BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
pergeseran filen aktin terhadap filamen myosisn. ATP juga digunakan untuk
pengeluaran kalsium dari sitosol (kalsium ATPase), sehingga terjadi proses
relaksasi.1,2,3
2.3 Epidemiologi
Kejadian miopati herediter di seluruh dunia sekitar 14%. Dari keseluruhan
penyakit tersebut, penyakit central core (16%), nemaline rod ( 20%), centranuclear
berjumlah (14%), dan multicore (10%).
Prevalensi distrofi muskular lebih tinggi pada laki-laki. Di Amerika Serikat,
distrofi muskular Duchenne dan Becker terdapat 1 dari 3300 laki-laki. Keseluruhan
insiden distrofi muskular adalah sekitar 63/1 juta.
Insiden miopati inflamatorik diseluruh dunia berkisar antara 5-10/100.000
orang. Kelainan ini lebih sering terjadi pada wanita.
Insiden dan prevalensi dari miopati endokrin dan metabolik tidak diketahui.
Miopati kortikosteroid merupakan yang tersering pada tipe miopati endokrin dan
gangguan endokrin lebih sering terjadi pada wanita daripada laki-laki. Miopati
metabolik jarang terjadi, tetapi diagnosisnya meningkat di amerika Serikat.
2.4 Patofisiologis
5
otot distal jarang terjadi tetapi dapat merupakan gejala bagi miopati tertentu,
dimana pasien mengeluh tungkai jatuh (drop foot) dan atropi pada tungkai
bawah. Kelemahan pada otot kranial bisa menyebabkan disartria, tidak mampu
meniup, disfagia, tersedak, ptosis dan muka tidak simetris. Kelemahan pada
otot bagian badan bisa memicu skoliosis, lordosis lumbal, dan abdomen
protuberant.4
b. Kelelahan (fatigue), dan exercise intolerance
Kelelahan harus dibedakan antara kelelahan fisik dan mental. Jika
pasien mengeluh kelelahan namun pada pemerksaan secara obyektif kekuatan
otot segmental kemungkinan diagnosis depresi harus disingkirkan. Jika
kelelahan fisik dan exercice intolerance didapatkan maka harus di tatalaksana
lebih lanjut untuk menyingkirkan miopati akibat kelainan metabolik tertentu
atau kelanan mitikondria dan dipastikan penyebab kelelahan apakah
dicetuskan latihan ringan atau berat yang bisa mengarah pada kelainan
glikogenesis atau metabolisme lipid.4
2.5.2 Gejala Positif
a. Mialgia
Mialgia seringkali tidak spesifik dan relatif jarang terjadi
dibandingkan miopati yang lain. Rheumatologi dan ortopedi relatif lebih
sering mendapati mialgia. Nyeri otot yang menetap pada bagian proksimal
sering menyertai miopati inflamasi dan polimiositis, sedangkan mialgia
episodik setelah latihan berhubungan dengan miopati metabolik namun
miopati ini jarang terdiagnosis karena biasanya bukan merupakan keluhan
utama.4
b. Kram
Kram merupakan kontraksi otot yang terjadi involunter biasanya
selama beberapa detik atau menit. Kram mudah dilihat pada EMG sebagai
aksi potensial motor unit yang cepat. Kebanyakan kram bersifat ringan dan
terjadi pada tungkai bawah. Faktor resiko kram diantaranya usia tua,
dehidrasi, penggunaan diuretik, hipotiroid, dan gangguan metabolik
lainnya. Pada pasien dengan penyakit neuromuskular, kram merupakan
gejala yang sering didapatkan pada penyakit motor neuron, khususnya
7
2.6 Klasifikasi
Miopati diklasifikasikan menjadi miopati yg didapat (acquired myopathy)
dan miopati yang diturunkan (hereditary myopathy).4
Tabel 2.2 Klasifikasi Miopati
6. AST
2.9 Penatalaksanaan
Terapi miopati tergantung dari penyebabnya. Keberhasilan terapi miopati
adalah untuk memperlambat progresivitas penyakit dan mengurangi gejala.
Setelah dilakukan konfirmasi histologis, adalah dengan kortikosteroid dan
imunosupresan, misalnya azatioprin. Pasien harus dimonitor selama beberapa tahun
dan banyak yang masih mengalami kelemahan otot. Varian histologis yaitu miositis
badan inklusi, tidak responsif terhadap terapi. Kondisi ini merupakan penyakit otot
didapat yang relatif sering, dan umumnya menyerang pria usia lanjut.
Terapi untuk miopati inflamatorik, biasanya dengan obat-obatan yang dapat
menekan sistem imun. Prednison adalah obat yang biasa digunakan pada miopati
inflamatorik.
1. Fase awal
10
b. Okupasi Terapi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun pemulihan fungsi neurologis pada
ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang disesuaikan,
11
c. Ortotik Prostetik
Pada pasien dengan kelemahan otot dapat digunakan alat bantu atau alat
ganti dalam membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering
digunakan antara lain: arm sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg
brace, cock-up splint, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO).
d. Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan fase
penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara cepat,
sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah satu fase,
bahkan kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada pada fase
psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
2.11 Prognosis
Prognosisnya bergantung dari etilogi dan diagnosis spesifiknya. Kematian
dan kecacatan akibat miopati bergantung pada etiologi dari kelainan, beratnya
penyakit, dan adnya kondisi yang mengancam Pada kasus miopati endokrin,
prognosis biasanya bagus. Miopati progresifitasnya berkembang pada saat dewasa
lebih baik prognosisnya dibandingkan yang berkembang selama masa kanak-kanak.