Anda di halaman 1dari 10

BAB I

LAPORAN ACARA 1
KONVERSI DESIMAL KE DMS

A. LANDASAN TEORI
1. Titik Koordinat
Titik Koordinat Titik koordinat adalah titik yang berpedoman pada garis
latitude dan longitude suatu daerah. Kaitannya dengan latitude dan longitude
adalah, kedua garis lintang dan bujur inilah (latitude = garis lintang, longitude
= garis bujur) yang menentukan di perolehnya suatu nilai derajat dari suatu
titik yang diukur. Koordinat pada umumnya dituliskan dengan format DD
(Degree Decimal), terkadang juga dituliskan dengan format DMS
(Degree-Minute-Second), jika berada dibelahan bumi utara dan timur maka
bernilai positif, dalam hal ini untuk nilai Lintang atau Latitude dan Bujur atau
Longitude.
Dalam matematika, Sistem koordinat Kartesius digunakan untuk menentukan
tiaptitik dalam bidang dengan menggunakan duabilangan yang biasa disebut
koordinat x(absis) dan koordinat y (ordinat) dari titik tersebut. Untuk
mendefinisikan koordinat diperlukan dua garis berarah yang tegak lurus satu
sama lain (sumbu x dan sumbu y), dan panjang unit, yang dibuat tanda-tanda
pada kedua sumbu tersebut. Sistem koordinat Kartesius dapat pula digunakan
pada dimensi-dimensi yang lebih tinggi, seperti 3 dimensi, dengan
menggunakan tiga sumbu (sumbu x, y, dan z)
Dengan menggunakan sistem koordinat Kartesius, bentuk-bentuk geometri
sepertikurva dapat diekspresikan denganpersamaan aljabar. Sebagai contoh,
lingkaran yang berjari-jari 2 dapat diekspresikan dengan persamaan x² + y² = 4
Istilah Kartesius digunakan untuk mengenang ahli matematika sekaligus
filsufdari Perancis Descartes, yang perannya besar dalam menggabungkan
aljabar dan geometri(Cartesius adalah latinisasi untuk Descartes). Hasil
kerjanya sangat berpengaruh dalam perkembangan geometri analitik, kalkulus,
dan kartografi.
Ide dasar sistem ini dikembangkan pada tahun 1637 dalam dua tulisan karya
Descartes. Pada bagian kedua dari tulisannyaDiscourse on the Method, ia
memperkenalkan ide baru untuk menggambarkan posisi titikatau objek pada
sebuah permukaan, dengan menggunakan dua sumbu yang bertegak lurus
antar satu dengan yang lain. Dalam tulisannya yang lain, La Géométrie, ia
memperdalam konsep-konsep yang telah dikembangkannya.

2. Konversi Derajat Bujur dan Lintang


a. Garis Lintang
Dalam Geografi, garis lintang adalah garis khayal yang digunakan untuk
menentukan lokasi di Bumi terhadap garis khatulistiwa (utara atau selatan).
Posisi lintang biasanya dinotasikan dengan simbol huruf Yunani φ. Posisi
lintang merupakan penghitungan sudut dari 0° di khatulistiwa sampai ke
+90° di kutub utara dan -90° di kutub selatan. Ko-lintang adalah tambahan
dari lintang. Lintang di sebelah utara khatulistiwa diberi nama Lintang
Utara (LU), demikian pula lintang di sebelah selatan khatulistiwa diberi
nama Lintang Selatan (LS).
Menurut para ilmuwan pengertian Garis lintang adalah garis maya yang
melingkari bumi ditarik dari arah barat hingga ke timur atau sebaliknya ,
sejajar dengan equator (garis khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari
bumi, dari equator hingga ke bagian kutub utara dan kutub selatan bumi.
khatulistiwa disebut sebagai 0º (nol derajat). Makin ke utara atau ke
selatan, angka derajatnya makin besar hingga pada angka 90º (Sembilan
puluh derajat) pada ujung kutub utara atau kutub selatan. Satuan derajat
bisa juga disebut Jam sehingga setiap derajat terbagi menjadi 60 menit
(diberi symbol ‘) dan setiap menit terbagi lagi menjadi 60 detik (diberi
symbol ”). Jika misalnya garis lintang suatu tempat tertulis seperti ini : 57
º 27′ 14”S, maka dibaca sebagai 57 derajat 27 menit 14 detik Lintang
Selatan. Pada system pemetaan internasional huruf U sebagai Lintang
Utara diganti dengan huruf N (North). Sedangkan Lintang Selatan tetap
menggunakan huruf S karena Selatan dalam bahasa Inggris (South).
Garis Lintang menandakan perbedaan zona iklim di bumi. Daerah
diantara garis Khatulistiwa yang diapit oleh garis CANCER dan garis
CAPRICORN (antara 23,27 o LU – 23,27 o LS) disebut daerah tropis,
karena di sanalah sepanjang waktu matahari bersinar pada siang hari, di
daerah ini hanya dikenal 2 musim yaitu musim panas dan penghujan.
Sementara daerah antara 23,27o LU dan 66,33oLU serta antara 23,27oLS
dan 66,33oLS disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat terjadi 4
musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi.
Sementara di daerah dekat Kutub utara dan selatan (90oLU dan 90oLS)
dapat terjadi masa dimana dalam satu hari tidak muncul matahari, atau
sebaliknya dalam satu hari matahari selalu bersinar (dikenal dengan istilah
matahari tengah malam)

b. Garis Bujur
Garis Bujur adalah garis yang membujur, membagi bola bumi menjadi
dua, yaitu bagian barat dan timur. Garis tersebut menghubungkan ke dua
kutub dan melewati kota Greenwich, Inggris. Pengukurannya dalam
derajat, menit dan detik. Misalnya 5o 10’ 30” B.
Sedangkan menurut para Ilmuwan pengertian Garis Bujur adalah garis
maya yang ditarik dari kutub utara hingga ke kutub selatan atau sebaliknya.
Dengan pengetahuan seperti itu berarti derajat antar garis bujur semakin
melebar di daerah khatulistiwa dan makin menyempit di daerah kutub. Jika
pada Garis Lintang, daerah yang dilalui garis khatulistiwa (equator)
dianggap sebagai nol derajat, untuk Garis Bujur, tempat yang dianggap
sebagai nol derajat adalah garis dari kutub utara ke kutub selatan yang
tepat melintasi kota Greenwich di Inggris. Jadi, garis bujur yang berada di
sebelah barat Greenwich disebut Bujur Barat dan garis yang berada
disebelah timur disebut Bujur Timur. Jarak kedua garis bujur itu dari
Greenwich hingga pada batas 180º (seratus delapan puluh derajat). Pada
jarak itu, Bujur Barat dan Bujur Timur kembali bertemu.
Garis bujur inilah yang pada perkembangannya dijadikan sebagai
patokan dalam menentukan waktu di berbagai belahan dunia. Sehingga
sering kali pada setiap kapal terdapat dua jam yang digunakan. Jam yang
menunjukkan waktu berdasarkan waktu di kota Greenwich dan jam yang
menunjukkan waktu lokal atau berdasarkan matahari. Selisih dari dua jam
yang berbeda itulah para pelaut secara praktis dapat menentukan derajat
garis bujur dimana mereka berada. Sama seperti garis lintang, jarak antar
garis bujur juga disebutkan dalam satuan derajat. Penulisannya pada
koordinat juga sama seperti penulisan untuk Garis Lintang. Yang
membedakan hanyalah symbol huruf di belakangnya. Misalnya huruf B
untuk Bujur Barat dan huruf T untuk Bujur Timur. Pada peta internasional,
huruf E (East) untuk Bujur Timur dan huruf W (West) untuk Bujur Barat.
Titik di barat bujur 0° dinamakan Bujur Barat sedangkan titik di timur 0°
dinamakan Bujur Timur. Kombinasi garis lintang dan garis bujur ini
berguna untuk menentukan suatu lokasi di permukaan bumi. Garis Lintang
menandakan sumbu x dan garus bujur menandakan sumbu y dalam sistem
koordinat cartesian. Sebagi contoh kota Sabang di pulau We berada pada
koordinat 6oLU 95o BT, dan kota Merauke di Papua memiliki koordinat
11oLS dan 141oBT.
Koordinat adalah titik pertemuan (titik potong) antara Garis Lintang dan
Bujur. Jika suatu tempat sudah bisa disebutkan Garis Lintang dan
Bujur-nya maka dapat segera dicari posisinya pada peta yang sudah
dilengkapi dengan kedua garis tersebut. Kita hanya tinggal melihat angka
derajatnya yang tertulis pada sisi gambar peta. Titik pertemuan kedua garis
itu dianggap telah menyebutkan posisi suatu tempat pada peta.
Bujur kadangkala dinotasikan oleh abjad Yunani λ, menggambarkan
lokasi sebuah tempat di timur atau barat Bumi dari sebuah garis
utara-selatan yang disebut Meridian Utama. Longitude diberikan
berdasarkan pengukuran sudut yang berkisar dari 0° di Meridian Utama ke
+180° arah timur dan −180° arah barat. Tidak seperti lintang yang
memiliki ekuator sebagai posisi awal alami, tidak ada posisi awal alami
untuk bujur. Oleh karena itu, sebuah dasar meridian harus dipilih.
mengadopsi meridian Greenwich sebagai Meridian utama universal atau
titik nol bujur.
Ternyata pengetahuan tentang Garis Lintang dan Bujur ini sudah cukup
lama didapat orang. Kabarnya Eratosthenes, seorang ahli matematika dan
juga seorang ahli geografi dari Yunani sudah pernah membicarakan
tentang Garis Lintang dan Bujur ini pada abad ketiga sebelum masehi. Dan
pada abad kedua setelah masehi, Hipparchus adalah orang yang dianggap
pertama kali menggunakan kedua garis ini untuk menentukan posisi suatu
tempat. Di kemudian hari pengetahuan dan penggunaan Garis Lintang dan
Bujur makin disempurnakan oleh para ahli setelah mereka berdua.
Perlu di ketahui pula konversi derajat menit („) dan detik (“) pada letak
astronomis suatu tempat dalam satuan jarak (km dan m). Dalam pemakaian GPS
sering didapatkan titik koordinat suatu posisi lokasi dalam bentuk Latitude (Lintang),
Longitude (Bujur) atau Degree (Derajat). Dalam hal ini ada suatu formula yang
digunakan untuk mengkonversi bilangan tersebut dari bentuk Degree Minute Second
(DMS) menjadi Degree Decimal (DD), atau sebaliknya konversi Degree Decimal
(DD) menjadi Degree Minute Second (DMS)[13]. 28 a. Contoh perhitungan Konversi
Degree Decimal (DD) menjadi Degree Minute Second (DMS): Bila diperoleh angka
109.036889 maka diubah menjadi 109 ̊. Angka dibelakang koma dikalikan dengan
bilangan desimal 60, maka 0,036389 x 60 = 2,18334, urutan kedua yaitu 2 menit. Sisa
angka dibelakang koma diatas (18334) dikalikan dengan bilangan desimal 60, maka
0,18334 x 60 = 11,0004, urutan ketiga yaitu 11 detik. Hasil dari konversi , secara
lengkap ditulis 109 ̊2 ̍ 11 ̎ , hal ini juga berlaku pada Latitude. b. Contoh perhitungan
Konversi Degree Minute Second (DMS) menjadi Degree Decimal (DD): Bila
diperoleh angka 7 ̊13 ̍ 13 , maka dapat diubah menjadi, ̎ = (Nilai Degree) + (Nilai
Minute/60) + (Nilai Second/3600) = 7 + (13/60) + (13/3600) = 7.220278 Maka hasil
konversi DMS ke DD adalah 7.220278

B. Langkah Kerja
1. Select data longitude klik kanan , lalu pilih format cell

2. Setelah terbuka jendela Format Cell,pilih text


3. Setelah itu Select data tekan Ctrl+F(find) lalu klik replace dari titik “.” ubah
ke koma titik “,.”

4. Setelah itu pilih data pada menu Bar lalu pilih text to colum
5. Kalikan C2 dengan 60 untuk jadi menit
6. Untuk konversi ke detik sama seperti langkah sebelumnya

C. Hasil
NO LONGITUDE Menit detik
1 142 40 22.3
2 142 40 34.6
3 142 50 22.2
4 142 58 45.7
5 142 58 43.8
6 142 59 21.7
7 142 58 43.8
8 142 53 25.1
9 142 53 34.6
10 142 52 26.2
11 142 48 35.8
12 142 52 43.6
13 142 53 38.2
14 142 52 42.2
15 142 53 24.9
16 142 58 43.8
17 142 53 25.1
18 142 58 43.8
19 142 53 25.1
20 142 58 45.7

Anda mungkin juga menyukai