Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
6. Sebagai pembanding dengan perusahaan sejenis, terutama mengenai hasil yang telah
dicapai.
Di sisi lain, tujuan analisis laporan keungan menurut Bernstein (1983) adalah sebagai
berikut:
1. Screening
Analisis dilakukan dengan melihat secara kritis data-data yang terkandung dalam laporan
keuangan untuk kepentingan pemilihan investasi atau kemungkinan merger.
2. Forcasting
Analisis dilakukan untuk memprediksi kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan
datang.
3. Diagnosis
Analisis dilakukan untuk melihat kemungkinan adanya masalah-masalah yang terjadi
dalam perusahaan, baik dalam manajemen operasi, keuangan, atau pun masalah lainnya.
4. Evaluation
Analisis dilakukan untuk menilai prestasi manajemen, kinerja operasional, tingkat
efesiensi, dan lain sebagainya.
5. Understanding
Dengan melakukan analisis laporan keuangan, informasi mentah yang ada dalam laporan
keuangan akan menjadi lebih bermakna.
Dalam melakukan analisis laporan keuangan diperlukan suatu metode dan teknik analisis
yang tepat. Tujuan dari penentuan metode dan teknik analisis yang tepat ini adalah agar
laporan keuangan dapat secara maksimal memberikan manfaat bagi para penggunanya sesuai
dengan jenis keputusan yang akan diambil. Secara garis besar, ada dua metode analisis
laporan keuangan yang lazim dipergunakan dalam praktek, yaitu:
1. Analisis Vertikal (Statis)
2
Merupakan analisis yang dilakukan hanya terhadap satu periode laporan keuangan
saja. Jadi, informasi yang diperoleh hanyalah menggambarkan hubungan kunci antar pos-
pos laporan keuangan atau kondisi untuk satu periode saja, sehingga tidak dapat
mengetahui perkembangan kondisi perusahaan dari periode yang satu ke periode
berikutnya.
2. Analisis Horizontal (Dinamis)
Merupakan analisis yang dilakukan dengan membandingkan laporan keuangan
dari beberapa periode. Perbandingan dilakukan dengan informasi serupa dari perusahaan
yang sama (perusahaan itu sendiri) tetapi untuk periode waktu yang berbeda.
Di samping metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan, terdapat juga
beberapa jenis teknik analisis laporan keuangan. Adapun jenis-jenis teknik analisis laporan
keuangan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Analisis perbandingan Laporan Keuangan
Merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dari dua
periode atau lebih untuk menunjukkan perubahan dalam jumlah (absolut) maupun dalam
persentase (relatif).
b. Analisis Trend
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan
dan kinerja perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
c. Analisis Persentase per Komponen (common size)
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui persentase masing-masing
komponen aset terhadap total aset, persentase masing-masing komponen utang dan modal
terhadap total passiva (total aset), persentase masing-masing komponen laporan laba rugi
terhadap penjualan bersih.
d. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui besarnya sumber dan
penggunaan modal kerja selama dua periode waktu yang dibandingkan.
e. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui kondisi kas dan perubahan
kas pada suatu periode waktu tertentu.
f. Analisis Rasio Keuangan
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui hubungan di antara pos
tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi.
g. Analisis Perubahan Laba Kotor
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui posisi laba kotor dari satu
periode ke periode berikutnya, serta sebab-sebab terjadinya perubahan laba kotor
tersebut.
h. Analisis Titik Impas
3
Merupakan teknk analisis yang digunakan untuk mengetahuo tingkat penjualan yang
harus dicapai, agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
i. Analisis Kredit
Merupakan teknik analisis yang digunakan untuk menilai layak tidaknya suatu
permohonan kredit debitor kepada kreditor, seperti bank.
2 UTANG
2.1 Utang Usaha
2.3 Sewa Diterima di Muka
3 EKUITAS PEMILIK
3.1 Modal
3.2 Prive
4 PENDAPATAN
4.1 Pendapatan Usaha
4.2 Pendapatan Sewa
4.3 Pendapatan Bunga
4
5 BEBAN
5.1 Beban Gaji
5.2 Beban Iklan
5.3 Beban Sewa Kantor
5.4 Beban Utilitas
5.9 Beban Rupa-Rupa
Yang perlu diperhatikan dalam proses penyusunan COA adalah penerapan flexible
numbering system (sistem penomoran yang fleksibel), di mana sebuah kode dan nama akun
yang baru akan dapat ditambah (disisipkan) tanpa mengubah urutan kode akun lainnya yang
telah ada. Dalam contoh bagan perkiraan sebelumnya, perhatikanlah dengan seksama urutan
kode yang sengaja dilewatkan, yaitu dari kode 1.2 untuk akun piutang usaha ke kode 1.4
untuk akun perlengkapan kantor, dan seterusnya. Tujuannya adalah apabila nantinya ternyata
terdapat penambahan akun baru, maka penambahan atau penempatan akun baru ini haruslah
tetap memenuhi persyaratan urutan tingkat likuiditas (untuk kelompok aset lancar) dan
seterusnya.
Bentuk format yang paling sederhana untuk menunjukkan kenaikan atau penurunan saldo
masing-masing komponen laporan keuangan adalah dengan menggunakan model T account.
Namun, bentuk format yang paling umum digunakan dalam keseharian praktek akuntansi
adalah model buku besar.
Nama Akun
Model T Account: Mutasi Debet Mutasi Kredit
(Dr) (Kr)
5
Aset memiliki saldo normal di sebelah Debet. Jika terdapat transaksi yang sifatnya
menambah aset perusahaan, transaksi tersebut harus dicatat dengan mendebet aset yang
bersangkutan. Sebaliknya jika efek dari suatu transaksi akan mengurangi aset, aset yang
berkurang tersebut harus dicatat di sebelah kredit.
Dr Kas Kr
Saldo Awal xxx Pengeluaran xxx Catatan : mutasi debet pada piutang
Pemasukan xxx Saldo Akhir xxx usaha timbul karena adanya
yyy yyy penjualan persediaan barang
dagang secara kredit.
Dr Piutang Usaha Kr Sedangkan mutasi kredit
Saldo Awal xxx Pengeluaran xxx terjadi karena adanya
Pemasukan xxx Saldo Akhir xxx
penagihan atas piutang usaha.
yyy yyy
Utang (kewajiban) memiliki saldo normal di sebelah Kredit. Jadi, jika terdapat transaksi
yang sifatnya menambah jumlah kewajiban perusahaan, transaksi tersebut harus dicatat
dengan mengkredit kewajiban yang bersangkutan. Sebaliknya jika efek dari suatu transaksi
sifatnya mengurangi jumlah kewajiban, utang yang berkurang tersebut harus dicatat di
sebelah debet.
Dr Utang Usaha Kr
Saldo Awal xxx Pengeluaran xxx Catatan : mutasi kredit pada utang usaha
Pemasukan xxx Saldo Akhir xxx timbul karena adanya
yyy yyy pembelian barang dagang dari
supplier secara kredit.
Dr Pinjaman Bank Kr
Sedangkan mutasi debet terjadi
Saldo Awal xxx Pengeluaran xxx
setelah utang usaha tersebut
Pemasukan xxx Saldo Akhir xxx
yyy yyy dibayar.
Ekuitas memiliki saldo normal di sebelah Kredit. Ekuitas akan bertambah di sebelah
kredit dan sebaliknya akan berkurang di sebelah debet. Prive memiliki saldo normal di
sebelah debet, di mana prive sifatnya akan mengurangi ekuitas. Pendapatan memiliki saldo
normal di sebelah kredit, sehingga pendapatan sifatnya akan menambah ekuitas. Pendapatan
akan bertambah di sebelah kredit dan sebaliknya akan berkurang di sebelah debet. Beban
memiliki saldo normal di sebelah debet, di mana sifatnya akan mengurangi ekuitas. Beban
akan bertambah di sebelah debet dan sebaliknya akan berkurang di sebelah kredit. Saldo
normal pendapatan berbanding lurus dengan saldo normal ekuitas, sedangkan saldo normal
prive dan beban berbanding terbalik dengan saldo normal ekuitas.
6
Pada akhir periode akuntansi, banyak saldo akun dalam buku besar yangdapat segera
dilaporkan dalam laopran keuangan tanpa mengalami perubahan. Akan tetapi, ada juga
beberapa akun yang perlu disesuaikan. Penyesuaian ini bertujuan untuk memperbarui
(updating) data laporan keuangan, agar sesuai dengan konsep akrual dan konsep penandingan
yang berlaku dalam akuntansi.
Ayat jurnal yang membuat saldo akun menjadi up to date pada akhir periode akuntansi
dinamakan sebagai adjusting journal entry. Dalam ayat jurnal selalu melibatkan akun
pendapatan atau akun beban dan akun aset atau akun kewajiban. Apa yang akan terjadi jika
seandainya akuntan lupa membuat ayat jurnal penyesuaian terhadap akun-akun yang
sesungguhnya memerlukan penyesuaian?
Jawabannya adalah tentu saja akun-akun tersebut akan menjadi tidak up to date, dalam
arti akun-akun tersebut ada yang kebesaran jumlahnya (overstated) dan ada juga yang
kekecilan (understand), sehingga terjadilah yang namanya salah saji (misstatement) dalam
laporan keuangan. Pada prinsipnya terdapat empat item yang memerlukan penyesuaian,
yaitu:
1. Accrued Expenses / Accrued Liabilitas
Sepanjang periode, beban-beban tertentu mungkin telah terjadi tetapi pembayarannya
belum dilakukan sampai pada periode berikutnya. Pada akhir periode akuntansi perlu untuk
menentukan dan mencatat beban-beban yang telah terjadi, meskipun belum dibayarkan.
Dalam pencatatan beban/utang akrual, akun beban di debet dan akun utang di kredit. Contoh
ayat jurnal penyelesaian untuk mencatat accrued expense or accrued liability, adalah sebagai
berikut:
Beban Upah xxx
Utang Upah xxx
Misalkan:
1) Perusahaan membayar upah karyawan pada setiap hari Sabtu, di mana pembayaran upah
terakhir untuk tahun 2008 ini jatuh pada tanggal 27 Desember 2008 (hari sabtu). Periode
akuntansi (pembukuan) perusahaan berakhir tanggal 31 Desember 2008. Perusahaan
menetapkan jumlah hari kerja dalam seminggu adalah sebanyak 6 hari, yaitu mulai dari
hari Senin hingga Sabtu. Besarnya total upah karyawan yang dibayarkan untuk setiap 6
hari kerja adalah Rp. 20 Juta.
Berdasarkan pencatatan secara accrual basis, upah karyawan selama 3 hari yaitu untuk
tanggal 29 Desember 2008 (Senin), 30 Desember 2008 (Selasa), dan 31 Desember 2008
(Rabu) harus diakui sebagai bagian dari beban upah karyawan tahun 2008, meskipun
pembayarannya baru akan dilakukan lagi pada hari Sabtu pertama di tahun 2009 nanti.
Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
7
Beban Upah Rp. 10.000.000,-
Utang Upah Rp. 10.000.000,-
3
( ×Rp. 20 Juta)
6
2) Pada tanggal 1 September 2008, perusahaan memperoleh pinjaman uang dari Bank
senilai Rp. 100 juta. Pinjaman ini berjangka waktu 6 bulan. Perusahaan diharuskan untuk
mengembalikan nilai pokok pinjaman beserta bunganya pada saat pinjaman tersebut jatuh
tempo, yaitu tepatnya pada tanggal 1 Maret 2009. Besarnya tingkat suku bunga pinjaman
yang disepakati oleh kedua belah pihak adalah 9% per tahun. Periode akuntansi
(pembukuan) perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember 2008. Berdasarkan
pencatatan secara accrual basis, bunga pinjaman selama 4 bulan (September, Oktober,
November, dan Desember) yang sudah terjadi (berlangsung) di tahun 2008 harus diakui
sebagai beban tahun 2008, meskipun pembayarannya baru akan dilakukan pada tanggal 1
Maret 2009 nanti. Ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember
2008 adalah:
4
( × 9% × Rp. 100 juta)
12
Sepanjang periode, pendapatan tertentu mungkin telah terjadi tetapi penagihan kas belum
dilakukan sampai pada periode berikutnya. Pada akhir periode akuntansi adalah perlu untuk
menentukan dan mencatat pendapatan yang telah terjadi ini meskipun belum diterima
uangnya. Dalam pencatatn atas pendapatan akrual ini, akun aset di debet dan akun
pendapatan dikredit.
Contoh ayat jurnal penyesuaian untuk mencatat accrued revenue or accrued asset, adalah
sebagai berikut:
Misalkan:
8
Pada tanggal 1 September 2008, perusahaan memberikan pinjaman uang kepada debitor
senilai Rp. 100 juta. Pinjaman ini berjangka waktu 6 bulan. Perusahaan akan menerima
kembali nilai pokok pinjaman beserta bunganya pada saat pinjaman tersebut jatuh tempo,
yaitu tepatnya pada tanggal 1 Maret 2009. Besarnya tingkat suku bunga pinjaman yang
disepakati oleh kedua pihak adalah 9% per tahun. Periode akuntansi (pembukuan)
perusahaan berakhir pada tanggal 31 Desember 2008. Berdasarkan pencatatan secara accrual
basis, bunga pinjaman selama 4 bulan (September, Oktober, November, dan Desember) yang
sudah terjadi (berlangsung) di tahun 2008 harus diakui sebagai pendapatan tahun 2008,
meskipun pembayarannya baru akan diterima pada tanggal 1 Maret 2009 nanti. Ayat jurnal
penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008 adalah:
4
( × 9% × Rp. 100 juta)
12
9
Ayat jurnal umum yang dibuat pada tanggal 1 Januari 2008 (pada saat pembayaran di
muka) adalah:
Sedangkan, ayat jurnal peneysuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008
adalah:
Beban Asuransi $ 40
Asuransi Dibayar di Muka $ 40
1
( $ 120 × )
3
Premi asuransi yang dibayarkan di muka sebesar $ 120 diharapkan dapat bermanfaat
untuk jangka waktu 3 tahun, yaitu mulai dari awal tahun 2008 hingga akhir tahun 2010
mendatang. Sepanjang tahun 2008, manfaat dari pembayaran premi asuransi tersebut sudah
dipergunakan/sudah berlangsung, sehingga sepertiga dari $ 120 harus diakui sebagai beban
untuk tahun 2008. Sedangkan sisanya, dua pertiga dari $ 120, yaitu $ 80 masih merupakan
aset (asuransi dibayar di muka) dengan saldo debet, yang diharapkan bisa memberikan
manfaat dalam tahun 2009 dan tahun 2010 mendatang.
Sedangkan, ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008
adalah:
10
Asuransi Dibayar di Muka $ 80
Beban Asuransi $ 80
2
( $ 120 × )
3
Kedua metode akan menghasilkan nilai akhir yang sama. Dengan menggunakan salah
satu dari kedua metode tersebut akan sama-sama diperoleh besarnya beban asuransi yang
akan dilaporkan dalam laporan laba rugi (income statement) untuk periode yang berkahir
pada tanggal 31 Desember 2008 sebesar $ 40, sedangkan untuk saldo akun aset, yaitu akun
asuransi dibayar di muka akan tampak dalam neraca (balanced sheet) per 31 Desember 2008
adalah sebesar $ 80.
11
Ayat jurnal umum yang dibuat pada tanggal 1 Januari 2008 (pada saat menerima
pembayaran di muka) adalah:
Kas $ 120
Pendapatan Sewa $ 120
Sedangkan, ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008
adalah:
Pendapatan Sewa $ 80
Pendapatan Sewa Diterima di Muka $ 80
2
( $ 120 × )
3
Kas $ 120
Pendapatan Sewa Diterima di Muka $ 120
Sedangkan, ayat jurnal penyesuaian yang perlu dibuat pada tanggal 31 Desember 2008
adalah:
1
( $ 120 × )
3
12
Analisis perbandingan laporan keuangan merupakan teknik analisis dengan cara
membandingkan laporan keuangan dari dua periode atau lebih untuk menunjukkan
perubahan dalam jumlah (absolut) maupun dalam persentase (relatif). Teknik analisis ini
dikenal sebagai analisis horizontal atau analisis dinamis.
Dengan analisis horizontal akan terlihat kenaikan atau pun penurunan dalam pos-pos
laporan keuangan dari periode yang satu ke periode berikutnya. Perubahan-perubahan ini
perlu diketahui (khususnya perubahan yang mengarah kepada pelemahan kondisi keuangan
dan kinerja operasi perusahaan), untuk dianalisis faktor penyebabnya dan kemudian
diputuskan tindakan apa yang perlu dilakukan.
Pada saat melakukan teknik analisis horizontal, kenaikan atau pun penurunan yang terjadi
terhadap pos-pos laporan keuangan dari periode yang satu ke periode berikutnya dinyatakan
dalam bentuk jumlah moneter dan juga persentase. Agar analisis perbandingan laporan
keuangan dapat berjalan dengan baik, maka perlu dibuatkan kolom-kolom terlebih dahulu
untuk memudahkan dalam melihat perubahan-perubahan yang terjadi terhadap pos-pos
laporan keuangan dari periode yang satu ke periode berikutnya.
Berikut adalah laporan laba rugi dan neraca PT. Galaxi Solaria, Tbk untuk tahun 2014
dan 2013:
13
PT. Galaxi Solaria, Tbk
Neraca Komparatif
31 Desember 2014 dan 2013
(dalam ribuan rupiah)
Nama Perkiraan Tahun 2014 Tahun 2013 Naik (Turun) %
ASET
Aset Lancar
Kas 700.000 500.000 200.000 40
Piutang Usaha 500.000 700.000 (200.000) (28,6)
Persediaan Barang Dagang 775.500 855.000 (79.500) (9,3)
Perlengkapan 7.500 10.000 (2.500) (25)
Asuransi Dibayar Di Muka 17.000 15.000 2.000 13,3
Total Aset Lancar 2.000.000 2.080.000 (80.000) (3,9)
Aset Tetap
Tanah 8.700.000 6.660.000 2.040.000 30,6
Bangunan 6.600.000 5.000.000 1.600.000 32
Akumulasi Penyusutan-Bangunan (1.000.000) (700.000) 300.000 42,9
Mesin 2.100.000 2.100.000 0 0
Akumulasi Penyusutan-Mesin (400.000) (380.000) 20.000 5,3
Kendaraan 1.100.000 1.440.000 (340.000) (23,6)
Akumulasi Penyusutan-Kendaraan (100.000) (200.000) (100.000) (50)
Total Aset Tetap 17.000.000 13.920.000 3.080.000 22,1
-
TOTAL ASET 19.000.000 16.000.000 3.000.000 18,8
KEWAJIBAN
Utang Lancar
Utang Usaha 400.000 600.000 (200.000) (33,3)
Utang Bank 500.000 900.000 (400.000) (44,4)
Utang Wesel 200.000 100.000 100.000 100
Total Utang Lancar 1.100.000 1.600.000 (500.000) (31,3)
Utang Tidak Lancar
Utang Obligasi 4.900.000 4.500.000 400.000 8,9
Utang Hipotik 5.000.000 5.000.000 0 0
Total Utang Tidak Lancar 9.900.000 9.500.000 400.000 4,2
TOTAL KEWAJIBAN 11.000.000 11.100.000 (100.000) (0,9)
EKUITAS
14
Modal Disetor 5.500.000 4.000.000 1.500.000 37,5
Laba Ditahan 2.500.000 900.000 1.600.000 177,8
TOTAL EKUITAS 8.000.000 4.900.000 3.100.000 63,3
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos laporan laba rugi,
beserta analisis penyebabnya:
1. Pendapatan penjualan tahun 2014 meningkat 16,5%, yaitu sebesar Rp2.800.000.000,00
dibanding pendapatan penjualan tahun 2013. Hal ini terjadi karena adanya peningkatan
jumlah penjualan sepanjang tahun 2014.
2. Harga pokok penjualan tahun 2014 meningkat 17,6%, yaitu sebesar Rp2.200.000.000,00
dibanding harga pokok penjualan tahun 2013. Hal ini terjadi seiring dengan adanya
peningkatan jumlah penjualan sepanjang tahun 2014.
3. Laba kotor tahun 2014 meningkat 13,3%, yaitu sebesar Rp600.000.000,00 dibanding laba
kotor tahun 2013. Hal ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan pendapatan
penjualan dalam tahun 2014.
4. Beban operasional tahun 2014 meningkat 12,2%, yaitu sebesar Rp260.000.000,00
dibanding beban operasional tahun 2013. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan jumlah
beban penjualan, beban umu, dan beban administrasi sepanjang tahun 2014.
5. Laba operasional tahun 2014 meningkat 14,4%, yaitu sebesar Rp340.000.000,00
dibanding laba operasional tahun 2013. Hal ini terjadi karena dalam tahun 2014, kenaikan
jumlah laba kotor (Rp600.000.000,00) masih lebih besar dibandingkan dengan
peningkatan jumlah beban operasional (Rp260.000.000,00).
6. Pendapatan dan keuntungan lain-lain tahun 2014 lebih kecil Rp80.000.000,00 (turun
24,2%) dibanding pendapatan dan keuntungan lain-lain tahun 2013. Hal ini terjadi karena
dalam tahun 2014 terdapat penurunan pendapatan bunga dan keuntungan selisih kurs.
7. Beban dan kerugian lain-lain tahun 2014 lebih kecil Rp340.000.000,00 (turun 26,2%)
dibanding beban dan kerugian lain-lain tahun 2013. Hal ini terjadi karena dalam tahun
2013 perusahaan mengalami kerugian yang cukup besar sebagai akibat dari adanya
bencana banjir di Jakarta, yang telah menyebabkan rusaknya sebagian besar perabot
kantor dan beberapa kendaraan operasional perusahaan.
8. Laba sebelum pajak penghasilan tahun 2014 meningkat 42,9%, yaitu sebesar
Rp600.000.000,00 dibanding laba sebelum pajak penghasilan tahun 2013. Hal ini terjadi
karena dalam tahun 2014 terdapat peningkatan jumlah laba operasional
(Rp340.000.000,00), di mana peningkatannya ini masih lebih memilih besar
dibandingkan dengan penurunan pendapatan dan keuntungan lain-lain
(Rp80.000.000,00), serta juga karena adanya penurunan dalam jumlah beban dan
kerugian lain-lain (Rp340.000.000,00).
15
9. Pajak penghasilan tahun 2014 meningkat 42,9%, yaitu sebesar Rp120.000.000,00
dibanding pajak penghasilan tahun 2013. Hal ini terjadi seiring dengan adanya
peningkatan jumlah laba sebelum pajak penghasilan di tahun 2014.
10. Laba bersih tahun 2014 meningkat 42,9%, yaitu sebesar Rp480.000.000,00 dibanding
laba bersih tahun 2013. Hal ini terjadi seiring dengan adanya peningkatan dalam jumlah
laba sebelum pajak penghasilan tahun 2014.
Berikut adalah perubahan-perubahan yang terjadi dalam pos-pos neraca, beserta analisis
penyebabnya:
1. Kas tahun 2014 meningkat 40%, yaitu sebesar Rp200.000.000,00 dibanding kas tahun
2013. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014 terdapat arus kas masuk yang
jumlahnya lebih besar Rp200.000.000,00 dibandingkan dengan jumlah arus kas keluar.
2. Piutang usaha tahun 2014 lebih kecil Rp200.000.000,00 (turun 28,6%) dibanding piutang
usaha tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014 terdapat penagihan
piutang usaha yang jumlahnya lebih besar Rp200.000.000,00 dibandingkan dengan
jumlah penjualan kredit.
3. Persediaan barang dagang tahun 2014 lebih kecil Rp79.500.000,00 (turun 9,3%)
dibanding persediaan barang dagang tahun 2013. Hal ini terjadi karena dalam tahun 2014
terdapat penjualan barang dagang yang harga pokoknya lebih besar Rp 79.500.000,00
dibandingkan dengan jumlah persediaan barang dagang yang dibeli dari supplier.
4. Perlengkapan tahun 2014 lebih kecil Rp2.500.000,00 (turun 25%) dibanding
perlengkapan tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014 terdapat
pemakaian perlengkapan yang jumlahnya lebih besar Rp2.500.000,00 dibandingkan
dengan jumlah perlengkapan yang dibeli.
5. Asuransi dibayar di muka tahun 2014 meningkat 13,3%, yaitu sebesar Rp2.000.000,00
dibanding asuransi dibayar di muka tahun 2013. Hal ini terjadi karena dalam tahun 2014
perusahaan melakukan pembayaran tambahan atas premi asuransi yang jumlahnya lebih
besar Rp2.000.000,00 dibandingkan dengan jumlah premi asuransi yang telah menjadi
beban di tahun 2014.
16
pembayaran utang bank sebesar Rp400.000.000,00 dan tidak ada tambahan pinjaman
lainnya dari bank.
3. Utang wesel tahun 2014 meningkat 100%, yaitu sebesar Rp100.000.000,00 dibanding
utang wesel tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa sepanjang tahun 2014 telah terjadi
penambahan utang wesel yang jumlahnya lebih besar Rp100.000.000,00 dibandingkan
dengan jumlah utang wesel yang dibayar.
4. Total utang lancar tahun 2014 lebih kecil Rp500.000.000,00 (turun 31,3%) dibanding
total utang lancar tahun 2013. Hal ini terjadi karena dalam tahun 2014 terdapat penurunan
utang usaha (Rp200.000.000,00), penurunan utang bank (Rp400.000.000,00), dan
kenaikan utang wesel (Rp100.000.000,00)
Sisi Utang Tidak Lancar (Kewajiban Jangka Panjang)
1. Utang Obligasi tahun 2014 meningkat 8,9%, yaitu sebesar Rp400.000.000,00 dibanding
utang obligasi tahun 2013. Penyebabnya adalah bahwa dalam tahun 2014 perusahaan
menerbitkan dan menjual tambahan obligasi sebesar nilai nominalnya, yaitu
Rp400.000.000,00 dan tidak ada utang obligasi yang jatuh tempo.
2. Sepanjang tahun 2014 tidak ada penambahan maupun pelunasan atas utang hipotik.
3. Total utang tidak lancar tahun 2014 meningkat 4,2%, yaitu sebesar Rp400.000.000,00
dibanding total utang tidak lancar tahun 2013. Hal ini disebabkan karena meningkatnya
utang obligasi dalam tahun 2014, yaitu dari Rp4.500.000.000,00 menjadi
Rp4.900.000.000,00
17
2. Bangunan tahun 2014 lebih besar Rp1.600.000.000,00 (naik 32%) dibanding bangunan
tahun 2013. Penyebabnya adalah bahwa di tahun 2014 terdapat pembelian sebuah
bangunan seharga Rp1.600.000.000,00 untuk dijadikan sebagai gudang tempat
penyimpanan persediaan barang dagang dan tidak ada bangunan lainnya yang dijual.
3. Akumulasi penyusutan bangunan tahun 2014 lebih besar Rp300.000.000,00 (naik 42,9%)
dibanding akumulasi penyusutan bangunan tahun 2013. Penyebabnya adalah bahwa di
tahun 2014 telah terjadi penambahan jumlah penyusutan atas pemanfaatan bangunan di
tahun 2014 tersebut.
4. Sepanjang tahun 2014 tidak ada pembelian maupun penjualan atas mesin.
5. Akumulasi penyusutan mesin tahun 2014 lebih besar Rp20.000.000,00 (naik 5,3%)
dibanding akumulasi penyusutan mesin tahun 2013. Penyebabnya adalah bahwa di tahun
2014 telah terjadi penambahan jumlah penyusutan atas pemanfaatan mesin di tahun 2014
tersebut.
6. Kendaraan tahun 2014 lebih kecil Rp340.000.000,00 (turun 23,6%) dibanding kendaraan
tahun 2013. Hal ini terjadi karena dalam tahun 2014 terdapat penjualan kendaraan dengan
harga perolehan sebesar Rp340.000.000,00 dan tidak ada pembelian kendaraan lainnya.
7. Akumulasi penyusutan kendaraan tahun 2014 lebih kecil Rp100.000.000,00 (turun 50%)
dibanding akumulasi penyusutan kendaraan tahun 2013. Hal ini menunjukkan bahwa di
tahun 2014 telah terjadi penjualan kendaraan yang jumlah akumulasi penyusutannya
lebih besar Rp100.000.000,00 dibandingkan dengan jumlah penyusutan atas pemakaian
kendaraann di tahun 2014 tersebut.
8. Total aset tetap tahun 2014 meningkat 22,1%, yaitu sebesar Rp3.080.000.000,00
dibanding total aset tetap ahun 2013. Hal ini terjadi karena dalam tahun 2014 terdapat
kenaikan tanah (Rp2.040.000.000,00), kenaikan bangunan (Rp1.600.000.000,00),
kenaikan akumulasi penyusutan bangunan (Rp300.000.000,00), kenaikan akumulasi
penyusutan mesin (Rp20.000.000,00), penurunan kendaraan (Rp340.000.000,00), dan
penurunan akumulasi penyusutan kendaraan (Rp100.000.000,00).
9. Total ekuitas tahun 2014 meningkat 63,3%, yaitu sebesar Rp3.100.000.000,00 dibanding
total ekuitas tahun 2013. Hal ini disebabkan karena meningkatnya modal disetor
(Rp1.500.000.000,00) dan laba ditahan (Rp1.600.000.000,00).
H. Analisis Trend
Analisis trend merupakan teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui tendensi
keadaan keuangan dan kinerja perusahaan, apakah menunjukkan kenaikan atau penurunan.
Analisis trend dilakukan dengan menggunakan analisis horisontal (dinamis). Data yang
digunakan adalah data tahunan yang biasa hanya terdiri atas dua atau tiga periode saja. Hal
ini disebabkan karena jika data yang digunakan adalah melebihi tiga periode maka akan
mengalami kesulitan dalam melakukan analisis secara lebih cepat.
18
Dalam melakukan analisis trend harus terlebih dahulu ditentukan tahun dasarnya sebagai
pembanding. Setelah itu, baru kemudian dihitung angka indeksnya dengan menggunakan
rumus sebagai berikut:
Tahun Pembanding
Angka Indeks = x 100%
Tahun Dasar
Dengan menggunakan data laporan keuangan sebelumnya (PT. Galaxi Solaria, Tbk),
berikutnya adalah besarnya angka indeks untuk tahun akun kas pada akhir tahun 2014:
Rp. 700.000.000
Angka Indeks = x 100% = 140%
Rp. 500.000.000
Jika besarnya kas pada tahun 2015 adalah Rp.800.000.000, maka besarnya angka indeks
untuk akun kas pada akhir tahun 2015 adalah:
Rp. 800.000.000
Angka Indeks = x 100% = 160%
Rp. 500.000.000
Demikian pula untuk piutang usaha, berikut adalah besarnya angka indeks
Rp. 500.000.000
Angka Indeks = x 100% = 71,4%
Rp. 700.000.000
19
3. Piutang usaha akhir tahun 2014 berjumlah 28,6% lebih kecil dari piutang usaha yang ada
pada akhir tahun 2013.
Jika besarnya piutang usaha pada akhir tahun 2015 adalah Rp.800.000.000,00 maka
besarnya angka indeks untuk akun piutang usaha pada akhir tahun 2015 adalah:
Rp. 800.000.000,00
Angka Indeks = x 100% = 114,3%
Rp. 700.000.000,00
Demikian pula untuk pendapatan penjualan, berikut adalah besarnya angka indeks untuk
akun pendapatan penjualan pada akhir tahun 2014:
Rp. 19.800.000.000
Angka Indeks = x 100% = 116,5%
Rp. 17.000.000.000
20
menganalisa laporan keuangan untuk jangka waktu lebih dari tiga tahun akan diketahui
kecenderungan atau arah atau trend dari posisi keuangan ataupun hasil-hasil yang telah
dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan, apakah menunjukkan arah yang tetap, meningkat
atau bahkan menurun.
Untuk dapat menghitung trend yang dinyatakan dalam prosentase (trend percentages) ini
diperlukan dasar pengukurannya atau tahun dasarnya. Biasanya data atau laporan keuangan
dari tahun yang paling awal dalam deretan laporan keuangan yang dianalisa tersebut
dianggap sebagai tahun dasar (base year). Pemilihan tahun yang paling awal sebagai tahun
dasar ini bukan merupakan suatu keharusan, karena tahun yang paling awal tersebut belum
tentu menunjukkan keadaan yang normal atau representatif. Sedapat mungkin periode atau
laporan keuangan yang digunakan sebagai tahun dasar adalah tahun yang paling normal
diantara tahun-tahun yang dianalisa tersebut.
Sebagai berikut ilustrasi diambilkan laporan keuangan dari PT SARI INDAH yang terdiri
dari Neraca dan Laporan Rugi-Laba dari tahun-tahun 1974 sampai dengan 1978 seperti
nampak dalam tabel berikut ini.
PT SARI INDAH
NERACA PERBANDINGAN
21
Dari laporan keuangan PT SARI INDAH diketahui bahwa Kas tahun 1974 yang
digunakan atau dipilih sebagai tahun dasar adalah Rp.100.000,- dengan angka index 100,-
saldo Kas tahun 1975 sebesar Rp.120.000,- maka indexnya adalah:
, ini berarti bahwa:
120.000
× 100% = 120%
100.000
1. Uang kas yang tersedia pada 31 Desember 1975 adalah 120% daripada yang tersedia
dalam akhir tahun 1974.
2. Uang kas dalam akhir tahun 1975 naik 20% daripada uang kas akhir tahun 1974.
3. Uang kas akhir tahun 1975 20% lebih besar daripada uang kas akhir tahun 1974.
PT SARI INDAH
Rp Rp Rp Rp Rp % % % %
Penjualan netto 2800 2860 3310 3740 4260 102 118 134 152
Harga Pokok Penjualan 1940 1970 2200 2550 2830 102 113 131 146
Laba Penjualan 860 890 1110 1190 1430 103 129 138 166
Biaya Penjualan 430 430 460 500 550 100 107 116 128
Biaya Administrasi 190 200 230 250 260 105 121 132 137
Biaya Operasi 620 630 690 750 810 101 111 121 131
Laba Operasi 240 260 420 440 620 108 175 183 258
Pendapatan Netto 290 320 490 540 690 110 169 186 238
22
Data lain dalam Neraca menunjukkan piutang akhir tahun 1974 Rp.860.000,- sedangkan
pada akhir tahun 1976 Rp.790.000,- maka indexnya adalah:
3. Piutang 31 Desember 1976 (8%) lebih kecil daibandingkan dengan piutang 31 Desember
1974.
Perhitungan angka index untuk data yang terdapat dalam Laporan Rugi-Laba prinsipnya
sama, misalnya untuk penjualan:
Analisa dengan trend ratio akan dapat menunjukkan suatu pos itu mempunyai
kecenderungan atau arah yang menurun, meningkat atau tetap serta menunjukkan apakah
kecenderungan atau tendensi yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Tetapi di
dalam menggunakan teknik analisa trend dalam prosentase ini harus diingat pula hubungan
23
antara angka-angka dalam trend dengan data absolutnya, karena adanya beberapa
kemungkinan sebagai berikut:
1. Tahun yang telah dipilih sebagai dasar mungkin tidak representatip, misalnya jumlah kas
yang tercantum dalam tahun dasar Rp 4.500.000,- sedangkan jumlah Kas dalam waktu-
waktu berikutnya tidak pernah lebih dari Rp 2.000.000,-. Ini berarti bahwa tahun dasar
tidak mencerminkan ciri dari keadaan jumlah-jumlah lainnya, sehingga perbedaan dalam
prosesnya akan menunjukkan keadaan extrim, sedangkan sesungguhnya tidak demikian
adanya.
2. Suatu pos telah naik dari Rp 10,- menjadi Rp 20,- dan pos yang lain dan dari Rp
100.000,- menjadi Rp 200.000,-. Kedua pos ini dalam prosentase telah naik dengan 100%
meskipun dalam hal yang pertama kenaikan itu tidak penting artinya.
3. Biasanya di dalam menganalisa suatu perubahan, maka perubahan dengan jumlah 100%
mendapatkan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan perubahan yang dalam
prosentase kecil misanya hanya 10%, padahal dalam beberapa hal tertentu hal yang
demikian tidaklah tepat. Misalnya kenaikan Persekot Biaya telah naik dengan 100%
sedangkan Persediaan hanya 10%, jelas hal ini perubahan Persediaan harus mendapat
perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan perubahan Persekot Biaya.
Oleh karena itu didalam menganalisa dengan menggunakan trend atau perubahan yang
dinyatakan dalam prosentase, perlu pula mempelajari perubahan-perubahan yang terjadi
dalam angka absolutnya atau jumlah rupiahnya serta tendensi-tendensi yang ada ataupun
hubungan antara pos-pos yang ada.
Agar trend itu dapat diperbandingkan maka harus dipenuhi beberapa syaratnya, antara
lain bahwa prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan pada waktu melakukan pencatatan
akuntansi dilakukan secara konsisten dalam tahun-tahun yang bersangkutan, dan selama
periode yang bersangkutan tidak terjadi perubahan nilai uang atau kenaikan harga-harga yang
amat berbeda (inflasi maupun deflasi). Apabila kedua syarat ini tidak dipenuhi maka data
yang diperoleh tak dapat diperbandingkan (non comparable), kecuali kalau diadakan
adjustment atau penyesuaian lebih dahulu guna menetralisir akibat daripada perubahan yang
terjadi.
24
diketahui bahwa telah terjadi perubahan-perubahan atau kecenderungan-kecenderungan baik
yang menguntungkan maupun yang tidak menguntungkan bagi perusahaan, hal ini terbukti
bahwa:
b. Dalam jangka waktu 5 tahun perusahaan tidak melakukan pengeluaran investasi, hal ini
terbukti adanya pertambahan aktiva tetap yang sangat kecil selama 5 tahun tersebut, yaitu
dari Rp 2.780.000,- menjadi Rp 2.910.000,- (naik 5%). Kenaikan aktiva tetap yang kecil
ini justru membuat penjualan naik 52%; apakah kenaikan penjualan ini disebabkan oleh
bertambahnya volume penjualan atau adanya kenaikan harga-harga pada umumnya.
c. Ditinjau dari faktor solvabilitas menunjukkan bahwa para kreditor semakin terjamin,
margin of safety para kreditor naik dari 517% ditahun 1974 menjadi 554% dalam tahun
1978. Kenaikan hutang dari Rp 710.000,- menjadi Rp 760.000,- (7%) diimbangi dengan
kenaikan modal sendiri (owner’s equity) dari Rp 3.670.000,- menjadi Rp 4.210.000,-
(15%).
e. Ditinjau dari segi efisiensi menunjukkan bahwa perusahaan semakin efisien, hal ini
terbukti dengan adanya kenaikan penjualan 52% diimbangi kenaikan harga pokok dengan
tingkat yang lebih rendah (46%) dan kenaikan biaya penjualan 28%. Dengan kata lain
menagement semakin mampu untuk mengadakan pengawasan biaya dan ongkos-ongkos
dalam rangka menaikkan penjualan.
25
J. Analisis Persentase per Komponen
Analisis persentase per komponen (common size) merupakan teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui persentase masing-masing komponen aset terhadap total aset,
persentase masing-masing komponen aset terhadap total passiva (total aset), persentase
masing-masing komponen laporan laba rugi terhadap penjualan bersih.
Dalam analisis common size, seluruh akun dinyatakan dalam persentase. Dalam analisis
neraca, total aset atau total kewajiban ditambah total ekuitas dinyatakan sebagai 100 persen.
Akun-akun yang ada dalam kelompok ini selanjutnya akan dinyatakan sebesar persentase
tertentu dari total jumlah kelompok bersangkutan.
Sebagai contoh, jika besarnya total aset yang dinyatakan sebagai 100 persen adalah Rp
250 juta, akun persediaan dengan saldo Rp 30 juta akan dinyatakan dalam neraca common
size sebagai 12 persen, yang didapat dari (Rp 30 juta : Rp 250 juta) x 100 persen. Hal ini
berarti bahwa jumlah persediaan adalah 12 persen dari total aset atau dengan kata lain bahwa
setiap Rp 1 total aset diinvestasikan pada Rp 0,12 persediaan.
Dinamakan sebagai common-size adalah karena total jumlah akun-akun dalam kelompok
bersangkutan adalah 100 persen. Prosedur yang ada dalam analisis common-size disebut juga
sebagai analisis vertikal (statis) karena melakukan evaluasi akun dari atas ke bawah (atau
dari bawah ke atas) dalam laporan keuangan tersebut. Analisis common-size berguna dalam
memahami pembentuk internal laporan keuangan.
Metode untuk merubah jumlah-jumlah rupiah dalam suatu laporan keuangan menjadi
persentase-persentase tersebut dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Nyatakan total aktiva, total pasiva, serta total penjualan netto masing-masing dengan
100%.
2. Hitunglah ratio dari tiap-tiap pos atau komponen dalam tersebut dengan cara membagi
jumlah rupiah dari masing-masing pos aktiva dengan total aktivanya, jumlah rupiah
masing-masing pos pasiva dengan total pasivanya dan masing-msaing pos rugi-laba
dengan total penjualan nettonya, dikalikan 100%.
Dari data laporan keuangan PT INDIRASARI tahun 1977 dan 1978, dapat diketahui
persentase per komponennya atau persentse dari total, perhitungan persentase-persentase
tersebut adalah sebagai berikut:
26
Ini berarti bahwa saldo Piutang Dagang pada tanggal 31 Desember 1977 sebesar 24% dari
jumlah aktiva akhir tahun tersebut atau setiap Rp 1,- aktiva diinvestasikan dalam bentuk
Piutang Dagang sebesar Rp 0,24.
Ini berarti bahwa saldo Hutang Dagang 31 Desember 1978 sebesar 9% dari jumlah pasiva
(hutang dan modal) 31 Desember 1978 atau setiap Rp 1,- pasiva per 31 Desember 1978 Rp
0,09 berupa Hutang Dagang atau setiap Rp 1,- aktiva dibiayai dari Hutang Dagang sebesar
Rp 0,09.
Ini berarti bahwa Harga Pokok Penjualan 1977 adalah sebesar 65% dari Penjualan Netto
1977 atau setiap Rp 1,- penjualan maka sebesar Rp 0,65 akan terserap dalam harga pokok
penjualan.
Ini berarti bahwa Laba Operasional tahun 1978 adalah sebesar 12% dari Penjualan Netto
1978 atau setiap Rp 1,- Penjualan Netto akan diperoleh laba sebesar Rp 0,12.
27
3. Persentase per komponen yang terdapat dalam neraca akan merupakan persentase per
komponen terhadap total aktiva, sehingga perbandingan secara horizontal dari tahun ke
tahun hanya akan menunjukkan trend daripada hubungan (trend of relationship), dan
tidak menunjukkan ada atau tidaknya perubahaan secara absolut. Perubahan ini dapat
dilihat kalau dikembangkan pada data absolutnya. Jadi perubahan dari tahun ke tahun
tidak menunjukkan secara pasti adanya perubahan dalam data absolutnya.
Penurunan dalam persentase daripada Investasi itu disebabkan total aktiva yang berubah,
bahkan mungkin juga bahwa data absolutnya mengalami kenaikan tetapi Common size %-
nya justru menurun, misalnya:
Hal ini disebabkan karena total pasiva (total hutang dan modal) bertambah dengan rate yang
lebih cepat daripada bertambahnya hutang obligasi, atau mungkin juga dalam data absolutnya
mengalami penurunan, tetapi dalam laporan dengan persentasenya per komponen justru
menunjukkan kenaikan, misalnya:
Jadi common size statement atau laporan dengan persentase per komponen hanyalah
menunjukkan trend daripada hubungan dan tidak menunjukkan perubahan absolut yang
terjadi.
4. Laporan dengan persentase per komponen dalam hubungannya dengan laporan rugi-laba,
menunjukkan jumlah atau persentase dari penjualan netto atau net sales yang diserap tiap-
tiap individu biaya dan persentase yang masih tersedia untuk income. Oleh karena itu
common size percentage analysis banyak digunakan oleh perusahaan dalam hubungannya
dengan income statement, karena adanya hubungan yang erat antara penjualan, harga
pokok dan biaya operasi, sedangkan untuk neraca tidak banyak digunakan.
28
Dalam Laporan Persentase Per Komponen semua komponen atau pos dihitung persentasenya
dari jumlah totalnya, tetapi untuk lebih meningkatkan atau menaikkan mutu atau kualitas
data maka masing-masing pos atau komponen tersebut tidak hanya dihitung persentase dari
jumlah totalnya tetapi juga dihitung persentase masing-masing komponen terhadap sub
totalnya; misalnya komponen aktiva lancar dihubungkan atau ditentukan persentasenya
terhadap jumlah aktiva lancar, komponen hutang lancar terhadap jumlah hutang lancar dan
sebagainya. Neraca dari PT INDIRASARI pada tanggal 31 Desember 1977 dan 1978 dapat
dirubah menjadi sebagai berikut:
PT INDIRASARI
Laporan % per Komponen
31 Desember 1977 & 1978
31-Des % dari sub total % dari total
1977 1978 1977 1978 1977 1978
AKTIVA
AKTIVA LANCAR :
Kas Rp 545.500,- Rp 919.700,- 16 24 10 14
Piutang Dagang 1.324.200,- 1.612.800,- 39 42 24 25
Piutang Wesel 500.00,- 250.000,- 15 6 9 4
Persediaan 951.200,- 1.056.500,- 28 27 17 16
Persekot Biaya 46.000,- 37.000,- 2 1 1 1
Jumlah Aktiva Lancar Rp 3.366.900,- Rp 3.876.000,- 100 100
AKTIVA TETAP :
Tanah 200.000,- 200.000,- 9 8 4 3
Gedung 1.600.000,- 2.000.000,- 75 77 29 31
Cadangan Penyusutan Gedung (225.000,-) (261.000,-) (10) (10) (4) (4)
Alat-alat Kantor 700.000,- 850.000,- 33 33 13 13
Cadangan penyusutan Alat Kantor (153.000,-) (201.000,-) (7) (8) (3) (3)
Jumlah Aktiva Tetap Rp 2.121.500,- Rp 2.588.000,- 100 100
Jumlah Aktiva Rp 5.488.400,- Rp 6.464.000,- 100 100
HUTANG & MODAL
Hutang Lancar:
29
Hutang Wesel 150.000,- 125.000,- 13 11 3 2
Modal:
30
DAFTAR PUSTAKA
31