Anda di halaman 1dari 9

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Hipertensi

Hipertensi atau peningkatan tekanan darah adalah keadaan dimana supply oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat dalam proses pengirimannya ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Penyakit ini dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh yang lain karena
menyebabkan organ-organ tersebut harus bekerja lebih keras. Keadaan ini disebut dengan
komplikasi.Pada awal menderita penyakit ini tidak ada tanda-tanda yang muncul sehingga tidak
dapat dideteksi. Hipertensi baru akan terdeteksi ketika dilakukan pemeriksaan untuk penyakit
yang berkaitan dengan hipertensi seperti pemeriksaan diabetes, stroke, dan sebagainya. Oleh
sebab itu, penyakit ini dikenal dengan namasilent killer.

Hipertensi merupakan tekanan tinggi di dalam arteri-arteri (Muhammadun, 2010;


12).Menurut ISH/WHO dan JNC 7 Report 2009, seseorang dikatakan hipertensi apabila
memiliki tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg.Perjalanan hipertensi sangat perlahan dan
mungkin penderita hipertensi tidak menunjukkan gejala selama bertahun-tahun sampai terjadi
kerusakan organ yang bermakna (silent killer).Hipertensi merupakan penyakit akibat gangguan
sirkulasi darah yang masih menjadi masalah dalam kesehatan di masyarakat.Semakin tinggi
tekanan darah semakin besar resikonya. Bila penderita hipertensi kurang atau bahkan belum
mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dalam mengontrol tekanan darah, maka angka
mordibitas dan mortalitas akan semakin meningkat dan masalah kesehatan dalam masyarakat
semakin sulit untuk diperbaiki.

Hipertensi dapat ditimbulkan dari peningkatan curah jantung.Peningkatan curah jantung


dapat terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung, volume sekuncup dan peningkatan
peregangan serat-serat otot jantung. Dalam meningkatkan curah jantung, sistem saraf simpatis
akan merangsang jantung untuk berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan volume sekuncup
dengan cara vasokontriksi selektif pada organ perifer, sehingga darah yang kembali ke jantung
lebih banyak. Apabila hal tersebut terjadi terus menerus maka otot jantung akan menebal
(hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu. Jantung akan
mengalami dilatasi dan kemampuan kontraksinya berkurang, akibat lebih lanjut adalah terjadinya
payah jantung, infark miokardium atau gagal jantung (Muhammadun, 2010; 14, Prince, 2005;
583). Oleh sebab itu, hipertensi dapat menjadi ancaman yang serius terhadap kualitas hidup pada
penderita hipertensi apabila kurang atau tidak mendapatkan penatalaksanaan yang tepat dan
adekuat.

Banyak factor yang menyebabkan hipertensi baik factor yang dapat dikontrol maupun
yang tidak dapat dikontrol. Factor-faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain usia, jenis
kelamin, dan genetic (keturunan), sedangkan factor yang dapat dikontrol adalah factor
lingkungan.

2.2 Asuhan Keperawatan Hipertensi

A. Pengkajian
Dalam pengkajian didapat hasil yaitu pasien mengatakan kepala terasa pusing,
tengkuk terasa berat dan mata sulit untuk di buka.Dimana didapatkan hasil pengukuran
tekanan darah lebih dari normal yaitu 170/110 mmHg. Hal yang menyebabkan pasien
mengalami peningkatan tekanan darah yaitu gaya hidup pasien yang monoton, pasien
mengatakan kalau dirumah pasien jarang beraktifitas, hanya dirumah saja, kurang
berolahraga, pola makan yang tidak baik dimana pasien tidak suka mengkonsumsi sayur
dan buah, pasien lebih suka mengkonsumsi makanan yang berlemak dan kolesterol.
Selain itu pengkajian yang belum penulis kaji yaitu menimbang berat badan karena
keadaan pasien yang lemah dan ketidakmampuan pasien untuk naik turun tempat tidur
untuk menimbang berat badan.Pada pengkajian seksual penulis lupa menanyakan karena
memang penulis menyadari kurangnya kelengkapan dalam membuat/menyiapkan
pertanyaan untuk pasien. Data yang menunjang bahwa pasien mengalami hipertensi yaitu
didapatkan hasil pemeriksaan tanda – tanda vital TD: 170/110 mmHg. N: 92 x/menit,
pernapasan: 24 x/menit, S: 36,8˚ c dan keluhan pasien yang menunjukkan tanda dan
gejala penyakit hipertensi yaitu pusing, rasa berat di tengkuk, peningkatan tekanan darah
dari batas normal, mual dan muntah.
Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada kasus dan sesuai dengan teori:
1. Gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan peningkatan tekanan
intrakranial. Gangguan perfusi jaringan serebral adalah suatu keadaan dimana
individu mengalami penurunan dalam nutrisi dan oksigenasi pada tingkat selular
sehubungan dengan kurangnya suplai darah kapiler ( Carpenito, 2009 ). Diagnosa
ini penulis tegakkan sebagai diagnosa pertama karena merupakan keluhan utama
yang muncul pada pasien, pasien mengeluhkan kepala pusing dan tengkuk terasa
kaku. Dan data – data lain yang mendukung diagnosa ini adalah hasil
pemeriksaan tanda – tanda vital: tekanan darah: 170/110 mmHg, nadi92 x/menit,
pernafasan; 24 x/menit, suhu: 36,8˚c. Penulis menegakkan prioritas pertama
karena jika tidak segera ditangani akan muncul masalah lain yaitu komplikasi
penyakit stroke, gagal jantung.
2. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh adalah suatu
keadaan ketika individu yang tidak puasa mengalami atau beresiko mengalami
penurunan berat badan yang berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.
(Carpenito, 2009).
3. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. Intoleransi aktivitas
adalah ketidakcukupan energi secara fisiologis maupun psikologis untuk men
eruskan/menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktivitas sehari- hari.
(NANDA, 2007).
B. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas
intervensi yang disusun sebelumnya, maka tindakan untuk diagnosa 1 tindakan
keperawatan yang telah dilakukan adalah: melakukan pengkajian dan menanyakan
keluhan pasien, melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital, mengajarkan teknik napas
dalam, memberikan tindakan nonfarmakologis yaitu memberikan pijatan pada pundak,
memberikan obat oral analsik 2 x 2 mg dalam 24 jam, memberikan injeksi gastrofer 25
mg/ 12 jam obat masuk melalui selang infus.
Pelaksanaan tindakan yang dilakukan atau implementasi didasarkan atas
intervensi yang disusun sebelumnya, untuk diagnosa 2 tindakan keperawatan yang
dilakukan yaitu: mengobservasi keadaan umum pasien, menanyakan keluhan pasien,
memberikan makanan ringan tambahan pada pasien sesuai dengan diit hipertensi.
memberikan injeksi dexametazone 5 mg/8 jam obat masuk melalui selang infus, carnevit
1 vial/24 jam, ceftriaxone 1 gr/12 jam, dan brain act 250 mg/12 jam obat masuk melalui
selang infus, mengobservasi keadaan umum pasien.
Berdasarkan diagnosa dan intervensi diatas, maka tindakan keperawatan yang
dilakukan untuk diagnosa ke 3 adalah melakukan pemeriksaan tanda – tanda vital dan
menanya keluhan pasien, memberikan injeksi dexa 5 mg/8 jam, carnevit 1 vial/24 jam,
ceftriaxone 1 gr/12 jam, obat masuk melalui selang infus, memberikan mengajarkan
pasien untuk menggerakkan tangannya dan menekukkan kaki, membantu pasien untuk
memenuhi kebutuhannya membantu pasien untuk duduk, menganjurkan keluarga untuk
selalu membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
C. Evaluasi Keperawatan
Untuk diagnosa pertama gangguan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial dengan kriteria hasil tekanan darah dalam batas normal
yaitu ( 130/90 mmHg - 140/95 mmHg ), untuk data subyektif pasien mengatakan kepala
masih pusing, masih didapatkan tekanan darah 150/95 mmHg, sehingga masalah
keperawatan teratasi sebagian dan penulis memodifikasi planning yaitu dengan
memberikan ruangan dan suasana yang tenang dan nyaman dengan cara membatasi
pengunjung, tidak membiarkan semua keluarga untuk menungguhi pasien.
Diagnosa kedua gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat, kriteria hasil yang penulis harapkan nafsu makan dapat
meningkat dan bisa menghabisakan diit menjadi 2/3 porsi, pasien mengatakan nafsu
makan sudah bertambah,mampu menghabiskan makanan sebanyak 2/3 porsi,
tenggorokan sudah tidak sakit saat menelan, sehingga masalah keperawatan teratasi,
penulis menambahkan rencana yaitu dengan menghidangkan makanan selagi hangat dan
akan mempertahankan rencana tersebut.
Diagnosa ketiga intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik kriteria
hasil yang penulis harapkan yaitu pasien dapat memenuhi kebutuhannya secara optimal.
Pasien bisa berganti posisi tidur dengan cara miring ekstremitas atas dan bawah sudah
bisa digerakkan. Sehingga masalah keperawatan teratasi sebagian, maka penulis masih
akan mempertahankan rencana keperawatan yaitu dengan mendekatkan semua barang
yang dibutuhkan didekat pasien agar pasien tidak tergantung dengan orang lain.
2.3 Terapi Nutrisi pada Hipertensi

Data World Hypertension League Brochure tahun 2009 menyebutkan bahwa konsumsi
garam yang berlebihan adalah factor utama terjadinya hipertensi.Rekomendasi konsumsi garam
menurut WHO yaitu tidak lebih dari 2400 miligram natrium atau 6 gram garam perhari
(Almatsier, 2008). Konsumsi natrium yang berlebihan menyebabkan konsentrasi natrium dalam
cairan diluar sel akan meningkat. Akibatnya natrium akan menarik keluar banyak cairan yang
tersimpan dalam sel, sehingga cairan tersebut memenuhi ruang diluar sel.

Namun demikian, keberhasilan menjalankan diet rendah garam baik dirumah ataupun di
rumah sakit selama perawatan pada pasien hipertensi sangat dipengaruhi oleh tingkat kepatuhan
pasien dalam menjalankan diet. Pada kenyataannya, kepatuhan akan diet rendah garam masih
sangat rendah. Hal ini berkaitan dengan kebiasaan masyarakat mengkonsumsi makanan yang
asin serta garam karena garam akan membuat masakan menjadi enak dan tidak terasa hambar
sehingga meningkatkan selera makan (Apriadji, 2007).

Terapi non-farmakologis yang dapat diberikan pada penderita hipertensi adalah terapi
nutrisi yang dilakukan dengan manajemen diet hipertensi.Contohnya dengan pembatasan
konsumsi garam, mempertahankan asupan kalium, kalsium, dan magnesium serta membatasi
asupan kalori jika berat badan meningkat.Berbeda dengan terapi farmakologis yang
menggunakan obat-obatan anti hipertensi (Wahyuni, 2008).

Hasil studi pendahuluan pada tanggal 31 Januari 2016 menunjukkan terdapat 42


penderita hipertensi di Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Sebagian besar atau sekitar 22 orang
diantaranya sudah mengontrol makanan dengan baik dan melakukan diet yang disarankan oleh
dokter baik dengan cara non-farmakologis maupun farmakologi sedangkan 20 diantaranya tidak
bisa mengontrol makanannya yaitu masih suka mengkonsumsi makanan yang mengandung
tinggi kadar garam.

2.4 Pendidikan Kesehatan untuk Pencegahan dan Penanganan Hipertensi

2.4.1 Pencegahan Hipertensi

Pencegahan hipertensi sebenarnya dapat dilakukan mulai dari ibu kepada anaknya dengan
cara menyusui. Menyusui adalah hal yang disarankan oeh semua lembaga kesehatan, baik
nasional maupun internasional, karena manfaat yang diberikannya untuk kesehatan ibu dan
anak.Hal ini telah di buktikan bahwa ibu yang menyusui anaknya hanya sedikit yang menderita
gangguan kardiovaskuler termasuk hipertensi, dari pada wanita-wanita yang tidak menyusui
anaknya baik dalam jangka pendek dan jangka panjang.Seorang ibu yang menyusui dapat
mencegah anaknya dari obesitas, dan diketahui bahwa obesitas merupakan faktor risiko
hipertensi dnn penyakit kardiovaskuler. Engan demikian, menyusui memberikan pengaruh
positif terhadap kesehatan penduduk selama selama semua tahap kehidupan.

Pencegahan hipertensi juga dapat dilakukan dengan latihan aerobic karena dapat
menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan hipertensi.Direkomendaikan
agar berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari perminggu selama minimal 12 minggu pada orang
dewasa dengan hipertensi.Joint national commite 8(INC8), lifestyle work group dan American
heart association(AHA) merekomendasikan pasien hipertensi untuk terlibbat dalam dalam
intensitas latihan aerobic moderat(40% sampai <60% VO2max). Contoh gerakan aerobic dpat
berupa berjalan, jogging, bersepeda, dan berenang setidaknya 30 menit sehari.

Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol dengan jumlahnya terus
meningkat.Oleh karena itu, partisipasi semua pihak, baik dokter dari berbagai bidang peminatan
hipertensi, pemerintah, swasta, maupun masyarakat diperlukan agar hipertensi dapat
dikendalikan.Pengobatan hipertensi memanng penting tetapi tidak lengkap tanp dilakukan
tindakan pencegahan untuk menurunkan faktor resiko penyakit kardiovakuler
hipertensi.Pencegahan sebenarnya merupakan bagian dari pengobatan hipertensi karena mampu
memutus matarantai penatalaksanaan hipertensi dan komplikasinya. Pencegahan hipertensi dapat
dilakukan degan berbagai cara diantaranya adalah dengan memberikan ASI, olahraga teratur,
gizi seimbang, dan penggunaan anti hipertensi.

2.4.2 Penanganan Hipertensi

Tujuan tiap program Penaganan bagi setiap pasien hipertensi adalah mencegah terjadinya
mordibietas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.Efektivitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikai,
biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan terapi.
Pasien hipetensi tanpa komplikasi dapat dipertimbangkan untuk menjalani terapi
pengurangan (Step down) setelah keberhasilan dalam mengontrol tekanan darah selam setahun,
terutama bila terjadi modifikasi gaya hidup yang bermakna, meliputi pengurangan obat harus dii
lakukan secara perlahan dengan tindak lanjut yang ketat, dan pasien harus selalu diperiksa secara
teratur karena hiperetensi dapat kembali setelah beberapa bulan bahkan beberapa tahun setelah
obat di hentikan.Terapi yang adekuat secara bermakna menurunkan resiko terjadinya penyakit
jantng, stroke, dan gagal jantung kongestif. Kkeberhasilan terapi bergantung pada pendidikan
pasien, pemilihan obat yang tepat, tindak lanjut yang cermat, dan pembahasan strategi secara
berulang bersama pasien.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Hipertensi atau peningkatan tekanan darah adalah keadaan dimana supply oksigen dan
nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat dalam proses pengirimannya ke jaringan tubuh yang
membutuhkan. Penyakit ini dapat menimbulkan gangguan pada organ tubuh yang lain karena
menyebabkan organ-organ tersebut harus bekerja lebih keras. Keadaan ini disebut dengan
komplikasi.

Hipertensi dapat ditimbulkan dari peningkatan curah jantung. Peningkatan curah jantung
dapat terjadi karena adanya peningkatan denyut jantung, volume sekuncup dan peningkatan
peregangan serat-serat otot jantung. Dalam meningkatkan curah jantung, sistem saraf simpatis
akan merangsang jantung untuk berdenyut lebih cepat, juga meningkatkan volume sekuncup
dengan cara vasokontriksi selektif pada organ perifer, sehingga darah yang kembali ke jantung
lebih banyak. Apabila hal tersebut terjadi terus menerus maka otot jantung akan menebal
(hipertrofi) dan mengakibatkan fungsinya sebagai pompa menjadi terganggu. Factor yang
menyebabkan hipertensi baik factor yang dapat dikontrol maupun yang tidak dapat dikontrol.
Factor-faktor yang tidak dapat dikontrol antara lain usia, jenis kelamin, dan genetic (keturunan),
sedangkan factor yang dapat dikontrol adalah factor lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Aprilawati, R. (2012). Asuhan keperawatan pada Tn. H dengan hipertensi di bangsal multazam

rumah sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. Naskah publikasi ilmiah.Surakarta:

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Misda, dkk. (2017). Penurunan tekanan darah penderita hipertensi setelah penerapan pola nutrisi

diet rendah natrium III di Kelurahan Tlogomas Kota Malang. Nursing news Vol. 2, No. 3.

Ningrat, R.W & Budi Santosa. (2012). Pemilihan diet nutrient bagi penderita hipertensi

menggunakan metode klasifikasi decision tree (Studi kasus: RSUD Syarifah Ambami

Rato Ebu Bangkalan). Jurnal teknik ITS Vol. 1, No. 1.

Suwardianto, H. (2011). Pengaruh terapi relaksasi napas dalam (deep breathing) terhadap

perubahan tekanan darah pada penderita hipertensi di Puskesmas kota wilayah selatan

kota Kediri. Jurnal STIKES RS.Baptis Kediri Vol. 4, No. 1.

Anda mungkin juga menyukai