya, kita mengasumsikan bahwa ada pengendalian internal yang sama baik untuk
penjualan tunai maupun penjualan kredit.
b. Fungsi-Fungsi Bisnis Dalam Siklus dan Dokumen Serta Catatan Terkait
Siklus Penjualan dan Penagihan melibatkan keputusan serta proses yang diperlukan
untuk mengalihkan kepemilikan barang dan jasa kepada pelanggan setelah keduanya
tersedia untuk dijual. Hal ini diawali dengan permintaan oleh seorang pelanggan dan
diakhiri dengan konversi bahan atau jasa menjadi piutang usaha yang akhirnya menjadi
kas.

7
Permintaan pelanggan atas barang akan mengawali siklus secara keseluruhan. Secara
legal, siklus tersebut merupakan penawaran untuk membeli barang dengan syarat tertentu.
Penerimaan pesanan pelanggan sering kali diikuti dengan pembuatan pesanan penjualan.
Kelas Transaksi, Akun, Fungsi Bisnis, dan Dokumen serta Catatan terkait untuk
Siklus Penjualan dan Penagihan.

Kelas Akun Fungsi Bisnis Dokumen dan Catatan


Transaksi
Penjualan Penjualan Pemroses pesanan Pesanan pelanggan
pelanggan
Piutang usaha Pesanan penjualan
Pemberian kredit
Pesanan pelanggan atau
Pengiriman barang pesanan penjualan
Penagihan pelanggan Dokumen pengiriman
dan pencatatan Faktur penjualan
penjualan
File transaksi penjualan
Jurnal penjualan atau listing
File induk piutang usaha
Neraca saldo piutang usaha
Laporan bulanan
Penerimaan Kas di bank ( debet Pemroses dan Remittance advice
Kas dari penerimaan pencatatan penerimaan Prelisting penerimaan kas
kas ) kas
File transaksi penerimaan kas
Piutang usaha
Jurnal penerimaan kas atau
listing
Retur Dan Retur dan Pemroses dan Memo kredit
Pengurangan pengurangan pencatatan retur dan Jurnal retur dan pengurangan
Penjualan penjualan pengurangan penjualan
penjualan
Pitang usaha
Penghapusan Piutang Usaha Penghapusan piutang Formulir otorisasi piutang tak
Piutang tak Penyisihan untuk usaha tak tertagih tertagih
Tertagih piutang tak tertagih Jurnal umum
Beban Beban piutang tak Penyediaan piutang tak Jurnal umum
Piutang tak tertagih tertagih

8
Tertagih Penyisihan untuk
piutang tak tertagih
Pada kolom diatas sebelum dapat menilai resiko pengendalian dan merancang pengujian
pengendalian serta pengujian substansif atas transaksi harus memaham fungsi bisnis dan
dokumen serta catatan suatu perusahaan.
Pemroses pesanan pelanggan
o Pesanan pelanggan yaitu permintaan barang dagang yang diajukan oleh pelanggan.
o Pesanan penjualan yaitu dokumen untuk mengkomunikasikan deskripsi, kuantitas, dan
informasi terkait mengenai barang yang dipesan oleh pelanggan.
Pemberian kredit
o Dokumen pengiriman dibuat untuk mengawali pengiriman barang, yang menunjukkan
deskripsi barang dagang , kuantitas yang dikirimkan, dan data yang relevan lainnya.
o Bill of lading yaitu kontrak tertulis mengenai penerimaan dan pegiriman barang antara
pembawa dan penjual. Bill of lading dikirimkan secara elektronik ketika barang telah
dikirimkan , dan secara otomatis akan membuat faktur penjualan yang terkait serta ayat
jurnal dalam jurnal penjualan.
Penagihan pelanggan dan pencatatan penjualan
Aspek paling penting dari penagihan yaitu :
 Semua pengiriman telah ditagih ( kelengkapan = completeness )
 Tidak ada pengiriman yang ditagih lebih dari satu kali ( keterjadian = occurrence )
 Setiap pengiriman ditagih dalam jumlah yang tepat ( keakuratan = accuracy )
o Faktur penjualan yaitu dokumen yang menunjukkan deskripsi dan kuantitas barang yang
dijual, harga, ongkos angkut, asuransi, syarat, dan relevan lainnya.
o File transaksi penjualan yaitu file yang dihasilkan computer yang mencantumkan semua
transaksi penjualan yang diproses oleh system akuntansi selama suatu periode, seperti
sehari, seminggu, atau sebulan.
o Jurnal penjualan atau listing yaitu laporan yang dibuat dari file transaksi penjualan yang
cantumkan biasanya mencantumkan nama pelanggan, tanggal, jumlah dan klasifikasi bagi
setiap transaksi seperti divisi atau lini produk.
o File induk piutang usaha yaitu file computer yang digunakan untuk mencatat penjualan
individual , penerimaan kas , serta retur dan penguragan penjualan bagi setiap
pelanggandan untuk mempertahankan saldo akun pelanggan.
o Laporan bulanan yaitu dokumen yang dikirimkan melalui surat atau secara elektronik
kepada setiap pelanggan yang menunjukkan saldo awal piutang usahanya.
Pemroses dan pencatatan penerimaan kas
o Remmitance advice yaitu dokumen yang dikirimkan kepada pelanggan dan biasanya
dikembalikan kepada penjual beserta pembayaran kas
o Prelisting penerimaan yaitu daftar yang disusun ketika kas diterima oleh seseorang yang
tidak memiliki tanggung jawab untuk mencatat penjualan, piutang usaha, kas dan yang
tidak memiliki akses ke catatan akuntansi.

9
o Memo kredit yaitu dokumen yang mengindikasikan pengurangan dari jumlah pelanggan
akibat retur barang atau pengurangan harga.
o urnal retur dan pengurangan penjualan yaitu jurnal yang digunakan untuk mencatat retur
dan pengurangan penjualan.
Penghapusan piutang usaha tak tertagih
o Formulir otorisasi piutang tak tertagih yaitu dokumen yang digunakan dalam lingkungan
internal untuk menunjukkan otoritas menghapus suatu piutang usaha sebagai tak tertagih.
c. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian dan Pengujian
Substansif Atas Transaksi Penjualan
Auditor menggunakan informasi yang diperoleh dalam memahami pengendalian internal
untuk menilai resiko pengendalian. Terdapat empat langkah yang penting dalam
pengendalian ini yaitu:
1. Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menilai resiko pengendalian.
2. Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan kelemahannya bagi
penjualan.
3. Setelah mengidentifikasi pengendalian dan kelemahannya, auditor lalu mengaitkannya
dengan tujuan .
4. Auditor menilai resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan mengevaluasi
pengendalian dan kelemahannya bagi setiap tujuan.
 Pemisahan tugas yang memadai
Dapat membantu mencegah berbagai jenis salah saji baik akibat kesalahan maupun
penipuan atau kecurangan. Untuk mencegah kecurangan, manajemen harus menolak
akses ke kas bagi siapapun yang bertanggung jawab memasukkan informasi transaksi
penjualan dan penerimaan kas ke dalam computer.
 Menentukan luas pengujian pengendalian
Luas pengujian pengendlian pada perusahaan nonpublic tergantung pada keefektifan
pengendalian dan sejauh mana auditor yakin bahwa pengujian itu dapat diandalkan untuk
mengurangi resiko pengendalian.
 Merancang pengujian pengendalian untuk penjualan
Pengujian pengendalian yang sesuai untuk pemisahan tugas biasanya terbatas pada
pengamatan auditor atas aktivitas dan diskusi dengan personil. Mencatat penjualan yang
terjadi untuk tujuan ini, auditor harus memperhatikan tiga jenis salah saji yang mungkin
terjadi :
1. Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak pernah dilakukan.
2. Penjualan dicatat lebih dari satu kali.
3. Pengiriman dilakukan kepada pelanggan fiktif dan dicatat sebagai penjualan.
Dua jenis salah saji yang pertama dapat disebabkan oleh kesalahan atau
kecurangan,sementara jenis yang terakhir selalu disebabkan oleh kecurangan.
Konsekuensi potensial dari ketiga jenis salah saji tersebut sangatlah besar karena akan
menimbulkan lebih saji aktiva dan laba.

10
 Arah pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara menelusuri dokumen sumber kejurnal dan
memvouching dari jurnal kembali ke dokumen sumber. Pengujian pertama adalah untuk
transaksi yang dihilangkan ( tujuan kelengkapan ). Sementara yang kedua adalah untuk
transaksi yang tidak ada ( tujuan keterjadian ).
 Penjualan dicatat dengan akurat
Pencatatan yang akurat atas transaksi penjualan harus memperhatikan hal – hal berikut :
1. Mengirimkan jumlah barang yang dipesan
2. Menagih dengan akurat sebesar jumlah barang yang dikirim
3. Mencatat dengan akurat jumlah yang ditagih dalam catatan akuntansi.
d. Retur dan Pengurangan Penjualan
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan klien untuk
mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk memroses memo kredit yang
telah digambarkan bagi penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang pertama
adalah matrealitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan sangat tidak
material sehingga auditor dapat mengabaikannya. Perbedaan yang kedua adalah
penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur dan pengurangan penjualan, umumnya
auditor menekankan pada pengujian transaksi yang tercatat untuk mengungkapkan setiap
pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh retur atau pengurangan
penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam menguji saldo
akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu rendah pada akhir
tahun. Secara alami, tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi, karena tujuan dan
metodologi untuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada intinya sama seperti
untuk penjualan, tidak dimasukkan studi yang mendalami mengenai hal tersebut. Jika
ingin mengaudit retur dan pengurangan penjualan, harus dapat menerapkan logika yang
sma untuk mendapatkan pengendalian, pengujian pengendalian, dan pengujian substansif
atas transaksi yang sesuai guna memverifikasi jumlahnya.
e. Metodologi Untuk Merancang Pengujian Pengendalian Dan Pengujian
Substanstif Atas Transaksi Penerimaan Kas
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penerimaan kas seperti yang
digunakan untuk penjualan. Berdasarkan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi,
auditor mengikuti proses berikut ini:
1. Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit.
2. Merancang pengujian pengendalian bagi setiap pengendalian yang digunakan untuk
mendukung pengurangan risiko pengendalian.
3. Merancang pengujian substantif atas transaksi untuk menguji salah saji moneter setiap
tujuan.

11
Seperti pada semua bidang audit lainnya, pengujian pengendalian bergantung pada
pengendalian yang diidentifikasi oleh auditor, seberapa andal pengendalian itu akan
mengurangi penilaian risiko pengendalian, dan apakah perusahaan yang sedang diaudit
merupakan perusahaan publik. Bagian penting dari tanggung jawab auditor ketika
mengaudit penerimaan kas adalah mengidentifikasi defisiensi pengendalian internal yang
meningkatkan kemungkinan terjadinya kecurangan.
Menentukan Apakah Kas yang Diterima Tela Dicatat
Jenis penggelapan kas yang paling sulit di deteksi oleh auditor adalah ketika hal tersebut
terjadi sebelum kas dicatat di catat di jurnal penerimaan kas atau listing kas lainnya,
terutama jika penjualan dan penerimaan kas dicatat secara serentak atau simultan. Jadi
menelusuri dari remittance advice atau prelisting penerimaan kas yang telah dipranomori
ke jurnal penerimaan kas dan catatan pembantu piutang usaha sebagai pengujian
substantif atas pencatatan kas aktual yang diterima merupakan praktik yang normal.
Pengujian ini hanya efektif jika pita register kas atau beberapa prelisting lainnya
disiapkan pada saat kas diterima.
Penyiapan Bukti Penerimaan Kas
Prosedur audit yang bermanfaat untuk menguji apakah semua penerimaan kas yang
dicatat elah disetorkan dalam akun atau rekening bank adalah bukti penerimaan kas
(proof of cash receipts). Dalam pengujian ini, total penerimaan kas yang dicatat dalam
jurnal penerimaan kas selama satu periode tertentu, seperti satu bulan, akan direkonsiliasi
dengan deposito atau setoran aktual yang dilakukan ke bank selama periode yang sama.
Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk mengungkapkan penerimaan kas yang belum
dicatat dalam jurnal atau lamanya kas yang telah dicatat namun belum disetorkan, deposit
atau setoran yang yang belum dicatat, pinjaman yang belum dicatat, pinjaman bank yang
didepositkan langsung ke rekening bank, dan salah saji yang serupa.
f. Pengujian Audit Untuk Menghapus Piutang Tak Tertagih
Pengendalian yang penting untuk mencegah kecurangan ini adalah otorisasi yang tepat
atas penghapusan piutang tak tertagih harus diberikan oleh tingkat manajemen yang
ditunjuk hanya setelah melalui penyelidikan menyeluruh mengenai alasan pelanggan
tidak mampu membayar.
Biasanya verifikasi atas penghapusan piutang hanya memerlukan waktu yang relatif
singkat. Yaitu auditor hanya memeriksa persetujuan oleh orang yang tepat. Menyangkut
sampel piutang yang dihapus, biasanya auditor juga harus memeriksa korespondensi
dalam file klien yang menyatakan ketidaktertagihannya. Dalam beberapa kasus, auditor
juga memeriksa laporan kredit seperti yang disediakan oleh Dun & Bradstreet. Setelah
auditor menyimpulkan bahwa penghapusan piutang oleh ayat jurnal umum sudah benar,
pos tertentu harus ditelusuri ke file induk piutang usaha untuk menguji apakah
penghapusan telah dicatat dengan benar.
g. Pengendalian Internal Tambahan Atas Saldo Akun Dan Penyajian

12
Pengendalian intern berkaitan langsung dengan saldo akun dan penyajian serta
pengungkapan yang mungkin terjadi, meskipun belum diidentifikasi atau diuji sebagai
bagian dari pengujian pengendalian atau pengaruh subtantif atasa dasar transaksi.
Untuk siklus penjualan dan penagihan, hal tersebut kemungkinan besar akan
mempengaruhi tujuan yang terkait dengan saldo nilai yang dapat direalisasidan hak serta
kewajiban dan empat tujuan penyajian serta pengungkapan.
Nilai yang dapat direalisasi adalah tujuan audit yang terkait dengan saldo yang penting
bagi piutang uasaha karena kolektibilitas piutang sering kali merupakan pos laporan
keuangan yang penting. Hal ini sudah menjadi suatu isu pada sejumlah kasus kewajiban
akuntan. Karena itu, biasanya auditor menetapkan risiko yang melekat tinggi untuk tujuan
realisasi.
Dua pengendalian lainnya adalah:
1. Penyusunan neraca saldo umur piutang usaha periodik untuk review oleh personil
manajemen yang tepat.
2. Kebijakan menghapus piutang tak tertagih apabila sudah tidak mungkin lagi untuk
ditagih
h. Pengaruh Hasil Pengujian Pengendalian Dan Pengujian Substantif Atas
Transaksi
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap sisa audit, terutama terhadap pengujian substantif atas
rincian saldo. Bagian dari audit yang paling dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan adalah saldo
piutang usaha, kas, beban piutang tak tertagih, dan penyisihan untuk piutang tak tertagih.
Lebih lanjut jika hasil pengujian tidak memuaskan, auditor harus melakukan pengujian
substantif tambahan atas penjualan, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan
piutang tak tertagih, dan pemrosesan penerimaan kas. Auditor perusahaan publik juga
harus mempertimbangkan dampak hasil pengujian yang tidak memuaskan terhadap audit
pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Pada tahap penyelesaian pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas
transaksi, auditor harus menganalisis setiap pengecualian, baik dalam audit perusahaan
publik maupun nonpublik, untuk menentukan penyebabk dan implikasi dari pengecualian
itu terhadap penilaian risiko pengendalian, yang mungkin mempengaruhi risiko deteksi
yang didukung dan pengujian substantif terkait yang tersisa. Metodelogi dan implikasi
dari analisis.
Gambar dibawah mengilustrasikan akun-akun utama dalam siklus penjualan dan
penagihan serta jenis pengujian audit yang digunakan untuk mengaudit akun-akun
tersebut. Jenis pengujian audit untuk siklus penjualan dan penagihan.

13
Berikut gambar untuk melihat akun-akunnya :

Transaksi Penjualan Transaksi Penerimaan kas

Di audit oleh Di audit oleh


TOC, STOT, AP TOC, STOT, AP

Saldo akhir Saldo akhir

Di audit oleh Di audit oleh


AP dan TOB AP dan TOB

Pengujian pengendalian
Pengujian Pengujian
+
(termasuk prosedur + + Prosedur = Bukti yang
substantif atas atas rincian
untuk memahami Analitis (AP) mencukupi
transaksi saldo (TDB)
pengendalian
(STOT)
internal)(TOC)

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perancangan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk
lima kelas transaksi dalam siklus penjualan dan penagihan, termasuk penjualan,
penerimaan kas, retur dan pengurangan penjualan, penghapusan piutang usaha tak
tetagih, serta beban piutang tak tertagih.
Secara konseptual, metodologi untuk merancang pengujian pengendalian dan
pengujian substantif atas transaksi adalah sama bagi kelima kelas transaksi dan mencakup
lang-langkah berikut : Memahami pengendalian internal, Menilai risiko pengendalian
yang direncanak, Menentukan luas pengujian pengendalian, Merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi untuk memenuhi tujuan audit yang
berkaitan dengan transaksi.
Dalam merancang pengujian pengendalian untuk setiap kelas transaksi, auditor
berfokus pada pengujian pengendalian internal yang dimaksudkan sebagai senjata untuk
mengurangi risiko pengendalian.
Dalam audit perusahaan publik, pengujian pengendalian yang ekstensif harus
dilakukan untuk menyediakan dasar yang layak bagi pembuatan laporan auditor
mengenai pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan. Dalam audit perusahaan
nonpublik, keputusan untuk melakukan pengujian pengendalian didasarkan pada
keefektifan pengendalian dan sejauh mana auditor bermaksud mengandalkannya untuk
mengurangi risiko pengendalian.
Auditor mengorganisasikan prosedur audit ke dalam program audit format kinerja.
Tujuan dari program audit ini adalah untuk membantu auditor menyelesaikan pengujian
audit secara umum.
3.2 Saran
Dengan adanya pembahasan mengenai penerapan proses audit pada siklus penjualan
dan penagihan ini, diharapkan kepada para pembaca sekalian untuk dapat lebih mengerti
dan memahami mengenai apa saja akun-akun yang ada di dalam siklus penjualan dan
penagihan, dan bagaimana proses audit dalam siklus penjualan dan penagihan itu sendiri.
Sehingga kedepannya kita dapat menerapkan segala ilmu yang terkandung di dalam
penulisan makalah ini ke dalam dunia nyata yakni dunia kerja yang syarat akan prinsip
profesionalitas dan efektifitas.

15
DAFTAR PUSTAKA
https://id.scribd.com/doc/52995510/RENCANA-AUDIT-DAN-PROGRAM-AUDIT-MENYELURUH

https://id.scribd.com/document/373888147/Makalah-CH-14-Audit-Siklus-Penjualan-Dan-Penagihan-
Pertemuan-4

16

Anda mungkin juga menyukai