Anda di halaman 1dari 4

Nama : Aris Sandi Ramadhan

Nim : B1C1 17 009


MANAJEMEN RISIKO ASURANSI

Perkembangan situasi makroekonomi Indonesia harus diakui memiliki pengaruh terhadap optimisme
pertumbuhan industri asuransi. Selain situasi makroekonomi, regulasi baru dari pemerintah juga bisa
menjadi amunisi penting bagi industri asuransi dalam menggenjot pendapatan premi lebih tinggi.

 PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO ASURANSI

OJK telah mewajibkan seluruh perusahaan asuransi di indonesia untuk menerapkan manajemen
risiko secara efektif. Penerapan manajemen risiko ini harus disesuaikan dengan tujuan, kebijakan
usaha, ukuran, dan kompleksitas asuransi. Penerapan manajemen risiko asuransi sedikitnya harus
mencakup:

1. Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi asuransi


2. Kecukupan kebijakan prosedur dan penetapan limit risiko
3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
4. Sistem informasi manajemen risiko
5. Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

Otorisasi Jasa Keuangan (2016) telah menetapkan bahwa perusahaan asuransi umum, perusahaan
asuransi jiwa, dan perusahaan reasuransi di indonesia wajib mennerapkan menajemen risiko untuk

1. Risiko Strategi
2. Risiko Operasional
3. Risiko Aset dan Liabiilitas
4. Risiko Kepengurusan
5. Risiko Tata Kelola
6. Risiko Dukungan Dana
7. Risiko Asuransi

 RISIKO STRATEGI
Risiko strategi adalah potensi kegagalan asuransi dalam merealisasikan kewajiban kepada
pemegang polis/ tertanggung/ nasabah akibat ketidaklayakan atau kegagalan dalam
melakukan perencanaan, penetapan, dan pelaksanaan strategi pengambilan keputusan
bisnis yang tepat, dan atau kurang responsifnya asuransi terhadap perubahan eksternal.
Risiko strategi bersumber dari strategi yang dijalankan asuransi yang tidak sesuai
dengan kondisi lingkungannya, kebijakan suransi yang diterapkan tidak sesuai dengan posisi
strategis asuransi. Risiko strategi bisa meningkat karena stabilitas politik tidak kondusif,
inflasi tinggi, dan stabilitas keamanan yang kurang
Tujuan utama manajemen risiko strategi asuransi adalah meminimalkan
kemungkinan terjadinya risiko strategi yang berdampak pada bisnis asuransi.
PROSES MANAJEMEN RISIKO STRATEGI ASURANSI
 Identifikasi Risiko Strategi Asuransi
 Pengukuran Risiko Strategi Asuransi
 Pemantauan Risiko strategi
 Pengendalian Risiko strategi Asuransi

 RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional adalah potensi kegagalan asuransi dalam merealisasikan
kewajiban kepada tertanggung dan pemegang polis sebagai akibat ketidaklayakan atau
kegagalan proses internal manusia, sistem teknologi informasi, dan atau kejadian dari luar
lingkungan perusahaan.
Sumber risiko operasional adalah struktur organisasi, SDM, volume, dan beban kerja
yang dimiliki, tingkat kompleksitas perusahaan yang tinggi, sistem teknologi informasi tidak
memadai, adanya kecurangan dan permasalahan hukum, serta adanya gaangguan terhadap
bisnis perusahaan.
Tujuan utama manajemen risiko operasional asuransi adalah meminimalkan
kemungkinan dampak negatif akibat ketidaklayakan atau kegagalan proses internal,
manusia, sistem teknologi informasi, dan atau adanya kejadian yang berasal dari luar
lingkungan perusahaan sehingga menimbulkan kegagalan perusahaan dalam merealisasikan
kewajiban kepada tertanggung dan pemegang polis.
PROSES MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL
 Identifikasi risiko operasional
 Pengukuran risiko operasional
 Pemantauan risiko
 Pengendalian risiko

 RISIKO ASET DAN LIABILITAS


Risiko aset dan liabilitas adalah risiko yang terjadi karena adanya potensi kegagalan dalam
pengelolaan aset dan pengelolaan liabilitas perusahaan yang menimbulkan kekurangan dana
dalam pemenuhan kewajiban asuransi kepada pemegang polis. Risiko ini bersumber dari
pengelolaan aset dan liabilitas yang dilakukan dengan tidak baik sehingga kesesuaian aset
dan liabilitas tidak memadai
Tujuan manajemen risiko aset dan liabilitas adalah memastikan asuransi mengelola
aset dan liabilitasnya dengan baik sehingga tidak menimbulkan kekurangan dana dalam
pemenuhan kewajiban asuransi kepada pemegang polis
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO ASET DAN LIABILITAS
 Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi asuransi
 Kecukupan kebijakan, prosedur dan limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
 Sistem informasi manajemen risiko aset dan liabilitas
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

 RISIKO KEPENGURUSAN
Risiko kepengurusan adalah risiko kegagalan asuransi dalam mencapai tujuan akibat
kegagalan asuransi dalam memelihara komposisi terbaik pengurus yang memiliki
kompetensi dan integritas tinggi. Pengurus adalah dewan komisaris dan direksi. Sumber
risiko kepengurusan adalah penunjukkan dan pemberhentian dewan komisaris dan direksi
yang tidak memadai, komposisi, dan proposal dewan komisaris dan direksi yang tidak
mencukupi dan tidak sesuai kebutuhan asuransi, komposisi, dan integritas dewan komisaris
dan direksi asuransi yang tidak memadai dan tidak menunjang tugas dan wewenang dewan
komisaris dan direksi, serta kepemimpinan dewan komisaris dan direksi yang tidak baik.
Risiko kepengurusan dapat meningkat karena tidak tersedianya sistem remunerasi memadai
bagi direksi dan dewan komisaris.
Tujuan manajemen risiko kepengurusan adalah memastikan asuransi memelihara
komposisi dewan komisaris dan direksi terbaik yang memiliki kompetensi dan integritas yang
tinggi sehingga asuransi dapat mencapai tujuannya.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPENGURUSAN
 Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi asuransi
 Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
 Sistem informasi manajemen risiko
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

 RISIKO TATA KELOLA


Risiko tata kelola adalah potensi kegagalan dalam pelaksanaan tata kelola yang baik,
ketidaktepatan gaya manajemen, lingkungan pengendalian, dan perilaku dari setiap pihak
yang terlibat langsung atau tidak langsung dengan perusahaan. Sumber risiko tat kelola
adalah karena pedoman tat kelola yang dimilliki asuransi tidak memadai. Asuransi tidak
menerapkan prinsip tata kelola yang baik dan asuransi tidak menerapkan manajemen risiko
secara memadai. Risiko tata kelola dapat meningkat karena adanya intervensi dari pihak lain
yanng mengakibatkan kegagalan dalam pelaksanaan tat kelola yang baik.
Tujuan manajemen risiko tata kelola adalah meminimalkan risiko tidak
terlaksananya tata kelola yang baik di asuransi
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO TATA KELOLA
 Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi asuransi
 Kecukupan kebijakan prosedur dan penetapan limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
 Sistem informasi manajemen risiko tata kelola
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

 RISIKO DUKUNGAN DANA (PERMODALAN)


Risiko dukungan dana adalah risiko yang muncul akibat ketidakcukupan dana/modal
asuransi, termasuk kurangnya akses tambahan dana/modal dalam menghadapi kerugian
atau kebutuhan dana/modal yang tidak terduga. Risiko dukungan dana bersumber dari
kemampuan pendanaan (permodalan) yang lemah dan tambahan pendanaan permodalan
yang rendah. Tujuan manajemen risiko ini adalah untuk memastikan bahwa proses
manajemen risiko dapat meminimalkan kemungkinan asuransi memiliki kemampuan
pendanaan yang rendah sehingga asuransi tidak dapat menyerap kerugian yang tak terduga.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO DUKUNGAN DANA
 Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi asuransi
 Kecukupan kebijakan prosedur dan penetapan limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
 Sistem informasi manajemen risiko dukungan dana
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
 RISIKO ASURANSI
Risiko asuransi adalah potensi kegagalan asuransi unntuk memenuhi kewajiban kepada
tertanggung dan pemegang polis sebagai akibat ketidakcukupan proses seleksi risiko,
penetapan premi, penggunaan reasuransi, dan atau penanganan klaim. Sumber risiko
asuransi adalah karakteristik bisinis asuransi dan bauran produk. Tujuan manajemen risiko
asuransi adalah meminimalkan kemungkinan ketidakcukupan proses seleksi risiko,
penetapan premi, penggunaan reasuransi, dan atau penanganan klaim sehingga asuransi
tidak dapat memenuhi kewajiban pada pemegang polis.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO ASURANSI
 Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi asuransi
 Kecukupan kebijakan prosedur dan penetapan limit
 Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
 Sistem informasi manajemen risiko asuransi
 Sistem pengendalian intern yang menyeluruh

CONTOH KASUS

PT Asuransi Jiwasraya

Oktober 2018 lalu PT Asuransi Jiwasraya mengaku tengah mengalami tekanan likuiditas sehingga
menunda pembayaran klaim pada produk Bancassurance. Beredar kabar melalui sosial media bahwa
perusahaan asuransi plat merah itu mengalami gagal bayar. Namun, pihak perusahaan bersikukuh ini
hanya penundaan bukan gagal bayar.

Namun pihak manajemen akhirnya buka-bukaan soal penundaan pembayaran polis jatuh tempo
karena adanya tekanan likuiditas yang mendera asuransi jiwa plat merah ini. Adapun total saving
plan yang jatuh tempo dan tidak bisa dilunasi berjumlah Rp 802 miliar.

Di tengah investigasi yang dilakukan Kementerian BUMN melibatkan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), manajemen Jiwasraya menawarkan program roll over. Bunga jatuh
tempo dibayar penuh dan bunga roll over dibayar dimuka 7% p.a net. Pokok di-reschedule 1 tahun
dengan cara di-roll over.

Ketua Koordinator Forum Komunikasi Pemegang Polis Bancassurance Jiwasraya, Rudyantho


menyatakan nasabah dalam forumnya belum sepakat. Pihaknya juga mengadu ke DPR Komisi VI dan
bahkan mengadu ke Presiden Joko Widodo.

Pemerintah bersama DPR Komisi VI baru akan memanggil pihak PT Asuransi Jiwasraya akhir tahun
2018, dilanjutkan di awal tahun 2019.

Anda mungkin juga menyukai