Makalah Tuberkulosis Pada Anak
Makalah Tuberkulosis Pada Anak
DISUSUN OLEH
KELOMPOK II
1. BUSTOMI
2. EKANA MITASARI
3. MILA AFRIANA
4. M . HABIBI
5. NADZROTUL UYUN
6. WARTINI
B . Tujuan penulisan
Tujuan Umum
Mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada klien dewasa dengan gangguan TB Paru.
Tujuan Khusus
a) pengkajian TB paru
b) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada klien dewasa dengan TB paru
c) Melakukan perencanaan pada klien dewasa dengan TB paru
BAB II
TINJAUAN TEORI
A . Definisi
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah paru-
paru.Nurarif.Amin huda.Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis &
Nanda,Yogyakarta.2013
B . Klasifikasi tuberculosis
Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama:
1. Pembagian secarao patologis
Tuberculosis primer (childhood tuberculosis )
Tuberculosis post-primer (adult tuberculosis)
2. Pembagian secara aktifitas radiologis tuberculosis paru (koch pulmonum) aktif,non aktif dan
guescent ( bentuk aktif yang menyenbuh)
3. Pembagian secara radiologis ( luas lesi )
Tuberculosis minimal
Moderately advanced tuberculosis
Far advanced tuberculosis
Klasifikasi menurut American thoracic society:
1. Kategori 0 :tidak pernah terpajan,dan tidak terinfeksi ,riwayat kontak negativ, tes tuberculin
negativ.
2. Krpajan kategori 1 : terpajan tuberculosis, tapi tidak terbukti ada infeksi.Disini riwayat
riwayat kontak positif, tes tuberculin negativ.
3. Kategori 2: terimfeksi tuberkulosis,tetapi tidak sakit.tes tuberculin positif ,radioligi dan
sputum negatif.
4. Kategori 3: terinfeksi tuberculisis dan sakit.
Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan makrobiologis:
1. Tuberculosis paru
2. Bekas tuberkulosis paru
3. Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam:
Tuberkulosis tersangka yang diobati ;BTA negativ, tetapi tanda –tanda lain positif
Tuberkulosis tersangka yang tidak diobati;sputum BTA negative dan tanda-tanda lain juga
meragukan.
Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori yaitu:
1. Kategori 1,ditujukan terhadap:
Kasus baru dengan sputum positif
2. Kategori 2, ditujukan terhadap:
Kasus kambuh
Kasus gagal dengan sputum BTA positif
3. Kategori 3,ditujukan terhadap:
Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang luas.
Kasus TB ektra paru selain dari yang disebut dalam kategori 1
4. Kategori 4,ditujukan terhadap ;TB kronik.
Klasifikasi TB Paru
Menurut Dep.Kes (2003), klasifikasi TB Paru dibedakan atas
1 Berdasarkan organ yang terinvasi
1 a. TB Paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura
(selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2, yaitu :
1.TB Paru BTA Positif
Disebut TB Paru BTA (+) apabila sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu
Pagi Sewaktu) hasilnya positif, atau 1 spesimen dahak SPS positif disertai pemeriksaan radiologi
paru menunjukan gambaran TB aktif.
2. TB Paru BTA Negatif
Apabila dalam 3 pemeriksaan spesimen dahak SPS BTA negatif dan pemeriksaan radiologi dada
menunjukan gambaran TB aktif. TB Paru dengan BTA (-) dan gambaran radiologi positif dibagi
berdasarkan tingkat keparahan, bila menunjukan keparahan yakni kerusakan luas dianggap berat.
1. b. TB ekstra paru yaitu tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru,
misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing dan alat kelamin. TB ekstra paru dibagi
berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya yaitu :
a) TB ekstra paru ringan yang menyerang kelenjar limfe, pleura, tulang (kecuali tulang
belakang), sendi dan kelenjar adrenal
b) TB ekstra paru berat seperti meningitis, pericarditis, peritonitis, TB tulang belakang,
TB saluran kencing dan alat kelamin.
1. Kasus baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah
menelan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) kurang dari satu bulan.
2. Kambuh (relaps) adalah penderita TB yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan
dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali berobat dengan hasil pemeriksaan BTA
positif.
3. Pindahan (transfer in) yaitu penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu
kabupaten lain kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut
harus membawa surat rujukan/pindah.
4. Kasus berobat setelah lalai (default/drop out) adalah penderita yang sudah berobat
paling kurang 1 bulan atau lebih dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
kembali berobat.
PERBEDAAN TB ANAK DAN DEWASA
1. TB anak lokasinya pada setiap bagian paru, sedangkan pada dewasa di daerah apeks dan
infra klavikuler
2. Terjadi pembesaran kelenjar limfe regional sedangkan pada dewasa tanpa pembesaran
kelenjar limfe regional
3. Penyembuhan dengan perkapuran sedangkan pada dewasa dengan fibrosis
4. Lebih banyak terjadi penyebaran hematogen, pada dewasa jarang
C . Etiologi (Penyebab)
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet.Ada dua
macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.Basil tipe bovin berada
dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus .Basil tipe human bisa berada
dibercak ludah ( droplet) di udara yang berasal dari penderita TBC terbuka dan orang
yang rentan terinfeksi TBC ini bila menghirup bercak ini.Perjalanan TBC setelah infeksi
melalui udara.Nanda.2013
D . Anatomi dan patofisiologi
Anatomi dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi dua bagian,yaitu saluran
pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan anatomi dan fisiologi saluran
pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit tuberkulosis.
Saluran nafas bawah atau pohon trakeobronkial tersusun atas trakea,bronki primer dextra
dan sinestra,bronki segmentalis,bronki subsegmentalis,dan bronkiolus terminalis(Figur A&P 14-
2)Otot polos yang mengelilingi secara spiral,bertumpuk searah jarum jam dan berlawanan
dengan arah jarum jam ditemukan pada semua struktur ini.Susunan ini memungkinkan kontraksi
otot polos untuk mengurangi diameter saluran nafas,meningkatkantahanan pada aliran udara.Otot
ini mengalami spasme pada berbagai gangguan saluran nafas.Saluran nafas bawah juga berperan
untuk menghangatkan,melembabkan,dan menyaring udara saat mengalir ke paru-paru.
Trakea
Trakea (pipa udara)memanjang dari laring ke bawah setinggivertebra torakalis 7,yang kemudian
bercabang menjadi bronkus primer (utama).Tempat percabangan ini disebut sebgai karina.Trakea
adalah suatu jalan nafas muskular dan fleksible dengan panjang 12 cmdengan cicin kartilago
berbentuk huruf C.Bersama dengan daerah saluran nafasbawah yang lain ,trakea dilapisi epitel
kolumnar berlapis semu yang mengandung sel goblet (sel yang menghasilkan mukus)dan silia
(figu A&P14-3) oleh karena silia bergetar ke atas ,silia cenderung mengeluarkan partikel asing
dan mukus yang berlebihan menjauh dariparu menuju faring .Pada alveoli tidak terdapat silia.
Bronkus dan bronkiolus
Bronkus utama kanan lebih pendek dan lebih luas,berjalan lebih vertikal kebawah dibandingkan
bronkus utma kiri.Dengan demikian ,benda asing lebih mudah masuk ke bronkus kanan
dibandingkan bronkus kiri.bronkisegmental dan subsegmental adalahsubdivisi dari bronki utama
dan menyebar menyerupai pohonterbalik menuju kemasing-masing paru.Kartilago menyelubungi
jalan nafas dibronki tetapi pada bronkioli (jalan nafas terahir sebelum sampai kealveoli)Kartilago
menghilang sehingga bronkioli dapat mengalami kolaps dang mengandung udara selama
ekshalasi aktif.
Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terahir pada sistem konduksi.Area pada hidung
sampai ke bronkiolus tidak mengalami pertukaran gas dan berfungsi sebagai ruang rugi anatomik
( anatomic dead space).Kekurangan pertukaran gas berarti bahwa udara yang pertama keluar dari
mulutselama ekshalasi mencerminkan udara ruangan,tetapi udara terahir yang keluar ( udara tidal
ahir)mencerminkanudara alveolar.
Paru dan alveoli
Paru
Paru terletak didalam rongga toraks pada kedua sisi jantung .Paru berbentuk kerucut ,dengan
apeks terletak diatas rusuk pertama dan dasar /basal paru terletak pada diafragma .Tapi paru
terbagi menjadi lobus superior dan inferior oleh fisura oblik.Paru kanan dibagi lagi oleh fisura
horisontal sehingga parukanan terbagi dalam tiga lobus ,lobus posterior,medius,dan inferior dan
inferior,sedangkan paru kiri hanya terdiri atas dua lobus.Selain pembagian paru menjadi lima
lobus ini tampak dari luar,paru juga juga terbagi menjadi 10 unit yang lebih
kecil(segmenbronkopulmonal).Tiap segmen mencerminkanbagian paru yang disuplaioleh
bronkus tersierspesifik.Segmenini penting secara bedah karena segmen yang mengalami
kerusakan dapat dilakukan reseksi tanpa harus mengangkat keseluruhan lobus atau keseluruhan
paru.Kedua paru dipisahkan oleh sebuah ruangan (mediastinum)dimana terletak organ –organ
seperti jantung,aorta,venacava,pembuluh darah pulmonal,esofagus,bagian dari trakea dan bronki
serta kelenjar timus.
Paru-paru mengandung gas,darah,dinding alveolus yang tipis dan struktur
pendukung.Dinding alveolus mengandung serabut kolagen dan elastis,yang membentuk struktur
tiga dimensi menyerupai keranjang yang memungkinkan paru berkembang kesemua arah
.Serabut ini dapat meregang ketika terdapat gaya tarikan pada paru dari luar tubuh atau ketika
paru-paru mengembang dari dalam.Rekoil(pentalan)elastis membantu mengembalikan paru
kevolume saat istirahat.
Cabang arteri pumonal memperdarahi sebagian besar paru-paru.Darah pada arteri ini
miskin oksigen tetapi oksigen disuplai oleh udara inspirasi.Trakea dan bronkiolus yang bukan
merupakan bagian dari permukaan yang berperan pada pertukaran gas menerima darah kaya
oksigen dari cabang aorta.
Volume paru
Paru-paru seorang pria berusia 19 tahun memiliki kapasitas total sebesar 5900ml.Akan tetapi
,seorang tidak dapat menghembuskan semua udara dari paru-paru,sekitar 1200 ml udara tetap
berada diparu-paru seberapa pun kuatnya ekspirasi.Volume yang tertinggal ini (volume
residual)mencegah struktur parumengalami kolaps selama ekspirasi.Volume udara yang bergerak
masuk dan keluar setiap pernafasan disebut sebagai volume tidal.Selama pernafasan
biasa,volume tidal sekitar 500 ml.Jika seorang menarik nafas dalam,paru menjadi lebih
mengembang .Jumlah udara tambahan dihirup melebihi volume tidal dan disebut sebagai volume
cadangan inspirasi,udara tambahan yang dapat dihembuskan setelah pernafasan paksa disebut
sebagai volume cadangan ekspirasi.
Kapasitas paru sering dikombinasikan menjadi kapasitas :
Kapasitas total paru:keempat volume paru
Kapasitas vital:semua volume kecuali volume residual,yang merupakan jumlah yang dapat
diventilasi seseorang
Kapasitas cadangan fungsional:volume residual ditambah cadangan ekspirasi
Kapasitas inspirasi:volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi
Laju udara yang dapat dikeluarkan dari paru juga memberikan informasi diagnostik.Volume
ekspirasi paksa dalam”waktu”tertentu didapatkan dari pemeriksaan dengan meminta klien
melakukan inspirasi maksimal(sampai kapasitas paru total)diikuti dengan ekshalasi
maksimal(sampai volume residual).Jumlah total udara yang diekshalasi adalah kapasitas
vital.FEV1 mengindikasikan volume udara yang dihembuskan melalui detik pertama ,biasanya
mencapai 80%kapasitas vital dan FEV3 mengindikasikan volume udara yang dihembuskan
selama 3 detik,biasanya sekitar 95% kapasitas vital.
Volume dan kapasitas ini sering berubah pada beberapa penyakit.Pola dan derajat
perubahan berkolerasi dengan derajat proses penyakit.Volume paru yang terukur dengan
spirometri.
Alveolus
Parenkim paru,yang terdiri atas jutaan unit alveolus,adalah area yang bekerja pada jaringan
peru.Pada saat kelahiran seseorang memiliki sekitar 24 juta alveoli,pada usia 8 tahun,seseorang
memiliki 300 juta alveoli.Total area permukaan alveolus yang bekerja sekitar 750 sampai 860
kaki persegi.Supali darah yang mengalir kealveoli datang dari ventrikel kanan jantung.
Keseluruhan unit alveolar(zona respirasi)tersusun atas bronkiolus respiratorius,duktus
alveolaris,dan sakus alveolaris.Dinding alveolus sangat tipis dengan jariangan kapiler yang
saling berhubungan membentuk anyaman yang solid/padat.Oleh karena rumitnya sistem
kapiler,aliran darah pada dinding alveolus sering dideskripsikan sebagai suatu lembaran dari
darah yang bos memengalir.
Oksigen dan CO2 ditukar melalui suatu membran respirasi,dengan tebal sekitar 0,2
mm.Rerata diameter kapiler paru hanya sekitar 5um,tetapi sel darah merah(ukuran diameter
7um)harus menerobos melewati struktur ini ,atau menyentuh dinding kapiler.Oleh karena itu
jarak difusi oksigen dan CO2 harus dikurangi .Penebalan membran respirasi (misalkan pada
edema paru atau fibrosis)dapat mengganggu pertukaran gas ini.
Alveolus terdiri atas dua macam sel:pneumosit tipe 1 yang melapisi alveolus,merupakan
sel tipis dan tidak mampu mereproduksi tetapi efektif untuk pertukaran gas .Pneumosit tipe II
adalah sel kulosit dan tidak dapat melakukan pertukaran oksien dan CO2 dengan baik.Sel ini
menghasilkan surfaktandan penting pada jejas paru dan reparasi jaringan karena se ini dapat
berdiferensiasi menjadi makrofag alveolar.Sel ini juga dapat berdiferensiasi menjadi sel tipe
I.oksigenasi dapatterganggu selama masa transisi dari tipe II ke tipe I.
Patofisiologi
Ketika seorang klien TB paru batuk, bersin, atau berbicara, maka secara tak sengaja keluarlah
droplet nuklei dan jatuh ke tanah, lantai, atau tempat lainnya. Akibat terkena sinar matahari atau
suhu udara yang panas, droplet nuklei tadi menguap. Menguapnya droplet bakteri ke udara
dibantu dengan pergerakan angin akan membuat bakteri tuberkolosis yang terkandung dalam
droplet nuklei terbang ke udara. Apabila bakteri ini terhirup oleh orang sehat, maka orang itu
berpotensi terkena infeksi bakteri tuberkolosis. Penularan bakteri lewat udara disebut dengan air-
borne infection. Bakteri yang terisap akan melewati pertahanan mukosilier saluran pernapasan
dan masuk hingga alveoli. Pada titik lokasi di mana terjadi implantasi bakteri, bakteri akan
menggandakan diri (multiplying). Bakteri tuberkolosis dan fokus ini disebut fokus primer atau
lesi primer (fokus Ghon). Reaksi juga terjadi pada jaringan limfe regional, yang bersama dengan
fokus primer disebut sebagai kompleks primer. Dalam waktu 3-6 minggu, inang yang baru
terkena infeksi akan menjadi sensitif terhadap tes tuberkulin atau tes Mantoux.
Berpangkal dari kompleks primer, infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui berbagai
jalan, yaitu:
1) Percabangan bronkhus
Dapat mengenai area paru atau melalui sputum menyebar ke laring (menyebabkan ulserasi
laring), maupun ke saluran pencernaan.
2) Sistem saluran limfe
Menyebabkan adanya regional limfadenopati atau akhirnya secara tak langsung mengakibatkan
penyebaran lewat darah melalui duktus limfatikus dan menimbulkan tuberkulosis milier.
Aliran darah
Aliran vena pulmonalis yang melewati lesi paru dapat membawa atau mengangkut material yang
mengandung bakteri tuberkulosis dan bakteri ini dapat mencapai berbagai organ melalui aliran
darah, yaitu tulang, ginjal, kelenjar adrenal, otak, dan meningen.
Rektifasi infeksi primer (infeksi pasca-primer)
Jika pertahanan tubuh (inang) kuat, maka infeksi primer tidak berkembang lebih jauh dan bakteri
tuberkulosis tak dapat berkembang biak lebih lanjut dan menjadi dorman atau tidur. Ketika suatu
saat kondisi inang melemah akibat sakit lama/keras atau memakai obat yang melemahkan daya
tahan tubuh terlalu lama, maka bakteri tuberkulosis yang dorman dapat aktif kembali. Inilah
yang disebut reaktifasi infeksi primer atau infeksi pasca-primer. Infeksi ini dapat terjadi
bertahun-tahun setelah infeksi primer terjadi. Selain itu, infeksi pasca-primer juga dapat
diakibatkan oleh bakteri tuberkulosis yang baru masuk ke tubuh (infeksi baru), bukan bakteri
dorman yang aktif kembali. Biasanya organ paru tempat timbulnya infeksi pasca-primer terutama
berada di daerah apeks paru.
Infeksi Primer
Tuberkulosis primer adalah infeksi bakteri TB dari penderita yang belum mempunyai reaksi
spesifik terhadap bakteri TB. Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan
kuman TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati sistem
pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di alveolus dan menetap
disana. Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di
paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru, saluran limfe akan membawa kuman TB
ke kelenjar limfe disekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara
terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah 4-6 minggu. Adanya infeksi
dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif.
Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan
tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan
perkembangan kuman TB. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai
kuman persister atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tahan tubuh tidak mampu
mengehentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan
menjadi penderita Tuberkulosis. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi
sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan.
Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TB)
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi
primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang
buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan
terjadinya kavitas atau efusi pleura.
Perjalanan Alamiah TB yang Tidak Diobati
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50 % dari penderita TB akan meninggal, 25 % akan
sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25 % sebagai kasus kronik yang tetap
menular (WHO 1996).
Pengaruh Infeksi HIV
Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh seluler (Cellular Immunity),
sehingga jika terjadi infeksi oportunistik, seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan
menjadi sakit parah bahkan mengakibatkan kematian. Bila jumlah horang terinfeksi HIV
meningkat, maka jumlah penderita TB akan meningkat, dengan demikian penularan TB di
masyarakat akan meningkat pula.
Pemeriksaan tuberculin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan paling bermanfaat untuk menunjukkan
sedang/pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa dan sering digunakan dalam "Screening
TBC". Efektifitas dalam menemukan infeksi TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%.
Penderita anak umur kurang dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%,
umur 1–2 tahun 92%, 2–4 tahun 78%, 4–6 tahun 75%, dan umur 6–12 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji tuberkulin
semakin kurang spesifik. Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang
cara mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian
atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji
tuberkulin dilakukan 48–72 jam setelah penyuntikan dan diukur diameter
dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi.
Pada hasil pemeriksaan rontgen thoraks, sering didapatkan adanya suatu lesi sebelum ditemukan
adanya gejala subjektif awal dan sebelum pemeriksaan fisik menemukan kelainan pada paru.
Bila pemeriksaan rontgen menemukan suatu kelainan, tidak ada gambaran khusus mengenai TB
paru awal kecuali di lobus bawah dan biasanya berada di sekitar hilus. Karakteristik kelainan ini
terlihat sebagai daerah bergaris-garis opaque yang ukurannya bervariasi dengan batas lesi yang
tidak jelas. Kriteria yang kabur dan gambar yang kurang jelas ini sering diduga sebagai
pneumonia atau suatu proses edukatif, yang akan tampak lebih jelas dengan pemberian kontras.
Pemeriksaan rontgen thoraks sangat berguna untuk mengevaluasi hasil pengobatan dan ini
bergantung pada tipe keterlibatan dan kerentanan bakteri tuberkel terhadap obat antituberkulosis,
apakah sama baiknya dengan respons dari klien. Penyembuhan yang lengkap serinng kali terjadi
di beberapa area dan ini adalah observasi yang dapat terjadi pada penyembuhan yang lengkap.
Hal ini tampak paling menyolok pada klien dengan penyakit akut yang relatif di mana prosesnya
dianggap berasal dari tingkat eksudatif yang besar.
Pemeriksaan CT Scan
Pemeriksaan CT Scan dilakukan untuk menemukan hubungan kasus TB inaktif/stabil yang
ditunjukkan dengan adanya gambaran garis-garis fibrotik ireguler, pita parenkimal, kalsifikasi
nodul dan adenopati, perubahan kelengkungan beras bronkhovaskuler, bronkhiektasis, dan
emifesema perisikatriksial. Sebagaimana pemeriksaan Rontgen thoraks, penentuan bahwa
kelainan inaktif tidak dapat hanya berdasarkan pada temuan CT scan pada pemeriksaan tunggal,
namun selalu dihubungkan dengan kultur sputum yang negatif dan pemeriksaan secara serial
setiap saat. Pemeriksaan CT scan sangat bermanfaat untuk mendeteksi adanya pembentukan
kavasitas dan lebih dapat diandalkan daripada pemeriksaan Rontgen thoraks biasa.
Pemeriksaan Laboratorium
Diagnosis terbaik dari penyakit diperoleh dengan pemeriksaan mikrobiologi melalui isolasi
bakteri. Untuk membedakan spesies Mycobacterium antara yang satu dengan yang lainnya harus
dilihat sifat koloni, waktu pertumbuhan, sifat biokimia pada berbagai media, perbedaan kepekaan
terhadap OAT dan kemoterapeutik, perbedaan kepekaan tehadap binatang percobaan, dan
percobaan kepekaan kulit terhadap berbagai jenis antigen Mycobacterium. Pemeriksaan darah
yang dapat menunjang diagnosis TB paru walaupun kurang sensitif adalah pemeriksaan laju
endap darah (LED). Adanya peningkatan LED biasanya disebabkan peningkatan imunoglobulin
terutama IgG dan IgA.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan tuberkulosis antara lain :
A Pencegahan Tuberkulosis Paru
Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang bergaul erat dengan
penderita tuberkulosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi tes tuberkulin, klinis, dan
radiologis. Bila tes tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thorax diulang
pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif, diberikan BCG vaksinasi. Bila
positif, berarti terjadi konversi hasil tes tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
Mass chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi
tertentu misalnya: karyawan rumah sakit/Puskesmas/balai pengobatan, penghuni rumah
tahanan, dan siswa-siswi pesantren.
o Vaksinasi BCG
o Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan
dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih
sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada
ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi
kelompok berikut: bayi di bawah lima tahun dengan hasil tes tuberkulin positif
karena resiko timbulnya TB milier dan meningitis TB, anak dan remaja di bawah
20 tahun dengan hasil tes tuberkulin positif yang bergaul erat dengan penderita
TB yang menular, individu yang menunjukkan konversi hasil tes tuberkulin dari
negatif menjadi positif, penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat
imunosupresif jangka panjang, penderita diabetes mellitus.
o Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberkulosis kepada
masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas
pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan
Tuberkulosis Paru Indonsia – PPTI).
Paduan obat yang digunakan terdiri atas obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang
digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, Isoniazid, Pirazinamid,
Streptomisin, dan Etambutol (Depkes RI, 2004).
Untuk program nasional pemberantasan TB paru, WHO menganjurkan panduan obat sesuai
dengan kategori penyakit. Kategori didasarkan pada urutan kebutuhan pengobatan dalam
program. Untuk itu, penderita dibagi dalam empat kategori sebagai berikut:
1. 1. Kategori I (2HRZE/4H3R3)
Kategori I adalah kasus baru dengan sputum positif dan penderita dengan keadaan yang berat
seperti meningitis, TB milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis massif atau bilateral, spondiolitis
dengan gangguan neurologis, dan penderita dengan sputum negatif tetapi kelainan parunya luas,
TB usus, TB saluran perkemihan, dan sebagainya. Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya minum obat INH
dan rifampisin tiga kali dalam seminggu ( tahap lanjutan ).
1. 2. Kategori II ( HRZE/5H3R3E3 )
Kategori II adalah kasus kambuh atau gagal dengan sputum tetap positif.
diberikan kepada :
1. Penderita kambuh
2. Penderita gagal terapi
3. Penderita dengan pengobatan setelah lalai minun obat
4. 3. Kategori III ( 2HRZ/4H3R3 )
Kategori III adalah kasus sputum negatif tetapi kelainan parunya tidak luas dan kasus TB di luar
paru selain yang disebut dalam kategori I.
4. Kategori IV
Kategori IV adalah tuberkulosis kronis. Prioritas pengobatan rendah karena kemungkinan
keberhasilan rendah sekali.
Obat-obatan anti tuberkulostatik
1. Isoniazid (INH) : merupakan obat yang cukup efektif dan berharga murah. Seperti
rifampisin, INH harus diikutsertakan dalam setiap regimen pengobatan, kecuali bila ada kontra-
indikasi. Efek samping yang sering terjadi adalah neropati perifer yang biasanya terjadi bila ada
faktor-faktor yang mempermudah seperti diabetes, alkoholisme, gagal ginjal kronik dan
malnutrisi dan HIV. Dalam keadaan ini perlu diberikan peridoksin 10 mg/hari sebagai profilaksis
sejak awal pengobatan. Efek samping lain seperti hepatitis dan psikosis sangat jarang terjadi.
2. Rifampisin : merupakan komponen kunci dalam setiap regimen pengobatan. Sebagaimana
halnya INH, rifampisin juga harus selalu diikutkan kecuali bila ada kontra indikasi. Pada dua
bulan pertama pengobatan dengan rifampisin, sering terjadi gangguan sementara pada fungsi hati
(peningkatan transaminase serum), tetapi biasanya tidak memerlukan penghentian pengobatan.
Kadang-kadang terjadi gangguan fungsi hati yang serius yang mengharuskan penggantian obat
terutama pada pasien dengan riwayat penyakit hati. Rifampisin menginduksi enzim-enzim hati
sehingga mempercepat metabolisme obat lain seperti estrogen, kortikosteroid, fenitoin,
sulfonilurea, dan anti-koagulan. Penting : efektivitas kontrasepsi oral akan berkurang sehingga
perlu dipilih cara KB yang lain.
3. Pyrazinamid : bersifat bakterisid dan hanya aktif terhadap kuman intrasel yang aktif
memlah dan mycrobacterium tuberculosis. Efek terapinya nyata pada dua atau tiga bulan
pertama saja. Obat ini sangat bermanfaat untuk meningitis TB karena penetrasinya ke dalam
cairan otak. Tidak aktif terhadap Mycrobacterium bovis. Toksifitas hati yang serius kadang-
kadang terjadi.
4. Etambutol : digunakan dalam regimen pengobatan bila diduga ada resistensi. Jika resiko
resistensi rendah, obat ini dapat ditinggalkan. Untuk pengobatan yang tidak diawasi, etambutol
diberikan dengan dosis 25 mg/kg/hari pada fase awal dan 15 mg/kg/hari pada fase lanjutan (atau
15 mg/kg/hari selama pengobatan). Pada pengobatan intermiten di bawah pengawasan,
etambutol diberikan dalam dosis 30 mg/kg 3 kali seminggu atau 45 mg/kg 2 kali seminggu. Efek
samping etambutol yang sering terjadi adalah gangguan penglihatan dengan penurunan visual,
buta warna dan penyempitan lapangan pandang. Efek toksik ini lebih sering bila dosis berlebihan
atau bila ada gangguan fungsi ginjal. Gangguan awal penglihatan bersifat subjektif; bila hal ini
terjadi maka etambutol harus segera dihentikan. Bila segera dihentikan, biasanya fungsi
penglihatan akan pulih. Pasien yang tidak bisa mengerti perubahan ini sebaiknya tidak diberi
etambutol tetapi obat alternative lainnya. Pemberian pada anak-anak harus dihindari sampai usia
6 tahun atau lebih, yaitu disaat mereka bisa melaporkan gangguan penglihatan. Pemeriksaan
fungsi mata harus dilakukan sebelum pengobatan.
5. Streptomisin : saat ini semakin jarang digunakan, kecuali untuk kasus
resistensi. Obat ini diberikan 15 mg/kg, maksimal 1 gram perhari. Untuk berat
badan kurang dari 50 kg atau usia lebih dari 40 tahun, diberikan 500-700 mg/hari. Untuk
pengobatan intermiten yang diawasi, streptomisin diberikan 1 g tiga kali seminggu dan
diturunkan menjadi 750 ng tiga kali seminggu bila berat badan kurang dari 50 kg. Untuk anak
diberikan dosis 15-20 mg/kg/hari atau 15-20 mg/kg tiga kali seminggu untuk pengobatan yang
diawasi. Kadar obat dalam plasma harus diukur terutama untuk pasien dengan gangguan fungsi
ginjal. Efek samping akan meningkat setelah dosis kumulatif 100 g, yang hanya boleh dilampaui
dalam keadaan yang sangat khusus. Obat-obat sekunder diberikan untuk TBC yang disebabkan
oleh kuman yang resisten atau bila obat primer menimbulkan efek samping yang tidak bisa
ditoleransi. Termasuk obat sekunder adalah kapreomisin, sikloserin, makrolid generasi baru
(azitromisin dan klaritromisin), 4-kuinolon (siprofloksasin dan ofloksasin) dan protionamid.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Tuberculosis adalah penyakit yang disebabkan mycobacterium tuberculosis yang
hampir seluruh organ tubuh dapat terserang olehnya,tapi yang paling banyak adalah paru-
paru
Klasifikasi tuberculosis tb paru ada banyak,pendapat seperti yang tertera diatas,antara
lain: Klasifikasi tuberculosis berdasarkan system lama, Klasifikasi menurut American
thoracic society, Klasifikasi diIndonesia dipakai berdasarkan kelainan klinis,radiologis,dan
makrobiologis, Klasifikasi menurut WHO 1991 TB dibagi dalam 4 kategori, Menurut Dep.Kes
(2003), klasifikasi TB Paru. Anatomi dan patofisiologi saluran pernafasan dibagi menjadi
dua bagian,yaitu saluran pernafasan atas saluran pernafasan bawah.Disini akan di jelaskan
anatomi dan fisiologi saluran pernafasan bawah,yang berhubungan dengan penyakit
tuberkulosis.
Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium tuberculosis.Basil ini tidak berspora
sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan,sinar matahari,dan sinar ultraviolet.Ada dua
macam mikobacteria tuberkulosis yaitu tipe human dan tipe bovin.Basil tipe bovin berada
dalam usus sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usu
Ada beberapa gejala dari yuberkulosis yang harus dicurugai kemungkinan anak terkena
tubercukosis antara lain: Demam 40-41 derajat,Batu/batuk darah,Sesak nafas,
N yeri dada,Malaise,Keringat malam,Suara khas pada perkusi dada,bunyi dada,Peningkatan sel
darah putih dengan dominasi limfosit dan Pada anak.
Pemeriksaan yang harus dilakukan untuk mendirikkan diagnose tuberculosis Pemeriksaan
sputum, Pemeriksaan tuberculin, Pemeriksaan Rontgen Thoraks, Pemeriksaan CT Scan, dan
Pemeriksaan Laboratorium.
Pengobatatan atau tatalaksana untuk pasien dengan tuberculosis sesuai dengan tahapan2
yang telah dijelaskan diatas.
B. Saran
Adapun saran-saran yang penulis harapkan antara lain
1. perawat mampu mengaplikasikan kepada orang tua bagaimana untuk merawat anak yang
menderita tuberculosis.
2. Perawat mampu menjelaskan apa penyakit tuberculosis
3. Keluarga pasien mengerti tentang penyakit tuberculosis dan mengetahui pencegahan dari
penyakit tuberculosis.
Dec
18
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya kami
dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan terima
kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalam...
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari TBC.
2. Untuk mengetahui penyebab penyakit TBC.
3. Untuk mengetahui cara Penularan TBC.
4. Untuk mengetahui gejala-gejala TBC.
5. Untuk mengetahui cara penanggulangan/pencegahan TBC.
6. Untuk mengetahui cara pengobatan kepada penderita TBC.
BAB II
PEMBAHASAN
F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh. Dosis tahap intensif dan dosis
tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya pada saat perut kosong. Apabila paduan
obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman TB akan berkembangmenjadi kuman kebal.
Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama 2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu selama 4 – 5
bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB bervariasi
mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa berubahnya warna urine
menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual, kesemutan dan
rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan keseimbangan hingga kekuningan
(ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut, pasien harus segera berkonsultasi
dengan dokter untuk memperoleh penanganan lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus
pengobatan bisa berlangsung hingga delapan bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena adanya bakteri
Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah penularan penyakit ini sebaiknya
harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan. Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-
benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang dapat
disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat secara benar
sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan) Bandung
Doengoes, M. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Lihat komentar
1.
beni doank2 Maret 2016 07.32
Artikelnya keren dan bermanfaat bagi banyak orang,,,di klik juga ya Artikel kesehatan
terbaru
Balas
2.
Balas
3.
terima kasih ya, saya dapat memperluas pemahaman tentang penyakit ini,
jazaakumullahu ahsanal jaza', amin.
Balas
MAKALAH TBC
Klasik
Kartu Lipat
Majalah
Mozaik
Bilah Sisi
Cuplikan
Kronologis
1.
Dec
18
MAKALAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia
yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Wassalam...
Makassar, 07 November 2014
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.
F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Tambahkan komentar
2.
Dec
18
MAKALAH
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami
mengucapkan terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan medikal bedah yang
telah memberikan tugas ini kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia
yang berilmu dan berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Wassalam...
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.
F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Tambahkan komentar
3.
Dec
18
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Wassalam...
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.
F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC
Tambahkan komentar
4.
Dec
18
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
dan masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan
saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi
siapapun yang membacanya.
Wassalam...
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang
sangat kuat sehingga memerlukan waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih
sering menginfeksi organ paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit
(morbiditas), maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta
orang, Indonesia menempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal
jumlah penderita di antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.
Hasil survei Kesehatan Rumah Tangga Depkes RI tahun 1992, menunjukkan
bahwa Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit kedua penyebab kematian,
sedangkan pada tahun 1986 merupakan penyebab kematian keempat. Pada tahun
1999 WHO Global Surveillance memperkirakan di Indonesia terdapat 583.000
penderita Tuberkulosis / TBC baru pertahun dengan 262.000 BTA positif atau
insidens rate kira-kira 130 per 100.000 penduduk. Kematian akibat Tuberkulosis /
TBC diperkirakan menimpa 140.000 penduduk tiap tahun. Jumlah penderita TBC
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat.
Saat ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua
menit muncul satu penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap
empat menit sekali satu orang meninggal akibat TBC di Indonesia. Sehingga kita
harus waspada sejak dini & mendapatkan informasi lengkap tentang penyakit TBC.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai berikut :
1. Apa pengertian dari TBC?
2. Bagaimana penyebab penyakit TBC?
3. Bagaimana cara Penularan TBC?
4. Apa gejala-gejala seseorang menderita TBC?
5. Bagaimana cara penanggulangan/pencegahan TBC?
6. Bagaimana cara pengobatan kepada penderita TBC?
C. Tujuan
PEMBAHASAN
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja. Setiap tahunnya, Indonesia bertambah dengan
seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi setiap
tahunnya disebabkan oleh TBC. Bahkan, Indonesia adalah negara ketiga terbesar
dengan masalah TBC di dunia. Survei prevalensi TBC yang dilakukan di enam propinsi
pada tahun 1983-1993 menunjukkan bahwa prevalensi TBC di Indonesia berkisar
antara 0,2 – 0,65%. Sedangkan menurut laporan Penanggulangan TBC Global yang
dikeluarkan oleh WHO pada tahun 2004, angka insidensi TBC pada tahun 2002
mencapai 555.000 kasus (256 kasus/100.000 penduduk), dan 46% diantaranya
diperkirakan merupakan kasus baru.
B. Penyebab TBC
Penyakit Tuberkulosis Paru (TB Paru) disebabkan oleh kuman TBC
(Mycobacterium tuberculosis) yang sebagian kuman TBC menyerang paru, tetapi
dapat juga mengenai organ tubuh lain. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat
khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula
sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari
langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan
lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama
beberapa tahun.
Infeksi Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC.
Percikan dahak yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosilierbronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus
dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak
dengan cara membelah diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru.
Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe disekitar hilus paru dan
ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai
pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu.
Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari
negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya
kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitasseluler). Pada
umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman
TBC. Meskipun demikian ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister
atau dormant (tidur). Kadang-kadang daya tubuh tidak mampu menghentikan
perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi
penderita TBC.
F. Pengobatan TBC
1. Jenis Obat
Isoniasid
Rifampicin
Pirasinamid
Streptomicin
2. Prinsip Obat
Obat TB diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis, dalam jumlah
cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan,supaya semua kuman dapat dibunuh.
Dosis tahap intensif dan dosis tahap lanjutan ditelan dalam dosis tunggal,sebaiknya
pada saat perut kosong. Apabila paduan obat yangdigunakan tidak adekuat, kuman
TB akan berkembangmenjadi kuman kebal. Pengobatan TB diberikan dalan 2 Tahap
yaitu:
a) Tahap intensif
Pada tahap intensif penderita mendapat obat (minum obat) setiap hari selama
2 - 3 bulan.
b) Tahap lanjutan
Pada tahap lanjutan penderita mendapat obat (minum obat) tiga kali seminggu
selama 4 – 5 bulan.
3. Efek Samping Obat
Beberapa efek samping yang mungkin muncul akibat mengkonsumsi obat TB
bervariasi mulai dari ringan hingga berat. Efek samping ringan dapat berupa
berubahnya warna urine menjadi kemerahan yang diakibatkan oleh rifampisin.
Efek samping lainnya dapat berupa nyeri sendi, tidak ada nafsu makan, mual,
kesemutan dan rasa terbakar di hati, gatal dan kemerahan dikulit gangguan
keseimbangan hingga kekuningan (ikterus). Jika pasien merasakan hal-hal tersebut,
pasien harus segera berkonsultasi dengan dokter untuk memperoleh penanganan
lebih lanjut, fase lanjutan. Dalam beberapa kasus pengobatan bisa berlangsung
hingga delapan bulan.
http://ainun25.blogspot.co.id/2014/12/makalah-lengkap-tbc.html
Tipe Tbc :
1. Tipe humanus, diderita oleh manusia.
2. Tipe bovinus, diderita oleh sapi.
3. Tipe avian, diderita oleh burung.
4. Tipe reptile, diderita oleh reptil, ikan.
1
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena
adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.
B. Saran
Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah
Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum
obat secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk
memeriksakan diri ke klinik/puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara, C.L. 1996. Perawatan Medikal Bedah (suatu pendekatan proses keperawatan)
Bandung
Smeltzer and Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Buku
Kedokteran