Anda di halaman 1dari 107

Makalah tuberkulosis pada anak

Kamis, 08 Januari 2015


makalah tuberculosis

MAKALAH TUBERCULOSIS PADA ANAK


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ILMU KEPERAWATAN
DASAR I

DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
1. BUSTOMI

2. EKANA MITASARI

3. MILA AFRIANA

4. M . HABIBI

5. NADZROTUL UYUN

6. WARTINI

PROGRAM STUDI SI KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN


TAHUN 2014
DAFTAR ISI
Daftar isi…………………………………………………………………………………..1
Bab I ………………………………...……………………………..…………………...2
Pendahuluan …………………………………………………………………………….. 2
A. Latar belakang………………………………………………...........…………………….2
B. Tujuan penulisan………………………………………………............……….………….3
Bab II …………………………………………………………………..…….…………4
Tinjauan teori……………………………………………………………………………..4
Definisi……………………………………………………………………………………4
Klasifikasi tuberculosis……………………………………………………………………4
Etiologi……………………………………………………………………………………6
Anatomi dan patofisiologi……………………….……………………………..…………..7
Tanda dan gejala………………………………………………...……………………….12
Data penunjang…………………………………………………………………………..13
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul…………………………...………………...15
Penatalaksanaan………………………………………………………..………………..23
A. Pencegahan……………………………………………………………..........………….23
B. Pengobatan tuberculosis………………………………………………..........…………..23
Bab III…………………………………………………………....….…………………27
Penutup…………………………………………………………………….……………27
A.Kesimpulan………………………………………………………………..…………..27
B. Saran……………………………………………………………..….….……………27
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Tubuh kita membutuhkan asupan oksigen yang konstan untuk menyokong
pernafasan.Sistem pernafasan / respirasi membawa oksigen melalui jalan nafas paru ke
alveoli,yang kemudian oksigen akan mengalami difusi ke darah untuk ditranportasikan ke
seluruh tubuh.Proses ini sangat penting sehingga kesulitan dalam bernafas dirasakan sebagai
kondisi yang mengancam jiwa.Apakah kematian mungkin terjadi atau tidak,orang –orang dengan
gangguan sistem pernafasan sering cemas dan takut bahwa mereka mungkin akan mati.
Sistem pernafasan juga memiliki fungsi esensial:
 Mengeluarkan karbon dioksida (CO2) suatu produk sampah metabolisme yang ditranportasikan
dari jaringan ke paru untuk dibuang.
 Menyaring dan melembabkan udara yang masuk ke paru.
 Menangkap partikel dalam mukus jalan nafas dan mengeluarkanya melalui mulut untuk
dibuang dengan cara batuk atau ditelan.
Mencegah masuknya patogen secara inhalasi dengan mengaktifkan sistem imun.
Pengendalian pernafasan berhubungan erat dengan darah arteri dan kadar CO2 darah dan
juga kadar oksigen darah arterial.Respirasi juga dikendalikan oleh pusat korteks yang lebih
tinggi.Sebagai contoh,peningkatan ventilasi yang terjadi pada olahraga yang menjaga gas darah
arteri dalam nilai normal.
Masalah pernafasan sangat luas.Gangguan akut berkisar dari rasa tidak nyaman ringan (flu
atau pilek) sampai masalah yang mengancam jiwa (asma,beberapa tipe pneumonia,dan trauma
dada).Kondisi yang menimbulkan disabilitas seperti pembatasan aliran udara kronis (juga disebut
sebagai penyakit paru obstruktif) dan beberapa penyakit paru restriktif.Masalah pernafasan
kronis dialami oleh banyak orang,sering menyebabkan mereka mengubah gaya hidup secara
radikal seperti berhenti kerja lebih awal.
Masalah pernafasan berhubungan dengan banyak penyebab: alergi,faktor pekerjaan,faktor
genetik,gangguan tembakaudan kebiasaan merokok,infeksi,gangguan
neuromuskuler,abnormalitas dada trauma kondisi pleura dan abnormalitas vaskular
pulmonal.Faktor yang paling signifikan pada penyakit pernafasan kronis dan kanker paru.

B . Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan TB Paru.
Tujuan Khusus

1. Menjelaskan konsep dasar TB paru


2. Menjelaskan asuhan keperawatan klien dewasa dengan TB paru, meliputi :

a) pengkajian TB paru
b) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dewasa dengan TB paru
c) Melakukan perencanaan pada klien dewasa dengan TB paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
A . Definisi
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah paru-
paru.Nurarif.Amin huda.Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda,Yogyakarta.2013
B . Klasifikasi tuberculosis
Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama:
1. Pembagian secarao patologis
 Tuberculosis primer (childhood tuberculosis )
 Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktifitas radiologis tuberculosis paru (koch pulmonum) aktif,non aktif dan
guescent ( bentuk aktif yang menyenbuh)
3. Pembagian secara radiologis ( luas lesi )
 Tuberculosis minimal
 Moderately advanced tuberculosis
Far advanced tuberculosis
Klasifikasi menurut American thoracic society:
1. Kategori 0 :tidak pernah terpajan,dan tidak terinfeksi ,riwayat kontak negativ, tes tuberculin
negativ.
2. Krpajan kategori 1 : terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi.Disini riwayat
riwayat kontak positif, tes tuberculin negativ.
3. Kategori 2: terimfeksi tuberkulosis,tetapi tidak sakit.tes tuberculin positif ,radioligi dan
sputum negatif.
4. Kategori 3: terinfeksi tuberculisis dan sakit.
Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan makrobiologis:
1. Tuberculosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
 Tuberkulosis tersangka yang diobati ;BTA negativ, tetapi tanda –tanda lain positif
 Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati;sputum BTA negative dan tanda-tanda lain juga
meragukan.
Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori 1,ditujukan terhadap:
 Kasus baru dengan sputum positif
2. Kategori 2, ditujukan terhadap:
 Kasus kambuh
 Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3,ditujukan terhadap:
 Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas.
 Kasus TB ektra paru selain dari yang disebut dalam kategori 1
4. Kategori 4,ditujukan terhadap ;TB kronik.
Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas
1 Berdasarkan organ yang terinvasi
1 a. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
1.TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu
Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi
paru menunjukan gambaran TB aktif.
2. TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada
menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.

1. b. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
a) TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal
b) TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang,
TB saluran kencing dan alat kelamin.

1. Berdasarkan tipe penderita


Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
penderita :

1. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
2. Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA
positif.
3. Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah.
4. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali berobat.
PERBEDAAN TB ANAK DAN DEWASA

1. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan
infra klavikuler
2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran
kelenjar limfe regional
3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis
4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang

C . Etiologi (Penyebab)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet.Ada dua
macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.Basil tipe bovin berada
dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus .Basil tipe human bisa berada
dibercak ludah ( droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang
yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.Perjalanan TBC setelah infeksi
melalui udara.Nanda.2013
D . Anatomi dan patofisiologi
Anatomi dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran
pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi saluran
pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
Saluran nafas bawah atau pohon trakeobronkial tersusun atas trakea,bronki primer dextra
dan sinestra,bronki segmentalis,bronki subsegmentalis,dan bronkiolus terminalis(Figur A&P 14-
2)Otot polos yang mengelilingi secara spiral,bertumpuk searah jarum jam dan berlawanan
dengan arah jarum jam ditemukan pada semua struktur ini.Susunan ini memungkinkan kontraksi
otot polos untuk mengurangi diameter saluran nafas,meningkatkantahanan pada aliran udara.Otot
ini mengalami spasme pada berbagai gangguan saluran nafas.Saluran nafas bawah juga berperan
untuk menghangatkan,melembabkan,dan menyaring udara saat mengalir ke paru-paru.
Trakea
Trakea (pipa udara)memanjang dari laring ke bawah setinggivertebra torakalis 7,yang kemudian
bercabang menjadi bronkus primer (utama).Tempat percabangan ini disebut sebgai karina.Trakea
adalah suatu jalan nafas muskular dan fleksible dengan panjang 12 cmdengan cicin kartilago
berbentuk huruf C.Bersama dengan daerah saluran nafasbawah yang lain ,trakea dilapisi epitel
kolumnar berlapis semu yang mengandung sel goblet (sel yang menghasilkan mukus)dan silia
(figu A&P14-3) oleh karena silia bergetar ke atas ,silia cenderung mengeluarkan partikel asing
dan mukus yang berlebihan menjauh dariparu menuju faring .Pada alveoli tidak terdapat silia.
Bronkus dan bronkiolus
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas,berjalan lebih vertikal kebawah dibandingkan
bronkus utma kiri.Dengan demikian ,benda asing lebih mudah masuk ke bronkus kanan
dibandingkan bronkus kiri.bronkisegmental dan subsegmental adalahsubdivisi dari bronki utama
dan menyebar menyerupai pohonterbalik menuju kemasing-masing paru.Kartilago menyelubungi
jalan nafas dibronki tetapi pada bronkioli (jalan nafas terahir sebelum sampai kealveoli)Kartilago
menghilang sehingga bronkioli dapat mengalami kolaps dang mengandung udara selama
ekshalasi aktif.
Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terahir pada sistem konduksi.Area pada hidung
sampai ke bronkiolus tidak mengalami pertukaran gas dan berfungsi sebagai ruang rugi anatomik
( anatomic dead space).Kekurangan pertukaran gas berarti bahwa udara yang pertama keluar dari
mulutselama ekshalasi mencerminkan udara ruangan,tetapi udara terahir yang keluar ( udara tidal
ahir)mencerminkanudara alveolar.
Paru dan alveoli
Paru
Paru terletak didalam rongga toraks pada kedua sisi jantung .Paru berbentuk kerucut ,dengan
apeks terletak diatas rusuk pertama dan dasar /basal paru terletak pada diafragma .Tapi paru
terbagi menjadi lobus superior dan inferior oleh fisura oblik.Paru kanan dibagi lagi oleh fisura
horisontal sehingga parukanan terbagi dalam tiga lobus ,lobus posterior,medius,dan inferior dan
inferior,sedangkan paru kiri hanya terdiri atas dua lobus.Selain pembagian paru menjadi lima
lobus ini tampak dari luar,paru juga juga terbagi menjadi 10 unit yang lebih
kecil(segmenbronkopulmonal).Tiap segmen mencerminkanbagian paru yang disuplaioleh
bronkus tersierspesifik.Segmenini penting secara bedah karena segmen yang mengalami
kerusakan dapat dilakukan reseksi tanpa harus mengangkat keseluruhan lobus atau keseluruhan
paru.Kedua paru dipisahkan oleh sebuah ruangan (mediastinum)dimana terletak organ –organ
seperti jantung,aorta,venacava,pembuluh darah pulmonal,esofagus,bagian dari trakea dan bronki
serta kelenjar timus.
Paru-paru mengandung gas,darah,dinding alveolus yang tipis dan struktur
pendukung.Dinding alveolus mengandung serabut kolagen dan elastis,yang membentuk struktur
tiga dimensi menyerupai keranjang yang memungkinkan paru berkembang kesemua arah
.Serabut ini dapat meregang ketika terdapat gaya tarikan pada paru dari luar tubuh atau ketika
paru-paru mengembang dari dalam.Rekoil(pentalan)elastis membantu mengembalikan paru
kevolume saat istirahat.
Cabang arteri pumonal memperdarahi sebagian besar paru-paru.Darah pada arteri ini
miskin oksigen tetapi oksigen disuplai oleh udara inspirasi.Trakea dan bronkiolus yang bukan
merupakan bagian dari permukaan yang berperan pada pertukaran gas menerima darah kaya
oksigen dari cabang aorta.
Volume paru
Paru-paru seorang pria berusia 19 tahun memiliki kapasitas total sebesar 5900ml.Akan tetapi
,seorang tidak dapat menghembuskan semua udara dari paru-paru,sekitar 1200 ml udara tetap
berada diparu-paru seberapa pun kuatnya ekspirasi.Volume yang tertinggal ini (volume
residual)mencegah struktur parumengalami kolaps selama ekspirasi.Volume udara yang bergerak
masuk dan keluar setiap pernafasan disebut sebagai volume tidal.Selama pernafasan
biasa,volume tidal sekitar 500 ml.Jika seorang menarik nafas dalam,paru menjadi lebih
mengembang .Jumlah udara tambahan dihirup melebihi volume tidal dan disebut sebagai volume
cadangan inspirasi,udara tambahan yang dapat dihembuskan setelah pernafasan paksa disebut
sebagai volume cadangan ekspirasi.
Kapasitas paru sering dikombinasikan menjadi kapasitas :
 Kapasitas total paru:keempat volume paru
 Kapasitas vital:semua volume kecuali volume residual,yang merupakan jumlah yang dapat
diventilasi seseorang
 Kapasitas cadangan fungsional:volume residual ditambah cadangan ekspirasi
 Kapasitas inspirasi:volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi
Laju udara yang dapat dikeluarkan dari paru juga memberikan informasi diagnostik.Volume
ekspirasi paksa dalam”waktu”tertentu didapatkan dari pemeriksaan dengan meminta klien
melakukan inspirasi maksimal(sampai kapasitas paru total)diikuti dengan ekshalasi
maksimal(sampai volume residual).Jumlah total udara yang diekshalasi adalah kapasitas
vital.FEV1 mengindikasikan volume udara yang dihembuskan melalui detik pertama ,biasanya
mencapai 80%kapasitas vital dan FEV3 mengindikasikan volume udara yang dihembuskan
selama 3 detik,biasanya sekitar 95% kapasitas vital.
Volume dan kapasitas ini sering berubah pada beberapa penyakit.Pola dan derajat
perubahan berkolerasi dengan derajat proses penyakit.Volume paru yang terukur dengan
spirometri.
Alveolus
Parenkim paru,yang terdiri atas jutaan unit alveolus,adalah area yang bekerja pada jaringan
peru.Pada saat kelahiran seseorang memiliki sekitar 24 juta alveoli,pada usia 8 tahun,seseorang
memiliki 300 juta alveoli.Total area permukaan alveolus yang bekerja sekitar 750 sampai 860
kaki persegi.Supali darah yang mengalir kealveoli datang dari ventrikel kanan jantung.
Keseluruhan unit alveolar(zona respirasi)tersusun atas bronkiolus respiratorius,duktus
alveolaris,dan sakus alveolaris.Dinding alveolus sangat tipis dengan jariangan kapiler yang
saling berhubungan membentuk anyaman yang solid/padat.Oleh karena rumitnya sistem
kapiler,aliran darah pada dinding alveolus sering dideskripsikan sebagai suatu lembaran dari
darah yang bos memengalir.
Oksigen dan CO2 ditukar melalui suatu membran respirasi,dengan tebal sekitar 0,2
mm.Rerata diameter kapiler paru hanya sekitar 5um,tetapi sel darah merah(ukuran diameter
7um)harus menerobos melewati struktur ini ,atau menyentuh dinding kapiler.Oleh karena itu
jarak difusi oksigen dan CO2 harus dikurangi .Penebalan membran respirasi (misalkan pada
edema paru atau fibrosis)dapat mengganggu pertukaran gas ini.
Alveolus terdiri atas dua macam sel:pneumosit tipe 1 yang melapisi alveolus,merupakan
sel tipis dan tidak mampu mereproduksi tetapi efektif untuk pertukaran gas .Pneumosit tipe II
adalah sel kulosit dan tidak dapat melakukan pertukaran oksien dan CO2 dengan baik.Sel ini
menghasilkan surfaktandan penting pada jejas paru dan reparasi jaringan karena se ini dapat
berdiferensiasi menjadi makrofag alveolar.Sel ini juga dapat berdiferensiasi menjadi sel tipe
I.oksigenasi dapatterganggu selama masa transisi dari tipe II ke tipe I.
Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah
droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau
suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara
dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-
borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan
dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan
menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau
lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan
fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru
terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai
jalan, yaitu:
1) Percabangan bronkhus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi
laring), maupun ke saluran pencernaan.
2) Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan
penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.

Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material yang
mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran
darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri
tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu
saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya
tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah
yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi
bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat
diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri
dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama
berada di daerah apeks paru.
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi
spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB
ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi
dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai
kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu
mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap
menular (WHO 1996).
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity),
sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang terinfeksi HIV
meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di
masyarakat akan meningkat pula.

E . Tanda dan gejala


Tanda dan gejala dari tuberkulosis antara lain:
1. Demam 40-41 derajat
2. Batu/batuk darah
3. Sesak nafas
4. N yeri dada
5. Malaise
6. Keringat malam
7. Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada
8. Peningkatan sel darah putih dengan dominasi limfosit
9. Pada anak
 Berkurangnya BB 2 bulan berturut-turut tanpa sebab yang jelas atau gagal tumbuh
 Demam tanps sebab yang jelas,terutama jika berlanjut sampai 2 minggu
 Batuk kroniklebih dari 3 minggu,dengan atau tanpa whezeeng
 Riwayat kontak dengan pasien TB paru dewasa
 Demam dan batuk tidak respons terhadap terapi sesuai baku H
 Foto dada bukan alat diagnostic utama TB anak
 Semua anak dengan reaksi cepat BCG(reaksi lokal timbul <7 hari setelah penyuntikan )harus
dievalusi dengan sistem scoring TB anak
 Anak dengan Tbjika jumlah skor >6 (skor maksimal 13)
 Pasien usia balita yang mendapat skor 5,dirujuk kerumah sakit untuk evaluasi lebih lanjut
F . Data penunjang
Pemeriksaan sputum (S-P-S)
Pemeriksaan sputum penting untuk dilakukan karena dengan pemeriksaan tersebut akan
ditemukan kuman BTA. Di samping itu pemeriksaan sputum juga dapat memberikan evaluasi
terhadap pengobatan yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah sehingga dapat
dikerjakan di lapangan (puskesmas). Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat
sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk yang non produktif Dalam hal ini
dianjurkan satu hari sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum air sebanyak + 2
liter dan diajarkan melakukan refleks batuk. Dapat juga dengan memberikan tambahan obat-obat
mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila
masih sulit, sputum dapat diperoieh dengan cara bronkos kopi diambil dengan brushing atau
bronchial washing atau BAL (bronchn alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat
dengan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-anak karena mereka sulit
mengeluarkan dahaknya. Sputum yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin. Bila sputum
sudah didapat. kuman BTA pun kadang-kadang sulit ditemukan. Kuman bant dapat dkcmukan
bila bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar, sehingga sputum yang
mengandung kuman BTA mudah ke luar.
Kriteria sputum BTA positif
adalah bila sekurang-kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu sediaan. Dengan kata
lain diperlukan 5.000 kuman dalam 1 mil sputum Hasil pemeriksaan BTA (basil tahan asam) (+)
di bawah mikroskop memerlukan kurang lebih 5000 kuman/ml sputum, sedangkan untuk
mendapatkan kuman (+) pada biakan yang merupakan diagnosis pasti, dibutuhkan sekitar 50 -
100 kuman/ml sputum. Hasil kultur memerlukan waktu tidak kurang dan 6 - 8 minggu dengan
angka sensitiviti 18-30%.
Rekomendasi WHO skala IUATLD :

1. Tidak ditemuukan BTA dalam 100 lapang pandangan :negative


2. Ditemukan 1-9 BTA : tulis jumlah kuman
3. Ditemukan 10-99 BTA : 1+
4. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 2+
5. Ditemukan > 10 BTA dalam 1 lapang pandangan : 3+

Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening
TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%,
umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin
semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang
cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian
atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji
tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.

Pemeriksaan Rontgen Thoraks

Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan
adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru.
Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB
paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini
terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang
tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga sebagai
pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini
bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat antituberkulosis,
apakah sama baiknya dengan respons dari klien. Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi
di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap.
Hal ini tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya
dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.

Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi
nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emifesema perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal,
namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan secara serial
setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan
kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.

Radiologis TB Paru Milier


TB paru milier terbagi menjadi dua tipe, yaitu TB paru milier akut dan TB paru milier subakut
(kronis). Penyebaran milier terjadi setelah infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi
pembuluh darah secara masif/menyeluruh serta mengakibatkan penyakit akut yang berat dan
sering disertai akibat yang fatal sebelum penggunaan OAT. Hasil pemeriksaan rontgen thoraks
bergantung pada ukuran dan jumlah tuberkel milier. Nodul-nodul dapat terlihat pada rontgen
akibat tumpang tindih dengan lesi parenkim sehingga cukup terlihat sebagai nodul-nodul kecil.
Pada beberapa klien, didapat bentuk berupa granul-granul halus atau nodul-nodul yang sangat
kecil yang menyebar secara difus di kedua lapangan paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat
gambaran nodul-nodul halus yang tak terhitung banyaknya dan masing-masing berupa garis-
garis tajam.

Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainnya harus
dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan
terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap binatang percobaan, dan
percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium. Pemeriksaan darah
yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif adalah pemeriksaan laju
endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin
terutama IgG dan IgA.

G. Diagnosa keperawatan yang munkin muncul


1. Ketidakefektifan jalan nafas berhubungan dengan bronkospasme
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti paru,hipertensi pulmonal,penurunan
perifer yang mengakibatkan asidosis laktat dan penurunan curah jantung
3. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dyspneu
4. Resiko infeksi berhubungan dengan organisme purulen
5. Defisiensi pengetahuan tentang kondisi,terapi dan pencegahan berhubungan dengan informasi
kurang/tidak akurat
6. Hipertermi

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Bersihan Jalan Nafas NOC:
tidak efektif berhubungan  Respiratory status :  Pastikan kebutuhan oral / tracheal
dengan: Ventilation suctioning.
- Infeksi, disfungsi  Respiratory status :  Berikan O2 ……l/mnt, metode………
neuromuskular, hiperplasia Airway patency  Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
dinding bronkus, alergi jalan Aspiration Control dalam
nafas, asma, trauma Setelah dilakukan  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
- Obstruksi jalan nafas : tindakan keperawatan ventilasi
spasme jalan nafas, sekresi selama …………..pasien  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
tertahan, banyaknya mukus, menunjukkan keefektifan  Keluarkan sekret dengan batuk atau
adanya jalan nafas buatan, jalan nafas dibuktikan suction
sekresi bronkus, adanya dengan kriteria hasil :  Auskultasi suara nafas, catat adanya
eksudat di alveolus, adanya Mendemonstrasikan batuk suara tambahan
benda asing di jalan nafas. efektif dan suara nafas
 Berikan bronkodilator :
DS: yang bersih, tidak ada
- ………………………
- Dispneu sianosis dan dyspneu
- ……………………….
DO: (mampu mengeluarkan
- ………………………
- Penurunan suara nafas sputum, bernafas dengan
- Orthopneu mudah, tidak ada pursed  Monitor status hemodinamik
- Cyanosis lips)  Berikan pelembab udara Kassa basah
- Kelainan suara nafas (rales, Menunjukkan jalan nafas NaCl Lembab
wheezing) yang paten (klien tidak  Berikan antibiotik :
- Kesulitan berbicara merasa tercekik, irama …………………….
- Batuk, tidak efekotif atau nafas, frekuensi …………………….
tidak ada pernafasan dalam rentang  Atur intake untuk cairan
- Produksi sputum normal, tidak ada suara mengoptimalkan keseimbangan.
- Gelisah nafas abnormal)
 Monitor respirasi dan status O2
- Perubahan frekuensi dan  Mampu
 Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk
irama nafas mengidentifikasikan dan
mengencerkan sekret
mencegah faktor yang
 Jelaskan pada pasien dan keluarga
penyebab.
tentang penggunaan peralatan : O2,
 Saturasi O2 dalam batas
Suction, Inhalasi.
normal
 Foto thorak dalam batas
normal

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Gangguan Pertukaran gas NOC: NIC :
Berhubungan dengan :  Respiratory Status : Gas  Posisikan pasien untuk memaksimalkan
 ketidakseimbangan exchange ventilasi
perfusi ventilasi  Keseimbangan asam Basa,  Pasang mayo bila perlu
 perubahan membran Elektrolit  Lakukan fisioterapi dada jika perlu
kapiler-alveolar  Respiratory Status :  Keluarkan sekret dengan batuk atau
DS: ventilation suction
 sakit kepala ketika  Vital Sign Status
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
bangun Setelah dilakukan
suara tambahan
 Dyspnoe tindakan keperawatan
 Gangguan penglihatan selama …. Gangguan  Berikan bronkodilator ;
DO: pertukaran pasien teratasi -………………….
 Penurunan CO2 dengan kriteria hasi: -………………….
 Takikardi  Mendemonstrasikan  Barikan pelembab udara
 Hiperkapnia peningkatan ventilasi dan  Atur intake untuk cairan
 Keletihan oksigenasi yang adekuat mengoptimalkan keseimbangan.
 Iritabilitas 
Memelihara kebersihan  Monitor respirasi dan status O2
 Hypoxia paru paru dan bebas dari
 Catat pergerakan dada,amati
 kebingungan tanda tanda distress
kesimetrisan, penggunaan otot tambahan,
 sianosis pernafasan
retraksi otot supraclavicular dan
 warna kulit abnormal  Mendemonstrasikan batuk
intercostal
(pucat, kehitaman) efektif dan suara nafas
 Monitor suara nafas, seperti dengkur
 Hipoksemia yang bersih, tidak ada
 Monitor pola nafas : bradipena,
 hiperkarbia sianosis dan dyspneu
takipenia, kussmaul, hiperventilasi,
 AGD abnormal (mampu mengeluarkan
cheyne stokes, biot
 pH arteri abnormal sputum, mampu bernafas
 Auskultasi suara nafas, catat area
frekuensi dan kedalaman dengan mudah, tidak ada
penurunan / tidak adanya ventilasi dan
nafas abnormal pursed lips)
suara tambahan
 Tanda tanda vital dalam
 Monitor TTV, AGD, elektrolit dan ststus
rentang normal
mental
 AGD dalam batas normal
 Observasi sianosis khususnya membran
 Status neurologis dalam
mukosa
batas normal
 Jelaskan pada pasien dan keluarga
tentang persiapan tindakan dan tujuan
penggunaan alat tambahan (O2, Suction,
Inhalasi)
 Auskultasi bunyi jantung, jumlah, irama
dan denyut jantung
Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan
Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Ketidakseimbangan NOC:  Kaji adanya alergi makanan
nutrisi kurang dari a. Nutritional status:  Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
kebutuhan tubuh Adequacy of nutrient menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Berhubungan dengan : b. Nutritional Status : food yang dibutuhkan pasien
Ketidakmampuan untuk and Fluid Intake  Yakinkan diet yang dimakan mengandung
memasukkan atau mencernac. Weight Control tinggi serat untuk mencegah konstipasi
nutrisi oleh karena faktor Setelah dilakukan  Ajarkan pasien bagaimana membuat
biologis, psikologis atau tindakan keperawatan catatan makanan harian.
ekonomi. selama….nutrisi kurang  Monitor adanya penurunan BB dan gula
DS: teratasi dengan indikator: darah
- Nyeri abdomen  Albumin serum  Monitor lingkungan selama makan
- Muntah  Pre albumin serum  Jadwalkan pengobatan dan tindakan
- Kejang perut  Hematokrit tidak selama jam makan
- Rasa penuh tiba-tiba setelah Hemoglobin  Monitor turgor kulit
makan  Total iron binding capacity  Monitor kekeringan, rambut kusam, total
DO:  Jumlah limfosit protein, Hb dan kadar Ht
- Diare  Monitor mual dan muntah
- Rontok rambut yang  Monitor pucat, kemerahan, dan
berlebih kekeringan jaringan konjungtiva
- Kurang nafsu makan  Monitor intake nuntrisi
- Bising usus berlebih  Informasikan pada klien dan keluarga
- Konjungtiva pucat tentang manfaat nutrisi
- Denyut nadi lemah  Kolaborasi dengan dokter tentang
kebutuhan suplemen makanan seperti
NGT/ TPN sehingga intake cairan yang
adekuat dapat dipertahankan.
 Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi
selama makan
 Kelola pemberan anti emetik:.....
 Anjurkan banyak minum
 Pertahankan terapi IV line
 Catat adanya edema, hiperemik,
hipertonik papila lidah dan cavitas oval

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Kerusakan jaringan dan  Risk control tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan tindakan keperawatan pelindung
- Malnutrisi selama…… pasien tidak
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
- Peningkatan paparan mengalami infeksi dengan
dengan petunjuk umum
lingkungan patogen kriteria hasil:
 Gunakan kateter intermiten untuk
- Imonusupresi  Klien bebas dari tanda dan
menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan gejala infeksi
 Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan kemampuan
 Berikan terapi
Leukopenia, penekanan untuk mencegah
antibiotik:.................................
respon inflamasi) timbulnya infeksi
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
- Penyakit kronik  Jumlah leukosit dalam
dan lokal
- Imunosupresi batas normal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi  Menunjukkan perilaku
 Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Pertahan primer tidak hidup sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit,  Status imun,  Monitor adanya luka
trauma jaringan, gangguan gastrointestinal,  Dorong masukan cairan
peristaltik) genitourinaria dalam  Dorong istirahat
batas normal  Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Risiko infeksi NOC : NIC :
 Immune Status  Pertahankan teknik aseptif
Faktor-faktor risiko :  Knowledge : Infection  Batasi pengunjung bila perlu
- Prosedur Infasif control  Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
- Kerusakan jaringan dan  Risk control tindakan keperawatan
peningkatan paparan Setelah dilakukan  Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat
lingkungan tindakan keperawatan pelindung
- Malnutrisi selama…… pasien tidak
 Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai
- Peningkatan paparan mengalami infeksi dengan
dengan petunjuk umum
lingkungan patogen kriteria hasil:
 Gunakan kateter intermiten untuk
- Imonusupresi  Klien bebas dari tanda dan
menurunkan infeksi kandung kencing
- Tidak adekuat pertahanan gejala infeksi
 Tingkatkan intake nutrisi
sekunder (penurunan Hb,  Menunjukkan kemampuan
 Berikan terapi
Leukopenia, penekanan untuk mencegah
antibiotik:.................................
respon inflamasi) timbulnya infeksi
 Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik
- Penyakit kronik  Jumlah leukosit dalam
dan lokal
- Imunosupresi batas normal
 Pertahankan teknik isolasi k/p
- Malnutrisi  Menunjukkan perilaku  Inspeksi kulit dan membran mukosa
- Pertahan primer tidak hidup sehat terhadap kemerahan, panas, drainase
adekuat (kerusakan kulit,  Status imun,  Monitor adanya luka
trauma jaringan, gangguan gastrointestinal,  Dorong masukan cairan
peristaltik) genitourinaria dalam  Dorong istirahat
batas normal
 Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan
gejala infeksi
 Kaji suhu badan pada pasien neutropenia
setiap 4 jam

Diagnosa Keperawatan/ Rencana keperawatan


Masalah Kolaborasi Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
Hipertermia NOC: NIC :
 Monitor suhu sesering mungkin
Berhubungan dengan : Thermoregulasi
 Monitor warna dan suhu kulit
- penyakit/ trauma
 Monitor tekanan darah, nadi dan RR
- peningkatan metabolisme Setelah dilakukan
 Monitor penurunan tingkat kesadaran
- aktivitas yang berlebih tindakan keperawatan
 Monitor WBC, Hb, dan Hct
- dehidrasi selama………..pasien
 Monitor intake dan output
menunjukkan :
 Berikan anti piretik:
DO/DS: Suhu tubuh dalam batas
normal dengan kreiteria  Kelola Antibiotik:………………………..
 kenaikan suhu tubuh diatas hasil:
 Selimuti pasien
rentang normal  Suhu 36 – 37C
 Nadi dan RR dalam  Berikan cairan intravena
 serangan atau konvulsi rentang normal
 Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
(kejang)  Tidak ada perubahan
warna kulit dan tidak ada Tingkatkan sirkulasi udara
 kulit kemerahan pusing, merasa nyaman
 Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
 pertambahan RR
 Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
 takikardi
 Catat adanya fluktuasi tekanan darah
 Kulit teraba panas/ hangat  Monitor hidrasi seperti turgor kulit,
kelembaban membran mukosa)

H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis antara lain :
A Pencegahan Tuberkulosis Paru

 Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang
pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila
positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
 Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi
tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah
tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
o Vaksinasi BCG
o Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada
ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi
kelompok berikut: bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB, anak dan remaja di bawah
20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita
TB yang menular, individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif, penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes mellitus.
o Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkulosis Paru Indonsia – PPTI).

B. Pengobatan Tuberkulosis Paru


Mekanisme kerja obat anti-tuberkulosis (OAT) :

1. Aktivitas bakterisidal, untuk bakteri yang membelah cepat


2. Aktivitas sterilisasi, terhadap the pesisters (bakteri semidormant)
3. Aktivitas bakteriostatis, obat-obatan yang mempunyai aktivitas bakteriostatis terhadap
bakteri tahan asam.
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi dua fase yaitu

1. 1. Fase intensif (2-3 bulan) :


Tujuan tahapan awal adalah membunuh kuman yang aktif membelah sebanyak-banyaknya dan
secepat-cepatnya dengan obat yang bersifat bakterisidal. Selama fase intensif yang biasanya
terdiri dari 4 obat, terjadi pengurangan jumlah kuman disertai perbaikan klinis. Pasien yang
infeksi menjadi noninfeksi dalam waktu 2 minggu. Sebagian besar pasien dengan sputum BTA
positif akan menjadi negatif dalam waktu 2 bulan. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of
the British Thoracic Society,fase awal diberikan selama 2 bulan yaitu INH 5 mg/kgBB,
Rifampisin 10 mg/kgBB, Pirazinamid 35 mg/kgBB dan Etambutol 15 mg/kgBB.

1. 2. Fase lanjutan (4-7 bulan).


Selama fase lanjutan diperlukan lebih sedikit obat, tapi dalam waktu yang lebih panjang.
Penggunaan 4 obat selama fase awal dan 2 obat selama fase lanjutan akan mengurangi resiko
terjadinya resistensi selektif. Menurut The Joint Tuberculosis Committee of the British Thoracic
Society fase lanjutan selama 4 bulan dengan INH dan Rifampisin untuk tuberkulosis paru dan
ekstra paru. Etambutol dapat diberikan pada pasien dengan resistensi terhadap INH.
Pada pasien yang pernah diobati ada resiko terjadinya resistensi. Paduan pengobatan ulang terdiri
dari 5 obat untuk fase awal dan 3 obat untuk fase lanjutan. Selama fase awal sekurang-kurangnya
2 di antara obat yang diberikan haruslah yang masih efektif.

Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai
dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam
program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat kategori sebagai berikut:

1. 1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat
seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis
dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas,
TB usus, TB saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH
dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap lanjutan ).

1. 2. Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
diberikan kepada :

1. Penderita kambuh
2. Penderita gagal terapi
3. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat
4. 3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di luar
paru selain yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan
keberhasilan rendah sekali.
Obat-obatan anti tuberkulostatik
1. Isoniazid (INH) : merupakan obat yang cukup efektif dan berharga murah. Seperti
rifampisin, INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontra-
indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya terjadi bila ada
faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal kronik dan
malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai profilaksis
sejak awal pengobatan. Efek samping lain seperti hepatitis dan psikosis sangat jarang terjadi.
2. Rifampisin : merupakan komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan. Sebagaimana
halnya INH, rifampisin juga harus selalu diikutkan kecuali bila ada kontra indikasi. Pada dua
bulan pertama pengobatan dengan rifampisin, sering terjadi gangguan sementara pada fungsi hati
(peningkatan transaminase serum), tetapi biasanya tidak memerlukan penghentian pengobatan.
Kadang-kadang terjadi gangguan fungsi hati yang serius yang mengharuskan penggantian obat
terutama pada pasien dengan riwayat penyakit hati. Rifampisin menginduksi enzim-enzim hati
sehingga mempercepat metabolisme obat lain seperti estrogen, kortikosteroid, fenitoin,
sulfonilurea, dan anti-koagulan. Penting : efektivitas kontrasepsi oral akan berkurang sehingga
perlu dipilih cara KB yang lain.
3. Pyrazinamid : bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif
memlah dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan
pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk meningitis TB karena penetrasinya ke dalam
cairan otak. Tidak aktif terhadap Mycrobacterium bovis. Toksifitas hati yang serius kadang-
kadang terjadi.
4. Etambutol : digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika resiko
resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi, etambutol
diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15 mg/kg/hari pada fase lanjutan (atau
15 mg/kg/hari selama pengobatan). Pada pengobatan intermiten di bawah pengawasan,
etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau 45 mg/kg 2 kali seminggu. Efek
samping etambutol yang sering terjadi adalah gangguan penglihatan dengan penurunan visual,
buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih sering bila dosis berlebihan
atau bila ada gangguan fungsi ginjal. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini
terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya tidak diberi
etambutol tetapi obat alternative lainnya. Pemberian pada anak-anak harus dihindari sampai usia
6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan
fungsi mata harus dilakukan sebelum pengobatan.
5. Streptomisin : saat ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus
resistensi. Obat ini diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat
badan kurang dari 50 kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk
pengobatan intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan
diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg. Untuk anak
diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali seminggu untuk pengobatan yang
diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur terutama untuk pasien dengan gangguan fungsi
ginjal. Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya boleh dilampaui
dalam keadaan yang sangat khusus. Obat-obat sekunder diberikan untuk TBC yang disebabkan
oleh kuman yang resisten atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak bisa
ditoleransi. Termasuk obat sekunder adalah kapreomisin, sikloserin, makrolid generasi baru
(azitromisin dan klaritromisin), 4-kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) dan protionamid.

Tabel Panduan Pemberian Obat Anti-Tuberkulosis


Rekomendasi Dosis
Obat anti-TB (mg/kgBB)
Aksi Potensi
esensial Per minggu
Per hari
3x 2x
Isoniazid (INH) Bakterisidal Tinggi 5 10 15
Rifampisin (R) Bakterisidal Tinggi 10 10 10
Pirazinamid (Z) Bakterisidal Rendah 25 35 50
Streptomisin (S) Bakterisidal Rendah 15 15 15
Etambutol (E) Bakteriostatik Rendah 15 30 45

Kombinasi dosis combination ( fixed dose combination )


Dosis tiap hari :

o RHZE : R (150 mg) + H (75 mg) + Z (400 mg) + E (75 mg)


o RHZ : R (150 mg) + H (75 mg) + Z (450 mg)
o RH : R (300 mg) + H (150 mg)
R (150 mg) + H (75 mg)

 EH : H (150 mg) + E (400 mg)


 RHZ : R (150 mg) + H (150 mg) + Z (500 mg)
 RH : R (150 mg) + H (150 mg)

BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah paru-
paru
Klasifikasi tuberculosis tb paru ada banyak,pendapat seperti yang tertera diatas,antara
lain: Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama, Klasifikasi menurut American
thoracic society, Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan
makrobiologis, Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori, Menurut Dep.Kes
(2003), klasifikasi TB Paru. Anatomi dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi
dua bagian,yaitu saluran pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan
anatomi dan fisiologi saluran pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit
tuberkulosis.
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet.Ada dua
macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.Basil tipe bovin berada
dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usu
Ada beberapa gejala dari yuberkulosis yang harus dicurugai kemungkinan anak terkena
tubercukosis antara lain: Demam 40-41 derajat,Batu/batuk darah,Sesak nafas,
N yeri dada,Malaise,Keringat malam,Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada,Peningkatan sel
darah putih dengan dominasi limfosit dan Pada anak.
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mendirikkan diagnose tuberculosis Pemeriksaan
sputum, Pemeriksaan tuberculin, Pemeriksaan Rontgen Thoraks, Pemeriksaan CT Scan, dan
Pemeriksaan Laboratorium.
Pengobatatan atau tatalaksana untuk pasien dengan tuberculosis sesuai dengan tahapan2
yang telah dijelaskan diatas.
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis harapkan antara lain
1. perawat mampu mengaplikasikan kepada orang tua bagaimana untuk merawat anak yang
menderita tuberculosis.
2. Perawat mampu menjelaskan apa penyakit tuberculosis
3. Keluarga pasien mengerti tentang penyakit tuberculosis dan mengetahui pencegahan dari
penyakit tuberculosis.
Dec
18

MAKALAH LENGKAP TBC


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalam...

Makassar, 07 November 2014


Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga
memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-
paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di seluruh
dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah kesehatan, baik dari
sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas), maupun diagnosis dan
terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang, Indonesia menempati urutan ketiga
setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC
terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian, sedangkan pada
tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun 1999 WHO Global Surveillance
memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan
262.000 BTA positif atau insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat
Tuberkulosis / TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul
satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu
orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita harus waspada sejak dini &
mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)


Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat
sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi
organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan, miskin, atau
kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan seperempat juta kasus baru
TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan,
Indonesia adalah negara ketiga terbesar dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang
dilakukan di enam propinsi pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC
di Indonesia berkisar antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan
TBC Global yang dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya diperkirakan
merupakan kasus baru.
B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ
tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada
pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat
mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang
gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Percikan
dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem pertahanan
mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi
dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru, yang
mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar
limfe disekitar hilus paru dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya
infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
 Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif
menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk
dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh
tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian ada beberapa
kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh
tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang
bersangkutan akan menjadi penderita TBC.
Tuberkulosis Pasca Primer
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah
infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan pada anak-anak
sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa. Bakteri ini bila sering masuk
dan terkumpul di dalam paru-paru akan berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang
dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau
kelenjar getah bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain-lain,
meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-paru. Saat
Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan segera akan tumbuh
koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui serangkaian reaksi imunologis
bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan dinding di sekeliling bakteri
itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan
parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-bentuk dormant inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan fotorontgen.
D. Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala khusus yang
timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak terlalu khas terutama pada
kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan diagnosa secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai
keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan sebagian bronkus
(saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan kelenjar getah bening yang
membesar, akan menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat disertai dengan keluhan sakit
dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang pada suatu saat dapat
membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya, pada muara ini akan keluar cairan
nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi, adanya penurunan
kesadaran dan kejang – kejang.

E. Cara Pencegahan TBC


Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;


a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3 minggu, merasa sakit
di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur darah segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin BCG. Karena
vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat bagus.

F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
 Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis
tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan
obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman kebal.
Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu selama 4 – 5
bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB bervariasi
mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine
menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan
rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan
(ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi
dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus
pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya
harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-
benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar
sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan) Bandung
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Diposkan 18th December 2014 oleh AINUN ROLAS


3

Lihat komentar

1.
beni doank2 Maret 2016 07.32

Artikelnya keren dan bermanfaat bagi banyak orang,,,di klik juga ya Artikel kesehatan
terbaru

Balas

2.

Johan Warung2 Mei 2016 05.30

trimakasih gan... sangat bermanfaat banget


semoga semakin sukses....

Balas
3.

Mohammad Qodri31 Oktober 2016 00.41

terima kasih ya, saya dapat memperluas pemahaman tentang penyakit ini,
jazaakumullahu ahsanal jaza', amin.

Balas

MAKALAH TBC

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Dec

18

MAKALAH
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia
yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Wassalam...
Makassar, 07 November 2014

Penulis

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
 Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.

Tuberkulosis Pasca Primer


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
D. Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

E. Cara Pencegahan TBC


Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;


a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang la in.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat
bagus.

F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
 Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Diposkan 18th December 2014 oleh AINUN ROLAS

Tambahkan komentar

2.

Dec

18

MAKALAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia
yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Wassalam...

Makassar, 07 November 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
 Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.

Tuberkulosis Pasca Primer


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
D. Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

E. Cara Pencegahan TBC


Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;


a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat
bagus.

F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
 Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Diposkan 18th December 2014 oleh AINUN ROLAS

Tambahkan komentar

3.

Dec

18

MAKALAH LENGKAP TBC


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia
yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Wassalam...

Makassar, 07 November 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
 Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.

Tuberkulosis Pasca Primer


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
D. Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

E. Cara Pencegahan TBC


Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;


a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tida k mengenai orang lain.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat
bagus.

F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
 Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC

Diposkan 18th December 2014 oleh AINUN ROLAS

Tambahkan komentar

4.

Dec

18

MAKALAH LENGKAP TBC


KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia
yang berilmu dan berpengetahuan.

Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.

Wassalam...

Makassar, 07 November 2014

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan

Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.


2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Tuberkulosis (TBC)

Tuberkulosis (TBC atau TB) merupakan suatu penyakit infeksi yang


disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri
basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya.
Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh
manusia.

Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.

B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
 Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.

Tuberkulosis Pasca Primer


Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun
sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi
HIV atau status gizi buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan
paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura.

C. Cara Penularan TBC


Penyakit TBC biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mikobakterium tuberkulosa yang dilepaskan pada saat penderita TBC batuk, dan
pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TBC dewasa.
Bakteri ini bila sering masuk dan terkumpul di dalam paru-paru akan
berkembangbiak menjadi banyak (terutama pada orang dengan daya tahan tubuh
yang rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah
bening.
Oleh sebab itulah infeksi TBC dapat menginfeksi hampir seluruh organ tubuh
seperti: paru-paru, otak, ginjal, saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan
lain-lain, meskipun demikian organ tubuh yang paling sering terkena yaitu paru-
paru. Saat Mikobakterium tuberkulosa berhasil menginfeksi paru-paru, maka dengan
segera akan tumbuh koloni bakteri yang berbentuk globular (bulat). Biasanya melalui
serangkaian reaksi imunologis bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui
pembentukan dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel-sel paru.
Mekanisme pembentukan dinding itu membuat jaringan di sekitarnya
menjadi jaringan parut dan bakteri TBC akan menjadi dormant (istirahat). Bentuk-
bentuk dormant inilah yang sebenarnya terlihat sebagai tuberkel pada pemeriksaan
fotorontgen.
D. Gejala penyakit TBC
Gejala penyakit TBC dapat dibagi menjadi 2, yaitu gejala umum dan gejala
khusus yang timbul sesuai dengan organ yang terlibat. Gambaran secara klinis tidak
terlalu khas terutama pada kasus baru, sehingga cukup sulit untuk menegakkan
diagnosa secara klinik.
1. Gejala Sistemik/Utama
Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam
hari disertai keringat malam.
a. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang
timbul.
b. Penurunan nafsu makan dan berat badan.
c. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan
darah).
d. Perasaan tidak enak (malaise), lemah.
2. Gejala Khusus
a. Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi
sumbatan sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru -paru)
akibat penekanan kelenjar getah bening yang membesar, akan
menimbulkan suara "mengi", suara nafas melemah yang disertai sesak.
b. Kalau ada cairan dirongga pleura (pembungkus paru-paru), dapat
disertai dengan keluhan sakit dada.
c. Bila mengenai tulang, maka akan terjadi gejala seperti infeksi tulang yang
pada suatu saat dapat membentuk saluran dan bermuara pada kulit diatasnya,
pada muara ini akan keluar cairan nanah.
d. Pada anak–anak dapat mengenai otak (lapisan pembungkus otak) dan disebut
sebagai meningitis (radang selaput otak), gejalanya adalah demam tinggi,
adanya penurunan kesadaran dan kejang – kejang.

E. Cara Pencegahan TBC


Adapan tujuan dari pencegahan TBC, yaitu;
a. Menyembuhkan penderita.
b. Mencegah kematian.
c. Mencegah kekambuhan.
d. Menurunkan tingkat penularan.

Cara-cara pencegahan TBC sebagai berikut;


a) Saat batuk seharusnya menutupi mulutnya, dan apabila batuk lebih dari 3
minggu, merasa sakit di dada dan kesukaran bernafas segera dibawa
kepuskesmas atau ke rumah sakit.
b) Saat batuk memalingkan muka agar tidak mengenai orang lain.
c) Membuang ludah di tempat yang tertutup, dan apabila ludahnya bercampur
darah segera dibawa kepuskesmas atau ke rumah sakit.
d) Mencuci peralatan makan dan minum sampai bersih setelah digunakan oleh
penderita.
e) Bayi yang baru lahir dan anak-anak kecil harus diimunisasi dengan vaksin
BCG. Karena vaksin tersebut akan memberikan perlindungan yang amat
bagus.

F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
 Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
http://ainun25.blogspot.co.id/2014/12/makalah-lengkap-tbc.html

MANIFESTASI PENYAKIT TBC

Penyakit Tbc, gigi dan mulut.


Pengertian penyakit Tbc, penyakit rakyat nomor satu di Indonesia, dimana morbility rate 4 –
6 %, dan merupakan problem public health yang sulit dipecahkan, karena merupakan penyakit
yang sangat berhubungan dengan sosial ekonomi. Pada masyarakat yang sosial ekonomi tinggi,
tbc jarang ditemukan.

Penyebab Tbc, micro-bacterium tuberculosis berbentuk batang.

Tipe Tbc :
1. Tipe humanus, diderita oleh manusia.
2. Tipe bovinus, diderita oleh sapi.
3. Tipe avian, diderita oleh burung.
4. Tipe reptile, diderita oleh reptil, ikan.

Cara penularan Tbc :


1. Melalui :
a. Droplet Infeksi ; yaitu seseorang menghirup butir – butir ludah halus yang mengandung beribu-
ribu basil yang dibatukan oleh seorang penderita tbc yang infeksious.
b. Dahak yang kental yang jatuh di lantai menjadi kering dan bercampur dengan debu dapat
beterbangan bila dihembus angin.
2. Enterogen :
a. Umumnya terjadi pada tipe bovinus karena minuman air susu yang mengandung basil tipe
bovinus, terjadi pada orang yang suka minum susu tidak direbus dulu.
b. Oleh karena mempergunakan alat – alat makanan dari penderita tbc.
c. Pada anak yang sedang merangkak makan terjadi penularan dengan melalui tangannya (smeer
infection).

Jalannya Penyakit Tbc :


Basil yang masuk kedalam paru – paru atau usus menyebabkan suatu peradangan lokal (sarang
primer), kemudian oleh macropagh dibawa kekelenjar lympe regional, berkembang lagi jika
makropagh mati, sehingga terjadi peradangan pada kelenjar limfe regional. Sarang pertama ini
bersama dengan perkembangan kelenjar regionalnya disebut primair complex. Disebut juga
dengan primer tbc yang umumnya terjadi pada anak – anak.
Hasil dari primer tbc ini dapat meluas :
1. Perluasan ke sekitarnya
2. Penyebaran secara haematolimphogen atau lympho haematogen, bronchogen.
Dengan penyebaran ini dapat datang ke organ – organ lain yang terpenting :
a. Otak (selaput otak)
b. Tulang
c. Ginjal
d. Kulit
e. Keseluruh alat – alat yang disebut dengan tbc miliaris generalisata.
3 Menyembuh dengan meninggalkan bekas berupa pengapuran atau fibrosis.

Oral aspek tbc :


Dibandingkan dengan banyaknya penderita tbc positif, luka di rongga mulut adalah termasuk
jarang. Hal ini disebabkan, karena sifat bacteriostatis dari saliva, walaupun saliva ini tidak
menurunkan virulensi dari baccil tbc. Selain itu juga disebabkan oleh sisa pembersihan sisa
makanan secara mekanis yang bersifat self cleansing.
Luka tbc di mukosa mulut biasanya merupakan tbc yang skunder karena terjadinya tbc paru –
paru. Mula – mula terjadi luka trauma pada mukosa ini, kemudian masuk basil tbc, dan terjadi
reaksi yang karakteristik. Luka ini sering terdapat pada lidah, pipi, bibir, dan palatum dan terasa
sakit. Luka di mulut ini merupakan luka yang kronis dan mempunyai pinggiran luka yang
melekuk kedalam (undermind edges) dan tepi yang irregular.
Biopsi dan pemeriksaan bakteriologis adalah metode yang tepat untuk menentukan diagnosa dan
rontgen foto dari thorax untuk menentukan sumber panyakit.

Diambil dari beberapa sumber, diantaranya :


Mudiyah Mokhtar, 1978. Ilmu Penyakit Mulut dan Gigi
Manson & Eley, 1993; terj. Buku Ajar Periodonti
http://doktergigi-semarang.blogspot.co.id/2013/05/manifestasi-penyakit-
tbc.html
7
1.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA
negatif ,
gambaran klinik dan kelainan radiologik menunjukan
tuberculosis aktif
.
2.
Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukan BTA
negative dan
biakan
M.Tuberkulosis
positif .
7,12,14
2
. Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien di tentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya .
ada
beberapa tipe pasien yaitu :
a.
Kasus baru
Kasus baru adalah
pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan
dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan .
b.
Kasus kambuh (relaps)
Adalah pasien tuberculosis yang belim pernah mendapat pengobatan
tuberculosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengoba
tan lengkap,
kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA
positif atau biakan positif.
Bila BTA negative atau biakan negative tetapi
gambaran radiologi dicurigai lesi aktif /perburukan dan terdapat gejala
klinis
maka harus diperkirakan
beberapa kemungkinan .
1.
Infeksi non TB (pneumonia,bronkiektasis,dll) dalam hal ini
diberikan dahulu antibiotic selam 2 minggu kemudian dievaluasi .
2.
Infeksi jamur
3.
TB paru kambuh
c.
Kasus defaulted atau drop out
8
Adalah pasien yang tidak mengambil obat 2 bulan be
rturut turut atau lebih
sebelum masa pengobatan selesai .
d.
Kasus gagal
1.
Adanya pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali
menjadi positif pada akhir bulan ke
-
5 satu bulan sebelum akhir
pengobatan
2.
Adanya pasien dengan hasil BTA negative ganbara
n radiologi
positif manjadi BTA positif pada akhir bulan ke
-
2 pengobatan.
e.
Kasus kronik / presisten
Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah
selesai
pengobatan ulang kategor
i 2 dengan pengawasan yang baik.
11,13
B. Tuberkulosis ekstra
paru
Tuberkulosis ekstra paru adalah tuberculosis yang menyerang organ
tubuh lain selain paru misalnya pleura, kelenjar getah bening ,selaput
otak,
perikardi, tulang, persendian ,kulit,
ginjal, usus, saluran kencing
.
Tuberkulosis pada manusia dapat dibeda
kan dalam dua bentuk, yaitu
tuberculosis primer dan tuberculosis skunder
.
7
1.Tuberkulosis primer
Tuberkulosis adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum
mempunyai reaksi spesifik terhadap bakteri TB. Bila bakteri TB terhirup
dari
udara melalui saluran pernapasan dan mencapai alveoli atau bagian
terminal
saluran pernapasan, maka bakteri akan ditangkap dan dihancurkan oleh
makrofag
yang berada di alveoli. Jika pada proses ini bakteri ditangkap oleh
makrofag yang
lemah, maka bakt
eri akan berkembang biak dalam tubuh makrofag.yang lemah itu
9
dan ,
m
enghancurkan magrofag.
Dari proses ini, dihsilkan bahan kemotaksis yang
menarik monosit(makrofag) dari aliran darah dan membentuk tuberkel.
Sebelum
menghancurkan bakteri, makrofag harus dia
ktifkan terlebih dahulu oleh limfokin
yang dihasilkan oleh limfosit T.
11,12
Tidak semua makrofag pada granula TB mempunyai fungsi yang sama.
Ada
makrofag yang berfngsi pembunuh, mencerna bakteri, dan merangsang
limfosit.
Beberapa makrofag menghasilkan prot
ease elastase, kolagenase, serta factor
penstimulasi koloni untuk merangsang produksi monosit dan granulosit
pada
saluran sumsum tulang. BAkteri TB menyebar kesaluran pernapasan
memalui
getah bening regional
(ilus)
dan membentuk epitiolit granuloma. Granul
oma
mengalami nekrosis sentral sebagai akibat dari timbulnya
hipersensitifitas selular
(
delayed hipersensitifity
) terhadap bakteri TB. Hal ini terjadi sekitar 2
-
4 minggu
dan akan terlihat pada ts tuberculin. Hipersensitifitas selular terlihat
sebagai
akumu
lasi lokal dari lifosit dan makrofag.
12
Bakteri TB yang berada dalam alveoli akan membentuk fokus local
(fokus
ghon), sedangkan fokus inisial bersama
-
sama dengan limfa denopati bertempat di
hilus (kompleks primer ranks) dan disebut juga TB primer. Fokus
primer paru
biasanya bersifat unilateral dengan subpleura terletak di atas atau
bawah sifura
interlobatis, atau di bagian basal dari lobus inferior. Bakteri ini menyebar
lebih
lanjut melalui saluran limfe atau aliran darah, dan tesangkut pada
berbagai orga
n.
Jadi , TB primer merupakan infeksi yang bersifat sistematis.
7
2.
Tuberkulosis sekunder
Telah terjadi resolusi dari infeksi primer; sejumlah kecil bakteri TB masih
dapat hidup dalam keadaan dorman di jaringan parut. Se
banyak 90 %
di
10
antaranya tidak mengalami kekambuhan.Reaktifasi penyakit TB (TB
pascaprimer/TB sekunder) terjadi bila daya tahan tubuh menurun,
pecandu
alcohol akut, silikosis, dan pada penderita diabetes militus serta AIDS.
Berbeda dengan TB primer, pada TB sekunder, kelenjar limfe regional
dan
organ lainnya jarang terkena, lesi lebih terbatas, dan terlokalisir. Reaksi
imunologis terjadi dengan adanya pembentukan granuloma, mirip
dengan terjadi
pada TB primer. Tetapi,
nekrosis jaringan lebih mencolok dan menghasilakn lesi
kaseosa(perkejuan) yang luas dan disebut tuberkulema. Plotease yang
dikeluarkan
oleh makrofag aktif akan menyebabkan pelunakan bahan kaseosar.
Secara umum,
dapat dikatakan bahwa terbentuknya kafisatas
dan manifestasi lainnya dari TB
sekunder adalah akibat dari reaksi nekrotik yang dikenal sebagai
hipersensitivitas.
7
,12
TB paru pasca primer dapat disebabkan oleh infeksi lanjutan dari
sumber
eksogen, terutama pada usia
tua dengan riwayat masa muda pernah terinfeksi
bakteri TB. BIasanya, hal ini terjadi pada daerah artikel atau segmen
posterior
lobus superior, 10
-
20 dari pleura dan segmen apikel lobus interior. Hal ini
mungkin disebabkan kadar oksigen yang tinggi, sehing
ga menguntungkan untuk
pertumbuhan penyakit TB.
Lesi sekunder berkaitan dengan kerusakan paru yang disebabkan oleh
produksi sitokin yang berlebihan. Kavitas kemudian diliputi oleh jaringan
fibrotic
yang tebal dan berisi
pembuluh darah pulmonal.Kavitas yang kronis diliputi oleh
jaringan fibrotic yang tebal . Masalah lainnya pada kavitas kronis adalah
kolonisasi jamur, seperi aspergilus yang menumbuhkan micotema.
7
11
2.1.3
tanda

tanda dan gejala klinis
Gejala TB pada ora
ng dewasa umumnya penderita mengalami batuk dan
berdahak terus
-
menerus selama 3 minggu atau
lebih, batuk darah atau pernah
batuk darah. Adapun gejala
-
gejala lain dari TB
pada orang dewasa adalah sesak
nafas dan nyeri dada, badan lemah, nafsu
makan dan bera
t badan menurun,
rasa
kurang enak badan (malaise), berkeringat
malam, walaupun tanpa kegiatan,
demam meriang lebih dari sebulan.
Pada anak
-
anak gejala TB terbagi 2, yakni gejala umum dan gejala khusus.
Gejala umum
, meliputi :
1.
Berat badan turun selama 3 b
ulan berturut
-
turut tanpa sebab yang jelas dan
tidak naik dalam 1 bulan meskipun sudah dengan penanganan gizi yang
baik.
2.
Demam lama atau berulang tanpa sebab yang jelas (bukan tifus, malaria
atau
infeksi saluran nafas akut) dapat disertai dengan kering
at malam.
3.
Pembesaran kelenjar limfe superfisialis yang tidak sakit, paling sering di
daerah
leher, ketiak dan lipatan paha.
4
.
Gejala dari saluran nafas, misalnya batuk lebih dari 30 hari (setelah
disingkirkan sebab lain dari batuk), tanda cairan di dad
a dan nyeri dada.
Jika
anda menemui pasien mengeluh :
Sesak nafas, nyeri dada, badan lem
ah,
nafsu makan dan berat badan
menurun, rasa kurang enak bad
an
(malaise), berkeringat malam
walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih
dari sebulan
5.
Gejala dari saluran cerna, misalnya diare berulang yang tidak sembuh
12
dengan pengobatan diare, benjolan (mas
sa) di abdomen, dan tanda
-
tanda
cairan
dalam abdomen.
Gejala Khusus, sesuai dengan bagian tubuh yang diserang, misalnya :

TB kulit atau skrofulode
rma
2.
TB tulang dan sendi, meliputi :

Tulang punggung (spondilitis) : gibbus

Tulang panggul (koksitis): pincang, pembengkakan di pinggul

Tulang lutut: pincang dan atau bengkak
3.
TB otak dan saraf
4.
Meningitis dengan gejala kaku kuduk, muntah
-
muntah dan kesadar
an
5.
menurun.
6.
Gejala mata
a.
Conjunctivitis phlyctenularis
b.
Tuburkel koroid (hanya terlihat dengan funduskopi)eorang anak juga
patut dicurigai menderita TB
c.
Mempunyai sejarah kontak erat (serumah) dengan penderita TB BTA
posit
if.
d.
Terdapat reaksi kemerahan cepat setelah penyuntikkan BCG (dalam 3
-
7
2.1.4
Patogenisis
Individu rentan yang menghirup basil tuberculosis dan menjadi terinfeksi.
Bakteri dipindahkan melalui jalan nafas ke alveoli, tempat dimana
mereka
terkumpul dan mulai unt
uk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui
system limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainya (ginjal, tulang,
korteks
serebri), dan area paru
-
paru lainya (lobus atas).
System imun berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit
(neutrofil

dan makrofag) menelan banyak


bakteri, limfosi
t spesifik tuberculosis melisis
(menghancurkan) basil dan jaringan
normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam
alveoli,
menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi 2 sam
pai
10
minggu setelah pemajanan).
3,8
3
.1.5 mekanisme penyebaran tuberculosis
Tuberkulosis (TBC)
adalah penyakit menular yang umum dan sering
mematikan yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis
.. Penyebar
melalui udara yang tercemar dengan bakteri
Mycobac
terium tuberculosis
yang
dilepaskan pada saat penderita TBC batuk.Bakteri tuberculosis ini bila
sering
masuk dan terkumpul di dalam paru
-
paru akan berkembang biak menjadi banyak
(terutama pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah), dan
dapat
menyebar
melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening. Oleh sebab itulah
infeksi TBC dapat menginfeksi organ tubuh seperti: paru
-
paru, otak, ginjal,
saluran pencernaan, tulang, kelenjar getah bening, dan lain
-
lain,serta
bermanifestasi didalam rongga mulut.Mesk
ipun demikian organ tubuh yang
paling sering terkena infeksi bakteri ini adalah paru
-
paru.Saat
Mycobacterium
tuberculosis
berhasil menginfeksi paru
-
paru, maka dengan segera akan tumbuh
koloni bakteri yang berbentuk
globular
(bulat). Biasanya melalui serang
kaian
reaksi
imunologi
s bakteri TBC ini akan berusaha dihambat melalui pembentukan
dinding di sekeliling bakteri itu oleh sel
-
sel paru. Mekanisme pembentukan
dinding itu membuat jaringan di sekitarnya menjadi jaringan parut dan
bakteri
TBC akan menjadi
dor
mant
(istirahat). Bentuk
-
bentuk
dormant
inilah yang
sebenarnya terlihat sebagai tuberkel p
ada pemeriksaan foto rontgen
.
7,9
14
Terdapat dua jenis infeksi TB oral pada jaringan mukosa yaitu dikenal
sebagai infeksi primer dan infeksi sukunder ,Lesi pri
mer terbentuk apabila basil
langsung masuk ke mukosa seseorang yang belum pernah terinfeksi
penyakit TB
dan juga seseorang yang belum pernah mendapatkan imunisasi TB .
Meskpun
infeksi primer jarang terjadi namun dapat mempengaruhi ginggiva ,
soket bekas
pencabutan , dan lipatan bukal (bukal folds). Sedangkan infeksi
sekunder pada
jaringan mukosa terjadi karna hematogeneus , penyebaran limfatik atau
autoinokulasi oleh infeksi sputum
7,10
C.
MYCOBACTERIUM TUBERKULOSIS
a
. Morfologi dan identifikas
i Mycobacterium Tuberkulosis
1. Bentuk.
Mycobacterium tuberculosis berbentuk
batang lurus atau agak bengkok
dengan ukuran 0,2
-
0,4 x 1
-
4 um. Pewarnaan Ziehl
-
Neelsen dipergunakan untuk
identifikasi bakteri tahan asam.
2. Penanaman.
Kuman ini tumbuh lambat, k
oloni tampak setelah lebih kura
ng 2
minggu bahkan kadangkadang
setelah 6
-
8 minggu. Suhu optimum 37°C, tidak
tumbuh pada suhu 25°
C atau lebih
dari 40°C. Medium padat yang biasa
dipergunakan adala
h Lowenstein
-
Jensen. PH optimum
6,4
-
7,0.
3. Sifat
-
sifat.
Mycob
acterium tidak tahan panas, akan mati pada 6°C s
elama 15
-
20
menit. Biakan dapat
mati jika terkena sinar matahari lansung selama 2 jam. D
alam
dahak dapat bertahan 20
-
30
jam. Basil yang berada dalam percikan bahan dapat
bertahan hi
dup 8
-
10 hari. Biakan basil
ini
dalam suhu kamar dapat hidup 6
-
8
bulan dan dapat di
simpan dalam lemari dengan suhu
20°C selama 2 tahun. Myko
bakteri tahan terhadap berb
agai khemikalia dan disinfektan
antara lain phenol 5%,
asam sulfat 15%, asam sitrat 3% dan
NaOH 4%. Basil ini dihan
curkan
oleh
15
jodium tinctur dalam 5 minit, dengan alkohol 80 % akan hancur dalam 2
-
10
menit.
Gambar 1. Mykobakterium tuberkulosis
Avalaiblefrom:
https://www.google.com/s
earch?q=gambar+mycobacterium+tuber
culosis
b.
Manifestasi Oral Penderita Tuberkulosis
Tuberkulosis adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang paru
-
paru namun juga memiliki kemampuan untuk menyerang hampir seluruh
bagian
dari tubuh termas
uk rongga mulut.5 Penyakit ini bersifat aerobik dan menyebar
dari satu orang ke orang lain dan umumnya memerlukan kontak yang
berulang
untuk
penyebarannya.
14
Penyakit TB berkembang ketika sistem imun tidak dapat
melawan infeksi bakteri tersebut.
21
Faktor y
ang mempengaruhi kemungkinan
seseorang menjadi penderita TB adalah daya tahan tubuh yang rendah,
diantaranya karena gizi buruk
Lesi TB rongga mulut, dapat berupa infeksi primer
dan sekunder dari infeksi bakteri
Mycobacterium tuberculosis
.
6
Patogenesis
bias
anya karena inokulasi sendiri melalui sputum yang terinfeksi tetapi dapat
juga
terjadi melalui aliran darah. Inokulasi langsung sering melibatkan
gingiva, soket
gigi dan lipatan bukal.
20
16
Kasus yang paling sering dari TB di rongga mulut disebabkan infeksi
sekunder dari TB paru. Permukaan mukosa oral yang sehat relatif
resisten
terhadap kuman
Mycobacterium tuberculosis
karena saliva juga mempunyai efek
bakteriostatik. Saliva mempunyai efek proteksi yang dapat mencegah
terjadinya
lesi
TB rongga mulut, walaupu
n banyak basil yang berkontak dengan permukaan
mukosa rongga mulut yang khas pada kasus TB paru.
15
Luka kecil pada mukosa
merupakan tempat yang disenangi oleh mikroorganisme. Faktor
predisposisi lain
termasuk
oral hygiene
yang jelek, ekstraksi gigi dan leu
koplakia.
17
Ulkus merupakan suatu keadaan patologis yang menimbulkan
kerusakan
seluruh lapisan epitel dan jaringan dibawahnya, dilapisi oleh jendalan
fibrin
sehingga berwarna putih kekuningan
.
26
Menurut Neville dkk (2009) ulkus adalah
luka terbuka pada per
mukaan kulit atau selaput lendir dapat juga diartikan bahwa
ulkus adalah kematian jaringan yang luas dan disertai invasif kuman
saprofit.
Ulkus dapat terjadi dimana saja di seluruh bagian dari tubuh manusia.
19
Lesi oral pada penderita TB jarang ditemui
. Banyak penelitian yang dilakukan
tapi biasanya hanya menunjukkan prevalensi kurang dari 1% per
populasi sampel.
Berdsarkan dari laporan
kasus
penelitian yang dilakukan oleh Mignogna(2000)
yang meneliti 27 pria dan 15 wanita yang menderita TB dengan kisar
an umur 3
-
73thn (umur rata
-
rata 31 tahun) mempunyai manifestasi klinis di rongga mulut
berupa ulkus sebesar 69,1%
20.
Weaker(1995) melaporkan hanya 1

1,5% kasus
TB paru dapat melibatkan mukosa mulut, palatum, lidah, tonsil dan
faring.6
Frekuensi manifestas
i oral TB adalah kontroversial, kebanyakan penelitian
menunjukkan frekuensi yang rendah. Katz(1994) menemukan bahwa
kira
-
kira
17
20% dari pasien dengan penyakit ini pada paru
-
paru mempunyai keterlibatan
rongga mu
lut.
Gambar
2
. ulkus pada penderita TB
Ava
laiblefrom:
https://www.google.com/search?q=gambar+mycobacterium+tuber
culosis
Lesi dap
at berupa primer atau sekunder
primer lesi TB oral sangat langka
dan umumnya terjadi
pada pasien yang lebih muda berhubungan denga
n serviks
limfad
enopati
.
4
Lesi primer tetap
nyeri p
ada sebagian besar kasus sekunder lesi
sebaliknya lebih umum dan
t
erlihat terutama pada orang tua
.
23
Lesi dipandang
sebagai ulkus dangkal
patch , atau bahkan
seba
gai lesi di rahang yang mungkin
dalam bentuk ulseratif adalah yang paling umum dan sering
menyakitkan yang
terkait
dependen kelenjar getah bening
.
24
Lidah dan gusi adalah situs yang paling
umum infeksi pada pasien dengan TB oral
,
Lainny
a situs umum ada
lah soket gigi,
langit
-
langit lunak , dasar mulut , serta bibir dan mukosa bukal . Distribusi lesi
dirongga mulut pada pasien
juga sejalan
dengan laporan dalam literatur.
21
Gingivitis adalah proses peradangan jaringan periodontium yang
terbatas
pad
a gingiva dan
bersifat reversibel.
26
Proses inflamasi ini umumnya
tampak pada
tepi gingiva
dan pada papila
interdentalis, deng
an gejala
-
gejala klasik menurut
18
Celnus dan Galen
us, adanya rubor, tumor, kalor,
dolor dan fungsiolesa.
Kondisi
klinis yang terlih
at
pada keadaan gi
ngivitis adalah perubahan warna
dimulai dari papila
interdentalis
dan tepi gingiva,
kemudian me
luas sampai perlekatan gingiva.
Perubahan war
na
mulai dari merah terang pada
gingivitis akut
sampai merah kebiruan atau biru
pada gingivitis k
r
onis. Pembengkakan pada papila
interdentalis, tepi gingiva atau
keduanya, sehingga
papila interdentalis t
ampak tumpul. Konsistensi
bervariasi mulai da
ri lembut dan
udem hingga keras
(fibrotik). Uku
ran gingiva menjadi lebih besar
dengan derajat
p
embesaran b
ervariasi tergantung
dari faktor pembuluh
darah dan proliferasi sel.
Pada
gingivitis, gingiva relatif mud
ah berdarah.
Kedalaman sulkus gingiva lebih
dari 2 mm karena
pembesaran t
epi gingiva akibat pembengkakan
jaringan, dan da
pat dijumpai
eksudat yang tida
k
ditemukan pada gingiva se

1
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA

Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung

Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran

Anda mungkin juga menyukai