Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 KATARAK

Kebutaan adalah masalah kesehatan masyarakay yang serius bagi tiap negara, terutama
pada negara-negara berkembang, dimana 9 dari 10 tunanetra hidup disana, demikian dikatakan
oleh Direktur Jendral WHO, Dr. Groharlem Bruntland. Kebutaan akan berdampak secara sosial
dan ekonomi. Sebenarnya, 75% kebutaan di dunia ini dapat dicegah atau diobati. Salah satunya
kebutaan yang disebabkan oleh katarak.

Katarak adalah kekeruhan atau perubahan warna pada lensa. Baik itu kekeruhan lensa
yang kecil, lokal atau seluruhnya. Pada umumnya katarak terjadi karena proses penuaan, tetapi
banyak fakto-faktor lainnya, yaitu kelainan genetik atau kongenital, penyakit sistemik, obat-
obatan, dan trauma. Peningkatan kasus katarak biasanya banyak terjadi pada usia diatas 70
tahun. Faktanya, katarak katarak yang berhubungan dengan usia terjadi kira-kira 50% pada
orang dengan usia 65-74 tahun dan 70% pada usia 75 tahun. Katarak sebagian besar umumnya
menyebabkan penglihatan menurun (tidak dapat dikoreksi dengan kacamta).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) memiliki catatan yang menakutkan tentang kondisi
kebutaan di dunia khususnya di negara berkembang. Disebutkan, saat ini terdapat 45 juta
penderita kebutaan di dunia 60% diantaranya berada di negara miskin atau berkembang.
Indonesia, dalam catatan WHO berada diurutan ketiga dengan terdapat angka kebutaan sebesar
1,47%.

1.2. ANATOMI DAN FISIOLOGI MATA

Anatomi dan fisiologi mata sangat rumit dan mengaggumkan. Secara konstan mata
menyesuaikan jumlah cahaya yang masuk, memusatkan perhatian pada objek yang dekat dan
jauh serta menghasilkan gambaran yang kontinu yang dengan segera dihantarkan ke otak.

Mata memiliki struktur sebagai berikut :

 Sklera (bagian putih mata) : merupakan lapisan luar mata yang bewarna putih dan relatif
kuat.
 Konjungtiva : selaput tipis yang melapisi bagian dalam kelopak mata dan bagian sclera.
 Kornea : struktur transparan yang menyerupai kubah, merupakan pembungkus dari iris,
pupil dan bilik anterior serta membantu memfokuskan cahaya.
 Pupil : daerah hitam ditengah-tengah iris.
 Iris : jaringan bewarna yag berbentuk cincin, menggantung di belakang kornea dan di
depan lensa, berfungsi mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata dengan cara merubah
ukuran pupil.
 Lensa : struktur cembung ganda yang tergantung diantara humor aquos dan vitreus,
berfungsi membantu memfokuskan cahaya ke retina.
 Retina : lapisan jaringan peka cahaya yang terletak dibagian belakang bola mata, berfungsi
mengirimkan pesan visual melalui saraf optikus ke otak.
 Saraf optikus : kumpulan jutaan serat saraf yang membawa pesan visual ke otak.
 Humor aqueus : caian jernih dan encer yang mengalir diantara lensa dan kornea (mengisi
segmen anterior bola mata) serta merupakan sumber makanan bagi lensa dan kornea,
dihasilkan oleh processus ciliaris.
 Humor vitreus : gel transparan yang terdapat di belakang lensa dan di depan retina
(mengisi segmen posterior mata)

Gambar 1. (http://doctorology.net/wp-content/uploads/2009/03/eye.jpg&imgrefurl)
1.2.1 ANATOMI LENSA

Pada manusia, lensa mata bikonveks, tidak mengandung pembuluh darah (avaskular),
tembus pandang, dengan diameter 9 mm dan tebal 5 mm. Ke depan berhubungan dengan cairan
bilik mata, ke belakang berhubungan dengan badan kaca. Digantung oleh Zunula zinii
(Ligamentum suspensorium lentis), yang menghubungkannya dengan korpus siliaris.
Permukaan posterior lebih cembung daripada permukaan anterior. Lensa diliputi oleh kapsula
lentis, yang bekerja sebagai membran yang sempermiabel, yang akan memperoleh air dan
elktrolit untuk masuk.

Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapsular. Nukleus lensa lebih keras daripada
korteksnya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat lamelar subepitel terus diproduksi,
sehingga lensa lama-kelamaan menjadi lebih besar dan kurang elastik. Nukleus dan korteks
terbentuk dengan persambungan lamellae ini ujung ke ujung berbentuk ( Y ) bila dilihat dengan
slitlamp. Bentuk ( Y ) ini tegak di anterior dan terbalik di posterior. Lensa ditahan ditempatnya
oleh ligamen yang dikenal zonula zinii, yang tersusun dari banyak fibril dari permukaan korpus
siliaris dan menyisip ke dalam ekuator lensa.

Lensa terdiri atas 65% air dan 35% protein (kandungan tertinggi diantara jaringan-
jaringan tubuh), dan sedikit sekali mineral yang biasa berada di dalam jaringan tubuh lainnya.
Kandungan kalium lebih tinggi di lensa daripada dikebanyakan jaringan lain. Asam askorbat
dan glutation terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah atau saraf di lensa.

Gambar 2. (http://duniamata.blogspot.com/2010/05/struktur-lainnya-lensa-
kristalina.html&usg)
I.2.2 FISIOLOGI LENSA

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Utuk memfokuskan
cahaya datang dari jauh, otot-otot siliaris relaksasi, menegangkan serat zonula zinii dan
memperkecil diamter anteroposterior lensa sampai ukurannya yang terkecil, dalam posisi ini
daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya paralel akan terfokus ke retina. Untuk
memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula
berkurang. Kapsul lensa yang elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis
diiringi oleh peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologis antar zonula, korpus siliaris, dan
lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai akomodasi.

Pada orang dewasa lensanya lebih padat dan bagaian posterior lebih konveks. Proses
sklerosis bagian sentral lensa, dimulai pada masa kanak-kanak dan terus berlangsung perlahan-
perlahan sampai dewasa dan setelah ini proses bertambah cepat, dimana nukleus menjadi besar
dan korteks bertambah tipis. Pada orang tua lensa lebih besar, lebih gepeng, warnanya
kekuningan, kurang jernih dan tampak seperti “ gray reflek “ atau “senil reflek”, yang sering
disangka katarak. Karna proses sklerosis ini lensa menjadi kurang elastis dan daya
akomodasinya berkurang. Keadaan ini disebut presbiopia, dimana pada orang Indonesia
dimulai pada usia 40 tahun.

1.3 PEMERIKSAAN LENSA

Pemeriksaan yang dilakukan pada enyakit lensa adalah pemeriksaan tajam penglihatan
dan dengan melihat lensa melalui slit lamp, oftalmoskop, penlight, loop, sebaiknya dengan
pupil dilatasi.

1.4 METABOLISME LENSA NORMAL

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium dan
kalium). Kedua kation berasal dari humor aqueus dan vitreus. Kadar kalium dibagian anterior
lensa lebih tinggi dibandingkan posterior, sedangkan kadar Natrium lebih tinggi dibagian
posterior lensa. Ion kalium bergerak ke bagian posterior dan keluar ke humor aqueus, dari luar
ion natrium masuk secara difusi bergerak ke bagian anterior untuk menggantikan ion kalium
dan keluar melalui pompa aktif Na-K ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan
didalam oleh Ca-ATPase.
BAB II

PEMBAHASAN

II.1 DEFINISI

Katarak berasal dari Yunani “Katarrhakies”, Inggris “Cataract”, Latin “Cataracta” yang
berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular dimana seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat
hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa, proses penuaan.

Kekeuruhan ini menyebabkan sulitnya cahaya untuk mencapai retina, sehingga


penderita katarak mengalami gangguan penglihatan dimana objek terlihat kabur. Mereka
mengidap kelainan ini mungkin tidak menyadari telah mengalami gangguan katarak apabila
kekeruhan tidak terletak dibagian tengah lensanya.

Gambar 3. (http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)

Gangguan penglihatan yang dirasakan oleh penderita katarak tidak terjadi secara instan,
melainkan terjadi berangsur-angsur, sehingga penglihatan penderita terganggu secara tetap
atau penderita mengalami kebutaan. Katarak tidak menular dari satu mata ke mata yang lain,
namun dapat terjadi pada kedua mata secara bersamaan.

Katarak biasanya berkembang lambat selama beberapa tahun dan pasen mungkin
meninggal sebelum diperlukan pembedahan. Apabila diperlukan pembedahan maka
pengangkatan lensa akan memperbaii ketajaman penglihtan pada > 90% kasus.sisanya
mungkin mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius misalnya
glaukoma, ablasio retina, atau infesi yang menghambat pemulihan daya pandang.

Gambar 4.(http://medicastore.com/images/katarak2.jpg&imgrefurl)

II.2 ETIOLOGI

Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi,
katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda.

Penyebab katarak lainnya meliputi:

a. Faktor keturunan
b. Cacat bawaan sejak lahir
c. Masalah esehatan, misalnya diabetes
d. Pengguanaan obat tertentu, khususnya steroid
e. Gangguan pertumbuhan
f. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama
g. Asap rokok
h. Operasi mata sebelumnya
i. Trauma (kecelakaan) pada mata
j. Faktor-faktor lainnya yang belum diketahui
II.3 PATOFISIOLOGI

Terdapat 2 teori yang menyebabkan terjadinya katarak yaitu teori hidrasi dan sklerosis:

1. Teori hidrasi terjadi kegagalan mekanisme pompa aktif pada epitellensa yang berada di
subkapsular anterior, sehingga air tidak dapatdikeluarkan dari lensa. Air yang banyak
ini akan menimbulkan bertambahnya tekanan osmotik yangmenyebabkan kekeruhan
lensa.
2. Teori sklerosis lebih banyak terjadi pada lensa manula dimana serabutkolagen terus
bertambah sehingga terjadi pemadatan serabut kolagendi tengah. Makin lama serabut
tersebut semakin bertambah banyak sehingga terjadilah sklerosis nukleus lensa.

Perubahan yang terjadi pada lensa usia lanjut:


1. Kapsula
1. Menebal dan kurang elastic (1/4 dibanding anak)
2. Mulai presbiopiac
3. Bentuk lamel kapsul berkurang atau kabur
4. Terlihat bahan granular
2. Epitel-makin tipis
 Sel epitel (germinatif pada ekuator bertambah besar dan berat)
 Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata
3. Serat lensa
 Serat irraguler
 Pada korteks jelas kerusakan serat sel
 Brown sclerotic nucleu, sinar UV lama kelamaan merubah
proteinnukelus lensa, sedang warna coklat protein lensa
nucleusmengandung histidin dan triptofan disbanding normal
 Korteks tidak berwarna karenai kadar asam askorbat tinggi dan
menghalangi foto oksidasi.
Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparasi, akibat perubahan pada serabut halus multipel
yang memanjang dari badan siliar ke sekitar daerah di luar lensa, misalnya menyebabkan
penglihatan mengalami distorsi. Pada protein lensa menyebabkan koagulasi, sehingga
mengakibatkan pandangan dengan penghambatan jalannya cahaya ke retina.
II.4 KLASIFIKASI KATARAK

A. Menurut kejadian
1. Katarak Developmental
2. Katara Degeneratif
B. Menurut Umur
1. Katarak kongenital
2. katarak juvenil
3. katarak senil
C. Menurut Konsistensi
1. Katarak cair
2. Katarak lunak
3. Katarak keras
D. Menurut lokasi kekeruhannya
1. Katarak nukleus
2. Katarak kortikal
3. Katarak subskapular
E. Menurut warna
1. Katarak nigra ( Hitam)
2. Katarak rubra (Merah)
3. Katarak Brusnesecent (coklat)
F. Menurut bentuk kekeruhan
1. Katarak pungtata
2. Katarak stelata
3. Katarak linier
II.4.1. KATARAK DEVELOPMENTAL

II.4.1.1 Katarak Kongenital

Katarak kongenital adalah katarak yang ditemukan pada bayi ketika lahir (atau
beberapa saat kemudian) dan berkembang pada tahun pertama dalam hidupnya. Katarak
kongenital bisa merupakan penyakit keturunan (diwariskan secara autosomal dominan) atau
bisa disebabkan oleh infeksi kongenital, seperti campak Jerman, berhubungan dengan penyakit
anabolik, seperti galaktosemia. Katarak kongenital dianggap sering ditemukan pada bayi yang
dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit misalnya Diabetes Melitus. Jenis katarak ini
jarang sering terjadi. Faktor risiko terjadinya katarak kongenital adalah penyakit metabolik
yang diturunkan, riwayat katarak dalam keluarga, infeksi virus pada ibu ketika bayi masih
dalam kandungan.

Gambar 5. Katarak Kongenial (http://drshafa.wordpress.com/2010/03/09/katarak-


kongenital/&usg)

Kekeruhan pada katarak kongenital dijumpai dalam berbagai bentuk, antara lain :

a. Katarak Hialoidea yang persisten


Arteri hialoidea merupakan cabang dari arteri retina sentral yang memberi makan pada
lensa. Pada usia 6 bulan dalam kandungan, arteri hialoidea mulai diserap sehingga pada
keadaan normal, pada waktu bayi lahir sudah tidak nampak lagi. Kadang-kadang penyerapan
tidak berlangsung sempurna, sehingga masih tertinggal sebagai bercak putih dibelakang lensa,
berbentuk ekor yang dimulai di posterior lensa. Gangguan terhada visus tidak begitu banyak.
Visus biasanya 5/5, kekeruhannya statisioner, sehingga tidak memerlukan tindakan.
b. Katarak Polaris Anterior
Berbentuk piramid yang mempunyai dasar dan puncak, karena itu disebut juga katarak
piramidalis anterior. Puncaknya dapat kedalam atau keluar. Keluhan terutama mengenai
penglihatan yang kabur waktu terkena sinar, karena pada waktu ini pupil mengecil, sehingga
sinar terhalang oleh kekeruhan di polus anterior. Sinar yang redup tidak terlalu mengganggu,
karena pada cahaya redup, pupil melebar, sehingga lebih banyak cahaya yang dapat masuk.
Pada umumnya tiddak menimbulkan gangguan stationer, sehingga tidak memerlukan tinakan
operatif. Dengan pemberiann midriatika, seperti sulfas atropin 1% atau homatropin 2% dapat
memperbaiki visus, karena pupil menjadi lebih lebar, tetapi terjadi pula kelumpuhan dari Mm.
Siliaris, sehingga tidak dapat berakomodasi
c. Katarak Polaris Posterior
Kekeruhan terletak di polus posterior. Sifat-sifatnya sama dengan katarak polaris anterior.
Juga stationer, tidak menimbulkan banyak ganggan visus, sehingga tidak memerlukan tindakan
operasi. Tindakan yang lain sama dengan katarak polaris anterior.
d. Katarak Aksialis
Kekeruhan terletak pada aksis pada lensa. Kelainan dan tindakan sama dengan katarak
polaris posterior
e. Katarak Zonularis
Mengenai daerah tertentu, biasanya disertai kekeruhan yang lebih padat, tersusun sebagai
garia-garis yang mengelilingi bagian yang keruh dan disebut riders , merupakan tanda khas
untuk katarak zonularis. Paling sering terjadi pada anak-anak, kadang herediter dan sering
disertai anamnesa kejang-kejang. Kekeruhannya berupa cakram (diskus), mengelilingi bagian
tengah yang jernih.
f. Katarak Stelata
Kekeruhan terjadi pada sutura, dimana serat-serat dari substansi lensa bertemu, yang
merupakan huruf Y yang tegak di depan dan huruf Y terbalik di belakang. Biasanya tidak
banyak mengganggu visus, sehingga tidak memerlukan pengobatan.
g. Katarak kongenital membranasea
Terjadi kerusakan dai kapsul lensa, sehingga substansi lensa dapat keluar dan di serap, maka
lensa semakin menadi tipis dan akhirnya timbul kekeruhan seperti membran.
h. Katarak kongenital total
Katarak kongenital total disebabkan gangguan pertumbuhan akibat peradangan intrauterin.
Katarak ini mungkin herediter atau timbul tanpa diketahui sebabnya. Lensa tampak putih, rata,
keabu-abuan seperti mutiara.
II.4.2 Katarak Juvenil

Katarak juvenil terjadi pada anak-anak sesudah lahir, termasuk kedalam katarak
Developmental, karena terjadi pada waktu masih terjadinya perkembangan serat-serat lensa.
Konsistensinya lembek seperi bubur disebut juga “soft cataract” . katarak juvenil biasanya
merupakan kelanjutan katarak kongenital.

Pada katarak kongenital bilateral yang lengkap, operasi harus dikerjakan pada bulan
pertama, sejarak katarak itu diketahui pada kedua mata. Katarak unilateral lengkap biasanya
akibat trauma. Tindakan pembedahan harus dilakukan jangan melebihi 6 bulan setelah katarak
itu diketahui, untuk menghindari ambliopia dan terjadinya strabismus.

Pengobatan pada katarak kongenital

Tindakan pengobatan pada katarak kongenital adalah opersai.

 Operasi katarak kongenital dilakukan bila reflek fundus tidak tampak.


 Biasanya bila katarak bersifat total, opersi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih
muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

Pengobatan katarak bergantung pada :

1. Katarak total bilateral, dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak
terlihat.
2. Katarak total unilateral, dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum
terjadinya juling, bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak dilakukan
tindakan segera.
3. Katarak total atau katarak unilateral, mempunyai prognosis yang buruk, karena mudah
sekali terjadinya ambliopia, karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin,
dan diberikan kacamata segera.
4. Katarak bilateral partial, biasanya pengobatan lebih konservatif sehingga sementara dapat
dicoba dengan kacamata atau midriatika, bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai
dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan, biasanya
prognosis yang ebih baik.Tindakan pengobatan pada katarak kngenital yang umum dikenal:
1. Disisio lensa
2. Ekstraksi linier
3. Ekstraksi degan aspirasi
II.3.2 KATARAK DEGENERATIF

Katarak degeneratif dibagi menjadi dua, yaitu primer dan komplikata.


1. Katarak Primer
Katarak primer menurut usia :
 Katarak presenile, usia 40-50 tahun
 Katarak senilis, usia lebih dari 50 tahun.

A. Katarak Senilis
Katarak senilis semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu diatas usia 50
tahun keatas

Gambar 6. Katarak Senilis


(http://www.sciencephoto.com/image/256584/large/M1550179)

Katarak senilis merupakan katarak yang sering dijumapai. Satu-satunya gejala adalah
distorsi penglihatan dan pengihatan yang semakin kabur. Katarak ini biasanya berkembang
lambat selama beberapa tahun, dan pasien mungkin meninggal sebelum timbul indikasi
pembedahan. Apabila diindikasikan pembedahan, maka eksraksi lensa akan secara definitif
akan memperbaiki ketajaman penglihatan pada lbih dari 90% kasus. Sisanya (10%)
mungkin telah mengalami kerusakan retina atau mengalami penyulit pasca bedah serius
misalnya glaukoma, ablasi retina, perdarahan korpus vitreum, infeksi atau pertumbuhan
epitel ke bawah kamera okuli anterior yang menghambat pemulihan visual.

Perubahan lensa pada usia lanjut :

 Kapsul : menebal dan kurang elastis (1/4 dibanding anak), mulai presbiopia, bentuk
lamel kapsul berkurang atau kabur, terlihat bahan granular.
 Epitel makin tipis : sel epitel pada equator bertambah berat dan besar
 Serat lensa : lebih iregular, pada korteks jelas kerusakan serat sel, brown slerosis
nucleus , sinar UV lama kelamaan merubah protein nukleus lensa, korteks tidak
bewarna.

Secara klinis katarak seniis dapat dibagi dalam 4 stadium, yaitu :

 Insipien
 Imatur
 Matur
 Hipermatur

1. Stadium Insipien
Pada stadium ini belum menimbulkan gangguan visus. Visus pada stadium ini bisa
normal atau 6/6 – 6/20. Dengan koreksi, visus masih dapat 5/5 – 5/6. Kekeruhan
terutamaterdapat pada bagian perifer berupa bercak-bercak seperti baji (jari-jari roda),
terutama mengenai korteks anterior, sedangkan aksis masih terlihat jernih. Gambaran ini
disebut Spokes of wheel, yang nyata bila pupil dilebarkan.
2. Stadium Imatur
Sebagian lensa keruhtetapi belum mengenai seluruh lapis lensa. Visus pada stadium ini
6/60 – 1/60. Kekeruhan ini terutama terdapat dibagian posterior dan bagian belakang
nukleus lensa. Kalau tidak ada kekeruhan di lensa, maka sinar dapat masuk ke dalam mata
tanpa ada yang dipantulkan. Oleh karena kekeruhan berada di posterior lensa, maka sinar
oblik yang mengenai bagian yang keruh ini, akan dipantulkan lagi, sehingga pada
pemeriksaan terlihat di pupil, ada daerah yang terang sebagai reflek pemantulan cahaya pada
daerah lensa yang eruh dan daerah yang gelap, akibat bayangan iris pada bagian lensa yang
keruh. Keadaan ini disebut shadow test (+).
Pada stadium ini mungkin terjadi hidrasi korteks yang mengakibatkan lensa menjadi
cembung, sehingga indeks refraksi berubah karena daya biasnya bertambah dan mata
menjadi miopia. Keadaan ini dinamakan intumesensi. Dengan mencembungnya lensa iris
terdorong kedepan, menyebabkan sudut bilik mata depan menjadi lebih sempit, sehingga
dapat menimbulkan glaukoma sebagai penyulitnya.
3. Stadium Matur
Kekeruhan telah mengenai seluruh massa lensa, sehingga semua sinar yang melalui
pupil dipantulkan kembali ke permukaan anterior lensa. Kekeruhan seluruh lensa yang bila
lama akan mengakibatkan klasifikasi lensa. Visus pada stadium ini 1/300. Bilik mata depan
akan berukuran kedalaman normal kembali, tidak terdapat bayangan iris pada lensa yang
keruh, sehingga uji bayangan iris negatif (shadow test (-) ). Di pupil tampak lensa seperti
mutiara.
4. Stadium Hipermatur
Pada stadium hipermatur terjadi proses degenerasi lanjut yang dapat menjadi keras atau
lembek dan mencair. Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga
lensa menjadi mengecil, bewarna kuning dan kering. Visus pada stadium ini 1/300 – 1/~.
Pada pemeriksaan terlihat bilik mata dalam dan lipatan kapsul lensa. Kadang-kadang
pengkerutan berjalan terus sehingga berhubungan dengan zonula zinii menjadi kendur. Bila
proses kekeruhan berjalan lanjut disertai kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi
dan cair tidak dapat keluar, maka korteks akan memperlihtkan bentuk sebagai sekantung
susu disertai dengan nukleus yang terbenam di dalam korteks lensa karena lebih berat.
Keadaan ini disebut katarak morgagni.

Katarak matur katarak traumatik


Gambar 9. Perbandingan penglihatan normal dan katarak

II.3.3 PENATALAKSANAAN KATARAK

Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur operasi. Akan tetapi jika gejala katarak
tidak mengganggu, tindakan operasi tidak diperlukan. Kadang kala cukup dengan mengganti
kacamata. Sejauh ini tidak ada obat-obatan yang dapat menjernihkan lensa yang keruh. Namun,
aldose reductase inhibitor, diketahui dapat menghambat konversi glukosa menjadi sorbitol,
sudah memperlihatkan hasil yang menjanjikan dalam pencegahan katarak gula pada hewan.
Obat anti katarak lainnya sedang diteliti termasuk diantaranya agen yang menurunkan kadar
sorbitol, aspirin, agen glutathioneraising, dan antioksidan vitamin C dan E.
Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa. Lebih dari
bertahun-tahun, tehnik bedah yang bervariasi sudah berkembang dari metode yang kuno hingga
tehnik hari ini phacoemulsifikasi. Hampir bersamaan dengan evolusi IOL yang digunakan,
yang bervariasi dengan lokasi, material, dan bahan implantasi. Bergantung pada integritas
kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan
ekstra capsuler cataract ekstraksi (ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum
tentang tiga prosedur operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE,
dan phacoemulsifikasi.

1. Intra Capsuler Cataract Ekstraksi (ICCE)


Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama kapsul. Seluruh lensa
dibekukan di dalam kapsulnya dengan cryophake dan depindahkan dari mata melalui incisi
korneal superior yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan
lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak sekunder dan
merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama populer. ICCE tidak boleh dilakukan
atau kontraindikasi pada pasien berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai
ligamen hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini astigmatisme,
glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extra Capsular Cataract Extraction (ECCE)


Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan pengeluaran isi lensa dengan
memecah atau merobek kapsul lensa anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat
keluar melalui robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien
dengan kelainan endotel, bersama-sama keratoplasti, implantasi lensa intra ocular
posterior, perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan
dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya prolaps badan kaca,
mata sebelahnya telah mengalami prolap badan kaca, sebelumnya mata mengalami ablasi
retina, mata dengan sitoid macular edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit
pada saat melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit yang dapat
timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak sekunder.

3. Teknik operasi Small Incision Cataract Surgery (SICS)


Teknik ini merupakan teknik pembedahan kecil.teknik ini dipandang lebih menguntungkan
karena lebih cepat sembuh dan murah.
4. Fakoemulsifikasi
Fakoemulsifikasi mengacu pada operasi, di mana katarak rusak dengan energi ultrasound
dan diangkat melalui sayatan kecil. Karena operasi dilakukan melalui sayatan kecil,
pemulihan pun cepat. Banyak pasien mencapai penglihatan yang baik pada hari pertama
setelah operasi. Dalam kebanyakan kasus, jahitan tidak diperlukan, sehingga pemulihan
lebih cepat dan kenyamanan yang lebih baik setelah operasi. Karena fakoemulsifikasi
merupakan operasi cepat dan aman, kebanyakan pasien melakukan operasi ini sebagai
prosedur yang tidak harus inap hospital. Operasi fakoemulsifikasi biasanya membutuhkan
waktu 20-30 menit. Tehnik ini bermanfaat pada katarak kongenital, traumatik, dan
kebanyakan katarak senilis. Tehnik ini kurang efektif pada katarak senilis padat, dan
keuntungan incisi limbus yang kecil agak kurang kalau akan dimasukkan lensa intraokuler,
meskipun sekarang lebih sering digunakan lensa intra okular fleksibel yang dapat
dimasukkan melalui incisi kecil seperti itu.

Gambar 1.1 katarak diputus dan dihapus dengan gelombang ultrasound dari sebuah jarum
berongga.
Sumber: Ming PY. Operasi Katarak. [internet]. [cited on Oct 2016] Available from:
http://www.jerrytaneyesurgery.com/docs/operasi_katarak_kencan_edisi_6_tahun_1_2
011_id.pdf
Gambar 1.2 Lensa intraocular disuntikkan

Sumber: Sumber: Ming PY. Operasi Katarak. [internet]. [cited on Oct 2016] Available from:
http://www.jerrytaneyesurgery.com/docs/operasi_katarak_kencan_edisi_6_tahun_1_2
011_id.pdf
Perawatan pasca bedah
Jika digunakan tehnik insisi kecil, maka penyembuhan pasca operasi biasanya lebih pendek.
Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari itu juga, tetapi dianjurkan untuk bergerak dengan hati-
hati dan menghindari peregangan atau mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan,
olahraga berat jangan dilakukan selama 2 bulan. Matanya dapat dibalut selama beberapa hari
pertama pasca operasi atau jika nyaman, balutan dapat dibuang pada hari pertama pasca operasi
dan matanya dilindungi pakai kacamata atau dengan pelindung seharian. Kacamata sementara
dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien dapat melihat dengan
baik melui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata permanen (Biasanya 6-8 minggu
setelah operasi).
Selain itu juga akan diberikan obat untuk:

1) Mengurangi rasa sakit, karena operasi mata adalah tindakan yang menyayat maka
diperlukan obat untuk mengurangi rasa sakit yang mungkin timbul benerapa jam setelah
hilangnya kerja bius yang digunakan saat pembedahan.
2) Antibiotik mencegah infeksi, pemberian antibiotik masih dianggap rutin dan perlu
diberikan atas dasar kemungkinan terjadinya infeksi karena kebersihan yang tidak
sempurna.
3) Obat tetes mata streroid. Obat yang mengandung steroid ini berguna untuk mengurangi
reaksi radang akibat tindakan bedah.
4) Obat tetes yang mengandung antibiotik untuk mencegah infeksi pasca bedah.

Hal yang boleh dilakukan antara lain:

1) Memakai dan meneteskan obat seperti yang dianjurkan


2) Melakukan pekerjaan yang tidak berat
3) Bila memakai sepatu jangan membungkuk tetapi dengan mengangkat kaki keatas.

Yang tidak boleh dilakukan antara lain:


1) Jangan menggosok mata
2) Jangan membungkuk terlalu dalam
3) Jangan menggendong yang berat
4) Jangan membaca yang berlebihan dari biasanya
5) Jangan mengedan keras sewaktu buang air besar
6) Jangan berbaring ke sisi mata yang baru dibedah
BAB III

KESIMPULAN

Katarak adalah abnormalitas pada lensa mata berupa kekeruhan lensa yang
menyebabkan tajam penglihatan penderita berkurang. Katarak merupakan penyebab kebutaan
nomor 1 di seluruh dunia. Hal ini didukung oleh factor usia, radiasi dari sinar ultraviolet,
kurangnya gizi dan vitamin serta factor tingkat kesehatan dan penyakit yang diderita. Penderita
katarak akan mengalami gejala-gejala umum seperti penglihatan mulai kabur, kurang peka
dalam menangkap cahaya (fotofobia) sehingga cahaya yang dilihat hanya berbentuk lingkaran
semu, lambut laun akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih di bagian tengah lensa
kemudian penderita katarak akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan
menghasilkan bayangan yang kabur pada retina.
Katarak ada beberapa jenis menurut etiologinya yautu katarak senile, congenital,
traumatic, toksis, asosiasi, dan komplikata. Katarak hanya dapat diatasi melalui prosedur
operasi. Ada 4 jenis teknik operasi katarak yaitu ICCE, ECCE, Phacoemulsification, SICS.
Akan tetapi jika gejala tidak mengganggu tindakan operasi tidak diperlukan, kadang kala hanya
dengan mengganti/menggunakan kacamata. Karena kekeruhan (opasitas) sering terjadi akibat
bertambahnya usia sehingga tidak diketahui pencegahan yang efektif untuk katarak yang paling
sering terjadi.

Anda mungkin juga menyukai