Perkembangan situasi makroekonomi Indonesia harus diakui memiliki pengaruh terhadap optimisme
pertumbuhan industri asuransi. Selain situasi makroekonomi, regulasi baru dari pemerintah juga bisa
menjadi amunisi penting bagi industri asuransi dalam menggenjot pendapatan premi lebih tinggi.
OJK telah mewajibkan seluruh perusahaan asuransi di indonesia untuk menerapkan manajemen
risiko secara efektif. Penerapan manajemen risiko ini harus disesuaikan dengan tujuan, kebijakan
usaha, ukuran, dan kompleksitas asuransi. Penerapan manajemen risiko asuransi sedikitnya harus
mencakup:
Otorisasi Jasa Keuangan (2016) telah menetapkan bahwa perusahaan asuransi umum, perusahaan
asuransi jiwa, dan perusahaan reasuransi di indonesia wajib mennerapkan menajemen risiko untuk
1. Risiko Strategi
2. Risiko Operasional
3. Risiko Aset dan Liabiilitas
4. Risiko Kepengurusan
5. Risiko Tata Kelola
6. Risiko Dukungan Dana
7. Risiko Asuransi
RISIKO STRATEGI
Risiko strategi adalah potensi kegagalan asuransi dalam merealisasikan kewajiban kepada
pemegang polis/ tertanggung/ nasabah akibat ketidaklayakan atau kegagalan dalam
melakukan perencanaan, penetapan, dan pelaksanaan strategi pengambilan keputusan
bisnis yang tepat, dan atau kurang responsifnya asuransi terhadap perubahan eksternal.
Risiko strategi bersumber dari strategi yang dijalankan asuransi yang tidak sesuai
dengan kondisi lingkungannya, kebijakan suransi yang diterapkan tidak sesuai dengan posisi
strategis asuransi. Risiko strategi bisa meningkat karena stabilitas politik tidak kondusif,
inflasi tinggi, dan stabilitas keamanan yang kurang
Tujuan utama manajemen risiko strategi asuransi adalah meminimalkan
kemungkinan terjadinya risiko strategi yang berdampak pada bisnis asuransi.
PROSES MANAJEMEN RISIKO STRATEGI ASURANSI
Identifikasi Risiko Strategi Asuransi
Pengukuran Risiko Strategi Asuransi
Pemantauan Risiko strategi
Pengendalian Risiko strategi Asuransi
RISIKO OPERASIONAL
Risiko operasional adalah potensi kegagalan asuransi dalam merealisasikan
kewajiban kepada tertanggung dan pemegang polis sebagai akibat ketidaklayakan atau
kegagalan proses internal manusia, sistem teknologi informasi, dan atau kejadian dari luar
lingkungan perusahaan.
Sumber risiko operasional adalah struktur organisasi, SDM, volume, dan beban kerja
yang dimiliki, tingkat kompleksitas perusahaan yang tinggi, sistem teknologi informasi tidak
memadai, adanya kecurangan dan permasalahan hukum, serta adanya gaangguan terhadap
bisnis perusahaan.
Tujuan utama manajemen risiko operasional asuransi adalah meminimalkan
kemungkinan dampak negatif akibat ketidaklayakan atau kegagalan proses internal,
manusia, sistem teknologi informasi, dan atau adanya kejadian yang berasal dari luar
lingkungan perusahaan sehingga menimbulkan kegagalan perusahaan dalam merealisasikan
kewajiban kepada tertanggung dan pemegang polis.
PROSES MANAJEMEN RISIKO OPERASIONAL
Identifikasi risiko operasional
Pengukuran risiko operasional
Pemantauan risiko
Pengendalian risiko
RISIKO KEPENGURUSAN
Risiko kepengurusan adalah risiko kegagalan asuransi dalam mencapai tujuan akibat
kegagalan asuransi dalam memelihara komposisi terbaik pengurus yang memiliki
kompetensi dan integritas tinggi. Pengurus adalah dewan komisaris dan direksi. Sumber
risiko kepengurusan adalah penunjukkan dan pemberhentian dewan komisaris dan direksi
yang tidak memadai, komposisi, dan proposal dewan komisaris dan direksi yang tidak
mencukupi dan tidak sesuai kebutuhan asuransi, komposisi, dan integritas dewan komisaris
dan direksi asuransi yang tidak memadai dan tidak menunjang tugas dan wewenang dewan
komisaris dan direksi, serta kepemimpinan dewan komisaris dan direksi yang tidak baik.
Risiko kepengurusan dapat meningkat karena tidak tersedianya sistem remunerasi memadai
bagi direksi dan dewan komisaris.
Tujuan manajemen risiko kepengurusan adalah memastikan asuransi memelihara
komposisi dewan komisaris dan direksi terbaik yang memiliki kompetensi dan integritas yang
tinggi sehingga asuransi dapat mencapai tujuannya.
PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KEPENGURUSAN
Pengawasan aktif dewan komisaris dan direksi asuransi
Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit
Kecukupan proses identifikasi, pengukuran, pemantauan, dan pengendalian risiko
Sistem informasi manajemen risiko
Sistem pengendalian intern yang menyeluruh
CONTOH KASUS
PT Asuransi Jiwasraya
Oktober 2018 lalu PT Asuransi Jiwasraya mengaku tengah mengalami tekanan likuiditas sehingga
menunda pembayaran klaim pada produk Bancassurance. Beredar kabar melalui sosial media bahwa
perusahaan asuransi plat merah itu mengalami gagal bayar. Namun, pihak perusahaan bersikukuh ini
hanya penundaan bukan gagal bayar.
Namun pihak manajemen akhirnya buka-bukaan soal penundaan pembayaran polis jatuh tempo
karena adanya tekanan likuiditas yang mendera asuransi jiwa plat merah ini. Adapun total saving
plan yang jatuh tempo dan tidak bisa dilunasi berjumlah Rp 802 miliar.
Di tengah investigasi yang dilakukan Kementerian BUMN melibatkan Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP), manajemen Jiwasraya menawarkan program roll over. Bunga jatuh
tempo dibayar penuh dan bunga roll over dibayar dimuka 7% p.a net. Pokok di-reschedule 1 tahun
dengan cara di-roll over.
Pemerintah bersama DPR Komisi VI baru akan memanggil pihak PT Asuransi Jiwasraya akhir tahun
2018, dilanjutkan di awal tahun 2019.