Sholihah Ayu Wulandari1, Tri Budi Santoso1, I Gede Puja Astawa1, Muhammad Milchan2
1
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya, Kampus ITS,
Jl. Raya ITS, Keputih, Sukolilo, Kota Surabay, Jawa Timur Indonesia
2
Politeknik Negeri Bengkalis,
Jl. Bathin Alam, Sungai Alam Bengkalis Riau Indonesia
Email: sholihah.ayuwulan@gmail.com1, tribudi@pens.ac.id1, puja@pens.ac.id1 , milchan@polbeng.ac.id2
Abstrak
Dalam paper ini, disajikan evaluasi kinerja OFDM dengan Non-uniform Coded-Modulation pada kanal akustik bawah air perairan dangkal. Deretan
informasi biner dikodekan BCH code (7,4) untuk koreksi kesalahan dan dikombinasikan dengan Non-uniform modulation yang merupakan hasil
modifikasi susunan subcarrier dari standar OFDM IEEE 802.11a. Pemodelan menggunakan 52 subcarrier yang terdiri dari 4 pilot dan 48 data
subcarrier yang dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: 24 data subcarrier dengan modulasi 16-Quadrature Amplitude Modulation (16-QAM), 12 data
subcarrier dengan modulasi Quadrature fase-shift keying (QPSK), dan 12 data subcarrier lainnya dengan modulasi Binary key-shift keying (BPSK).
Jenis kanal yang digunakan menggambarkan kondisi Additive White Gaussian Noise (AWGN) dan merupakan hasil dari data pengukuran. Analisis
dilakukan dalam hal Signal-to-Noise-Ratio (SNR) dan Bit Error Rate (BER) menunjukkan bahwa pada nilai error rate 0.001, modulasi BPSK, QPSK,
16-QAM, dan Non-uniform Modulation membutuhkan daya masing-masing 5 dB, 8,5 dB, 10,3 dB, dan 7,9 dB. Tetapi sistem yang diusulkan mampu
menekan daya yang diperlukan sampai sebesar 6 dB. Sistem yang diusulkan juga menunjukkan kinerja yang lebih baik dibandingkan fixed modulasi
dan Non-uniform Modulation, yang dalam hal ini dengan daya yang rendah untuk mencapai error rate yang sama. Selain itu, sistem yang diusulkan
memiliki coding gain sebesar 1,9 dB dibandingkan dengan sistem tanpa kode (Non-uniform Modulation). Pengujian real juga dilakukan dengan data
pengukuran di Muara Mangrove, Surabaya. Hasilnya menunjukkan kinerja yang mirip dengan simulasi yang dilakukan pada kanal dengan noise
Gaussian.
Abstract
In this paper, presented an OFDM performance evaluation with the Non-uniform Coded-Modulation in the underwater acoustic channel in shallow
water. A row of binary information is encoded by BCH code (7.4) for error correction and combined with Non-uniform modulation which is the result
of modification of the subcarrier arrangement of the OFDM standard IEEE 802.11a. Modeling uses 52 subcarriers consisting of 4 pilots and 48
subcarrier data which are divided into three parts, i.e.: 24 subcarrier data with 16-Quadrature Amplitude Modulation (16-QAM) modulation, 12
subcarrier data with Quadrature phase-shift keying (QPSK) modulation and 12 other data subcarriers with Binary key-shift keying (BPSK)
modulation. The channel type used describes the Additive White Gaussian Noise (AWGN) condition and is the result of measurement data. The
analysis is done in terms of Signal-to-Noise-Ratio (SNR) and Bit Error Rate (BER) show that the value of the error rate of 0.001, modulation of
BPSK, QPSK, 16-QAM, and Non-uniform modulation required the power each 5 dB, 8.5 dB, 10.3 dB, and 7.9 dB. However, the proposed system is
able to suppress the required power up to 6 dB. The proposed system also shows better performance than fixed modulation and Non-uniform
Modulation, which in this case with low power to achieve the same error rate. In addition, the proposed system has a coding gain of 1.9 dB compared
to a non-uniform modulation system. Real testing is also done with measurement data at Mangrove estuary, Surabaya. The results show performance
similar to simulations performed on Gaussian noise channels.
38
JURNAL INOVTEK POLBENG, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2019 ISSN 2088-6225
E-ISSN 2580-2798
39
JURNAL INOVTEK POLBENG, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2019 ISSN 2088-6225
E-ISSN 2580-2798
Non-uniform
Channel
Modulation
Modeling AWGN
Rx Channel Demodulation
OFDM
Info Decoding Schemes
40
JURNAL INOVTEK POLBENG, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2019 ISSN 2088-6225
E-ISSN 2580-2798
40
Non-Uniform 0
Modulation
OFDM Subcarrier
arrangement
Power (dB)
-20
52 Subcarriers -60
(48 data (BPSK, QPSK, 16QAM), 4 pilot) BPSK
-80
16-QAM
QPSK
41
JURNAL INOVTEK POLBENG, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2019 ISSN 2088-6225
E-ISSN 2580-2798
Pada rentang masing-masing spectral digunakan pada modulasi dengan data rate
memiliki luasan yang dapat digunakan untuk rendah yaitu BPSK. Sedangkan daerah dengan
menghitung daya noise, seperti pada (1). SNR2,3 menggunakan modulasi QPSK. Dengan
karakteristik kanal akustik bawah air yang
-.
-/
Ƴ )* ,) bervariasi, penggunaan teknik pengkodean
𝑃"#$%& = (1) dapat digunakan untuk mencocokkan
(). 1)/ )
parameter sistem. Kombinasi kode BCH (7,4)
Dimana f1 adalah batas frekuensi terendah, dan dengan Non-uniform modulation [16]
f2 batas frekuensi tertinggi. Sedangkan Ƴ(fi) diharapkan dapat meningkatkan kinerja sistem.
adalah level spektrum dari f1 sampai f2. Dimana sistem Non-uniform Coded-
Sehingga masing-masing daerah memiliki Modulation dapat memperbaiki kinerja sistem
daya noise berikut: dengan error yang lebih baik.
67,8
𝑃"#$%&(3,5) = = 7 𝑑𝐵
(37,91:,;) 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
?:
𝑃"#$%&(5,:) = = 15 𝑑𝐵 A. Evaluasi kinerja Non-uniform coded-
(36,3137,9)
modulation pada kanal AWGN
?B,B
𝑃"#$%&(:,8) =
(39,:136,3)
= 16,38 𝑑𝐵 Pada bagian ini dilakukan pengujian sistem
yang diusulkan dengan membandingkan
Penghitungan nilai signal-to-noise ratio kinerjanya dengan fixed modulasi dan Non-
(SNR), dapat disederhanakan seperti pada (2): uniform modulation [16]. Pengujian pertama,
sistem yang diusulkan dibandingkan dengan
IJ*KLMN fixed modulasi yaitu: BPSK, QPSK, dan
𝑆𝑁𝑅 = (2)
IKO*JP 16QAM. Pengujian kedua, sistem yang
diusulkan dibandingkan kinerjanya dengan
Pada tiap modulasi yang digunakan memiliki Non-uniform modulation [16].
daya sinyal rerata masing-masing. Modulasi Perbandingan modulasi BPSK, QPSK, dan
BPSK dengan daya sinyal sebesar 1, 16-QAM, dan Non-uniform coded-Modulation
sedangkan modulasi QPSK memiliki daya pada kanal AWGN. Hasil tersebut
sinyal sebesar 2, dan modulasi 16QAM menunjukkan bahwa modulasi 16-QAM
memiliki daya sinyal sebesar ((2 2 + 10)/ memiliki SNR terbesar daripada modulasi
2). Sehingga nilai SNR dari masing-masing lainnya sehingga data rate-nya tinggi, tetapi
adalah: juga memiliki error rate terbesar. Modulasi
BPSK memiliki data rate yang kecil, tetapi
𝑆𝑁𝑅3,5 =
IJ*KLMN /VWXY
=
Z[\ (5 5] 37 /37) error rate-nya lebih baik daripada QPSK dan
IKO*JP /,. ;,^
16-QAM. Dengan batas BER yang sama yaitu
= −6,52 𝑑𝐵
0.001, saat menggunakan sistem yang
IJ*KLMN(W`ab) Z[\ 5
diusulkan yaitu Non-uniform coded-
𝑆𝑁𝑅5,: = = = −14,85 𝑑𝐵 modulation, ia memiliki kinerja lebih baik
I(.,c) 36,^
𝑆𝑁𝑅:,8 =
IJ*KLMN(e`ab)
=
Z[\ 3
= −16,38 𝑑𝐵 dibanding fixed modulasi. Non-uniform coded-
IKO*JP(c,f) 3?,:B,^
modulation memiliki error rate paling baik.
Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa Hal ini karena sistem yang diusulkan
pada spektrum level rendah mempunyai nilai menggunakan BCH code sebagai error koreksi.
SNR yang paling tinggi dibanding lainnya, Secara lebih jelas hal ini dapat dilihat pada
yaitu SNR1,2. Pada kondisi ini digunakan Gambar 5.
modulasi dengan data rate tinggi yaitu
16QAM. Pada spektrum level tinggi dengan
SNR3,4 memiliki nilai yang terendah, sehingga
42
JURNAL INOVTEK POLBENG, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2019 ISSN 2088-6225
E-ISSN 2580-2798
1
10
Fixed and Non-Uniform Coded-Modulation Performance
Sistem yang diusulkan membutuhkan daya
kecil untuk mempertahankan nilai error rate
rendah yang dibuktikan pada Gambar 5 dan
0
10
-1
10
Gambar 6. Untuk mempertahankan nilai error
rate sebesar 0.001, modulasi BPSK, QPSK,
Prob of Error (Pe)
-2
10
dan 16-QAM membutuhkan daya sebesar
-3
10
masing-masing yaitu: 5 dB, 8,5 dB, dan 10,3
BPSK
dB. Pada sistem Non-uniform modulation
-4
10 QPSK membutuhkan daya sebesar 7,9 dB, tetapi
16QAM
-5
Non-uniform Coded-Modulation sistem yang diusulkan hanya membutuhkan
10
-6 -4 -2 0 2 4
SNR (dB)
6 8 10 12
daya sebesar 6 dB. Untuk modulasi BPSK
Gambar 5. Perbandingan kinerja fixed modulasi dan memiliki daya yang rendah daripada sisitem
Non-uniform coded-modulation pada kanal AWGN yang diusulkan, tetapi Non-uniform coded-
modulation memiliki error rate yang lebih
Perbandingan kinerja sistem yang diusulkan kecil dibanding modulasi BPSK. Sehingga
dengan Non-uniform modulation [16]. Hasil Non-uniform coded-modulation dapat
menunjukkan bahwa sistem yang diusulkan digunakan sebagai solusi untuk komunikasi
memiliki kinerja lebih baik dibandingkan Non- bawah air pada kondisi White Gaussian Noise
uniform modulation. Sistem yang diusulkan [17].
memiliki error rate yang lebih baik. Dari hasil
dapat diamati nilai coding gainnya. Coding B. Evaluasi kinerja Non-uniform coded-
gain merupakan ukuran dalam perbedaan modulation dengan Data Real
antara Signal-to-Noise Ratio (SNR) antara Pengujian yang dilakukan selanjutnya
sistem tanpa kode dan sistem kode yang adalah pemodelan Non-uniform coded-
diperlukan untuk mencapai tingkat bit error modulation untuk batasan threshold BER
rate (BER) yang sama ketika menggunakan 0,001 yang menggunakan data real dari
error correction (BCH code). Pada batas BER pengukuran. Data real yang digunakan adalah
0.001, Non-uniform Modulation memiliki SNR data suara noise hasil pengukuran di daerah
sebesar 7,9 dB, sedangkan sistem yang perairan dangkal Mangrove, Surabaya [18].
diusulkan memiliki SNR sebesar 6 dB. Perbandingan hasil simulasi pada kanal
Sehingga coding gain antara Non-uniform dengan Additive White Gaussian Noise
modulation dengan Non-uniform coded- (AWGN), Rayleigh, dan data real pengukuran.
modulation adalah 1,9 dB. Untuk lebih Pencocokkan data real pengukuran memiliki
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6. hasil yang sama dengan simulasi pada
Gaussian noise. Hasilnya menunjukkan bahwa,
10
0
Non-Uniform Coded-Modulation Performance
pemodelan yang diterapkan di saluran akustik
Non-uniform Modulation
Non-uniform Coded-Modulation
bawah air di Muara Mangrove memiliki
10
-1
kinerja yang baik, seperti pengujian yang
dilakukan pada simulasi di kanal AWGN.
Sistem transmisi pada saluran AWGN
Prob of Error (Pe)
-2
10
-3
mewakili kondisi saluran akustik bawah air di
10
Muara Mangrove, memiliki kinerja dengan
10
-4 daya yang rendah untuk mencapai error rate
0.001. Secara lebih detail, hal ini dapat dilihat
10
-5
-5 0 5 10
seperti pada Gambar 7.
SNR (dB)
Gambar 6. Kinerja Non-uniform coded-modulation
pada kanal AWGN
43
JURNAL INOVTEK POLBENG, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2019 ISSN 2088-6225
E-ISSN 2580-2798
0
10
Non-Uniform Coded-Modulation Performance Pendidikan Tinggi Indonesia melalui Program
AWGN Beasiswa Fresh Graduate.
Rayleigh
-1
Data Real
DAFTAR PUSTAKA
10
-2
10 Stojanovic, “Underwater Acoustic
Communications and Networking: Recent
Advances and Future Challenges,”
-3
10 Marine Technology Society Journal, vol.
42, pp. 103-116, 2008.
[2] Y. Labrador, M. Karimi, D. Pan and J.
Miller, “Modulation and Error Correction
-4
10
-6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14
SNR (dB)
in the Underwater Acoustic
Gambar 7. Pengujian Non-uniform coded-modulation Communication Channel,” International
dengan data real Journal of Computer Science and
Network Security (IJCSNS), vol. 9, no. 7,
4. KESIMPULAN pp. 123-130, 2009.
Evaluasi kinerja Non-uniform Coded- [3] T. H. E. A. B. B. and J. C. P. ,
Modulation pada sistem transmisi OFDM pada “Communication over Doppler spread
saluran akustik bawah air tealah disajikan pada channels. Part I: Channel and receiver
paper ini. Analisis dilakukan dalam hal bit presentation,” in IEEE Journal of
error rate (BER). Batas BER yang digunakan Oceanic Engineering, vol. 25, no. 1, pp.
sebesar 0.001. Sistem Non-uniform coded- 62-71, 2000.
modulation yang diusulkan memiliki kinerja [4] M. Stojanovic, “Underwater acoustic
yang lebih baik dibanding Non-uniform communications: Design considerations
modulation dan fixed modulasi yaitu: BPSK, on the physical layer,” dalam Proc.
QPSK, dan 16QAM. Non-uniform coded- IEEE/IFIP 5th Annu. Conf. Wireless On
modulation memiliki error rate lebih kecil. Demand Netw. Syst. Services, Garmisch-
Daya yang dibutuhkan kecil untuk mencapai Partenkirchen, 2008.
error rate sebesar 0.001. Pada modulasi BPSK, [5] I.-P. A. I. Kusuma, “Aplikasi Metode
QPSK, 16-QAM, dan Non-uniform modulation Passive Time Reversal Mirror Untuk
membutuhkan daya sebesar: 5 dB, 8,5 dB, Mengurangi Pengaruh Multipath Pada
10,3 dB, dan 7,9 dB. Sedangkan Non-uniform Komunikasi Akustik Bawah Air,”
coded-modulation membutuhkan daya sebesar JURNAL INOVTEK POLBENG, vol. 07,
6 dB. Selain itu, dilakukan analisis dalam hal no. 1, pp. 1-9, 2017.
coding gain, antara sistem yang diusulkan dan
[6] I.-P. I. K. Kusuma and M. Margareta Z.B,
Non-uniform modulation memiliki coding gain
“Pengaruh Gerakan Trandsducer terhadap
sebesar 1,9 dB.
Kualitas Sinyal Akustik Bawah Air
dengan Pendekatan Simulasi,” JURNAL
UCAPAN TERIMAKASIH
INOVTEK POLBENG, vol. 08, no. 2, pp.
158-167, 2018.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua
pihak yang telah membantu penelitian ini [7] B. Li, J. Huang, S. Zhou, K. Ball and M.
terutama Departemen Teknik Elektro, Stojanovic, “MIMO-OFDM for High-
Politeknik Elektronika Negeri Surabaya di Rate Underwater Acoustic
bawah Kementerian Riset, Teknologi, dan Communications,” in IEEE Journal of
Oceanic Engineering, vol. 34, no. 4, pp.
44
JURNAL INOVTEK POLBENG, VOL. 9, NO. 1, JUNI 2019 ISSN 2088-6225
E-ISSN 2580-2798
45