Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bakti Tunas Husada
e-mail : saninurlela17@gmail.com
Abstract
Surgery is an act of treatment using invasive way to open and display the body part to be
handled, this opening is generally performed by making an incision, and then performed
repairs, which ended with the closure. Incision has high risk of injury that can cause
infection, the infection should be treated with appropriate antibiotics rational. The research to
evaluate the data using antibiotics in patients with post-surgical in Arafah room of RSUD
SMC Kabupaten Tasikmalaya period April-May 2017 to evaluate the pattern of antibiotics
usage, include: accuracy indication ,the accuracy of the drug and the patient, precision
dosing and interval, and the description of the pattern of drug interactions. Data were
collected prospectively with cross sectional study design and data analysis was performed
using SPSS 21.0 outlined in tables and descriptions. The result of the samples 80 patients
inclusion criteria. Results of the analysis show that the highest used of single antibiotics is
ceftriaxone, both in clean operation or in clean contaminated operation. Then results show
that highest used for combination antibiotics is ceftriaxone combine with metronidazole, both
in clean operation or ini clean contaminated operation.
Abstrak
Bedah merupakan suatu tindakan pengobatan dengan cara membuka dan menampilkan
bagian tubuh yang akan ditangani, pembukaan ini umumnya dilakukan dengan membuat
sayatan, dan selanjutnya dilakukan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan. Penyayatan
yang dilakukan dapat menyebabkan perlukaan sehingga dapat beresiko tinggi menimbulkan
infeksi, adanya infeksi harus ditangani dengan antibiotik yang tepat dan rasional.
Penggunaan antibiotika yang tidak terkontrol memungkinkan munculnya bakteri yang
resisten, sehingga pengobatan infeksi menjadi tidak efektif. Penelitian ini dilakukan untuk
mengevaluasi data penggunaan antibiotika pada pasien pasca bedah rawat inap di sebuah
Rumah Sakit di Kabupaten Tasikmalaya periode bulan April-Mei 2017 dan melakukan
evaluasi gambaran pola penggunaan antibiotika. Penelitian ini merupakan penelitian
obsevasional dengan pengambilan data dilakukan secara prospektif dan desain penelitian
cross sectional. Analisis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 21.0. jumlah sampel
penelitian yang didapatkan sebanyak 80 pasien yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa penggunaan antibiotika tunggal yang paling banyak
digunakan adalah ceftriaxone, baik pada operasi bersih maupun pada operasi bersih
terkontaminasi. Sedangkan antibiotika kombinasi yang paling banyak digunakan adalah
ceftriaxone kombinasi dengan metronidazole, baik pada operasi bersih maupun pada
operasi bersih terkontaminasi.
7
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni 2018
8
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni 2018
9
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni 2018
Lama hari rawat pasien pasca bedah (72,5%), dan luka bersih terkontaminasi
ditentukan oleh beberapa faktor seperti sebanyak 22 pasien (27,%). Kelas luka
kondisi medis pasien yang bersangkutan, operasi berhubungan dengan derajat
seperti perbaikan, baik dari tekanan kontaminasi pada luka operasi, dimana
darah, kondisi umum, peningkatan pada luka bersih (perkiraan infeksi ≤2 %),
kesadaran, hasil labolatorium, tenaga dan pada luka bersih terkontaminasi
medis atau dokter yang merawat serta (perkiraan angka infeksi sekitar ≥10) [5].
masalah teknis medis yang diterapkan
dalam menangani pasien tersebut. Dari Berdasarkan data pada table 2,
data yang dihasilkan, rata-rata pasien didapatkan data diagnosa pasien bedah di
dirawat selama 3-5 hari. RSUD SMC Kabupaten Tasikmalaya
periode April-Mei.
Jenis pembayaran BPJS banyak
digunakan oleh masyarakat dibandingkan Tabel 2. Karakteristik Diagnosa
dengan jenis pembayaran lain yaitu
sebanyak 73 pasien (91,3%). BPJS Variabel Kategori ∑ (%)
adalah sistem jaminan sosial Nasional Diagnosa Abeses Hepar 3 3,8
yang merupakan program negara dengan Appendik 6 7,5
tujuan memberikan kepastian BPH 5 6,3
perlindungan dan kesejahteraan sosial Kanker payudara 16 19,8
terutama di bidang keseahtan bagi seluruh Colic abdomen 5 6,3
rakyat indonesia [9]. Program pemerintah Efusi Pleura 2 2,5
ini telah berhasil di lakukan dengan Gangreen digesti 4 5,0
melihat banyaknya masayarakat berperan Hidrokel bilateral 1 1,3
aktif mendukung program dalam HIL 16 20,0
mewujudkan pemerataan kesehatan untuk Hymeroidectomy 1 1,3
seluruh lapisan masyarakat [10]. Infeksi Pedis 2 2,5
Katarac 1 1,3
Berdasarkan status kepulangan, status Limfanedopati 3 3,8
diijinkan pulang terdapat 78 pasien Lipoma 6 7,5
(97,5%), dan status rujuk sebanyak 2 Nodul tiroid 3 3,8
pasien (2,5%), dari hasil ini diketahui Sepsis 3 3,8
Submandibula 3 3,8
bahwa jumlah pasien pasca bedah yang
Tumor auricularis 3 3,8
diijinkan pulang lebih besar dibandingkan
Jenis Amputasi 4 5
dengan status rujuk. Ada berbagai hal Tindakan Biopsi 12 15
yang menjadi pertimbangan dalam Bedah Chlongatitis 1 1,3
menyatakan kesembuhan pasien pasca Debridemen 1 1,3
bedah diantaranya adalah kadar leukosit Drainase 1 1,3
dalam keadaan normal, terdapatnya Eksisi 21 26,3
perubahan yang signifikan pada pasien Haemerriodectomy 2 2,5
sebelum dan sesudah perawatan, serta Ismolobektomi 3 3,8
tata laksana perawatan luka yang Lapartomi 20 25
berangsur pulih dan tidak membutuhkan Mastektomi 2 2,5
tindakan penting lain yang dilakukan oleh Open prostat 2 2,5
perawat yang memungkinkan dilakukan Repair 12 14.6
sendiri sebelum dilakukan cek up ulang
[11]. Penyakit bedah dengan jumlah tertinggi
adalah HIL (Hernia Inguinalis Lateralis)
Berdasarkan jenis luka operasi diketahui sebanyak 16 pasien (20%). Hernia adalah
bahwa kelas luka operasi pasien bedah di penonjolan sebagian atau seluruh viskus
instalasi bedah RSUD SMC Kabupaten dari posisi normalnya melalui celah
Tasikmalaya periode April-Mei 2017 terdiri dimana viskus viskus itu berada. Faktor
dari luka bersih sebanyak 58 pasien utama yang berperan dalam terjadinya
10
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni 2018
11
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni 2018
terhadap bakteri aerob gram positif dan Kombinasi dengan antibiotika golongan
negatif kecuali Streptococcus pneumoniae sefalosporin juga ditemukan pada kasus
dan lebih aktif terhadap Bacteriodes luka bersih. Penggunaan sepalosforin
fragilllis. Waktu paruh pada ceftizoxim generasi ke III yaitu ceftizoxim yang
adalah 1,8 jam, sehinngga obat dapat dikombinasikan dengan azetroenam
diberikan setiap 8 hingga 12 jam. sebanyak 1 pasien (1,3%). Kombinasi ini
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah diberikan dengan tujuan dapat mencapai
dengan cara menghambat sintesis dinding target terapi yang lebih luas dan efek kerja
sel mikroba melalui penghambatan reaksi yang maksimal, karena mekanisme kerja
transpeptidasi yang merupakan tahap obat dari sefalosforin sendiri yaitu melalui
ketiga dalam rangkaian pembentukan penghambatan sintesis DNA dari mikroba
dinding sel [14]. Penggunaan kombinasi sehingga menyebabkan kematian sel.
ceftriaxone dengan metronidazole banyak Sedangkan azetromisin yang merupakan
digunakan, kedua golongan obat ini golongan makrolida aktif terhadap
diindikasikan untuk beberapa diagnosa beberapa infeksi aerob.
pembedahan akibat dari beberapa infeksi
campuran seperti intra abdomen, Selain tujuan yang telah dijelaskan,
genitourinaria [15]. penggunaan antibiotik kombinasi secara
umum bertujuan untuk menghindari atau
Metronidazole dapat digunakan karena mengurangi adanya resistensi antibiotik
kemampuannya melawan bakteri anaerob terhadap antibiotik monoterapi (tunggal)
seperti B.fragilis yang ditemui pada yang mungkin telah kehilangan daya
beberapa tindakan operasi, dan beberapa kerjanya terhadap bakteri, dan mencegah
bakteri lain seperti trikomoniasis, adanya efek toksik. Hal ini berdasarkan
Helicobacter pyllori, Vaginosis bakteralis asumsi bahwa kerja antibiotik yang
[12]. Metronidazole memiliki waktu paruh diinginkan hanya bisa diperoleh dengan
7,5 jam dan memiliki ikatan protein 10- adanya peningkatan dosissampai
20%, metabolisme terjadi di hepar dan mendekati dosis toksik sehingga jika
terakumulasi pada pasien dengan menggunakan dua antibiotik, kedua dosis
gangguan hepar. obat bisa diturunkan untuk mendapatkan
efek yang sama [14].
Kombinsi lain dari ceftriaxone yaitu
dengan meropenem terdapat pada kasus Tabel 4. Rute Pemberian
jenis luka bersih sebanyak 1 orang (1,3%).
Meropenem yang memiliki aktifitas Rute Pemberian ∑ (%)
terhadap Pseudomonas aeruginosa tetapi Parenteral 65 83,2
aktifitasnya lemah terhadap kokkus gram Oral 6 7,3
positif. Sedangkan ceftriaxone yang aktif
terhadap gram negatif dan beberapa Data Tabel 4 menunjukan distribusi dari
baketri gram postif. Pertimbangan untuk penggunaan antibiotik pada pasien pasca
kombinasi ini adalah diharapkan mampu bedah berdasarkan rute pemberian.
mencakup jangkauan spektrum yang luas Antibiotik rute parenteral yaitu intravena
sehingga dapat meningkatkan probabilitas paling banyak dipilih karena merupakan
terapi pengobatan dari pencegahan infeksi rute yang paling memungkinkan untuk
dan campuran infeksi bakteri atau infeksi senyawa obat mencapai konsentrasi
ganda pada pasien yang disebabkan oleh serum puncak dalam waktu yang cepat
bakteri yang berbeda. Meropenem yang karena tahapan farmakodinamiknya tidak
diberikan secara intravena berpenetrasi melalui proses absorbsi, senyawa barier
dengan baik kedalam jaringan dan cairan tidak melewati proses absorbs, dan
tubuh, proses eliminasi melalui ginjal, senyawa barier tidak melewati barier fisik
dengan dosis intravena yang diberikan seperti yang dialami ketika menggunakan
0,5-2 gram setiap 8 jam [16]. rute lain atau melaui fisrt fast efffect yang
dapat menyebabkan senyawa obat
12
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni 2018
termetabolisme dan memakan waktu yang tercapainya efek terapi yang diinginkan
lebih lama sampai ke jaringan di sekitar karena obat tidak dapat mencapai KHM
area pembedahan. (Kadar Hambat Minimum) dalam cairan
tubuh, sehingga mikroorganisme yang
Rute intravena digunakan pada golongan menginfeksi tidak mati, kurang dosis dapat
sefalosporin generasi ke III yaitu menyebabkan resistensi bakteri [17].
ceftriaxone, ceftizoxim, serta golongan
betalaktam dan makrolida seperti KESIMPULAN DAN SARAN
amoxicillin, meropenem, dan azitromisin.
Pada golongan sefalosporin ke I dan Kesimpulan
golongan quinolon yaitu cefadroxil dan
ciprofloxacin diberikan dengan ruteoral. Berdasarkan hasil penelitian evaluasi
penggunaan obat pasien pasca bedah
Evaluasi Penggunaan Obat yang dilakukan di sebuah rumah sakit di
Tasikmalaya, didapatkan data
Pada table 5, ketepatan dosis dan interval penggunaan antibiotika tunggal yang
dikategorikan sesuai dosis ketika jumlah paling banyak digunakan adalah
yang diberikan berada pada rentang dosis ceftriaxone, baik pada operasi bersih
menurut pustaka. Dosis dinyatakan maupun operasi bersih terkontaminasi.
berlebih jika jumlah yang diberikan lebih Sedangkan antibiotika kombinasi yang
tinggi dari dosis tertinggi, dan dinyatakan paling banyak digunakan adalah
kurang jika lebih rendah dari dosis ceftriaxone dan metronidazole, baik pada
terendah yang boleh diberikan. operasi bersih maupun operasi bersih
terkontaminasi.
Tabel 5.Ketepatan dosis dan interval
Saran
Kurang Tepat Lebih
Obat Dosis Dosis Dosis Penelitian selanjutnya dapat dilakukan
∑ (%) ∑ (%) ∑ (%) dengan menganalisis kerasionalan obat
Ceftriaxone 3 40, antibiotik yang diberikan dengan empiris
- - - -
2 15 pada pasien pasca bedah secara spesifik
Ciprofloxacin - - 6 7,6 - - berdasarkan diagnosa. Bagi Rumah Sakit
Cefadroxil 2 2,5 2 2,5 - - mengoptimalkan peran apoteker pada
Amoxicillin 1 IFRS secara oprimal untuk meningkatkan
- - 16 - -
3
penggunaan obat yang rasional.
Cefftizoxim - - 4 15 - -
Penelitian selanjutnya disarankan untuk
Ceftizoxim
- - 3 3,8 - - menggunakan metode gyssens untuk
Metronidazol
Ceftriaxone - melihat ketepatan diagnosa dengan
- - 1 1,3 - - penggunaan antibiotika yang digunakan.
Meropenem
Azetromisin -
- - 1 1,3 - - DAFTAR PUSTAKA
Ceftizoxim
Ceftriaxone- 1 20,
- - - -
Metronidazol 6 1 [1] Gril. 2012. State of states: Defining
surgery. Bulletin of the American
Ketepatan dosis dan interval menunjukan College of surgeons.
adanya dosis kurang pada golongan
sefalosporin generasi ke 1 yaitu cefadroxil [2] Narton, Jefry A, et al. 2008. Surgey
sebanyak 2 pasien (2,5%) dengan dosis Basic Science and Clinical Evidence.
2x1 (250 mg). Dosis cefadroxil yang New York: Springer.
ditujukan untuk infeksi yang rentan
menurut pedoman adalah 1-2 gram/hari [3] Nugrahaeni, Ratna, Suharto, Winarni,
dengan rute oral. Pemberian dosis yang Sri. 2012. Infeksi nosocomial di RSUD
kurang akan mengakibatkan tidak Setjonogoro Kabupaten Wonosobo.
13
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni 2018
14
JFL
Jurnal Farmasi Lampung Vol. 7. No.1 Juni
2018
15