Anda di halaman 1dari 17

25

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kepuasan Kerja Guru

1. Definisi Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja merupakan sebuah fenomena yang kompleks (Rao, 2003).

Robbins dan Judge (2013) menyatakan bahwa kepuasan kerja merupakan

perasaan positif tentang suatu pekerjaan yang merupakan hasil evaluasi dari

beberapa karakteristik pekerjaan seperti pekerjaan itu sendiri, bayaran,

supervise, teman kerja, dan promosi. Kumar (2007) juga mengatakan bahwa

kepuasan kerja merupakan reaksi emosi individu terhadap pekerjaannya yang

merupakan sikap seseorang terhadap pekerjaannya.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja adalah sikap postif individu terhadap pekerjaannya yang

merupakan hasil dari evaluasi terhadap karakteristik pekerjaan itu sendiri.

2. Definisi Kepuasan Kerja Guru

Kepuasan kerja merupakan fenomena yang komplek yang melibatkan

aspek pribadi, institusi, dan sosial (Rao, 2003). Kepuasan kerja guru adalah

sikap seorang guru terhadap pekerjaannya sebagai suatu hal yang

menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan kesesuaian antara apa

yang diberikan dan apa yang didapatkan. Kepuasan kerja guru juga

merupakan bagaimana guru memandang pekerjaanya sebagai suatu hal yang

menguntungkan atau merugikan. Kepuasan kerja guru merupakan hasil dari

Universitas Sumatera Utara


26

berbagai sikap seseorang terhadap pekerjaannya terhadap faktor-faktor yang

berhubungan dengan pekerjaannya dan terhadap kehidupan kerja pada

umumnya (Kumar, 2007)

Sedangkan menurut Lester (dalam Knox, 2011) kepuasan kerja guru

merupakan persepsi guru dan nilai dari karakteristik lingkungan pekerjaan

seperti kompensasi, otonomi, rekan kerja, dan produktivitas. Lester juga

menambahkan kepuasan kerja guru sebagai sejauhmana penerimaan dan nilai-

nilai seorang guru terhadap banyaknya faktor seperti evaluasi, hubungan rekan

kerja, tanggungjawab, dan penghargaan. Jika guru mencapai kepuasan kerja

mereka akan melakukan pekerjaan dengan baik sesuai dengan tujuan dari

pendidikan tersebut (Rao, 2003).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

kepuasan kerja guru adalah penilaian seseorang guru terhadap aspek-aspek

yang terdapat didalam suatu pekerjaan, yaitu aspek pengawasan, rekan kerja,

kondisi pekerjaan, imbalan, tanggung jawab, pekerjaan itu sendiri, kenaikan

jabatan, keamanan, dan penghargaan.

3. Teori yang Mendasari Kepuasan Kerja

Berikut ini merupakan dasar teori dalam pembuatan Teacher Job

Satisfaction Questionnaire yang dikembangkan oleh Lester (1987), yaitu :

a. Teori Herzberg

Teori Herzberg (1987) dikenal dengan teori dua faktor. Teori dua faktor

juga disebut sebagai teori motivasi hygiene berkaitan dengan motivasi dan job

satisfaction. Herzberg (1987) mengemukakan job satisfaction disebabkan

Universitas Sumatera Utara


27

oleh hadirnya serangkaian faktor yang disebut sebagai motivator, sedangkan

job dissatisfaction disebabkan oleh ketidakhadiran rangkaian yang berbeda

dari motivator yang disebut sebagai hygiene faktor.

1. Faktor motivasi (Motivation factor)

Faktor pemuas yang disebut juga motivator yang merupakan fakor

pendorong seseorang untuk berprestasi yang bersumber dari dalam diri

seseorang tersebut (kondisi intrinsik). Faktor-faktor yang termasuk kedalam

faktor motivasi adalah faktor keberhasilhan menyelesaikan tugas

(achievement), pengakuan orang lain (recognition), tanggungjawab

(responsibility), peluang untuk maju (advancement), kepuasan kerja itu sendiri

(the work it self), kemungkinan pengembangan karir (the possibility of

growth). Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan

memberikan kepuasan, namun jika ada yang tidak terpenuhi bukan berarti

mengakibatkan ketidakpuasan kerja.

2. Faktor hygiene (Hygiene factor)

Merupakan faktor yang berada di sekitar pelaksanaan pekerjaan;

berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja. faktor-faktor

yang termasuk di sini adalah Working condition (kondisi kerja), interpersonal

relation (hubungan antar pribadi), company policy and administration

(kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaannya0, job security (perasaan aman

dalam bekerja), pay (gaji), status (Jabatan), supervision technical (teknik

pengawasan).

Universitas Sumatera Utara


28

Herzberg juga menyatakan bahwa faktor motivasi menyebabkan seseorang

untuk bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan.

Sedangkan hygiene factors dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam

ketidakpuasan menuju kearah kepuasan.

3. Konsekuensi dari Kepuasan Kerja

Kumar (2007) mengatakan bahwa terdapat beberapa konsekuensi yang

diperoleh seorang dari kepuasan kerja, yaitu :

a. Ketidakhadiran (absenteeism)

Terdapat hubungan kepuasan kerja dengan jumlah ketidakhadiran dari seorang

pekerja. Ketidakpuasan bekerja akan membuat seorang pekerja tidak ingin

untuk bekerja dan hal ini akan menyebabkan pekerja menjauh dari

pekerjaanya.

b. Berhenti Kerja (turn over)

Pekerja yang puas dengan pekerjaannya cenderung untuk bertahan dengan

pekerjaannya, sedangkan pekerja yang tidak puas dengan pekerjaanya

cenderung untuk berhenti dari pekerjaanya dan mencari kepuasan di pekerjaan

yang lain.

c. Pemberitaan Negatif (negative publicity)

Pekerja yang tidak puas dengan pekerjaanya cenderung untuk

memberitahukan hal yang negatif tentang organisasinya dan pada akhirnya

membuat nama tempat organisasinya menjadi jelek. Pemberitaan yang negatif

terhadap organisasi, dapat menyebabkan organisasi kesulitan dalam mencari

karyawan baru.

Universitas Sumatera Utara


29

Sementara itu, McShane dan Glinow (2010) mengatakan bahwa terdapat

empat konsekuensi dari kepuasan kerja, yaitu :

a. Keluar (exit)

Seorang pekerja yang terus menerus tidak puas terhadap pekerjaanya, pada

akhirnya dapat memotivasi pekerja tersebut untuk mencari kesempatan kerja

yang lebih baik di tempat lain atau berhenti dari pekerjaan.

b. Suara (voice)

Voice merupakan suatu upaya untuk mengubah situasi yang tidak memuaskan

dengan cara yang konstruktif, seperti merekomendasikan cara bagi manajemen

untuk memperbaiki situasi, atau dapat lebih konfrontatif, seperti mengajukan

keluhan resmi atau membentuk koalisi untuk menentang keputusan. bahkan

yang paling ekstrimnya pekerja dapat melakukan mogok kerja.

c. Kesetiaan (loyalty)

Setia merupakan suatu cara yang digunakan oleh karyawan dalam menghadapi

ketidakpuasan dengan cara sabar, mereka sering mengatakan bahwa mereka

menderita dalam diam dan berharap atau menunggu masalah mereka

diselesaikan oleh orang lain atau diselesaikan oleh mereka sendiri.

d. Mengabaikan (neglect)

Karyawan yang tidak puas terhadap pekerjaannya akan mengurangi usaha

kerja, kualitas kerja, sering tidak hadir dan sering terlambat. Hal ini dapat

berdampak negatif bagi tempat karyawan tersebut bekerja.

Universitas Sumatera Utara


30

4. Aspek-Aspek Kepuasan Kerja Guru

Menurut Lester (dalam Knox, 2011), ada sembilan aspek kepuasan kerja

guru, yaitu :

a. Pengawasan (supervision)

Pengawasan didefiniskan sebagai hubungan interpersonal antara atasan

dengan bawahan dan gaya kepemimpinan berupa task oriented atau person

oriented.

b. Rekan Kerja (colleagues)

Merupakan rekan kerja dalam mengajar, kelompok kerja dan aspek-aspek

sosial yang ada di dalam lingkungan sekolah. Rekan kerja akan memberi dan

menerima dukungan antar sesama guru. Rekan kerja juga dapat memberikan

dukungan sosial di saat seseorang membutuhkannya.

c. Kondisi Pekerjaan (work condition)

Merupakan pembentukan kebijakan yang ada disekolah dan kondisi fisik

secara keseluruhan lingkungan kerja.

d. Imbalan/gaji (pay)

Pendapatan tahunan yang dapat berfungsi sebagai indikator dan pengakuan

atas prestasi atau kegagalan.

e. Tanggungjawab (responsibility)

Merupakan keinginan untuk bertanggung jawab atas pekerjaan, berpartisipasi

dalam membuat keputusan di sekolah, dan menolong setiap murid dalam

belajar.

Universitas Sumatera Utara


31

f. Pekerjaan itu sendiri (work it self)

Pekerjaan rutinitas meliputi pekerjaan mengajar itu sendiri atau tugas yang

berhubungan dengan pekerjaan. Didalamnya termasuk pemberian otonomi

kepada guru. Pemberian kesempatan kepada guru untuk melakukan inovasi

dalam mengajar dan menggunakan kemampuan dalam pekerjaan.

g. Kenaikan jabatan (advancement)

Kenaikan jabatan adalah perubahan dalam status atau posisi, yang mana

termasuk peningkatan pendapatan dan tanggung jawab.

h. Keamanan (security)

Yaitu keamanan kerja; kebijakan sekolah tentang masa jabatan, senioritas,

pemecatan jabatan dan pensiun.

i. Penghargaan (recognition)

Penghargaan adalah perhatian, penghargaan, prestise dan penghargaan dari

supervisor, rekan kerja, siswa dan orangtua. Menyalahkan dan kritik dapat

menyebabkan dampak negatif terhadap aspek ini.

Aspek-aspek kepuasan kerja guru ini merupakan indikator yang digunakan

dalam Teacher Job Satisfaction Questioner (TJSQ). Lester mengembangkan

TJSQ didasarkan pada teori Dua-Faktor Herzberg untuk mengukur tingkat

kepuasan atau ketidakpuasan terhadap pekerjaan seorang guru.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja Guru

Kumar (2007) mengatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu :

Universitas Sumatera Utara


32

a. Pengawasan (supervision)

Pengawasan dan gaya kepemimpinan dari seorang pemimpin merupakan

faktor yang penting dalam kepuasan kerja. Gaya kepemimpinan yang berfokus

pada pegawai seperti bersahabat dengan pekerja, menghargai pekerja, dan

hangat kepada pekerja dapat meningkatkan kepuasan kerja. Sedangkan gaya

kepemimpinan yang berfokus pada produksi dapat menyebabkan rendahnya

kepuasan kerja dan dapat menyebabkan pekerja berhenti bekerja dan tidak

datang bekerja.

b. Kelompok Kerja (the work group)

Kelompok kerja merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kepuasan kerja

karyawan di tempat kerjanya. Karyawan yang diasingkan dari kelompok

kerjanya cenderung untuk tidak menyukai pekerjaannya.

c. Isi Pekerjaan (job content)

Job content merupakan faktor-faktor seperti pengkuan, tanggung jawab,

kenaikan jabatan, dan prestasi yang terdapat dalam performa kerja seorang

karyawan.

d. Tingkat Pekerjaan (occupational level)

Orang yang memiliki tingkat pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki

tingkat kepuasan kerja yang tinggi. Tinggiya tingkat dari suatu pekerjaan akan

memberikan reputasi dan harga diri yang dianggap bagi pekerja. Tingkat

pekerjaan yang tinggi dapat memberikan kepuasan.

Universitas Sumatera Utara


33

e. Kekhususan (specialization)

Kekhususan kerja pada umumnya dapat mengarahkan kepada efisiensi kerja

yang dapat menyebabkan kepuasan kerja, tetapi kekhususan kerja juga dapat

menyebabkan kebosanan dan menurunkan kepuasan kerja.

f. Usia (age)

Penelitian menemukan bahwa pekerja yang memiliki usia yang tua lebih puas

terhadap pekejeraanya.

g. Ras dan Jenis Kelamin (race and sex)

Kepuasan kerja yang dimiliki warga minoritas dan kulit hitam lebih rendah

jika dibandingkan dengan warga mayoritas dan kulit putih di amerika.

Menurut harrick (dalam kumar, 2007) mengatakan bahwa pria lebih memiliki

tingkat kepuasan kerja dibandingkan wanita , karena wanita memiliki

kesempatan untuk bekerja yang lebih sedikit dan pendapatan yang lebih

sedikit dibandingkan dengan pria.

h. Tingkat Pendidikan (educational level)

Pekerja yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi cenderung untuk

memiliki harapan yang besar terhadap pekerjannya. Jika harapan pekerja

tersebut tidak sesuai dengan yang didapatkanya akan membuat pekerja

tersebut tidak puas dengan pekerjaanya.

B. Guru

1. Definisi Guru

Rao (2003) mengatakan bahwa guru merupakan sosok yang penting dalam

terlaksananya sistem pendidikan yang baik. Guru adalah orang yang memfasilitasi

Universitas Sumatera Utara


34

proses peralihan ilmu pengetahuan dari sumber belajar ke peserta didik (Chotima,

2008). Berdasrkan Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan

dosen. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik

pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan

pendidikan menengah. Sedangkan menurut Atmaka (2004) guru adalah orang

yang bertanggung jawab memberikan pertolongan kepada anak didik dalam

perkembangan baik jasmani maupun rohaninya. Agar tercapai tingkat kedewasaan

mampu berdiri sendiri memenuhi tugasnya sebagai mahluk Tuhan, mahluk sosial

dan mahluk individu yang mandiri.

Berdasarkan beberapa pengetian tentang guru diatas, dapat disimpulkan

bahwa guru adalah pengelola kegiatan proses belajar mengajar dimana dalam hal

ini guru bertugas untuk mengarahkan, membimbing, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik dan kegiatan belajar siswa agar dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

2. Definisi Guru TK

Sujiono (2013) mengatakan bahwa istilah guru dalam pendidikan anak usia

dini adalah orang yang memiliki wibawa dan pantas untuk ditiru dan diteladani.

Guru juga bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing anak.

Guru juga merupakan orang yang memiliki kemampuan untuk merancang

program pembelajaran dan mampu untuk menanta dan mengelola kelas.

Sedangkan berdasarkan UU SISDIKNAS No 20/2003 pasal 1 (1) Bahwa pendidik

Universitas Sumatera Utara


35

adalah tenaga kependidikan yang berkualitas sebagai guru yang sesuai

kekhususannya serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan.

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru TK adalah

orang yang bertanggung jawab dalam proses pembelajaran dan memiliki

kemampuan dalam merancang program pembelajaran, menanta, dan mengelola

kelas.

3. Kompetensi Guru TK

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 : Standar Nasional

Pendidikan (dalam Sujiono, 2013) agar seorang guru dapat melaksanakan

tugasnya dengan baik. seorang guru harus memiliki beberapa kompetensi.

Kompetesi tersebut adalah kompetensi pedagogis, kompetensi kepribadian,

kompetensi professional, kompetensi sosial.

a. Kompetensi Pedagogis, mencakup kemampuan untuk dapat :

1) Memahami karakteristik, kebutuhan, dan perkembangan peserta didik

2) Menguasai konsep dan prinsip pendidikan.

3) Menguasai konsep, prinsip, dan prosedur pengembangan kurikulum.

4) Menguasai teori, prinsip, dan strategi pembelajaran.

5) Membuat situasi belajar yang interaktif, inspiratif, mentenangkan, menantang,

memotivasi murid untuk aktif, dan meberi ruang yang cukup bagi kegiatan

kreativitas dan kemandirian.

6) Menguasai konsep, prinsip, prosedur, dan staretegi bimbingan belajar peserta

didik.

Universitas Sumatera Utara


36

7) Menguasai media pembelajaran termasuk teknologi komunikasi dan

informasi.

8) Menguasai prinsip, alat, dan prosedur penilaian proses dan hasil belajar.

b. Kompetensi Kepribadian, mencakup kemampuan untuk dapat :

1) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, mantap, stabil, dewasa,

berwibawa, seta arif, dan bijaksana.

2) Berakhlak mulia dan menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat

sekitar.

3) Memiliki jiwa, sikap, dan perilaku demokratis

4) Memiliki sikap dan komitmen terhadap profesi serta menjunjung kode etik

pendidik.

c. Kompetensi Sosial, mencakup kemampuan untuk dapat :

1) Bersikpa terbuka objektif, dan tidak diskriminatif.

2) Berkomunikasi dan bergaul secara efektif dan santun dengan peserta didik.

3) Berkomunikasi dan bergaul secara kolegial dan santun dengan sesaa tutor dan

tenaga kependudukan

4) Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan orang tua/wali peserta didik

serta masyarakat sekitar.

5) Beradaptasi dengan kondisi sosial budaya setempat.

6) Bekerja sama secara efektif dengan peserta didik, sesame tutor, dan tenaga

kependidikan, dan masyatakat sekitar.

d. Kompetensi Profesional. Mencakup kemampuan untuk :

1) Menguasai substansi aspek-aspek perkembangan anak.

Universitas Sumatera Utara


37

2) Menguasi konsep dan teori perkembangan anak yang menaungi bidang-bidang

pengembangan.

3) Mengintegrasikan berbagai bidang pengembangan.

4) Mengaitkan bidang pengembangan dengan kehidupan sehari-hari.

5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri

dan profesi.

Jadi, kesimpulannya adalah bahwa seorang guru harus memiliki kompetensi

pedagogis, kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial

agar dapat melaksanakan kewajibanya sebagai pendidik.

4. Gambaran Kepuasan Kerja Guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota

Medan

Pendidikan merupakan hal sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Pendidikan berperan sebagai alat yang dapat meningkatkan

kapasitas kemampuan seorang anak dan menjadi alat bagi manusia untuk

memenuhi kebutuhan (Kumar, 2007). Tanpa pendidikan seorang anak tidak dapat

menjadi pribadi yang utuh, tidak bisa menjadi insan sosial, dan tidak dapat

menjadi abdi Tuhan yang saleh (Kartono, 2007). Di Indonesia sendiri sistem

pendidikan diatur di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, undang-undang tersebut mengatakan bahwa pendidikan terdiri atas

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi, yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistematik.

Yang artinya pendidikan harus dimulai dari usia dini, karena pendidikan anak usia

Universitas Sumatera Utara


38

dini merupakan pendidikan yang sangat mendasar dan strategis dalam

pembangunan sumberdaya manusia.

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah Suatu upaya pembinaan yang

ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan

melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantui pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki

pendidikan lebih lanjut. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dapat diselengarakan

melalui tiga jalur, pertama yaitu jalur formal seperti Taman Kanak-kanak dan

Raudhatul Athfal (RA), kedua yaitu jalur nonformal yang berbentuk Kelompok

Bermain (KB) dan Taman Penitipan Anak (TPA), dan yang ketiga yaitu jalur

informal yang berbentuk pendidikan keluaga atau pendidikan yang

diselenggarakan oleh lingkunga (Sujiono, 2013).

Usia 0 – 6 tahun merupakan periode emas bagi perkembangan anak untuk

memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi

seorang anak untuk mengenali berbagai macam fakta di lingkungannya sebagai

stimulans terhadap perkembangan kepribadian, psikomotor, kognitif maupun

sosialnya. Melalui PAUD diharapkan dapat mengoptimalkan perkembagan selama

masa usia dini dan memiliki dampak terhadap pengembangan kemampuan untuk

belajar pada jenjang selanjutnya (Sujiono, 2013).

Pemberian rangsangan yang tepat pada pendidikan anak usia dini sangat

diperlukan untuk mengoptimalkan kemampuan anak. Dalam pendidikan anak usia

dini guru memiliki peran yang penting dalam pemberian rangsangan yang tepat

Universitas Sumatera Utara


39

pada anak (Sujiono, 2013). Guru juga merupakan sosok paling berpengaruh dalam

terjadi proses belajar yang baik (Rammatulasamma, 2007). Perie & Baker (1997)

mengatakan bahwa guru yang memiliki kualitas mengajar yang baik merupakan

pusat dari keberhasil suatu sistem pendidikan. Sedangkan menurut Utami (2003)

walaupun fasilitas pendidikan lengkap dan canggih, namun bila tidak didukung

dengan adanya guru yang berkualitas, maka mustahil akan terjadi proses belajar

dan pembelajaran yang maksimal.

Seorang guru TK harus memiliki wibawa dan pantas untuk ditiru dan

diteladani. Guru TK juga bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan

membimbing anak. Guru TK juga merupakan orang yang memiliki kemampuan

untuk merancang program pembelajaran dan mampu untuk menanta dan

mengelola kelas (Sujiono, 2013). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19

Tahun 2005 : Standar Nasional Pendidikan seorang guru TK harus memiliki

beberapa kompetensi untuk membantu seorang guru dalam melaksanakan

tugasnya dengan baik. Kompetesi tersebut adalah kompetensi pedagogis,

kompetensi kepribadian, kompetensi professional, kompetensi sosial. Menurut

Sujiono (2013) Beberapa kompetensi yang telah disampaikan diatas, mutlak harus

dimiliki oleh seorang guru TK agar seorang guru TK memiliki kualitas mengajar

yang baik dan dapat mengoptimalkan kemampuan anak. Guru merupakan pusat

dari suatu sistem pendidikan (Kumar, 20070. Oleh karena itu, untuk menciptakan

suatu pendidikan yang berkualitas tinggi perlu untuk memperhatikan kepuasan

kerja dari pengajar (Perie, 1997).

Universitas Sumatera Utara


40

Kepuasan kerja guru merupakan penilaian seorang guru terhadap

pekerjaanya. Kepuasan kerja sangat penting dalam setiap pekerjaan karena

merupakan elemen penting yang dapat mempengaruhi pekerja dalam melakukan

pekerjaannya. (Kumar, 2007). Menurut Robbins dan Judges (2013) kepuasan

kerja adalah perasaan positif terhadap pekerjaan berdasarkan hasil evaluasi dari

karakteristik pekerjaan tersebut. Sedangkan Menurut Cranny, Smith, and Stone

(1992) Kepuasan kerja merupakan reaksi emosional terhadap pekerjaan sebagai

suatu hal yang menyenangkan atau tidak menyenangkan berdasarkan kesesuaian

antara apa yang diharapkan dengan yang didapatkan. Kepuasan kerja guru dapat

dilihat dari sikap seorang guru dalam bekerja atau mengajar. Jika guru merasa

puas terhadap pekerjaanya, maka dia akan bekerja dengan baik (Suwar, 2008).

Terdapat beberapa penelitian tentang kepuasan kerja guru. Penelitian yang

dilakukan oleh Siregar (2012) menguji hubungan kepuasan kerja dengan prestasi

kerja guru. Hasil penelitiannya membuktikan bahwa kepuasan kerja memiliki

hubungan yang positif dengan prestasi kerja guru. Semakin tinggi kepuasan kerja

guru akan meningkatkan prestasi kerja guru. Sementara itu, Penelitian dilakukan

oleh Perie & Barker (1997) tentang hubungan kepuasan kerja dengan keefektifan

guru dalam negajar di kelas dan pengaruh terhadap prestasi siswa. Hasil dari

penelitian membuktikan bahwa kepuasan kerja guru memiliki hubungan yang

positif dengan keefektifan guru dalam mengajar di kelas dan berpengaruh

terhadap prestasi siswa. Guru yang memiliki kepuasan kerja memiliki anak didik

yang berprestasi.

Universitas Sumatera Utara


41

Penelitian yang dilakukan (Sargent & Hannum, 2005) tentang hubungan

kepuasan kerja guru dengan kinerja guru, keterlibatan guru, komitmen, dan

motivasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepuasan kerja

memiliki hubungan positif dengan kinerja guru, keterlibatan guru, komitmen, dan

motivasi. Guru yang memiliki kepuasan kerja akan memiliki kinerja yang baik.

Guru yang memiliki kepuasan kerja akan lebih terlibat dalam proses belajar

mengajar. Guru yang memiliki kepuasan kerja lebih komitmen terhadap

pekerjaannya dan juga memiliki motivasi untuk bekerja. Sedangkan menurut

Supriyanti (2015) bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara stres

kerja dan kepuasan kerja guru. penelitian (Houchins, Shippen & Cattret, 2004)

mengemukakan bahwa kepuasan kerja guru berpengaruh terhadap menigkatkan

retensi pada guru. Semakin puas seorang guru terhadap pekerjaannya, maka akan

meningkatkan retensi pada guru dan sebaliknya. Kepuasan kerja memiliki

pengaruh terhadap kedisipilinan, kualitas kerja, dan prestasi kerja guru (Perie &

Baker, 1997). Guru yang memiliki kepuasan kerja akan cenderung disiplin,

memiliki kualitas kerja yang baik, dan memilik prestasi. Dari beberapa hal yang

telah dipaparkan diatas, maka peneliti ingin melihat bagaimana gambaran

kepuasan kerja guru Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Medan.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai