Anda di halaman 1dari 7

Bab II

A. Konsep penyakit TBC


1 Definisi
Tuberkolosis adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
“mycobacterium tuberculosis”. Kuman ini dapat menyerang semua bagian tubuh
manusia dan yang paling sering terkena adalah organ paru (90%). (Wahid, 2013, hal.
157)
TB paru adalah suatu penyakit infeksi yang menyerang paru- paru yang secara
khas di tandai oleh pembetukan granuloma dan menimbulkan nekrosis jaringa.
Penyakit ini bersifat menahun dan dapat menular dari penderita kepada orang lain.
(Krisanty, 2013, p. 105)
Jadi penyakit tuberculosis adalah penyakit infeksi yang bias menular keorang lain
dengan melalui udara yang dapat menyerang ke seluruh bagian tubuh tapi yang paling
dominan terserang adalah bagian paru penyakit tuberkulosisi disebabkan oleh bakteri
“Mycobacterium tuberculosis” penyakit ini bersifat menahun.

2 Etiologi
TB paru disebabkan oleh bakteri “mycobacterium tuberculosis” sejenis kuman
yang berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/ um, dan tebal 0’3-0’6/ um.
Kuman TB ini terdiri dari asam lemak, sehingga kuman lebih tahan terhadap cairan
asam dan tahan terhadap gangguan kimia dan fisis (Krisanty, 2013, hal. 105)

3 Tanda dan gejala


pada stadium awal penyakit TB paru tidak menunjukan tanda dan gejala yang
spesifik. Namun seiring dengan perjalanan penyakit akan menambah jaringan
paruntnya mengalami kerusakan, sehingga dapat meningkatkan produksi seputum
yang di tunjukan dengan seringya klien batuk kompensasasi pengelluaran dahak.
(Krisanty, 2013, p. 106)
Selain itu, klien dapat merasa letih, lemah, berkeringat pada malam hari dan
mengalami penurunan berat badan yang berarti secaa rinci tanda dan gejala TB paru
ini dapat di bagi atas 2 golongan yaitu gejala sistematik dan gejala respiratorik
1. Gejala sistemik adalah:
a. Demam
Demam merupakan gejala pertama dari tuberkulosis paru, biasanya timbu pada
sore dan malam hari di sertai dengan keringat mirip demam influensa yang
segera mereda. Tergantung dari daya tahan tubuh dan virulensi kuan, serangan
demam yang berikut dapat terjadi setelah 3bulan, 6 bulan, 9 bulan. Demam
seperti influenza ini hilang timbul dan semakin lama semakin panjang masa
serangannya, sedangkan masa bebas serangan akan makin pendek. demam
dapat mencapai suhu tinggi yaitu 40o -41o c. (Krisanty, 2013, p. 106)
b. Malaise
Karena tuberkolusis bersifat radang menahun maka dapat terjadi rasa tidak
enak badan, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan makin kurus, sakit
kepala, mudah lelah dan pada wanita kadang- kadang dapat terjadi gangguan
siklus haid. (Krisanty, 2013, p. 106)
2. Gejala respiratorik adalah:
a. Batuk baru timbul apabila proses penyakit telah melibatkan bronkhus. Batuk
mula- mula terjadi oleh karena iritasi bronkus, selanjutnya akibat adanya
peradangan pada bronkus, batuk akan menjadi produktif. Batuk produktif ini
berguna untuk membuang produk-produk eksresi peradangan. Dahak dapat
bersifat mukoid atau purulenn. (Krisanty, 2013, p. 106)
b. Batuk darah
Batuk darah terjadi akibat pecahnya pembuluh darah. Berat dan ringannya
batuk darah. Berat dan ringannya batuk darah yang timbul, tergantung dari
besarnya kecilnya pembuluh darah yang pecah. Batuk darah tidak selalu timbul
akibat pecahnya anerisma pada dinding kavitas, juga dapat terjadi karena
ulserasi pada mukosa bronkhus. Batuk darah inilah yang paling sering
membawa penderita berobat ke dokter. (Krisanty, 2013, p. 108)
c. Sesak nafas
Gejala ini ditemukan pada penyakit TB lanjut dengan kerusakan paru yang
cukup luas. Pada awal penyakit TB gejala ini tidak pernah di temukan.
(Krisanty, 2013, p. 108)
d. Nyeri dada
Gejala ini timbul apabila sistem persyarafan yang terdapat di pleura terkena,
gejala ini dapat bersifat lokal atau pleuritik. (Krisanty, 2013, hal. 106-108)

4 Patofisiologi
Port de’entri kuman microbacterium tuberculosisi adalah saluran pernafasan,
saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit, kebanyakan infeksi tuberculosis
terjadi melalui udara (air bone), yaitu melalui inhalasi droppet yang mengandung
kuman basil tuberkel yang berasal dari orang yang terjangkit infeksi. (Wahid, 2013,
p. 159)
Basil turberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi
teridiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan
pada hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit. Setelah
berada di dalam paru pada ruang alveolus biasanya di bagian bawah lobus atau paru-
paru, atau di bagian atas lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi
respon peradangan. leoukosit poli murfonuklear tampak pada tempat tersebut dan
memfagosit bacteria namun tidak membunuh organismme tersebut. Sesudah hari -
hari pertama maka loukosit di ganti oleh magrofak. Alveoli yang terserang akan
mengalami konsolidasi dan timbul gejala pnumonia akut. Pneumonia seluler ini
dapat sembuh dengan sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses
dapat juga berjalan terus, basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke
kelenjar bening regional. Magrofak yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih
panjang dan sebagaian bersatu sehingga membentuk sel turberkel epi teloit, yang
dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
(Wahid, 2013, hal. 159)
5 Klasifikasi
a pembagian secara patologis:
1) tuber culosis primer (chilhood tuberculosis)
Tuberculosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum
mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup dari
udara melalui saluran pernafasan dan mencapaialveoliatau bagian terminal
saluran pernafasan, maka bakteri akan di tangkap dan di hancurkan oleh
magrofak yang berada di alveoli.
2) tuberculosis Sekunder
Setelah terjadi resolusi dari infeksi primer, sejmlah kecil dari bakteri TB
masih hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Sebanyak 90% di
antaranya tidak mengalami kekambbuhan. Reaktifitas penyakit TB (TB
pascaprimer/ TB skunder) terjadi bila daya tahan tubuh menurun,
alkoholoisme, keganasan, silikolis, diabetes miletus, dan AIDS. Berbeda
dengan TB primer, pada TB sekunder kelenjar limfe regional dan organ
lainya jarang terkenea, lesi lebih terbatas dan teralokasi. Reaksi imonologis
terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip dengan terjadi pada
TB prime. (Muttaqin, Arif, 2008, hal. 73-74)

b pembagian secara aktifitas radiologis tuberculosis paru (knoch pulmonum), non


aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh.

c Pembagian secara radiolohis (luas lesi)


1) Tuberculosis minimal
Terdapat sebagai kecil infiltrasi nonaktivitas pada satu paru, mapun kedua
paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus paru.
2) Modarately advanced tuberculosis
Ada kavitas dengan ukuran diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrasi
bayangan halus tidak lebih dari sepertiga bagian 1(satu) paru.
3) Far advance tuberculosis
Terdapat infiltrat (bercak-bercak) dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced penyakit tuberculosis
Klarifikasi TB Paru di buat berdasarkan gejala klinik, bakteriologik, radiologik
dan riwayat pengobtan sebelumnya. Klasifikasi ini penting karena merupakan
salah satu faktor determinan untuk menetapkan strategi pengobatan dan terapi
yang akan di lakukan terhadap pasien TB.
Sesuai dengan program garduas P2TB klarifikasi TB paru dibagi sebagai
berikut:
a TB Paru BTA positif dengan kriteria:
1) dengan atau tanpa gejala klinik.
2) BTA positif: mikroskopik positif 2 kali, mikroskopik positif 1 kali di
sokong biakan positif satu kali atau di sookong radiologik 1 kali.
3) Gambaran radiologik sesuai dengan TB paru

b TB paru BTA negatif dengan kriteria:


1) Gejala klinik dan gamabaran radiologik sesuai dengan TB paru aktif.
2) BTA negatif, biakan negatif tetapi radiologik positif
c Bekas TB paru dengan kriteria:
1) Bakteriologik (mikroskopik dan biakan) negatif.
2) Tidak ada gejala klinik atau ada gejala sisa akibat kelainan di bagian paru.
3) Radiologik menunjukkan gambaran lesi TB inaktif, menunjukan serial foto
yang tidak berubah.
4) Ada riwayat pengobatan OAT yang adekuat (lebih mendukung) (Wahid,
2013, hal. 161-163)
6 Komplikasi
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut:
a Homoustasis berat (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan
nafas
b Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchia.
c Bronkiektasis (peleburan bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau raktif) pada paru.
d Peneumotorak (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan : kolaps
spontan karena kerusakan jaringan paru.
e Penyebab infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjall dan
sebagainya.
Infusiensi kardio pulmoner (cardio pulmonary insfficiency) (Wahid, 2013,
hal. 165-166)
7 Phatway

Microbacterium
Droplet infection Masuk lewat jalan nafas
tuberkulosa
Menempel pada
paru

8
Keluar dari Dibersihkan oleh makrofag Menatap di jaringan paru
9
trancheobionchial
bersama sekret10
Terjadi proses peradangan

Sembuh tanpa11
pengobatan 12
Pengeluaran zat Tumbuh dan
pirogen berkembang di
sitoplasma makrofag
Mempengaruhi
hipothalamus
Sarang primer/afek
Mempengaruhi sel point
primer (fokus ghon)

Hipertermi

13
Komplek primer Limfangsit lokal Limfadinitas regional

Menyebar ke organ lain Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas


(paru lain, saluran pengobatan fibrosis
pencernaan, tulang) melalui
media (bronchogen
percontinuitum, hematogen,
limfogen)

Berkembang
menghancurkan jaringan
ikat sekitar
Kerusakan membran
Pembentukan tuberkel
alveolar

Radang tahunan dibronkus


Pertahanan primer tidak Menurunnya permukaan
adekuat efek paru

Bagian tengah nekrosis


Alveolus

Pembentukan sputum
Membentuk jaringan keju
berlebihan Alveolus mengalami
konsolidasi & eksudasi

Sekret keluar saat batuk

Ketidak efektifan
Batuk produktif(batuk terus- Gangguan pertukaran gas
bersihan jalan napas
menerus)

Batuk berat

Droplet infection
Distensi abdomen

Terhirup orang sehat


Mual, muntah

Resiko infeksi
Intake nutrisi kurang

Ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh

( Nurarif, 2016, hal. 325-326)

Anda mungkin juga menyukai