Anda di halaman 1dari 17

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi
Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat defisiensi
hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Hipotirod merupakan
keadaan kurang aktifnya kelenjar tiroid yang menyebabakan sekresi hormon
tiroid tidak terjadi atau mengalami penurunan. Hipotiroid adalah suatu
penyakit akibat penurunan fungsi hormon tiroid yang dikikuti tanda dan
gejala yang mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Faktor penyebabnya
akibat penurunan fungsi kelanjar tiroid, yang dapat terjadi kongenital atau
seiring perkembangan usia. Pada kondisi hipotiroid ini dilihat dari adanya
penurunan konsentrasi hormon tiroid dalam darah disebabkan peningkatan
kadar TSH (Tyroid Stimulating Hormon).

B. Etiologi
Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Hipotiroid primer
Mungkin disebabkan oleh congenital dari tyroid (kretinism), sintesis
hormone yang kurang baik, defisiensi iodine (prenatal dan postnatal),
obat anti tiroid, pembedahan atau terapi radioaktif untuk hipotiroidisme,
penyakit inflamasi kronik seperti penyakit hasimoto, amylodosis dan
sarcoidosis.
2. Hipotiroid sekunder
Hipotiroid sekunder berkembang ketika adanya stimulasi yang tidak
memadai dari kelenjar tiroid normal, konsekwensinya jumlah tiroid
stimulating hormone (TSH) meningkat, ini mungkin awal dari suatu mal
fungsi dari pituitary atau hipotalamus. Ini dapat juga disebabkan oleh
resistensi perifer terhadap hormone tiroid.
3. Hipotiroid tertier / pusat
Hipotiroid tertier dapat berkembang jika hipotalamus gagal untuk
memproduksi tiroid releasing hormone (TRH) dan akibatnya tidak dapat
distimulasi pituitary untuk mengeluarkan TSH. Ini mungkin berhubungan
dengan suatu tumor / lesi destruktif lainnya diarea hipotalamus. Ada dua
bentuk utama dari goiter sederhana yaitu endemic dan sporadic. Giter
endemic prinsipnya disebabkan oleh nutrisi, defisiensi iodine. Ini
mengalah pada "goiter belt" dengan karakteristik area geografis oleh
minyak dan air yang berkurang dan iodine.
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya
disebabkan oleh :

1
 Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang
salah
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter
yang menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah
persik, bayam, kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya
mengandung goitogenik glikosida
 Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil)
thocarbomen, (aminothiazole, tolbutamid).

C. Patofisiologi
Hipotiroidisme dapat terjadi akibat pengangkatan kelenjar tiroid dan
pada pengobatan tirotoksikosis dengan RAI. Juga terjadi akibat infeksi kronis
kelenjar tiroid dan atropi kelenjar tiroid yang bersifat idiopatik. Prevalensi
penderita hipotiroidisme meningkat pada usia 30-60 tahun, empat kali lipat
angka kejadiannya pada wanita dibandingkan pria. Hipotiroidisme congenital
dijumpai satu orang pada empat ribu kelahiran hidup.
Jika produksi hormon tiroid tidak adekuat maka kelenjar tiroid akan
berkompensasi untuk meningkatkan kompensesi untuk meningkatkan
sekresinya sebagai sebagai respons terhadap rangsangan hormone TSH.
Penurunan sekresi hormon kelenjar tiroid akan menurunkan laju metabolisme
basal yang akan mempengaruhi semua system tubuh. Proses metabolik yang
dipengaruhi antara lain:
1. Penurunan produksi asam lambung (Aclorhidria)
2. Penurunan motolitas usus
3. Penurunan detak jantung
4. Gangguan fungsi neurologic
5. Penurunan produksi panas
Penurunan hormon tiroid juga akan mengganggu metabolisme lemak
dimana akan terjadi peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida sehingga
klien berpotensi mengalami atherosclerosis. Akumulasi proteoglicans
hidropilik di rongga pleura, cardiak dan abdominal sebagai tanda dari
mixedema. Pembentukan erosit yang tidak optimal sebagai dampak dari
menurunnya hormone tiroid memungkinkan klien mengalami anemia.

2
D. WOC Teori

Defisiensi lodium,
Penekanan prod.
disfungsi hipofisis,
H. Tiroid
disfungsi THR
(hipotiroidisme)
hipotalamus

Terapi penggantian Gangguan metabolic


hormone tiroid lemak
TSH merangsang Laju BMR lambat
kelenjar tiroid untuk
mensekresi Defisiensi
Penurunan produksi
pengetahuan Peningkatan kolestrol
panas
Kel. Tiroid a/ dan trigliserida
gangguan nutrisi kurang
membesar
dari kebutuhan tubuh
Peningkatan
Menekan struktur arteriosklerosis
achlorhydria
dileher dan dada
Perubahan suhu
tubuh hipotermi Kekurangan vit. Oklusi pembuluh
Disfagia gangguan Penurunan
B12 dan asam folat darah
respirasi mortilitas usus

Depresi ventilasi Pembentukan eritrosit Penurunan fungsi GI Suplai darah ke jaringan


tidak optimal 3 otak menurun
Perubahan suhu tubuhPembentukan eritosit tidak optimal
Penurunan produksi Penurunan mortilita usus
konstipasi
hipotermi
Produksi SDM
anemia
Kekurangan
menurun vit Intoleransi
B12 dan asam
aktifitas
folat kelemahan
panas Penurunan fungsi IG
Produksi SDM menurun
Ketidakefektifan konstipasi hipoksia
pola napas

Anemia Perubahan pola


berfikir

kelemahan

Intoleransi
aktivitas

4
E. Manifestasi klinis
1. Kulit dan rambut
- Kulit kering, pecah-pecah, bersisik dan menebal
- Pembengkakan tangan, mata dan wajah
- Rambut rontok, alopeksia, kering dan pertumbuhannya buruk
- Tidak tahan dingin
- Pertumbuuhna kuku buruk, kuku menebal
2. Muskuloskeletal
- Volume otot bertambah, glosomegali
- Kejang otot, kaku, paramitoni
- Artralgia dan efusi sinovial
- Osteoporosis
- Pertumbuhan tulang terhambat pada usia muda
- Umur tulang tertinggal disbanding usia kronologis
- Kadar fosfatase alkali menurun
3. Neurologik
- Letargi dan mental menjadi lambat
- Aliran darah otak menurun
- Kejang, koma, dementia, psikosis (gangguan memori, perhatian kurang,
penurunan reflek tendon)
- Ataksia (serebelum terkena)
- Gangguan saraf (carfal tunnel)
- Tuli perseptif, rasa kecap, penciuman terganggu
4. Kardiorespiratorik
- Bradikardi, disritmia, hipotensi
- Curah jantung menurun, gagal jantung
- Efusi pericardial (sedikit, temponade sangat jarang)
- Kardiomiopati di pembuluh. EKG menunjukan mendatar/inverse
- Penyakit jantung iskemic
- Hipotensilasi
- Efusi pleural
- Dispnea
5. Gastrointestinal
- Konstipasi, anoreksia, peningkatan BB, distensi abdomen
- Obstruksi usus oleh efusi perioneal
- Aklohidra, antibody sel parietal gaster, anemia pernisiosa
6. Renalis
- Aliran darah ginjal berkurang, GFR menurun
- Retensi air (volume plasma berkurang)
- Hipokalsemia
7. Hematologi
- Anemia normokrom normositik
- Anemia mikrositik/makrositik
- Gangguan koagulasi ringan
8. Sistem endokrin
- Pada perempuan terjadi perubahan menstruasi seperti amenore/ masa
menstruasi yang memanjang, menoragi dan galaktore dan hiperprolektemi
- Gangguan fertilitas
- Gangguan hormone pertumbuhan dan respon ACTH, hipofisis terhadap
insulin akibat hipoglikemia
- Gangguan sintesis kortison, kliren kortison menurun

5
- Insufisiensi kelenjar adernal autoimun
- Psikologis atau emosi: apatis, agitasi, derpesi, paranoid,menarik diri,
perilaku maniak
- Manifestasi klinis lain berupa: edema perordita, wajah seperti bulan (moon
face), wajah kasar, suara serak, pembesaran leher, lidah tebal, sensitifitas
terhadap opioid, haluaran urine menurun, lemah, ekspresi wajah kosong dan
lemah

F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan laboratoruim yang didapat pada pasien hipotiroidisme didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. T3 dan T4 serum menurun
2. TSH meningkat pada hipotiroid primer
3. TSH rendah pada hipotiroid sekunder
- Kegalan hipofisis: respon TSH terhadap TRH mendatar
- Penyakit Hipotalamus: TSH dan TRH meningkat
4. Titer autoantibody tiroid tinggi pada >80% kasus
5. Peningkat kolestrol
6. Pembesaran jantung pada sinar X dada
7. EKG menunjukan sinus bradikardi rendahnya voltase kompleks QRS dan
gelombang T datar atau inverse

G. Penatalaksanaan Terapi
Pada pasien yang sudah mendapatkan suplementasi levotiroksin
sebelumnya, dilakukan penilaian status fungsional tiroidnya. Selain dapat
diketahui dari anamnesa dan pemeriksaan fisik, dapat pula dilakukan
pemeriksaan laboratorium. Pada pasien yang baru dicurigai adanya
hipotiroidisme pada saat praoperasi, maka dilakukan pemeriksaan konsentrasi
FT4 dan TSH, juga perlu ditentukan apakah hipotiroidismenya tersebut ringan,
sedang atau berat. Pada hipotiroidisme yang berat, ditandai adanya koma
miksedema, gangguan status mental, gagal jantung atau konsentrasi hormon
tiroksin yang sangat rendah, maka sebaiknya operasi ditunda sampai kondisi
hipotiroidisme beratnya teratasi. Hipotiroidisme diobati dengan menggantikan
kekurangan hormon tiroid, yaitu dengan memberikan sediaan per-oral (lewat
mulut). Yang banyak disukai adalah hormon tiroid buatan T4. Bentuk yang lain
adalah tiroid yang dikeringkan (diperoleh dari kelenjar tiroid hewan).
Pengobatan pada penderita usia lanjut dimulai dengan hormon tiroid dosis
rendah, karena dosis yang terlalu tinggi bisa menyebabkan efek samping yang
serius. Dosisnya diturunkan secara bertahap sampai kadar TSH kembali normal.
Obat ini biasanya terus diminum sepanjang hidup penderita. Pengobatan selalu
mencakup pemberian tiroksin sintetik sebagai pengganti hormon tiroid. Apabila

6
penyebab hipotiroidisme berkaitan dengan tumor susunan saraf pusat, maka
dapat diberikan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.Penggantian hormon
tiroid : levotiroksin ( Syinthroid), liotironin (Cytomel), tiroglobulin, liotrix
(Thyrolar), aktivitas : berhati-hati dengan olahraga kontak atau pekerjaan fisik
yang berat dan monitoring tanda vital, asupan / keluaran cairan dan hasil
laboratorium (kadar T3, T4 dan Natrium)

BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

Seorang wanita, usia 28 tahun datang ke poli penyakit dalam RS Sakinah dengan
keluhan sesak nafas, sulit menelan, tidak nafsu makan, sembelit dan intoleran
terhadap dingin. BB 30 kg, TB 160 cm. Riwayat penyakit : dua tahun yang lalu
pasien pernah melakukan pengobatan di puskesmas dengan keluhan ada benjolan di
leher depan, dan nyeri tekan, pasien juga merasakan dada sering berdebar-debar dan
badannya tetap kurus. Hasil pemeriksaan fisik jantungnya membesar, nadi <60
kali/menit, matanya exofthalmus, benjolan dileher dan rasa nyeri. Hasil
pemeriksaan fisik kulit dingin, pucat, kering, bersisik dan menebal, pertumbuhan
kuku buruk, kuku menebal, rambut kering, kasar, rambut rontok. Saat diajak bicara
fungsi intelektual yang lambat, berbicara lambat dan terbata-bata, gangguan
memori, perhatian kurang, bingung, pertanyaan harus diulang-ulang karena
pendengaran pasien berkurang, parastesia, penurunan refleks tendon. Hasil
pemeriksaan penunjang kadar T3 15 pg/dl, dan kadar T4 20 μg/dl dan kadar TSH
pada pasien tersebut yaitu <0,005 μIU/ml.

A. Pengkajian
1. Identitas:
Umur : 28 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Riwayat Kesehatan

7
a. Keluhan Utama: pasien datang ke poli penyakit dalam RS Sakinah dengan
keluhan sesak nafas
b. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien mengeluh sesak nafas, sulit menelan,
tidak nafsu makan, konstipasi dan intoleran terhadap dingin.
c. Riwayat Kesehatan masa lalu: dua tahun yang lalu pasien pernah melakukan
pengobatan di puskesmas dengan keluhan ada benjolan di leher depan, dan
nyeri tekan, pasien juga merasakan dada sering berdebar-debar dan badannya
tetap kurus.
f. Monitor Vital Sign
Nadi : < 60 x/menit
BB : 30 kg
TB : 160 cm
3. Pemeriksaan Fisik
a. Head to toe
1) Kepala
a) Rambut
Inspeksi: rambut kering, kasar, dan rontok.
b) Mata
Inspeksi: mata exofthalmus
2) Leher
Palpasi: ada benjolan pada leher depan, dan ada nyeri tekan.
3) Dada
a) Paru
Inspeksi: Bentuk dada bidang, simetris antara kiri dan kanan,
frekuensi napas pasien ireguler.
Palpasi : vokal fremitus normal
Auskultasi : dipsneu
Perkusi : sonor
b) Jantung
Inspeksi: denyutan jantung tidak normal (bradikardi)
Palpasi: Ictus cordis normal di IC ke 5
Auskultasi: Bunyi jantung normal S1 dan S2
Perkusi: terdengar pekak di sepanjang batas ICS 3-5 toraks sinistra
karena terdapat kardiomegali (pembesaran jantung)
4) Abdomen
Inspeksi: warna kulit abdomen normal seperti warna kulit disekitarnya,
tidak ada distensi, tidak adanya bekas operasi, tidak terdapat kolostomi.
Auskultasi: peristaltik usus 3 x/ menit
Perkusi: timpani
5) Otot
Inspeksi: Kelemahan otot dan penurunan kekuatan, penurunan refleks
tendon
6) Integumen
Inspeksi: pucat, kering, bersisik, dan menebal
Palpasi : kulit dingin
CRT : Pertumbuhan kuku buruk, kuku menebal

8
7) Persyarafan
a) Tingkat kesadaran: Letargi
b) GCS:
(1) Eye: Membuka secara spontan 4
(2) Motorik : mengikuti perintah 6
(3) Verbal: Orientasi lama, 4
Total GCS: Nilai 14
5. Pemeriksaan penunjang
Hasil pemeriksaan penunjang kadar T3 15 pg/dl, dan kadar T4 20 μg/dl dan
kadar TSH pada pasien tersebut yaitu <0,005 μIU/ml.

9
B. WOC Kasus

Defisiensi lodium,
Penekanan prod.
disfungsi hipofisis,
H. Tiroid
disfungsi THR
(hipotiroidisme)
hipotalamus

Gangguan metabolic

TSH merangsang lemak


Laju BMR lambat
kelenjar tiroid untuk
mensekresi Peningkatan kolestrol
Penurunan produksi
dan trigliserida
panas
Kel. Tiroid a/
gangguan nutrisi kurang
membesar
dari kebutuhan tubuh Peningkatan
arteriosklerosis
Menekan struktur
achlorhydria
dileher dan dada
Perubahan suhu Oklusi pembuluh

tubuh hipotermi Kekurangan vit. darah


Disfagia gangguan Penurunan
B12 dan asam folat
respirasi mortilitas usus

Suplai darah ke jaringan


Depresi ventilasi Pembentukan eritrosit Penurunan fungsi GI otak menurun
tidak optimal 10

Perubahan suhu tubuhPembentukan eritosit tidak optimal


Penurunan produksi Penurunan mortilita usus
konstipasi
hipotermi
Produksi SDM
anemia
Kekurangan
menurun vit Intoleransi
B12 dan asam
aktifitas
folat kelemahan
panas Penurunan fungsi IG
Produksi SDM menurun
Ketidakefektifan konstipasi hipoksia
pola napas

Anemia Perubahan pola


berfikir

kelemahan
Aliran darah turun terus-
menerus

Intoleransi
aktivitas Kontraksi jantung
menurun

Penurunan curah
jantung

11
C. Analisa Data

No. Data Etiologi Problem


1. DS : Pasien mengatakan dada penurunan volume Penurunan curah
sering berdebar-debar sekuncup akibat jantung
DO : Nadi : < 60 x/menit bradikardi dan
(bradikardi) arteriosklerosi
arteri koronia
2. DS : Pasien mengeluh sesak depresi ventilasi Pola napas tidak
nafas efektif
DO : -
3. DS : Pasien mengatakan Faktor Penurunan Resiko Tinggi
mengalami sembelit peristaltik, Terhadap
DO : - penurunan tingkat Konstipasi
aktivitas
4. DS : pasien mengatakan faktor penurunan Perubahan nutrisi
mengeluh sulit menelan, tidak metabolisme kurang dari
nafsu makan. sekunder terhadap kebutuhan
DO : - hipotiroidisme
5. DS : pasien mengalami faktor penurunan Intoleransi
parastesia. metabolisme aktivitas
DO : penurunan refleks sekunder terhadap
tendon hipotiroidisme
6. DS : - pasien mengatakan gangguan Perubahan pola
bingung. metabolisme dan berpikir
DO : perubahan status
 Tingkat kesadaran: kardiovaskuler
Letargi serta pernapasan.
 GCS:
Eye: Membuka secara
spontan 4
Motorik : mengikuti
perintah 6
Verbal: Orientasi lama,
4
Total GCS: Nilai 14

D. Diagnosa keperawatan

12
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan penurunan volume sekuncup
akibat bradikardi dan arteriosklerosi arteri koronia
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi
3. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor Penurunan
peristaltik, penurunan tingkat aktivitas
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme
sekunder terhadap hipotiroidisme
6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan
perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.

E. Intervensi dan Rasional

1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan volume sekuncup akibat


brakikardi
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam fungsi kardiovaskuler tetap
optimal yang ditandai dengan tekanan darah, irama jantung dalam batas normal.
Kriteria hasil : Denyut nadi klien normal.
Intervensi Rasional
Catat warna kulit dan kaji kualitas Sirkulasi perifer turun jika curah jantung
nadi turun. Membuat kulit pucat atau warna abu-
abu dan menurunnya kekuatan nadi
Dampingi pasien pada saat Penghematan energy membantu
melakukan aktivitas. menurunkan beban jantung
Kolaborasi dalam: pemeriksaan Untuk hasil penunjang dan pengobatan lebih
serial ECG, foto thorax, pemberian lanjut
obat-obatan anti disritmia
Pantau tekanan darah, denyut dan Memudahkan menilai fungsi kardiovaskuler.
irama jantung setiap 2 jam untuk
mengidentifikasi kemungkinan
terjadinya gangguan hemodinamik
Jantung seperti hipotensi.

2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi ventilasi


Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Perbaikan
status respiratorius dan pemeliharaan pola napas menjadi normal.
Kriteria hasil : memperlihatkan perbaikan status pennafasan dan pemeliharaan
pola pernafasan yang normal, menarik nafas dalam dan batuk ketika di anjurkan,

13
menunjukan suara nafas yang normal tanpa bising tambahan pada auskultasi.
Intervensi Rasional
Pantau frekuensi; kedalaman, pola Mengidentifikasi hasil pemeriksaan dasar
pernapasan; oksimetri denyut nadi untuk memantau perubahan selanjutnya dan
dan gas darah arterial mengevaluasi efektifitas intervensi.
Berikan oksigen tambahan Memaksimalkan sediaan oksigen untuk
pertukaran dan penurunan kerja napas
Ubah posisi secara periodik Meningkatkan pengisian udara seluruh
segment paru
Tinggikan posisi kepala 30o Mendorong pengembangan diafragma/
ekspansi paru optimal & meminimalkan
tekanan isi abdomen pada rongga thorak

3. Resiko Tinggi Terhadap Konstipasi berhubungan dengan Faktor Penurunan


peristaltik, penurunan tingkat aktivitas
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam Pemulihan
fungsi usus menjadi normal.
Kriteria hasil : melaporkan pasase bentuk pases lunak, menyangkal peregangan
pada defekasi, melaporkan defekasi sedikitnya setiap tiga hari.
Intervensi Rasional
1. Intruksikan pasien untuk: Tindakan-tindakan ini membantu
a. Minum sedikitnya 2-3 liter
melunakkan fases. Konstipasi menetap
cairan setiap hari
dapat menandakan perlunya evaluasi lebih
b. Meningkatkan masukan
lanjut untuk menentukan bila dosis obat
makanan tinggi serat (buah
harus di tingkatkan.
mentah, sayuran, roti dari
gandum, sereal, jus prem)
c. Gunakan pelunak fases bentuk
bulk seperti Metamucil
d. Gunakan laksatif bila terjadi
defekasi pada tiga hari
2. Tinjau ulang semua obat-obatan Banyak obat-obatan dapat menyebabkan
lain yang ditentukan untuk pasien konstipasi. Orang dengan hipotiroidisme
untuk menentukan potensial obat mempunyai toleransi rendah terhadap obat-
menyebabkan konstipasi obatan karena penurunan metabolisme

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor


penurunan metabolisme sekunder terhadap hipotiroidisme

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan


kebutuhan nutrisi klien adekuat.
Kriteria hasil : Tidak terjadi penurunan berat badan, melaporkan peningkatan

14
masukan makanan, menyangkal sensitivitas dingin
Intervensi Rasional
Pantau: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi.
a. Laporan JDL, khususnya SDM,
hemoglobin, hematokrit
b. Presentase makanan yang
dikonsumsi pada setiap makan
c. Berat badan setiap minggu
Pertahankan ruangan tetap hangat Untuk mencegah kehilangan panas. Pada
agar tidak mengalami hipotermi. hipotiriodisme, produksi panas kurang
Biarkan pasien mengetahuibahwa karena penurunan metabolisme
toleransi dingin berkurang setalah
obat-obatan hormon tiroid mulai
menunjukkan efeknya, biasanya 2-3
minggu.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan faktor penurunan metabolisme


sekunder terhadap hipotiroidisme
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam dapat
meningkatkan partisipasi dalam aktivitas dan kemandirian
Kriteria hasil : melaporkan sedikit lelah pada AKS, JDL menunjukkan takada
anemia
Intervensi Rasional
1. Pantau: Untuk mengevaluasi keefektifan terapi
a. Hasil laporan JDL, khususnya
JDL, dan hematokrit
b. Hasil kadar T3 dan T4 serum
2. Anjurkan aktivitas-aktivitas sesuai Pada hipotiroidisme, penurunan laju
toleransi. Anjurkan pasien untuk metabolisme menyebabkan penurunan
istirahat dengan interval selama produksi energi, meningkatan kelelahan
sehari. Jelaskan bahwa istirahat membantu menghemat energi.
penggantian hormon tiroid mulai Frustrasi kurang mungkin terjadi bila pasien
menunjukkan efeknya merasakan mampu menyeleseikan aktivitas

6. Perubahan pola berpikir berhubungan dengan gangguan metabolisme dan


perubahan status kardiovaskuler serta pernapasan.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam proses berpikir
klien kembali ketingkat yang optimal
Kriteria hasil : Napas klien kembali normal.
Intervensi Rasional
Orientasikan pasien terhadap waktu, Meningkatkan pola pikir dan daya ingat

15
tempat, tanggal dan kejadian klien tentang sesuatu
disekitar dirinya.
Berikan stimulasi lewat percakapan Memudahkan stimulasi dalam batas-batas
dan aktifitas yang tidak bersifat toleransi pasien terhadap stres.
mengancam.
Kolaborasi dengan ahli Psikologi Memperbaiki proses berpikir
tentang terapy yang cocok untuk
masalah Proses Berpikir

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Hipotiroid adalah suatu kondisi yang di karakteristikan oleh produksi hormon tiroid
yang abnormal rendahnya. Hipotiroid adalah suatu keadaan hipometabolik akibat
defisiensi hormone tiroid yang dapat terjadi pada setiap umur. Ada banyak
kekacauan-kekacauan yang berkaitan padaHipotiroid.Kekacauan-kekacauan ini
mungkin langsung atau tidak langsung melibatkan kelenjar tiroid.Karena hormon
tiroid mempengaruhi pertumbuhan. Etiologi dari hipotiroidisme dapat digolongkan
menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Hipotiroid primer
2. Hipotiroid sekunder
3. Hipotiroid tertier / pusat
Sporadik goiter tidak menyempit ke area geografik lain. Biasanya disebabkan
oleh :
 Kelainan genetik yang dihasilkan karena metabolisme iodine yang salah
 Ingesti dari jumlah besar nutrisi goiterogen (agen produksi goiter yang
menghambat produksi T4) seperti kobis, kacang, kedelai, buah persik, bayam,
kacang polong, strowbery, dan lobak. Semuanya mengandung goitogenik
glikosida
 Ingesti dari obat goitrogen seperti thioureas (propylthiracil) thocarbomen,
(aminothiazole, tolbutamid).

B. Saran

16
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk
itu penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa
memahami apa yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya
dan agar lebih dapat mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang terdekat
klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan

Berdasarkan Diagnosa Medis NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.

Engram, Barbara. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC.

Rumahorbo, Hotma. 1999. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem

Endokrin. Bandung : EGC.

Hartono, Andri. 2012. Medikal Bedah Buku Saku Keperawatan Pasien dengan

Gangguan Fungsi Endokrin. Tangerang Selatan : BINAPURA AKSARA

publisher.

Universitas Sumatra Utara. (2014). <BAB II Tinjauan Pustaka Hipotiroid

[Internet].http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/40615/4/Chapter

%20II.pdf >. [Diakses tanggal 07 Maret 2015. Jam 12.34]

17

Anda mungkin juga menyukai