BAB I
PENDAHULUAN
1
https://nasional.kompas.com/read/2019/04/16/09234691/sejumlah-modus-kecurangan-pemilu-yang-perlu-
diwaspadai diakses tanggal 17 Desember 2019
kecurangan dapat dilakukan oleh kedua belah pihak demi kepentingan politik tersebut.
Dalam kasus kecurangan pemilu atau pemilihan umum sudah sering dijumpai hingga pada
akhirnya membuat opini publik akan menjadi negatif tentang adanya pemilu, hal itu juga
yang mendasari adanya kejadian Golput atau golongan putih untuk tidak menggunakan
hak suaranya dalam pemilu. Hal ini diperkuat dengan data yang dikeluarkan oleh Komisi
Pemilihan Umum mengenai jumlah golongan putih yang terdapat pada pemilu legislatif
tahun 2014 lalu sebesar 46.252.098 orang atau sekitar 24,89% dari Daftar Pemilih Tetap
(DPT) yang berjumlah 185.826.024 orang. Dengan jumlah golongan putih yang cukup
besar ini menandakan bahwa masyarakat masih belum proaktif untuk turut menentukan
nasib bangsanya untuk beberapa tahun ke depan, padahal pada Undang-Undang No. 12
Tahun 2003 Pasal (1) ayat (1) yang berbunyi Pemilihan umum yang selanjutnya disebut
Pemilu adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Melalui bunyi Undang-Undang tersebut dapat digaris bawahi
bahwa Pemilu merupakan sarana kedaulatan rakyat sehingga aspirasi dan hak pilih rakyat
benar-benar diperlukan
Perlu diketahui masih banyak sekali jenis kecurangan yang terjadi dalam proses
pemilu salah satunya adalah penggandaan atau pemalsuan data E-KTP. Kasus
penggandaan atau pemalsuan data E-KTP ini terjadi dengan berbagai alasan dan
dilakukan oleh oknum oknum yang memang mencari keuntungan dari Pemilu tersebut.
Kasus yang ditemukan oleh beberapa media salah satunya tulisan berita dari Kompas.com
menyebutkan bahwa adanya penjualan blanko E-KTP yang telah beredar dipasaran, dan
penjualan ini dilakukan di beberapa situs online untuk mendapatkan blanko tersebut.
Menurut penelusuran Kompas, di Pasar Pramuka Pojok, Salemba, satu lembar blangko E-
KTP dipasarkan seharga Rp150 ribu untuk blangko E-KTP bekas dan Rp200 ribu untuk
blangko E-KTP baru. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) menemukan penjualan di
toko online. Salah satu penjual diketahui adalah anak pejabat di Dinas Kependudukan dan
Catatan Sipil, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung.2
Tidak bisa dipungkiri cara Pemilu di Indonesia memang masih tetap sama yaitu
dengan melakukan pemilihan calon pemimpin dengan manual. Mengingat
perkembangan teknologi diera saat ini sudah maju, Indonesia masih berusaha atau
beruapaya menuju negara yang akan memudahkan seseorang memenuhi kebutuhannya
dengan kemajuan teknologi. Dengan banyaknya permaslahan kecurangan yang sudah
tersebar setiap tahunnya, dan demi mencegah kecurangan saat pemilu selalu terjadi,
maka diharapkan KPU memakai sistem pemilu secara online. Pemilu secara online ini
dapat mengurangi risiko kecurangan yang terjadi saat pemilu berlangsung setiap
tahunnya dan dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk dapat menggunakan
hak pilihnya dengan benar. Dalam proses pemilu online masih akan sama dengan
peraturan sebelumnya seperti pemilih harus memiliki data KTP dan dapat menggunakan
hak pilihnya saat berumur 17 tahun, Namun dalam proses pemilu online yang diusulkan
kali ini akan dihadirkan sebuah aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk
mendapatkan keamanan data pribadinya dan tidak disalahgunakan oleh oknum oknum
tidak bertanggung jawab.
Menghadapi kasus seperti ini, Pemeruntah hendaknya mengambil langkah besar
seperti memanfaatkan pengaruh globalisasi yang semakin merambah ke dalam semua
aspek kehidupan masyarakat. Pengaruh globalisasi diantaranya dalam bidang
transportasi, komunikasi, dan IPTEK. Pengaruh globalisasi dalam bidang IPTEK inilah yang
dapat dimanfaatkan Pemerintah untuk mengoptimalkan pengamanan data pribadi dan
hak pilih masyarakat seutuhnya. Salah satu hal yang dapat dicanangkan adalah
implementasi Pemilu dengan berbasis online. Maka dari itu program krevitas ini diberi
judul Pemilihan Umum Berbasis Online Sebagai Upaya Pengamanan Data Pribadi Melalui
Aplikasi Pemilu di Era Digital.
2
https://beritagar.id/artikel/berita/penjualan-e-ktp-dikhawatirkan-disalahgunakan-dalam-pemilu diakses tanggal
20 November 2019
1.2 Tujuan dan Manfaat Gagasan
Gagasan tertulis yang diberikan yaitu tidak lain memanfaatkan kemajuan IPTEK
dengan menciptakan aplikasi Pemilu Berbasis Online sebagai upaya pengamanan data
pribadi. Keamanan data pribadi yang telah masuk dalam aplikasi yang dapat diunggah
lewat smartphone. Ini sangat efektif dan efesien, terutama dalam hal keamanan. Selain
dalam keamanan juga dapat mengefesiensi waktu dan menerapkan kemajuan IPTEK
dalam keikutsertaan politik sehingga diharapkan tidak akan terjadinya kesalahan ataupun
kecurangan lainnya jika dilakukan secara online.
Pemilu berbasis online ini dengan aplikasi akan menekan tingkat kecurangan
dalam pemalsuan data pribadi dalam pemilu sangat rendah, karena dalam menggunakan
aplikasi tersebut, seseorang akan diberikan nomor identitas berbeda serta barcode yang
akan tersimpan dalam database aplikasi tersebut dan dapat digunakan selama Pemilu
berlangsung. Dengan demikian pemilu dapat berjalan lancar karena keseluruhan data
pribadi masyarakat tidak akan dapat digandakan ataupun dipalsukan secara sengaja.
Kemudian seseorang akan menuju ke TPS untuk menggunakan hak suaranya dengan men-
scan barcode sekaligus pendataan nomor identitas pemilu yang telah tertera pada
aplikasi dengan pengawasan dari panitia setempat.
Dalam gagasan sebelumnya memang banyak sekali yang mengusulkan mengenai
Pemilu berbasis Online namun setelah diamati kembali tidak ada gagasan yang
membahas mengenai kemanan data pribadi dalam melakukan pemilu. Melihat kasus yang
telah diuraikan diatas sangat sering terjadi, maka dalam gagasan ini akan adanya
perubahan darisebelumnya yaitu dengan menambahkan kemanan data pribadi dalam
pemilu.
Selain itu, tujuan lainnya adalah meningkatkan sumber daya manusia dan tingakt
kepercayaan dalam keamanan data pribadi untuk melakukan pemilihan umum.
Masyarakat Indonesia terbiasa dengan pola pemilihan umum yang manuak sehingga
untuk dapat menyesuaikan dengan kondisi saat yang syaratnya dengan teknologi
diperlukan adanya perubahan, salah satunya data pribadi seseorang dapat disimpan
melalui aplikasi Pemilu berbasis Online. Maka dengan adanya perubahan tersebut, cepat
lambat kualitas sumber daya masyarakat dan tingkat kepercayaannya akan dapat tumbuh
sesuai dengan tuntutan era digital.
BAB II
GAGASAN
Setiap pelaksaan pemilihan umum yang dilakukan sebagai wujud demokrasi rakyat belum
dapat dikatakan berjalan dengan mulus, hal ini juga di perkuat dengan adanya berita dari
bbc.com (2019) yang menyatakan bahwa terjadi tidak kefektefitasan dalam melakukan pemilu
pada tahun 2019 lantaran pda TPS 48, Kampung Ciputat, Kelurahan Andir, Kecamatan Baleendah,
Kabupaten Bandung mengalami kesulitan dan menyita waktu banyak untuk melakukan
pemungutan suara hingga larut malam dikarenakan mengalami kesulitan dalam mebagi waktu
untuk emlakukan hasil pemungutan suara. Hal lain banyak juga terjadi di luar negeri, pemilih yang
sedang berada di luar negeripun merasa kehilangan haknya karena durasi pencoblosan yang
terbatas.
Untuk mengatasi pada kondisi kekinian yang telah diuraikan, solusi yang pernah
diterapkan adalah dengan menyusun daftar pemilih tetap secara baik dan meningkatkan
sosialisasi kepada msayarakat. KPU tentunya akan menggandeng beberapa pihak seperti :
pemerintah daerah, partai politik, dan akademisi agar bersama sama memberikan pemahaman
kepada publik tentang pentingnya menyampaikan hak suara dalam pemilu. Selain itu dalam situs
dw.com mengatakan penerapan E-Voting telah pernah di rencanakan untuk pemilu tahun 2019
yang dlakukan secara serentak, namun Ketua Komisi Umum RI berpendapat bahwa Indonesia
belum siap untuk melakukan e-voting lantaran masih memerlukan infrastruktur yang baik.
Kemudian masalah biaya juga masih menjadi perhatiannya, mengingat mesin e-voting relatif
dinilai sangat mahal dan garis di siapkan dengan jumlah banyak mesin cadangan jika terjadi
kendala pada mesin mesin yang lainnya. Seperti yang diketahui KPU juga melayani pemilih
dengan jumlah 192.828.520 orang yang tersebar di 514 Kabupaten/Kota,7.201 Kecamatan, dan
83,405 Kelurahan/ Desa. Jumlah TPS yang disediakan juga mencapai sebanyak 809.500 TPS, dan
belum lagi melihat keadaan pemilih yang tinggal diluar negeri yang tercatat sebanyak 2.058.191
orang. Namun jika dilihat dari permasalahan yang masih amat rumit mengenai kemajuan
tekhnologi untuk dijadikan salah satu solusi agar pemilu berjalan dengan lancar, masih belum
adanya kesadaran terhadap keamanan data pribadi setiap hak pemilih karena dengan data
pribadi seperti nomer KTP yang sempat salah digunakan sehingga banyak salah perhitungan
dalam rekapitulasi hasil pemungutan suara3.
Sebagai wujud dari demokrasi rakyat terhadap menentukan seseorang pemmpin harapan
tentunya terdapat dalam kegiatan yang selalu dilakukan di setiap negara tak lain adalah
Pemilihan Umum. Setiap pelaksanaan pemilihan umum seringkali menimbulkan polemik
permaslahan yang sama dan terindikasi kesalahan suara, keterlamabatan pengiriman logistik,
kerusakan surat suara, tidak sahnya suara yang dipilih bahkan kecurangan kecurangan yang
dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk kepentingan pribadi atau partai. Hal
ini pastinya uga diperlukan sebuah solusi jangka panjang untuk mengatasi sebauh permasalahan
agar tidak terjadi kesalahan yang sama atau menimalisir adanya kesalahan setiap
penyelenggaraan pemilihan umum setiap tahunnya, maka dari itu solusi yang diajukan adalah
memanfaatkan teknologi yang kini telah menjadi sebagian dari kehidupan manusia. Upaya
pengaplikasian situasi ini juga dinilai sangat kondusif secara kultural maupun struktural.
Pengaplikasian teknologi dalam mengamankan data pribadi hak pemilih dalam pemilihan umum
3
https://www.dw.com/id/e-voting-salah-satu-solusi-pelaksanan-pemilu-di-masa-mendatang/a-48633359 diakses
tanggal 10 Desember 2019
berbasis aplikasi online ini dapat diwujudkan apabila ada persetujuan dari berbagai pihak yang
terkait.
Pengaman data pribadi berbasis aplikasi online ini diwujudkan dalam upaya untuk
mengurangi atau menimalisir tingkat kecurangan yang terjadi tiap pemilu, baik pemilu legislatif,
pemilu presiden dan wakil presiden, maupun pemilu kepada daerah. Dalam mewujudkan
program ini tentunya akan menjadikan pemilihan umum semakin demokratis dan hasilnya pun
menjadi akurat. Maka dari itu sistem ini juga akan mengamankan data pribadi yang mana setiap
hak pemilih memiliki nomor identitas hak pilih yang mana dari nomor identitas hak pilih tersebut
yang akan membedakan dari tahun sebelumnya sehingga kemungkinan kesalahan mengolah
perhitungan suara berdasarkan data pribadi atau blanko yang diterima oleh petugas lebih kecil
dibandingkan dengan masih memakai cara manual. Selain itu juga mengingat Indonesia
sebaiknya harus beradaptasi dengan era digital dan mampu menjadi negara maju dengan
menggunakan teknologi dalam hal apapun, kemudian pemerintah juga dapat menghemat
anggaran biaya untuk tidak mencetak blanko identitas pribadi dan mengurangi kecurangan
pemalsuan data pribadi yang sering marak terjadi.
Langkah langkah dalam melakukan mengamankan data pribadi dalam pemilihan umum
berbasis aplikasi online cukup sederhana sehingga dapat memudahkan semua msyarakat yang
merasa asing dengan teknologi. Dalam program kali ini juga akan disediakan dengan bantuan
terhadap lansia dari petugas TPS yang akan membantu untuk mendaftarkan nomor ktpnya
dengan mendapatkan nomor identitas hak pilihnya dalam pemilu setiap tahunnya. Langkah
langkah dalam pengaplikasiannya sebagai berikut :
1. Aplikasi Pemilu Aman akan mudah diakses di layanan smartphone yang tersedia.
2. Setelah didownload, kemudian pengguna akan diarahkan untuk mengisi data pribadi
seperti : Nama, Usia, Alamat, Nomor Handphone, Nomor KTP, dan akan diminta untuk
foto bebas rapi sopan yang akan menjadi identitas resmi dan cocok dengan nama
pengguna.
3. Usai mengisi data pribadi sesuai diktp, lalu pengguna akan mendapatkan nomor identitas
hak pemilih dan barcode yang akurat KPU sehingga dapat digunakan selama pemilu
diselenggarakan.
4. Dalam aplikasi tersebut pengguna tidak terikat dengan username dan pasword, kemudian
yang membedakan hanyalah dengan barcode yang telah didapatkan oleh pengguna
setelah mengisi data pribadi sebelumnya karena setelah mendapatkan barcode langsung
muncul foto pribadi nomor ktp dan nomor identitas hak pilih yang akurat dari KPU.
5. Saat pemilu diselenggarakan, pemilih akan melakukan registrasi data pribadi hanya men-
scan barcode dengan alat yang telah di sediakan oleh petugas di TPS untuk langsung
masuk dalam program penginputan data pribadi yang cocok dengan KTP.
6. Setelah itu pemilih dapat menggunakan hak suaranya untuk mencoblos di TPS.
Demi terwujudnya tujuan ini Indonesia di perlukan berkeja sama dengan pihak pihak
terkaid yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan terciptanya
kehidupan sesuai Pancasila. Kerjasama tersebut dapat dilakukan seperti melalui pemilihan
umum. Dalam pengimplementasian data pribadi hak pemilih dalam aplikasi online tidak hanya di
gantungkan dalam satu atau dua pihak saja, Agar terwujudnya program tersebut, pihak pihak
yang dapat membantu sesuai perannya adalah :
a. Pemerintah
Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah berperan penting untuk memberikan
segala sumber daya yang dibutuhkan dalam pembuatan aplikasi online guna untuk
mengamankan data pribadi hak pilih berbasis aplikasi online “Pemilu Aman”. Seperti yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tetnag Penyelenggaraan Pemilu
secara eksplisit mengatur bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan
bantuan dan fasilitas sesuai dengan ketentuan peratuaran perundang undangan. Selain
bantuan dan fasilitas, peran pemerintah yang perlu dilakukan adalah sosialisasi dan
demotata cara penggunaan aplikasi “pemilu Aman” berbasis aplikasi online kepada
masyarakat sehingga saat penyelenggaraan tidak terjadi kesulitan atau kesalahpahaman
dari beberapa masyarakat.
b. Penyelenggara Pemilu Berbasis Komputer
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu,
Penyelenggara Pemilu adalah lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yang terdiri atas
Komisi Pemilihan Umum, Badan Pengawas Pemilu, dan Dewan Kehormatan
Penyelenggara Pemilu (DKPP) sebagai satu kesatuan fungsi penyelenggaraan Pemilu
untuk memilih anggota DPR, DPD, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden secara langsung
oleh rakyat, serta untuk memilih Gubernur, Bupati, dan Walikota secara demokratis.
Dengan adanya penyelenggara pemilu tersebut, peran utama yang perlu dilakukan adalah
mewujudkan asas pemilu yang langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Para
penyelenggara Pemilu perlu saling bekerjasama untuk mewujudkan pemilu berbasis
komputer menjadi sarana kedaulatan rakyat yang independen sehingga hasil akhir pemilu
nantinya dapat diterima oleh seluruh elemen masyarakat.
c. Masyarakat
Keterlibatan masyarakat dalam pemilu berbasis komputer merupakan suatu keharusan
karena sistem pemilihan yang demokrasi. Melalui keterlibatan masyarakat tersebut,
peran yang harus dilakukan adalah kesediaan untuk proaktif memilih kader-kader bangsa.
Yang perlu ditekankan adalah memilih tidak sekedar memilih, namun juga perlu
mempertimbangkan kualitas dan profesionalitas yang dapat membawa bangsa ke arah
yang lebih baik.
Daftar Pustaka
Peraturan Presiden RI No. 2 Tahun 2015 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Nasional 2015-2019. Pelembagaan Demokrasi. (Online), (http://www.bpkp.go.id), diakses
10/12/2019
Undang-Undang RI No. 12 Tahun 2003 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan
Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Ketentuan Pemilihan
Umum. (Online), (http://www.sjdih.depkeu.go.id/fulltext/2003/12Tahun2003UU.HTM), diakses
10/12/2019
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-
Undang No. 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik. 2013. Jogjakarta: Laksana.