Anda di halaman 1dari 12

TUGAS KOMPUTASI DAN SIMULASI TAMBANG

“QUALYTI CONTROL CIRCLE”

OLEH :
KELOMPOK 2 :
Jeffry Albadri 16137009
Tiwi Melisa 16137033
Hagit Kristiansyah 16137052
Muhammad Ichsan Busra 16137065
Safitri Zahara 16137082

DOSEN PENGAMPU :
Adree Octova S.Si.,M.T.

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Pesatnya dunia industri sekarang memaksa setiap industri tidak hanya


menghasilkan produk yang “baik” tapi yang terbaik, maka kualitas produk adalah salah
satu faktor yang harus diperhatikan dalam merebut pangsa pasar. Kualitas menjadi
faktor dasar keputusan konsumen dalam menentukan produk dan jasa yang diinginkan.
Kualitas adalah faktor kunci yang membawa keberhasilan dalam bisnis, pertumbuhan
dan peningkatan posisi bersaing. Kualitas sendiri dibagi menjadi kualitas kegunaan dan
kualitas rancangan. Arti kualitas pada awalnya dapat dibangun oleh perusahaan namun
untuk selanjutnya perusahaan juga harus memperhatikan suara konsumen (voice of
customer) karena industri tidak akan eksis apabila produk yang dibuat tidak sesuai
dengan keinginan konsumen. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kualitas
produk adalah metode pengendalian kualitas yang akan dapat meningkatkan kualitas
output perusahaan dengan menekan tingkat kecacatan.

Quality Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu (GKM) adalah suatu
kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu perusahaan dan dilakukan
secara terus menerus untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, jasa dan pelayanan
serta menjaga dan memelihara keselamatan dan lingkungan kerja sehingga dapat
memberikan kontribusi yang optimal bagi pencapaian sasaran perusahaan.
Quality Control Circle mengidentifikasi, menyelidiki, menganalisa dan
mencari pemecahan atas berbagai permasalahan terkait dengan kinerja suatu
organisasi. QCC adalah salah satu konsep baru untuk meningkatkan mutu dan
produktivitas kerja industri/jasa.

Tujuan utama dari QCC ini adalah untuk mengoptimalkan aset yang dimiliki
perusahaan/ instansi terutama pengembangan keterampilan dan diri pekerja (skill
individu) secara lebih baik dan menghargai nilai-nilai manusia serta menciptakan
tempat kerja yang kondusif, guna meningkatkan mutu dalam arti luas dan pertumbuhan
perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PROBLEM
Industri tambang terbuka telah difokuskan pada pemanfaatan ukuran,
kapasitas tinggi peralatan otomatis yang besar untuk mendapatkan produksi yang
lebih besar untuk memenuhi tuntutan pasar internasional. Dalam rangka mencapai
tingkat produksi yang tinggi dengan harga satuan yang rendah, maka perlu
menggunakan peralatan se efektif mungkin.
Dalam rangka mencapai tingkat produksi yang tinggi dengan harga satuan
yang rendah serta efisien, maka para pelaku tambang (kontraktor) perlu
menggunakan peralatan seefektif dan se-produktif mungkin. Pertambangan adalah
industri padat modal dan diketahui fakta bahwa pemanfaatan peralatan dan
estimasi akurat dari pemanfaatan ini sangat penting karena manajer tambang ingin
memanfaatkan peralatan mereka seefektif mungkin untuk mendapatkan kembali
awal investasi mereka serta mengurangi total biaya produksi.
Dalam rangka mencapai tingkat produksi yang tinggi maka perusahaan
harus melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan revenue dengan
meningkatkan profit dan menekan cost, agar dapat dicapai target produktivitas,
keselamatan kerja yang optimal, cost yang efisien dan profitabilitas yang optimal
serta iklim kerja yang kondusif pada saat sekarang maupun yang akan datang.
Akan tetapi sering kali terjadi pencapaian produktivitas alat muat utamanya
dibawah standar. Sehingga pada permasalahan tersebut akan di atasi
menggunakan metode quality control circle.
B. DATA DATA
Data data yang digunakan dalam metode quality control circle tergantung kepada
masalah yang dihadapi atau masalah yang akan di selesaikan. Seperti pembahasan
di atas masalah yang di hadapi yaitu tidak tercapainya produktivitas alat muat ,
sehingga data data yang di perlukan untuk menganalisis masalah tersebut adalah :
1. Karakteristik jalan angkut .
2. karakteristik truk dan kemampuan operator.
3. Cycle time dan jumlah siklus.
4. ketersediaan dump truk, kualitas performance mesin, kondisi cuaca,
pengeboran dan peledakan kinerja, keterampilan operator dan operator
kelelahan.
C. PROSES
Proses yang akan dilakukan pada metode quality control circle merupakan
suatu proses pemecahan masalah yang dihadapi. Pemecahan masalah adalah media
perantara untuk mencapai tujuan QCC, artinya melalui pemecahan masalah ini
akan memperoleh makna pengakuan serta penghargaan yang diperlukan untuk
mencapai tujuan akhir QCC, yaitu peningkatan atau usaha dalam arti yang seluas-
luasnya. Dengan demikian, pemecahan masalah adalah kegiatan yang sentral dan
sekaligus vital yang patut memperoleh perhatian besar dari semua pihak. Masalah-
masalah yang digarap oleh QCC adalah masalah-masalah yang berkaitan dengan
pekerjaan dan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mutu suatu usaha
sebagaimana tercermin secara teknis manajemen, moral-etika, serta teknis ilmiah
bagi kepentingan semua pihak yaitu produsen, konsumen dan pemerintah serta
masyarakat luas.
Metode pemecahan masalah dalam QCC secara umum dikenal dengan
menggunakan tujuh (7) perangkat alat dan delapan (8) langkah pemecahan
masalah. Secara berurutan bisa dilihat di bawah ini :
1. Tujuh (7) perangkat alat dalam GKM:
a. Stratifikasi (Pengelompokan)
Adalah usaha untuk menguraikan dan mengklasifikasikan persoalan
menjadi kelompok-kelompok atau golongan sejenis atau menjadi unsur
tunggal dari persoalan, sehingga persoalan menjadi lebih sederhana dan
mudah dimengerti serta menghindari salah interpretasi.
b. Lembar Periksa (Lembar Data)
Adalah lembaran (sheet) yang digunakan untuk mencatat kegiatan atau
kejadian (data) dengan format yang sudah disiapkan terlebih dahulu. Pengisi
sheet tinggal memberikan tanda pada kolom yang sudah disediakan.
Guna lembar periksa ini selain memudahkan dalam pemeriksaan juga
memudahkan dalam membuat rekapitulasi dan memudahkan analisis terhadap
masalah.

c. Diagram Pareto
Diagram pareto digunakan untuk menampilkan data dengan tujuan
untuk mengetahui suatu penyebab yang memberikan pengaruh yang paling
besar terhadap akibat. Dengan demikian bisa segera dilakukan langkah
perbaikan berdasarkan skala prioritas, yaitu penyebab yang paling besar
pengaruhnya terhadap akibat.
d. Diagram Ishikawa (Tulang Ikan) / Fish Bone Chart
Diagram ini digunakan untuk menggambarkan hubungan antara sebab
dan akibat dari suatu kegiatan. Dengan diagram Ishikawa kita
dapat menjabarkan banyak sekali semua penyebab, mulai dari penyebab yang
paling dekat dengan akibat (masalah), sampai penyebab yang tidak dekat
dengan akibat (masalah). Diagram Ishikawa biasa juga disebut sebagai diagram
Tulang Ikan (Fish Bone Chart) karena melihat bentuk dari anak panah yang
menyerupai tulang ikan.
Untuk memudahkan dalam menginventarisasi semua penyebab yang
berpengaruh terhadap akibat (masalah) dengan menggunakan diagram
Ishikawa harus mempertimbangkan faktor 4M dan 1L yaitu : Mesin, Material,
Metode (cara), Man (orang) dan Lingkungan, yang ditempatkan pada tulang
ikan yang pertama. Secara baku bentuk diagram Ishikawa (tulang ikan) bisa
dilihat di bawah ini:
Untuk menguraikan lebih dalam lagi semua penyebab, sebaiknya
menggunakan metode sumbang saran (brain storming), karena semakin banyak
informasi yang dikumpulkan, semakin baik hasilnya. Selain itu dengan metode
bertanya “mengapa” yang berulang bisa mengefektifkan dalam menguraikan
semua penyebab yang berpengaruh terhadap akibat, baik langsung maupun
tidak langsung. Pertanyaan “mengapa” ini bisa dihentikan, jika dirasakan
pertanyaan “mengapa” tersebut sudah tidak diperlukan karena sudah terbayang
suatu tindakan penanggulangan dari penyebab tersebut.

e. Peta Kendali (Control Chart)


Merupakan grafik garis dengan pencantuman batas maksimum dan
minimum yang merupakan batas daerah pengendalian. Peta kendali juga bisa
dipergunakan untuk mengukur apakah proses (kegiatan produksi) dalam
keadaan terkendali atau tidak. Proses dikatakan dalam keadaan terkendali jika
unit yang diukur berada dalam batas-batas kendali.
Pada peta kendali bisa diketahui adanya penyimpangan tetapi tidak
terlihat penyebab penyimpangan tersebut. Peta kendali hanya menunjukkan
perubahan data dari waktu ke waktu.
Ada beberapa jenis peta kendali, tetapi untuk penyajian data yang sering
dipakai adalah peta kendali X-R, yang bentuknya seperti di bawah ini :

f. Histogram
Histogram adalah diagram berupa diagram batang (balok) yang
menggambarkan penyebaran (distribusi) data yang ada, jadi dengan
menggnakan histogram, data yang dikumpulkan akan dengan mudah
diketahui sebenarnya (distribusinya).

g. Diagram Tebar
Diagram tebar adalah diagram yang digunakan untuk mengetahui
apakah ada korelasi (hubungan) atau tidak antara 2 variabel. Diagram tebar bisa
juga digunakan untuk mengetahui apakah suatu penyebab yang diduga
mempengaruhi atau tidak terhadap akibat (masalah) yang sedang dihadapi.
2. Delapan (8) Langkah dalam QCC

Secara diagram langkah QCC dapat digambarkan secara singkat sebagai


berikut :

a. Langkah 1 : Menentukan Tema Masalah


Tema merupakan kejadian atau masalah yang perlu ditanggulangi oleh
GKM yang diambil dari masalah yang berkembang di lingkungan kerja GKM.
Cara penentuan tema bisa dilakukan 2 cara :
i. Mengambil salah 1 masalah tema) yang menjadi prioritas dari
beberapa masalah yang ada di lokasi kerja gugus. Hal-hal yang
mendasari prioritas ini misalnya masalah tersebut mempunyai peluang
besar kontribusinya terhadap mutu usaha (cost, kualitas produk, safety,
dsb).
ii. Mengambil 1 masalah (tema) yang ada di lokasi kerja gugus yang
menjadi kesepakatan dari semua anggota gugus.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penentuan tema (penilaian masalah) :
i. Menyangkut bidang kerja dan mengacu pada kebijaksanaan
manajemen (perusahaan).
ii. Mampu dipecahkan oleh gugus, terutama pada awal terbentuknya
gugus, sebaiknya memilih tema yang relatif mudah.
iii. Masalah (tema) yang dipilih harus spesifik (tidak terlalu luas),
sehingga siapapun bisa mengerti dengan jelas dengan membaca tema
tersebut.
b. Langkah 2 : Menyajikan Fakta dan Data
Langkah kedua ini ditujukan untuk menyajikan semua fakta dan data yang
diperlukan untuk mendukung beberapa hal, misalnya :
i. Menyajikan data sebagai dasar pemilihan tema (masalah).
ii. Menyajikan data yang menggambarkan masalah yang dihadapi (yang
akan diselesaikan)
Alat-alat yang bisa digunakan pada langkah kedua ini misalnya :
i. Diagram Pareto, digunakan untuk memparetokan semua masalah yang
ada di lokasi kerja sehingga bisa diketahui masalah yang menjadi
prioritas untuk diselesaikan terlebih dahulu.
ii. Histogram, digunakan untuk menyajikan data-data sebagai gambaran
awal dari suatu masalah yang akan diselesaikan.
iii. Peta Kendali, digunakan untuk menyajikan penyimpangan-
penyimpangan dari suatu masalah yang dihadapi dan yang akan
diselesaikan.
iv. Stratifikasi, lembar periksa, yang keduanya bisa digunakan untuk
memulai suatu penentuan tema (masalah)
c. Langkah 3 : Menentukan Penyebab
Menentukan penyebab dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
i. Menentukan semua penyebab yang mungkin berpengaruh terhadap
masalah. Untuk menentukan semua penyebab ini bisa digunakan alat
diagram Tulang Ikan (Ishikawa) dengan teknik sumbang saran yang
melibatkan semua anggota gugus.
ii. Memilih penyebab yang paling mungkin (dominan) di antara semua
penyebab yang ada (point no. 1). Untuk memilih penyebab yang
dominan ini bisa dilakukan 2 cara sesuai dengan karakteristik
penyebabnya.
• Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya bisa dikuantitatifkan,
maka bisa menggunakan diagram pareto sehingga akan dipilih
penyebab yang berpengaruh paling besar, atau bisa menggunakan
diagram tebar sehingga akan diketahui penyebab-penyebab yang
benar-benar memberikan pengaruh terhadap masalah.
• Jika penyebab-penyebab tersebut pengaruhnya tidak bisa
dikuantitatifkan (kualitatif), pemilihan penyebab yang dominan bisa
dilakukan melalui kesepakatan yang melibatkan semua anggota
gugus.

Perlu diingat juga bahwa sering dijumpai dari penyebab-penyebab yang


sudah dikumpulkan sangat sulit untuk menentukan penyebab yang dominan.
Oleh karena itu, pemilihan penyebab yang dominan ini bisa diabaikan dan
semua penyebab yang sudah dkumpulkan tadi langsung dibuat rencana
penanggulangannya (rencana perbaikan).

d. Langkah 4 : Merencanakan Perbaikan


Langkah ke-4 ini bertujuan mencari pemecahan untuk menghilangkan
semua penyebab (penyebab yang dominan) yang sudah ditentukan
sebelumnya. Merencanakan langkah perbaikan di dalam GKM dapat
ditentukan dengan teknik sumbang saran (penyampaian ide) dari semua
anggota gugus dengan tetap mengacu pada pemilihan langkah perbaikan yang
paling efektif dan efisien.
Untuk memudahkan penjabarannya, merencanakan langkah perbaikan
bisa menggunakan prinsip 1H-5W yaitu How, What, Why, Where, Who, dan
When.
e. Langkah 5 : Melaksanakan Perbaikan
Langkah ke-5 ini adalah melaksanakan semua rencana perbaikan yang
sudah disepakati dan dibahas dengan matang oleh semua anggota gugus.
Dalam melaksanakan perbaikan ini perlu dijelaskan juga tentang
pentingnya kesungguhan dan partisipasi penuh dari semua anggota gugus
sesuai tugas yang sudah dibagikan dan diharapkan juga semua pelaksanaan
dari rencana perbaikan bisa diselesaikan sesuai dengan waktu yang disepakati.
f. Langkah 6 : Memeriksa Hasil Perbaikan
Setelah semua rencana sudah dilaksanakan dengan benar sesuai dengan
yang disepakati, maka langkah selanjutnya adalah memeriksa hasil dari
perbaikan tersebut, untuk mengukur apakah semua perbaikan yang dilakukan
oleh gugus bisa menanggulangi penyebab yang mempengaruhi suatu masalah.
Cara memeriksa hasil perbaikan ini bisa dilakukan dengan
membandingkan kondisi masalah sebelum perbaikan dan kondisi masalah
setelah perbaikan atau dengan membandingkan data yang menggambarkan
masalah sebelum perbaikan dan data yang menggambarkan setelah perbaikan.
Penyajian data yang menggambarkan masalah setelah perbaikan
hendaknya menggunakan alat yang sama dengan penyajian data yang
menggambarkan masalah sebelum perbaikan. Jika sebelumnya menggunakan
diagram pareto, maka setelah perbaikan harus menggunakan diagram pareto.
Alat-alat lain yang digunakan di langkah ke-6 selain diagram pareto adalah
lembar periksa, histogram dan peta kendali.
g. Langkah 7 : Standarisasi
Setelah langkah perbaikan yang dilakukan sudah diperiksa dan bisa mengatasi
penyebab masalah yang dihadapi, langkah berikutnya perlu dibuatkan
standarisasi yang bisa dijadikan acuan kerja di lokasi kerja gugus dan
ditujukan pula untuk mencegah masalah yang muncul sebelumnya akan
terulang lagi. Jika perlu standarisasi ini juga bisa disebarluaskan kepada lokasi
kerja yang lain yang sejenis dengan lokasi kerja gugus. Standarisasi yang
dibuat bisa meliputi standar untuk cara kerja (metode), manusia
(operator/mekanik), material, mesin dan lingkungan kerja.
h. Langkah 8 : Merencanakan Langkah Berikutnya
Pada dasarnya merencanakan langkah berikutnya adalah menentukan
masalah selanjutnya yang akan diselesaikan oleh gugus dan prinsipnya sama
dengan penentuan tema masalah seperti di langkah pertama yaitu masalah
yang dipilih untuk diselesaikan bisa melalui 2 cara yaitu :
i. Memilih masalah yang paling prioritas dari masalah-masalah yang ada
di lokasi kerja, atau
ii. Memilih masalah melalui kesepakatan semua anggota gugus

D. OUTPUT
Output merupakan puncak dari penyelesain masalah yang telah di lakukan,
pada metoda quality control circle yang dibahas dalam makalah ini output yang di
hasilkan berupa tercapainya produktivitas alat akibat adanya perbaikan perbaikan
yang dilakukan.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pada penjelasan di atas dapat di simpulkan bahwa metoda Quality
Control Circle (QCC) atau Gugus Kendali Mutu merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh sekelompok orang dalam suatu perusahaan dan dilakukan secara
terus menerus untuk meningkatkan mutu dan produktivitas, jasa dan pelayanan
serta menjaga dan memelihara keselamatan dan lingkungan kerja sehingga dapat
memberikan kontribusi yang optimal bagi pencapaian sasaran perusahaan.
Pada metoda ini tahapan pertama kali yang harus di lakukan adalah
menganalisis masalah yang patut di selesaikan terlebih dahulu, kemudian
menggumpulkan data data penyebab masalah itu bias terjadi dan melakukan
pemecahan masalah dengan menggunakan tujuh (7) perangkat alat dan delapan
(8) langkah pemecahan masalah, sehingga masalah dapat diatasi dan
menghassilkan output sesuai dengan keinginan.

B. SARAN
Sebaikanya dalam mencari masalah yang akan di selesaikan lihat dari
masalah yang memiliki resiko paling tinggi.

Anda mungkin juga menyukai