Oleh :
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
BAB I. PENDAHULUAN
1.3. Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini, yaitu untuk mengetahui cara budidaya
tanaman kapuk dan dapat mengetahui cara pembuatan bahan alternatif
BAB II. PEMBAHASAN
Kapuk randu (Ceiba pentandra) adalah pohon tropis yang tergolong ordo
Malvales dan famili Malvaceae (sebelumnya dikelompokkan ke dalam famili
terpisah Bombacaceae). Pohon ini berasal dari bagian utara dari Amerika Selatan,
Amerika Tengah dan Karibia dan untuk varitas C. pentandra var.
guineensis berasal dari sebelah barat Afrika. Kata “kapuk” juga digunakan untuk
menyebut serat yang dihasilkan dari bijinya. Pohon ini juga dikenal sebagai kapas
Jawa atau kapok Jawa, atau pohon kapas-sutra. Juga disebut sebagai Ceiba, nama
genusnya, yang merupakan simbol suci dalam mitologi bangsa Maya.
Pohon ini dapat tumbuh hingga setinggi 60-70 m dan dapat memiliki
batang pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 meter. Pohon ini
banyak ditanam di Asia, terutama di pulau Jawa, Malaysia, Filipina, dan Selatan.
Di Bogor terdapat jalan yang di sepanjang tepinya dinaungi pohon kapuk. Pada
saat buahnya merekah suasana di jalanan menyerupai hujan salju karena serat
kapuk yang putih beterbangan di udara.
a. Pembibitan
Bibit kapuk dapat berasal dari biji atau stek. Penangkaran dengan biji
didahului dengan persemaian. Pada pembuatan pesemaian kapuk yang penting
adalah pengerjaan tanah. Permukaan bedengan dibuat merata dan pembuangan air
mudah dilakukan, karena air yang menggenang berakibat fatal bagi tanaman yang
masih muda. Jarak tanam di bedengan 20 cm x 20 cm dengan memakai 3 biji per
lubang, kemudian setelah sebulan disisakan satu tanaman yang terbaik. Cara
lainnya dengan disebar dalam bak-bak yang kemudian dipindahkan ke bedengan,
sehingga diperoleh tanaman yang rata dan tumbuh baik, tetapi apabila ada
gangguan hama kumbang Nisotra, pada tanaman kapuk muda daunnya habis
termakan. Tanaman kapuk pada umumnya dapat dipindahkan ke lapangan setelah
umur satu tahun di persemaian, setinggi kira- kira satu meter.
Okulasi tanaman kapuk banyak menggunakan Togo B sebagai batang
bawah. Hasilnya menunjukkan beberapa keuntungan antara lain : pada sambungan
batang bawah dan atas (mata tunas) tidak timbul benjolan seperti layaknya bibit
berasal dari biji. Keuntungan lain adalah diperoleh tanaman yang sama unggulnya
dengan tanaman induknya.
b. Penanaman
Jarak tanam yang terbaik untuk tanaman kapuk tergantung tipe kapuk
yanag ditanam. Pada umumnya tanaman kapuk tidak boleh ditanam terlalu dekat
satu sama lain. Di perkebunan-perkebunan umumnya jarak tanam yang diterapkan
8 x 8 m sampai 10 x 10 m. Di kebun Percobaan Muktiharjo, Pati, pada tahun 1978
tanaman koleksi menggunakan jarak tanam 8 x 8 m. Setelah umur 12 tahun
cabang-cabang sudah saling menutup yang menyebabkan penurunan produksi.
Pada tahun 1991 dilakukan peremajaan sekaligus menata ulang jarak tanamnya
yaitu 15 x 15 m. Ternyata setelah umur 7 tahun menunjukkan pembuahan yang
baik. Produksi yang tertinggi pada umur tersebut adalah klon Congo 2 x Lanang
atau (C 2 x L) yaitu 992 glondong/pohon/tahun. Sebagai kompensasi hasil pada
jarak yang lebar dapat ditambahkan tanaman sela untuk meningkatkan pendapatan
per satuan lahan.
c. Tanaman Sela
b. Deguming
a. Minyak kapuk sebanyak 5 liter dipanaskan pada suhu 700 C dan diaduk selama
15 menit
e. sebanyak 2% (b/b) air suling ditambahkan ke dalam minyak dan diaduk selama
5 menit dengan kecepatan 500 rpm
Tujuan dari proses ini untuk memisahkan gum (dapat menimbulkan emulsi
sabun dan menganggu proses pemurnian) berupa fosfatida, residu, karbohidrat,
air, dan resin yang ada di dalam minyak tanpa mengurangi jumlah asam lemak
bebas. minyak biji kapuk hasil degummin lebiih jernih dibandingkan sebelum
degummin. Setelah dilakukan proses degummin dilakukan analisis pada minyak
tersebut. Analisis yang dilakukan adalah analisis bilangan asam, densitas, dan
viskositas
BAB III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
3.2. Saran