Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT 1) Dalam komunikasi hubungan yang sangat

DARURAT diperlukan adalah


A. PENGERTIAN  Pusat komunikasi ambulan gawat darurat (119)
 Pusat komunikasi ke RS
Keperawatan Gawat Darurat (Emergency
Nursing) merupakan pelayanan  Pusat komunikasi polisi (110)
keperawatan yang komprehensif diberikan  Pusat komunikasi pemadam kebakaran (113)
kepada pasien dengan injury akut atau 2) Untuk komunikasi fasilitas pager, radio, telepon,
sakit yang mengancam kehidupan. Sebagai Hp
seorang spesialis, perawat gawat darurat 3) Tugas pusat komunikasi adalah :
menghubungkan pengetahuan dan  Menerima permintaan tolong
keterampilan untuk menangani respon  Mengirim ambulan terdekat
pasien pada resusitasi, syok, trauma,  Mengatur dan memonitor rujukan penderita gawat
ketidakstabilan mulisistem, keracunan dan darurat
kegawatan yang mengancam jiwa lainnya.  Memonitor kesiapan RS terutama unit gawat
Kedaruratan adalah setiap kejadian sakit darurat dan ICU
atau cedera yang mendadak pada klien b. Pendidikan
yang memerlukan pertolongan segera 1. Pada orang awam
sehingga tercapai kondisi stabil / Mereka adalah anggota pramuka, PMR, guru, IRT,
berakhirnya ancaman yang mana pengemudi, hansip, petugas hotel dan restaurant.
memerlukan tindakan cepat dan kompeten. Kemampuan yang harus dimiliki orang awam
Gawat darurat adalah proses adalah :
memberikan kerangka kerja, penyelesaian  Mengetahui cara minta tolong misalnya
masalah yang logis dalam waktu terbatas. menghubungi EMS (119)
 Mengetahui cara RJP (Resusitasi Jantung Paru)
B. TUJUAN PENANGGULANGAN GAWAT
 Mengetahui cara menghentikan perdarahan
DARURAT
1. Meminimalkan kemungkinan kematian dan
 Mengetahui cara memasang balut atau bidai
cacat pada pasien gawat darurat hingga  Mengetahui cara transportasi yang baik
dapat hidup dan berfungsi kembali dalam 2. Pada orang awam khusus
masyarakat. Orang awam yang telah mendapatkan
2. Merujuk pasien gawat darurat melalui pengetahuan cara-cara penanggulangan kasus
system rujukan untuk memperoleh gawat darurat sebelum korban dibawa ke RS ∕
penanganan yang lebih memadai. ambulan datang.
3. Penanggulangan korban bencana. Kemampuan yang harus dimiliki orang awam
Untuk dapat mencegah kematian, petugas khusus adalah paling sedikit seperti kemampuan
harus tahu penyebab kematian yaitu : orang awam dan ditambah dengan :
1. Meninggal dalam waktu singkat (4-6  Mengetahui tanda-tanda persalinan
menit)
 Mengetahui penyakit pernafasan
a. Kegagalan sistem otak
b. Kegagalan sistem pernafasan  Mengetahui penyakit jantung
c. Kegagalan sistem kardiovaskuler  Mengetahui penyakit persarafan
2. Meninggal dalam waktu lebih lama  Mengetahui penyakit anak
(perlahan-lahan) 3. Pada perawat
a. Kegagalan sistem hati Harus mampu menanggulangi penderita gawat
b. Kegagalan sistem ginjal (perkemihan) darurat dengan gangguan :
c. Kegagalan sistem pankreas (endokrin) a. Sistem pernafasan
 Mengatasi obstruksi jalan nafas
SISTEM PENGELOLAAN ∕
 Membuka jalan nafas
PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT
 Memberi nafas buatan
TERPADU (SPGDT)
 Melakukan RJP (CAB)
SPGDT adalah suatu metode yang digunakan b. Sistem sirkulasi
untuk penanganan korban yang mengalami  Mengenal aritmia dan infark jantung
kegawatan dengan melibatkan semua unsur yang  Pertolongan pertama pada henti jantung
ada  Melakukan EKG
1. Fase Pra RS  Mengenal syok dan memberi pertolongan pertama
a. Komunikasi c. Sistem vaskuler
 Menghentikan perdarahan
 Memasang infus atau transfuse  Cukup tinggi sehingga petugas dapat berdiri dan
 Merawat infus infus lancer
d. Sistem saraf  Dapat melakukan komunikasi ke sentral
 Mengenal koma dan memberikan pertolongan komunikasi dan RS
pertama  Identitas yang jelas sehingga mudah dibedaan
 Memberikan pertolongan pertama pada trauma dari ambulan lain
kepala d) Syarat alat yang harus ada
e. Sistem pencernaan  Resusitasi
 Pertolongan pertama pada trauma abdomen dan
 Oksigen
pengenalan tanda perdarahan intraabdomen
 Persiapan operasi segera (cito)  Alat hisap
 Kumbah lambung pada pasien keracunan  Obat-obatan
f. Sistem perkemihan  Infus
 Pertolongan pertama pada payah ginjal akut  Balut dan bidai
 Pemasangan kateter  Tandu
g. Sistem integument atau toksikologi  EKG transmitter
 Pertolongan pertama pada luka bakar  Inkubator
 Pertolongan pertama pada gigitan binatang
 Alat-alat persalinan
h. Sistem endokrin
e) Syarat personal
 Pertolongan pertama pasien hipo atau
hiperglikemia  Dua orang perawat yang dapat mengemudi
 Pertolongan pertama pasien krisis tiroid  Telah mendapat pendidikan tambahan gawat
i. Sistem musculoskeletal darurat
 Mengenal patah tulang dan dislokasi  Sebaiknya diasramakan agar mudah dihubungi
 Memasang bidai 2) Cara transportasi
 Mentransportasikan pasien ke RS  Tujuan memindahkan penderita dengan cepat
j. Sistem penginderaan tetapi selamat
 Pertolongan pertama pada pasien trauma mata atau  Kendaraan penderita gawat darurat harus berjalan
telinga hati-hati dan menaati peraturan lalu lintas
 Melakukan irigasi mata dan telinga 2. Fase RS
k. Pada anak a. Puskesmas
 Pertolongan pertama anak dengan kejang Ada puskesmas yang buka 24 jam dengan
 Pertolongan pertama anak dengan astma kemampuan :
 Pertolongan pertama anak dengan diare atau  Resusitasi
konstipasi  Menanggulangi fase gawat darurat baik medis
c. Transportasi maupun pembedahan minor
1) Syarat transportasi penderita  Dilengkapi dengan laboratorium untukk
a) Penderita gawat darurat siap ditransportasikan menunjang diagnostik seperti pemeriksaan Hb,
bila leukosit, gula darah
 Gangguan pernafasan dan kardiovaskuler telah  Personal yang dibutuhkan 1 dokter umum dan 2-3
ditanggulangi perawat dalam 1 shift
 Perdarahan harus dihentikan b. IGD atau UGD
 Luka harus ditutup Berhasil atau gagalnya suatu IGD atau UGD
 Patah tulang apakah memerlukan fiksasi tergantung pada :
b) Selama transportasi harus dimonitor 1. Keadaan penderita waktu tiba di IGD
 Kesadaran  Mutu penanggulangan pra RS
 Pernafasan  IGD harus aktif meningkatkan mutu
 Tekanan darah dan denyut nadi penanggulangan pra RS
 Daerah perlukaan 2. Keadaan gedung IGD sebaiknya dirancang
c) Syarat kendaraan sedemikian rupa sehingga
 Penderita dapat terlentang  Masyarakat mudah mencapainya
 Cukup luas untuk lebih dari 2 pasien dan petugas  Kegiatan mudah dikontrol
dapat bergerak  Jarak jalan kaki didalam ruangan tidak jauh
 Tidak ada infeksi silang
 Dapat menanggulangi keadaan bencana f. Hindari mengangkat/memindahkan yang
3. Kualitas dan kuantitas alat-alat serta obat-obatan tidak perlu, memindahkan jika hanya ada
kondisi yang membahayakan.
PRINSIP-PRINSIP PENANGGULANGAN
KORBAN GAWAT DARURAT g. Jangan diberi minum jika ada trauma
Prinsip utama adalah memberikan pertolongan abdomen atau perkiraan kemungkinan
pertama pada korban. Pertolongan pertama adalah tindakan anastesi umum dalam waktu
pertolongan yang diberikan saat kejadian atau dekat.
bencana terjadi ditempat kejadian.
h. Jangan dipindahkan (ditransportasi)
Tujuan pertolongan pertama :
sebelum pertolongan pertama selesai
1. Menyelamatkan kehidupan dilakukan dan terdapat alat transportasi
2. Mencegah kesakitan makin parah yang memadai.
3. Meningkatkan pemulihan Triage
Tindakan prioritas penolong : Tujuan triage adalah untuk menetapkan
1. Ambil alih situasi tingkat atau derajat kegawatan yang memerlukan
2. Minta bantuan pada orang sekitar pertolongan kedaruratan Dengan triage tenaga
3. Kaji bahaya lingkungan kesehatan akan mampu :
4. Yakinkan area aman bagi penolong dan korban
5. Kaji korban secara cepat untuk masalah yang  Menginisiasi atau melakukan intervensi
mengancam kehidupan yang cepat dan tepat kepada pasien.
6. Berikan pertolongan pertama untuk kondisi yang
mengancam kehidupan  Menetapkan area yang paling tepat untuk
7. Kirim seseorang untu memanggil polisi dan dapat melaksanakan pengobatan lanjutan.
ambulan
SUMBER :  Memfasilitasi alur pasien melalui unit
Ns. Paula Kristanty, Skep, MA ,dkk. Asuhan gawat darurat dalam proses
Keperawatan Gawat Darurat. 2009. CV. Trans penanggulangan/pengobatan gawat
Info Media : Jakarta darurat.
Prinsip Gawat Darurat
Sistem Triage dipengaruhi oleh:
a. Bersikap tenang tapi cekatan dan berpikir  Jumlah tenaga profesional dan pola ketenagaan
sebelum bertindak (jangan panik).  Jumlah kunjungan pasien dan pola kunjungan
pasien
b. Sadar peran perawat dalam menghadapi  Denah bangunan fisik unit gawat darurat
korban dan wali ataupun saksi.  Terdapatnya klinik rawat jalan dan pelayanan
medis
c. Melakukan pengkajian yang cepat dan Sistem Pelayanan Gawat Darurat
cermat terhadap masalah yang mengancam Pelayanan gawat darurat tidak hanya
jiwa (henti napas, nadi tidak teraba, memberikan pelayanan untuk mengatasi kondisi
perdarahan hebat, keracunan). kedaruratan yang di alami pasien tetapi juga
memberikan asukan keperawatan untuk mengatasi
d. Melakukan pengkajian sistematik sebelum kecemasan pasien dan keluarga.
melakukan tindakan secara menyeluruh. Sistem pelayanan bersifat darurat sehingga
Pertahankan korban pada posisi datar atau perawat dan tenaga medis lainnya harus memiliki
sesuai (kecuali jika ada ortopnea), lindungi kemampuan, keterampilan, tehnik serta ilmu
korban dari kedinginan. pengetahuan yang tinggi dalam memberikan
pertolongan kedaruratan kepeda pesien.
e. Jika korban sadar, jelaskan apa yang Triage Dalam Keperawatan Gawat
terjadi, berikan bantuan untuk Darurat
menenangkan dan yakinkan akan Yaitu skenario pertolongan yang akan di
ditolong. berikan sesudah fase keadaan pasien. Pasien-
pasien yang terancam hidupnya harus di beri
prioritas utama. Triage dalam keperawatan gawat
derurat di gunakan untuk mengklasifikasian
keperahan penyakit atau cidera dan menetapkan keputusan yang tepat serta
prioritas kebutuhan penggunaan petugas memanfaatkan sumber yang ada secara
perawatan kesehatan yang efisien dan sumber- tepat
sumbernya.
Standart waktu yang di perlukan untuk 8. 8. Pelayanan medik adalah seni dasar
melakukan triase adalah 2-5 menit untuk orang yang berdasaarakan pengetahuan, PGD
dewasa dan 7 menit untuk pasien anak-anak. sering diberikan dalam keadaan diluar
Triase di lakukan oleh perawat yang kendali dan saat lingkungan yang tidak
profesional (RN) yang sudah terlatih dalam bersahabat hingga penerapan seni daan
prinsip triase, pengalaman bekerja minimal 6 pengetahuan profesi tsb menjadi lebih
bulan di bagian UGD, dan memiliki kualisifikasi: sulit. Petugas PGD harus berusaha
 Menunjukkan kompetensi kegawat daruratan mengatasi tantangan tsb hingga
dipastikan hasil akhir yang diterima
 Sertifikasi ATLS, ACLS, PALS, ENPC
pasien adalah yang terbaik.
 Lulus Trauma Nurse Core Currikulum (TNCC)
 Pengetahuan tentang kebijakan intradepartemen SPGDT
 Keterampilan pengkajian yang tepat, dll (Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Pengertian KGD Terpadu
Rangkaian kegiatan praktik keperawatan kegawatdaruratan  Suatu sistem penanggulangan Gawat
yang diberikan oleh perawat yang kompeten untuk darurat yang melibatkan lintas sektor
memberikan asuhan keperawatan di ruang gawat darurat. terkait untuk menjamin kecepatan,
• kecermatan dan ketepatan untuk
UU RI NO 44 tentang RS Gawat Darurat adalah keadaan menyelamatkan nyawa dan kecacatan
klinis pasien yang membutuhkan tindakan medis segera  Pelayanan berpedoman pada respon
guna penyelamatan nyawa dan pencegahan kecacatan cepat yang menekankan “Time Saving is
lebih lanjut Life and Limb Saving ‘ yang melibatkan
Dasar : pelayanan oleh masyarakat awam
1. Pel.Gadar adalah kesinambungan umum dan khusus, petugas medis,
perawatan dan pelayanan, mencakup pelayanan ambulans gawat darurat dan
pelayanan Pra RS dan Luar RS sistem komunikasi.
2. Pel Pra RS mencakup dukungan,  Ada 3 unsur penting :
instruksi, perawatan serta tindakan - A. Pra RS : - PSC ( Public Safety
yang diberikan sejak permintaan s/d Center) : Respon cepat / Pemda
pasien diserahkan ke RS penerima - BSB (Brigade Siaga
3. Pel. Luar RS mencakup semua aspek Bencana ) : satuan tugas
perawatan dan tindakan yang diberikan kesehatan
petugas Gadar termasuk pemindahan PROSES PENGKAJIAN & TRIASE
pasien, tanggapan dan tindakan atas Proses khusus memilah pasien berdasar
bencana massal serta kedaruratan beratnya cedera atau penyakit (berdasarkan
masyarakat lainnya, dan yang paling mungkin akan mengalami
mempersiapkan dukungan medik untuk perburukan klinis segera) untuk menentukan
pel. Gadar medik terpadu. prioritas perawatan gawat darurat medik serta
4. Petugas Gadar berperan serta prioritas transportasi (berdasarkan
mengembangkan PGD dengan motto ketersediaan sarana untuk tindakan).
“Masyarakat Menolong Masyarakat”  Tindakan ini berdasarkan Prioritas
5. 5. Petugas PGD adalah profesional yang ABCDE yang merupakan proses yang
waspada, terampil dan cerdas dalam sinambung sepanjang pengelolaan
tujuan memberikan pel. Yang terbaik gawat darurat medik.
yang paling mungkin diberikan  Prioritas Nol (Hitam) : Pasien mati atau
6. 6. Petugas PGD menghormati cedera fatal yang jelas dan tidak
pengharapan dan kepercayaan serta mungkin diresusitasi.
secara konsisten melakukan apa yang  Prioritas Pertama (Merah) : Pasien
paling memadai bagi pasien cedera berat yang memerlukan
penilaian cepat serta tindakan medik
7. 7. Petugas PGD menguasai rumitnya dan transport segera untuk tetap hidup
keadaan lingkungan, terlatih memberi (misal : gagal nafas, cedera torako-
abdominal, cedera kepala atau maksilo- - trauma tumpul thorak/abdomen tanpa
fasial berat, shok atau perdarahan shock, tanpa sesak
berat, luka bakar berat). . Hijau (kondisi ringan) : Kelompok korban
 Prioritas Kedua (Kuning) : Pasien yang tidak memerlukan pengobatan atau
memerlukan bantuan, namun dengan pemberian pengobatan dapat ditunda, seperti :
cedera yang kurang berat dan - Fraktur minor
dipastikan tidak akan mengalami - Luka minor.
ancaman jiwa dalam waktu dekat. 4. Hitam : Korban yang telah meninggal
Pasien mungkin mengalami cedera dunia.
dalam jenis cakupan yang luas (misal : Penanggulangan Penderita Gawat Darurat
cedera abdomen tanpa shok, cedera (PPGD). Dalam Pedoman Pelayanan Gawat
dada tanpa gangguan respirasi, Darurat. Ed 2. Depkes RI 1995
fraktura mayor tanpa shok, cedera KONSEP DASAR KEPERAWATAN GAWAT
kepala atau tulang belakang leher tidak DARURAT 1. Pasien Gawat Darurat Pasien
berat, serta luka bakar ringan). yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau
 Prioritas Ketiga (Hijau) : Pasien dengan akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya dan atau anggota badannya
cedera minor yang tidak membutuhkan (akan menjadi cacat) bila tidak
stabilisasi segera, memerlukan bantuan mendapatkan pertolongan secepatnya.
pertama sederhana namun memerlukan Bisanya di lambangkan dengan label
penilaian ulang berkala (cedera merah. Misalnya AMI (Acut Miocart Infac). 2.
jaringan lunak, fraktura dan dislokasi Pasien Gawat Tidak Darurat Pasien berada
ekstremitas, cedera maksilo-fasial tanpa dalam keadaan gawat tetapi tidak
gangguan jalan nafas, serta gawat memerlukan tindakan darurat. Bisanya di
darurat psikologis). lambangkan dengan label Biru. Misalnya
 Prioritas Keempat (Biru): Kelompok pasien dengan Ca stadium akhir. 3. Pasien
korban dengan cedera atau penyakit Darurat Tidak Gawat Pasien akibat musibah
yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
kritis dan berpotensi fatal yang berarti
mengancam nyawa dan anggota
tidak memerlukan tindakan dan
badannya. Bisanya di lambangkan dengan
transportasi label kuning. Misalnya : pasien Vulnus
 . Merah (Kondisi berat) : Korban- Lateratum tanpa pendarahan. 4. Pasien
korban yang membutuhkan stabilisasi Tidak Gawat Tidak Darurat Pasien yang
segera (Gangguan ABCD) dan korban- tidak mengalami kegawatan dan
korban dengan : - Syok oleh kedaruratan. Bisanya di lambangkan
berbagai kausa dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk,
pilek.
 - Gangguan pernafasan A. Pasien Gawat Darurat Pasien yang tiba-
(sumbatan jalan napas atau distress tiba berada dalam keadaan gawat atau
napas) akan menjadi gawat dan terancam
nyawanya atau anggota badannya (akan
 - Hipotensi menjadi cacat) bila tidak mendapat
pertolongan secepatnya. B. Pasien Gawat
 - Trauma kepala dengan
Tidak Darurat Pasien berada dalam
pupil anisokor keadaan gawat tetapi tidak memerlukan
 - Perdarahan eksternal tindakan darurat, misalnya kanker stadium
lanjut. C. Pasien Darurat Tidak Gawat
masif Pasien akibat musibah yang datag tiba-tiba,
 Kuning (Kondisi Sedang): Korban yang tetapi tidak mêngancam nyawa dan
anggota badannya, misanya luka sayat
memerlukan pengawasan ketat, tetapi
dangkal. D. Pasien Tidak Gawat Tidak
perawatan dapat ditunda sementara.
Darurat Misalnya pasien dengan ulcus
Termasuk : tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya. E.
- Korban dengan resiko syok Kecelakaan (Accident) Suatu kejadian
- Fraktur multipel dimana terjadi interaksi berbagai factor
- Fraktur Femur/ pelvis yang datangnya mendadak, tidak
- Luka bakar luas dikehendaki sehinga menimbulkan cedera
- Gangguan kesadaran/ trauma kepala (fisik. mental, sosial) F. Cedera Masalah
kesehatan yang didapat/dialami sebagai
akibat kecelakaan. G. Bencana Peristiwa diselamatkan, nyawa pasien bisa tidak tertolong
atau rangkaian peritiwa yang disebabkan lagi.
oleh alam dan atau manusia yang Jadi dapat disimpulkan bahwa sistem triase
mengakibatkan korban dan penderitaan ini digunakan untuk menentukan prioritas
manusia. kerugian harta benda, kerusakan penanganan kegawat daruratan. Sehingga perawat
Iingkungan, kerusakan sarana dan
benar-benar memberikan pertolongan pada pasien
prasarana umum serta menimbulkan
gangguan terhadap tata kehidupan dan
yang sangat membutuhkan, dimana keadaan
penghidupan masyarakat dan pasien sangat mengancam nyawanya, namun
pembangunan nasional yang memerlukan dengan penanganan secara cepat dan tepat, dapat
pertolongar. dan bantuan. menyelamatkan hidup pasien tersebut. Tidak
2.1 Sejarah Triage membuang wakunya untuk pasien yang memang
 Definisi : dari kata Perancis “ Trier “ yang artinya tidak bisa diselamatkan lagi, dan mengabaikan
membagi dalam 3 group pasien yang membutuhkan.
 Di kembangkan di medan pertempuran
2.3 Tujuan Triage
 Konsep ini digunakan bila terjadi bencana
Tujuan utama adalah untuk mengidentifikasi
 Dilaksanakan di ruang gawat darurat dari 1950 / kondisi mengancam nyawa. Tujuan triage
1960 karena 2 alasan : selanjutnya adalah untuk menetapkan tingkat
o Meningkatkan kunjungan atau derajat kegawatan yang memerlukan
o Meningkatkan penggunaan untuk non urgen pertolongan kedaruratan.
Dengan triage tenaga kesehatan akan
2.2 Pengertian Triage mampu :
Triage adalah suatu proses yang mana pasien
digolongkan menurut tipe dan tingkat kegawatan  Menginisiasi atau melakukan intervensi
kondisinya. yang cepat dan tepat kepada pasien
Triage terdiri dari upaya klasifikasi kasus
cedera secara cepat berdasarkan keparahan cedera  Menetapkan area yang paling tepat untuk
mereka dan peluang kelangsungan hidup mereka dapat melaksanakan pengobatan lanjutan
melalui intervensi medis yang segera. Sistem
triage tersebut harus disesuaikan dengan keahlian
 Memfasilitasi alur pasien melalui unit
setempat. Prioritas yang lebih tinggi diberikan
gawat darurat dalam proses
pada korban yang prognosis jangka pendek atau
penanggulangan/pengobatan gawat darurat
jangka panjangnya dapat dipengaruhi secara
Sistem Triage dipengaruhi
dramatis oleh perawatan sederhana yang intensif.
Sistem triase biasanya sering ditemukan
pada perawatan gawat darurat di suatu bencana.  Jumlah tenaga profesional dan pola
Misalnya ada beberapa orang pasien yang harus ketenagaan
ditangani oleh perawat tersebut.dimana setiap
pasien dalam kondisi yang berbeda. Jadi perawat  Jumlah kunjungan pasien dan pola
harus mampu menggolongkan pasien tersebut kunjungan pasien
dengan sistem triase. Pasien pertama kondisinya
sudah tidak mungkin untuk diselamatkan lagi  Denah bangunan fisik unit gawat darurat
( sudah meninggal), terdapat luka parah atau
kebocoran di kepala, sehingga pasien tersebut  Terdapatnya klinik rawat jalan dan
digolongkan pada triase lampu hitam. pasien pelayanan medis
kedua kondisinya mengalami patah tulang, luka- Kode Warna International Dalam Triage :
luka dan memar pada tubuhnya, sehingga pasien Sistem triage dikenal dengan system kode 4 warna
berteriak, mungkin karena kejadian yang membuat yang diterima secara internasional. Merah
pasien syok, maka pasien diklasifikasikan pada menunjukan perioris tinggi perawatan atau
triase lampu hijau, tidak perlu penanganan cepat. pemindahan, Kuning menandakam perioritas
Selanjutnya ditemui pasien dengan kondisi lemah, sedang, hijau digunakan untuk pasien rawat jalan,
kritis, nadi lemah, serta pernafasan yang sesak. dan hitam untuk kasus kematian atau pasien
Maka pasien ini lah yang sangat membutuhkan menjelang ajal. Perawat harus mampu mampu
pertolongan pada saat itu, yang tergolong pada mengkaji dan menggolongkan pasien dalam waktu
triase lampu merah. Karena jika tidak 2 – 3 menit.
1. Prioritas 1 atau Emergensi: warna MERAH c). Dirumuskan dari riwaya penyakit
(kasus berat)  Riwayat Penyakit
Pasien dengan kondisi mengancam nyawa,
memerlukan evaluasi dan intervensi segera,  Pemeriksaan fisik
perdarahan berat, pasien dibawa ke ruang
 Pemeriksaan penunjang
resusitasi, waktu tunggu 0 (nol)
 Asfiksia, cedera cervical, cedera pada maxilla 3. Pengkajian Ulang
 Trauma kepala dengan koma dan proses shock  Dilakuan setelah penanganan ancaman
yang cepat kematian/kecacatan
 Fraktur terbuka dan fraktur compound
 Mencari kelainan yang belum muncul pada
 Luka bakar > 30 % / Extensive Burn pemeriksaan awal
 Shock tipe apapun
2. Prioritas 2 atau Urgent: warna KUNING (kasus  Dilakukan secara terus menerus untuk
menilai kemampuan klien.
sedang)
Pasien dengan penyakit yang akut, mungkin Pasien Gawat Darurat Pasien yang tiba-tiba
membutuhkan trolley, kursi roda atau jalan kaki, dalam keadaan gawat atau akan menjadi
waktu tunggu 30 menit, area critical care. gawat dan terancam nyawanya dan atau
 Trauma thorax non asfiksia anggota badannya (akan menjadi cacat)
bila tidak mendapatkan pertolongan
 Fraktur tertutup pada tulang panjang
secepatnya. Bisanya di lambangkan dengan
 Luka bakar terbatas ( < 30% dari TBW ) label merah. Misalnya AMI (Acut Miocart
 Cedera pada bagian / jaringan lunak Infac). 2. Pasien Gawat Tidak Darurat
3. Prioritas 3 atau Non Urgent: warna HIJAU (kasus Pasien berada dalam keadaan gawat tetapi
ringan) tidak memerlukan tindakan darurat.
Pasien yang biasanya dapat berjalan dengan Bisanya di lambangkan dengan label Biru.
masalah medis yang minimal, luka lama, kondisi Misalnya pasien dengan Ca stadium akhir.
yang timbul sudah lama, area ambulatory / ruang 3. Pasien Darurat Tidak Gawat Pasien akibat
P3. musibah yang datang tiba-tiba, tetapi tidak
mengancam nyawa dan anggota
 Minor injuries badannya. Bisanya di lambangkan dengan
 Seluruh kasus-kasus ambulant / jalan label kuning. Misalnya : pasien Vulnus
4. Prioritas 0: warna HITAM (kasus meninggal) Lateratum tanpa pendarahan. 4. Pasien
 Tidak ada respon pada semua rangsangan Tidak Gawat Tidak Darurat Pasien yang
 Tidak ada respirasi spontan tidak mengalami kegawatan dan
kedaruratan. Bisanya di lambangkan
 Tidak ada bukti aktivitas jantung dengan label hijau. Misalnya : pasien batuk,
 Tidak ada respon pupil terhadap cahaya pilek
ngkajian dibuat dengan cepat selama
pertemuan perama meliputi : PENGERTIAN A. Pasien Gawat Darurat
 Airway : Apakah jalan nafas patenb? Pasien yang tiba-tiba berada dalam
keadaan gawat atau akan menjadi gawat
 Breathing : Apakah pasien bernafas? dan terancam nyawanya atau anggota
badannya (akan menjadi cacat) bila tidak
 Circulation : Apakah ada denyut jantung?
mendapat pertolongan secepatnya. B.
 Dissability : Kehilangan kemampuan Pasien Gawat Tidak Darurat Pasien berada
dalam keadaan gawat tetapi tidak
 Hemoragi : Apakah ada perdarahan hebat memerlukan tindakan darurat, misalnya
2. Pengkajian Dasar kanker stadium lanjut. C. Pasien Darurat
Tidak Gawat Pasien akibat musibah yang
a) Pengkajian lengkap pada pasien dimana datag tiba-tiba, tetapi tidak mêngancam
semua sistem dikaji. nyawa dan anggota badannya, misanya
luka sayat dangkal. D. Pasien Tidak Gawat
b) Dapat menggunakan tipe pendekatan: Tidak Darurat Misalnya pasien dengan
 Pendekatan Head To Toe ulcus tropiurn, TBC kulit, dan sebagainya. E.
Kecelakaan (Accident) Suatu kejadian
 Pendekatan sistem tubuh dimana terjadi interaksi berbagai factor
yang datangnya mendadak, tidak
 Kombinasi
dikehendaki sehinga menimbulkan cedera
(fisik. mental, sosial) F. Cedera Masalah  Lihat adanya perdarahan
kesehatan yang didapat/dialami sebagai eksterna/interna
akibat kecelakaan. G. Bencana Peristiwa
atau rangkaian peritiwa yang disebabkan  Hentikan perdarahan eksterna
oleh alam dan atau manusia yang dengan Rest, Ice, Compress,
mengakibatkan korban dan penderitaan Elevation (istirahatkan lokasi luka,
manusia. kerugian harta benda, kerusakan kompres es, tekan/bebat, tinggikan)
Iingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan  Perhatikan tanda-tanda syok/
gangguan terhadap tata kehidupan dan gangguan sirkulasi : capillary refill
penghidupan masyarakat dan time, nadi, sianosis, pulsus arteri
pembangunan nasional yang memerlukan distal
pertolongar. dan bantuan
Survei Primer (Primary Survey) Susunan Saraf Pusat (disability)
Technorati Tags: gawat,darurat,survei
primer  cek kesadaran

Pengertian : Deteksi cepat dan koreksi segera  Adakah cedera kepala?


terhadap kondisi yang mengancam
 Adakah cedera leher?
Tujuan : Untuk mengetahui kondisi pasien yang
mengancam jiwa dan kemudian dilakukan  perhatikan cedera pada tulang
tindakan life saving. belakang

Cara pelaksanaan (harus berurutan dan simultan) Kontrol Lingkungan (Exposure/ environmental )

 Buka baju penderita lihat


Jalan nafas (airway)
kemungkinan cedera yang timbul
tetapi cegah hipotermi/kedinginan
 Lihat, dengar, raba (Look, Listen,
Feel)
 Tubuh kita dapat bertahan dalam
 Buka jalan nafas, yakinkan adekuat beberapa minggu tanpa makanan
dan beberapa hari tanpa air. Tapi
 Bebaskan jalan nafas dengan tubuh kita tidak dapat bertahan
proteksi tulang cervical dengan jika tanpa Oksigen. Dalam
menggunakan teknik Head Tilt/Chin penanganan gawat darurat,
Lift/Jaw Trust, hati-hati pada korban kecepatan dan kualitas
trauma pertolongan sangat di butuhkan
untuk mencapai keberhasilan dan
 Cross finger untuk mendeteksi dalam penyelamatan. Untuk itu di
sumbatan pada daerah mulut dunia international sudah
menetapkan rumusan dalam
 Finger sweep untuk membersihkan menangani Penderita Gawat
sumbatan di daerah mulut Darurat, yaitu : ABCDE (Air Way,
Breathing and Ventilation,
 Suctioning bila perlu
Circulation, Disability, Exposure).
Airway ditempatkan pada urutan
Pernafasan (breathing) pertama karena masalah airway
akan mematikan paling cepat.
 Lihat, dengar, rasakan udara yang
Komponen yang penting dari
keluar dari hidung/mulut, apakah ada
pertukaran hawa panas yang
sistem pernapasan adalah hidung
adekuat, frekuensi nafas, kualitas dan mulut, faring, epiglotis,
nafas, keteraturan nafas atau tidak trakea, laring, bronkus dan paru.
Kalian juga dapat melihat Materi
Perdarahan (circulation) tentang Konsep Pelayanan Gawat
Darurat yang kalian bisa lihat di  4. Perubahan letak airway
sini yang sebelumnya telah dipasang
 I. PENDAHULUAN  5. Kegagalan mengetahui
Keberhasilan dalam adanya kebutuhan ventilasi
penanggulangan penderita Gawat  6. Aspirasi isi lambung, darah
Darurat (PPGD) sangat 
bergantung dari kecepatan dan  Pengenalan Masalah
kualitas pertolongan yang didapat Gangguan airway dapat timbul
penderita. Disini harus selalu secara total & mendadak tetapi
diingat bahwa : sebaliknya bisa secara bertahap
 1. Kematian oleh karena dan pelan-pelan. Takhipnea
sumbatan jalan nafas akan lebih merupakan tanda awal yang
cepat daripada kematian karena samar-samar akan adanya
kemampuan bernafas gangguan terhadap airway.
 2. Kematian oleh karena Adanya ketakutan & gelisah
ketidakmampuan bernafas akan merupakan tanda hipoksia oleh
lebih cepatdaripada kematian karena itu harus selalu secara
karena kehilangan darah berulang-ulang kita nilai airway
 3. Kematian berikutnya akan ini terutama pada penderita yang
diikuti oleh karena penyebab intra tidak sadar. Penderita dengan
kranial gangguan kesadaran oleh karena
 Karena itu dalam PPGD apapun cidera kepala obat-obatan atau
penyebabnya urutan pertolongan alkohol, cedera toraks, aspirasi
adalah sebagai berikut : material muntah atau tersedak
 A : Air way, with cervical spine mungkin sekali terjadi gangguan
control airway. Disini diperlukan intubasi
 B : Breathing and Ventilation endotrakheal yang bertujuan :
 C : Circulation with haemorrhage  1. Membuka airway
control  2. Memberikan tambahan
 D : Disability on neurologic status oksigen
 E : Exposure/Undress with  3. Menunjang ventilasi
temperature control  4. Mencegah aspirasi
 
 II. AIR WAY MANAGEMENT  Tanda-tanda Obyektif Sumbata Airway
 Ketidakmampuan untuk  1. Look
memberikan oksigenasi ke Terlihat pasien gelisah dan
jaringan tubuh terutama ke otak perubahan kesadaran. Ini
dan organ vital yang lain merupakan gejala adanya
merupakan pembunuh tercepat hipoksia dan hipercarbia. Pasien
pada pasien. Oleh karena itu terlihat cyanosis terutama pada
airway yang baik merupakan kulit sekitar mulut, ujung jari
prioritas pertama pada setiap kuku. Juga terlihat adanya
penderita gawat darurat. kontraksi dari otot pernafasan
 Kematian-kematian dini karena tambahan.
masalah airway :  2. Listen
 1. Kegagalan mengetahui  Disini kita dengarkan apakah ada
adanya kebutuhan airway suara seperti orang ngorok,
 2. Ketidakmampuan untuk kumur-kumur, bersiul, yang
membuka airway mungkin berhubungan dengan
 3. Kegagalan mengetahui adanya sumbatan partial pada
farink/larink.
adanya airway yang dipasang
secara keliru  3. Feel
 Kita bisa rasakan bila ada  b. Ketidakmampuan
sumbatan udara terutama pada mempertahankan airway yang
saat ekspirasi bila kedudukan bebas dengan cara yang lain
trackhea di linea media  c. Untuk melindungi airway
 bagian bawah dari aspirasi darah
Management atau muntahan
Pengenalan adanya gangguan jalan nafas  d. Adanya ancaman segera
& ventilasi harus bisa dilakukan secara sumbatan airway oleh karena
cepat & tepat. Bila memang ada harus cidera inhalasi patah tulang wajah
secepatnya gangguan jalan nafas dan hematoma retropharingeal
ventilasi ini untuk segera diatasi. Hal  Cidera kepala tertutup yang
penting ini untuk menjamin oksigenasi ke memrlukan bantuan nafas (GCS
jaringan. Haruslah diingat setiap tindakan ≤8). Dari ketiga cara ini yang
untuk menjamin airway yang baik harus terbanyak dipakai adalah
selalu dengan penekanan untuk selalu endotrakheal (naso/orotrakheal).
menjaga cervical spine terutama pada Pemilihan naso/orotrakheal
penderita dengan trauma dan cedera di atas intubation tergantung
clavikula. Pada setiap penderita dengan pengalaman dokter. Kedua teknik
gangguan saluran nafas, harus selalu ini aman dan efektif bila dilakukan
secara cepat diketahui apakah ada benda
dengan tepat. Haruslah diingat
asing, cairan isi lambung, darah di saluran
pada pemasangan endotrakheal
nafas bagian atas. Kalau ada harus segera
tube ini harus selalu dijaga
dicoba untuk dikeluarkan bisa dengan jari,
aligment dari columna vertebralis
suction. Suatu saat bila dilapangan ada
dengan cervikal.
penderita dengan sumbatan jalan nafas
misal tersedak makanan abdominal trust  3. Airway definitif surgical
akan sangat berguna.  Ini dikerjakan bila ada kesukaran
 1. Teknik-teknik atau kegagalan didalam
mempertahankan airway : memasang endotrakheal intubasi.
 Pada penderita dengan Pada keadaan yang
membutuhkan kecepatan lebih
kehilangan kesadaran mungkin
dipilih krikotireodektomi dari pada
sekali lidah akan jatuh ke
tracheostomi.
belakang dan menutupi hipofarink
dan menimbulkan sumbatan jalan  a. Needle cricothyroidoktomi
nafas. Ini bisa ditolong dengan  Cara dengan menusukkan jarum
jalan : lewat membran krikotiroid, ini
 a. Chin lift hanya bisa memberikan oksigen
 b. Jaw thrust dalam waktu yang pendek (30-45
menit). Disini dipakai jarum no
 c. Orofaringeal tube
12-14 (anak 16-18 tahun)
 d. Nasofaringeal tube
 b. Surgical cricothyroidoktomi
 2. Airway definitif  Penderita tidur posisi supinasi
 Disini ada pipa dalam trakhea sesudah dilakukan anestesi lokal
dengan balon yang buat irisan kulit tranversal sampai
dikembangkan, dimana pipa ini membran cricothyroid lubang ini
dihubungkan dengan alat bantu bisa dilebarkan dengan gagang
pernafasan yang diperkaya pisau dengan cara memutar 90
dengan oksigen. Cara : derajad. Disini bisa dipakai
oratracheal, nasotracheal & tracheostomi tube atau
surgical (krikotiroidotomi atau endotracheal tube. Hati-hati
trakheotomi). Indikasi dengan cartilago cricoid terutama
pemasangan airway definitif bila pada anak-anak (teknik ini tidak
ditemukan adanya temuan klinis : dianjurkan pada anak dibawah 12
 a. Apnue tahun), hal ini dikarenakan
cartilago cricoid merupakan hipotensinya disebabkan oleh
penyangga trachea bagian atas. sebab yang lain. Seperti
Komlikasi : diketahui, volume darah manusia
 1) Aspirasi dewasa adalah 7% dari berat
 2) Salah masuk ke dalam badan, anak 8-9% dari BB. Terapi
jaringan resusitasi cairan yang agresif
 3) Stenosis/oedema subglotis harus segera dimulai begitu ada
 4) Stenosis laringeal tanda dan gejala klinis adanya
kehilangan darah muncul.
 5) Perdarahan/hematom
Sangatlah berbahaya bila
 6) Laserasi esophagus menunggu sampai tekanan darah
 7) Laserasi trachea menurun. Untuk menilai apakah
 8) Emphisema mediastinal resusitasi cairan yang diberikan
 9) Paralisis pita suara sudah cukup atau belum :
  · Tanda vital
 II. BREATHING AND  · Produksi urine
VENTILATION  · CVP
 Jalan nafas yang baik dan lancar  Penyebab hipovolemia adalah :
belum tentu menjamin ventilasi  · Cidera rongga perut
yang baik. Ventilasi yang baik  · Cidera rongga dada
sangat bergantung dari fungsi
 · Fraktur pelvis
paru, dinding dada dan
diafragma. Penyebab gangguan  · Fraktur femur
breathing :  · Luka tembus pembuluh darah
 1. Pleural effusion besar
 2. Pneumothoraks (open dan  · Perdarahan diluar tubuh dari
tension) berbagai tempat

 3. Hemothoraks
 III. DISABILITY (NEUROLOGIC
 4. Traumatic wet lung syndrome
EVALUATION)
 Pertolongan untuk memperbaiki
 Evaluasi secara cepat dilakukan
breathing :
dan dikerjakan pada tahap akhir
 1. Tension pneumothorax :
dan primary survey dengan
 · Tusuk dengan jarum yang menilai kesadaran dan pupil
besar pada sela antar iga II penderita.
 · Pemasangan chest tube pada  A : Alert
sela antar iga IV  V : Respon to vokal stimulation
 2. Hemothorax dengan  P : respon only to painful
pemasangan chest tube stimulation
 3. Open pneumothorax segera  U : Unresponsive
ditutup dengan kasa vasein
 Glasgow coma scale merupakan
 4. Fail chest diberi analgetika
penilaian yang lebih rinci, bila ini

tidak dikerjakan di primary survey
 II. CIRCULATION WITH bisa dikerjakan di secondary
HAEMORRAHAGE CONTROL survey.
 Penyebab terbesar pasien yang 
mengalami shook dan berakhir  IV. EXPOSURE
dengan kematian adalah
 Disini semua pakaian pasien
kehilangan darah dalam jumlah
dibuka. Hal ini akan sangat
yang banyak. Oleh karenanya
membantu pemeriksaan lebih
pasien dengan trauma dan
lanjut. Harus diingat disini pasien
hipotensi, harus segera ditangani
dijaga agar tidak jatuh ke
sebagai pasien hipovolemi sampai
bisa dibuktikan bahwa
hipotermia dengan jalan diberikan dari anamnesis riwayat pasien yang
selimut. merupakan bagian penting dari pengkajian
 pasien.
 V. SECONDARY SURVEY Riwayat pasien meliputi
 Dikerjakan bila primary survey - keluhan utama
dan resusitasi selesai dilakukan. - riwayat masalah kesehatan sekarang
Disini dilakukan evaluasi yang - riwayat medis
lebih teliti mulai dari kepala - riwayat keluarga
sampai ujung kaki penderita, juga
GCS bisa dikerjakan lebih teliti Pengkajian riwayat pasien secara optimal
bila pada primary survey belum harus diperoleh langsung dari pasien,
sempat dikerjakan. Pemeriksaan jika berkaitan dengan bahasa, budaya, usia,
laboratorium, evaluasi, radiologi dan cacat atau kondisi pasien yang
terganggu, konsultasikan dengan anggota
dan peritoneal lavage bisa
keluarga, orang terdekat, atau orang yang
dikerjakan.
pertama kali melihat kejadian.
 Pengkajian Level of Consciousness dan
Disabilities
Pada primary survey, disability dikaji Anamnesis harus meliputi riwayat AMPLE
dengan menggunakan skala AVPU : yang bisa didapat dari pasien dan keluarga
A - alert, yaitu merespon suara dengan
tepat, misalnya mematuhi perintah yang A : Alergi
diberikan adakah alergi pada pasien, seperti obat-
V - vocalises, tidak sesuai, atau obatan, plester, makanan
mengeluarkan suara yang tidak bisa
dimengerti M: Medikasi/obat-obatan
obat-obatan yang diminum seperti sedang
menjalani pengobatan
P - responds to pain only - hipertensi,
- kencing manis,
U - unresponsive to pain, - jantung
pasien tidak merespon baik stimulus nyeri
maupun stimulus verbal
P : Pertinent medical history
riwayat medis pasien seperti
- penyakit yang pernah diderita,
f. Expose, Examine dan Evaluate - obatnya apa,
Menanggalkan pakaian pasien dan - berapa dosisnya,
memeriksa cedera pada pasien. - penggunaan obat-obatan herbal
Jika pasien diduga memiliki cedera leher
atau tulang belakang, imobilisasi penting
untuk dilakukan. L : Last meal
- obat atau makanan yang baru saja
Secondary Assessment dikonsumsi
Survey sekunder merupakan pemeriksaan - dikonsumsi berapa jam sebelum kejadian
secara lengkap yang dilakukan secara head - periode menstruasi termasuk dalam
to toe/ kepala sd kaki, dari depan hingga komponen ini
belakang.
Secondary survey hanya dilakukan setelah
kondisi pasien mulai stabil, dalam artian E : Events
tidak mengalami syok atau tanda-tanda - hal-hal yang bersangkutan dengan sebab
syok telah mulai membaik. cedera
- kejadian yang menyebabkan adanya
keluhan utama
1. Anamnesis
Pemeriksaan data subyektif didapatkan
langkah berikutnya adalah pemeriksaan
Akronim PQRST digunakan untuk tanda-tanda vital.
mengkaji keluhan nyeri pada pasien yang Tanda tanda vital meliputi
meliputi : - Suhu
- Nadi
Provokes/palliates : - frekuensi nafas
- apa yang menyebabkan nyeri? - tekanan darah
- Apa yang membuat nyerinya lebih baik? - saturasi oksigen
- apa yang menyebabkan nyerinya lebih - berat badan
buruk? - skala nyeri
- apa yang anda lakukan saat nyeri?
- apakah rasa nyeri itu membuat anda
terbangun saat tidur? 2. Pemeriksaan fisik
Kulit kepala
• Sering terjadi pada penderita yang datang
Quality : dengan cedera ringan, tiba-tiba ada darah
- bisakah anda menggambarkan rasa nyeri? di lantai yang berasal dari bagian belakang
(biarkan pasien mengatakan dengan kata2 kepala penderita.
sendiri) • inspeksi dan palpasi adanya pigmentasi,
- apakah seperti laserasi, massa, kontusio, fraktur dan luka
- diiris termal, ruam, perdarahan, nyeri tekan
- tajam serta adanya sakit kepala
- ditekan
- ditusuk tusuk Wajah
- rasa terbakar • Inspeksi kesimterisan kanan dan kiri.
- kram • Apabila terdapat cedera di sekitar mata
- kolik jangan lalai memeriksa mata,
- diremas karena pembengkakan mata akan
menyebabkan pemeriksaan mata
Radiates: selanjutnya menjadi sulit
- apakah nyerinya menyebar?
- Menyebar kemana? Mata :
- Apakah nyeri terlokalisasi di satu titik • periksa kornea ada cedera atau tidak,
atau bergerak? • ukuran pupil apakah isokor atau anisokor
• bagaimana reflex cahaya
• apakah pupil miosis atau midriasis
Severity : • adanya ikterus
- seberapa parah nyerinya?
- Dari rentang skala 0-10 dengan 0 tidak • ketajaman mata
ada nyeri dan 10 adalah nyeri hebat • konjungtivanya anemis
• rasa nyeri
• gatal-gatal
Time : • Ptosis
- kapan nyeri itu timbul? • Exophthalmos
- apakah onsetnya cepat atau lambat? • subconjunctival perdarahan
- Berapa lama nyeri itu timbul?
- Apakah terus menerus atau hilang
timbul? Hidung :
- apakah pernah merasakan nyeri ini • perdarahan
sebelumnya? • nyeri
- apakah nyerinya sama dengan nyeri • penyumbatan penciuman
sebelumnya atau berbeda? • apabila ada deformitas (pembengkokan)
lakukan palpasi akan kemungkinan
krepitasi dari suatu fraktur.
Setelah dilakukan anamnesis, maka
• adanya trauma tajam/tumpul
Telinga : • emfisema subkutan
• periksa adanya nyeri • nyeri tekan
• tinitus • krepitasi
• pembengkakan
• Penurunan / hilangnya pendengaran • Perkusi : untuk mengetahui kemungkinan
• periksa dengan senter keutuhan hipersonor dan keredupan
membrane timpani / adanya
hemotimpanum • Auskultasi:
– suara nafas tambahan (ronki, wheezing)
– bunyi jantung (desah, gallop)
• Rahang atas: periksa stabilitas rahang
atas
• Rahang bawah: periksa akan adanya
fraktur Abdomen
• Cedera intra-abdomen kadang luput
terdiagnosis misalnya
Mulut dan faring : – pada keadaan cedera kepala dengan
• inspeksi mucosa penurunan kesadaran,
– tekstur – fraktur vertebra dengan kelumpuhan
– warna (penderita tidak sadar akan nyeri perutnya
– Kelembaban dan gejala defans otot dan nyeri
– lesi tekan/lepas tidak ada).

• amati lidah • Inspeksi abdomen bagian depan dan


belakang,
• pegang dan tekan daerah pipi, rasakan – adanya trauma tajam, tumpul
apa ada massa/ tumor pembengkakkan dan – adanya perdarahan internal
nyeri • adakah distensi abdomen, asites, luka,
• amati adanya tonsil meradang atau tidak lecet, memar, ruam, massa, ecchymosis,
(tonsillitis) bekas luka
• Palpasi adanya respon nyeri

• Auskultasi bising usus


• perkusi abdomen, untuk mendapatkan,
Vertebra servikalis dan leher nyeri lepas (ringan)
• periksa adanya deformitas tulang atau • Palpasi abdomen untuk mengetahui
krepitasi, edema, ruam, lesi, dan massa , adakah kekakuan atau nyeri tekan,
• kaji keluhan disfagia (kesulitan hepatomegali,splenomegali,defans
menelan), suara serak, cedera tumpul atau muskuler, nyeri lepas yang jelas atau
tajam, deviasi trakea uterus yang hamil.

Toraks • Bila ragu perdarahan intra abdominal >


Inspeksi: USG
• Inspeksi dinding dada bagian depan, • perforasi organ berlumen mis usus halus
samping dan belakang gejala mungkin tidak akan nampak dengan
• adanya trauma tumpul/tajam,luka, lecet, segera > memerlukan re-evaluasi berulang
memar, ruam , ekimosiss, bekas luka, kali
frekuensi dan kedalaman pernafasan, – transfer penderita ke ruang operasi bila
kesimetrisan expansi dinding dada, diperlukan
penggunaan otot pernafasan tambahan dan
ekspansi toraks bilateral,
• frekuensi dan irama denyut jantung, Pelvis (perineum/rectum/vagina)
• diperiksa adanya luka, laserasi , ruam,
Palpasi: lesi, edema, atau kontusio, hematoma, dan
perdarahan uretra. - Luka
• Colok dubur dilakukan sebelum - Hematoma
memasang kateter uretra. - Ecchymosis
• diteliti kemungkinan adanya darah dari - edema
rectum, prostat, fraktur pelvis, utuh - nyeri
tidaknya rectum dan tonus musculo - pada kolumna vertebra periksa adanya
sfinkter ani. deformitas.

• Pada wanita, pemeriksaan colok vagina


dapat menentukan adanya darah dalam Neurologis
vagina atau laserasi, • pemeriksaan tingkat kesadaran
– jika terdapat perdarahan vagina dicatat • ukuran dan reaksi pupil
– karakter dan jumlah kehilangan darah • pemeriksaan motorik dan sendorik
dilaporkan • GCS

• lakukan tes kehamilan pada semua • paralisis dapat disebabakan oleh


wanita usia subur kerusakan kolumna vertebralis atau saraf
• Pasien dengan keluhan kemih ditanya perifer
– rasa sakit atau terbakar dengan buang air • Imobilisasi penderita dgn kolar servikal
kecil • imobilisasi dilakukan samapai terbukti
– Frekuensi tidak ada fraktur servikal
– Hematuria
– kencing berkurang • inspeksi adanya kejang, twitching,
• sampel urin dianalisis parese, hemiplegi atau hemiparese
(ganggguan pergerakan)
Ektremitas • distaksia ( kesukaran mengkoordinasi
• Pemeriksaan look-feel-move otot)
• inspeksi, memeriksa adanya luka dekat • vertigo dan respon sensori
daerah fraktur (fraktur terbuka)
• Pelapasi, memeriksa denyut nadi distal
dari fraktur

punggung
- Perdarahan
- Lecet

Anda mungkin juga menyukai