Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Di berbagai negara masalah penyakit dan kualitas lingkungan yang
berdampak terhadap kesehatan masih menjadi isu sentral yang ditangani
oleh pemerintah bersama masyarakat sebagai bagian dari misi Peningkatan
Kesejahteraan Rakyatnya. Faktor lingkungan dan perilaku masih menjadi
risiko utama dalam penularan dan penyebaran penyakit, baik karena
kualitas lingkungan. Sehingga insiden dan prevalensi penyakit yang
berbasis lingkungan di Indonesia relatif masih sangat tinggi.
Pada tahun 2018 jumlah penderita ISPA di wilayah UPTD Puskesmas
Buniwangi usia balita 1352 orang. Jumlah penderita Pneumonia usia < 1 –
4 tahun 4 orang.
Dalam pelaksanaanya kegiatan ISPA di UPTD Puskesmas Buniwangi
berperan strategis mendukung peningkatan pencapaian target lintas
program dan diharapkan berdampak pada peningkatan kinerja puskesmas.
Kegiatan ISPA dilakukan sesuai visi puskesmas yaitu Terwujudnya
Puskesmas Buniwangi yang berkualitas menuju kecamatan Surade sehat
yang mandiri tahun 2021. Juga dilakukan dengan membudayakan tata
nilai UPTD Puskesmas Buniwangi yaitu IDAMAN (Inovatif, Dinamis,
Amanah, Mandiri, Adil dan Nyaman).
Program ISPA secara umum ditujukan untuk meningkatkan
pemberdayaan masyarakat terhadap kesehatan masyarakat, sehingga
terwujud kesehatan masyarakat yang optimal.
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan ISPA UPTD Puskesmas Buniwangi
diharapkan menjadi acuan bagi pelaksana ISPA dalam melaksanakan tugas
dan fungsinya di lingkungan wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi.

B. TUJUAN PEDOMAN
1.Tujuan Umum :
Tersedianya acuan dalam melaksanakan pelayanan ISPA di Puskesmas.
2.Tujuan Khusus:
a. Tersedianya acuan tentang jenis pelayanan ISPA, peran dan fungsi
ketenagaan, sarana dan prasarana di Puskesmas.
b. Tersedianya acuan untuk melaksanakan pelayanan ISPA yang
bermutu di Puskesmas
c. Tersedianya acuan bagi tenaga ISPA puskesmas untuk bekerja secara
profesional memberikan pelayanan yang bermutu kepada pasien/
klien di Puskesmas
d. Tersedianya acuan monitoring dan evaluasi pelayanan ISPA di
puskesmas.

C. SASARAN PEDOMAN
1. Tenaga ISPA Puskesmas dan tenaga kesehatan lainnya di Puskesmas
2. Pengelola program kesehatan dan lintas sektor terkait

D. RUANG LINGKUP
1. Kebijakan Program ISPA di Puskesmas baik didalam gedung dan di luar
gedung

1
2. Pencatatan dan pelaporan
3. Monitoring dan Evaluasi

2
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. KUALIFIKASI SUMBER DAYA MANUSIA


Berikut ini kualifikasi SDM dan realisasi Tenaga program ISPA yang ada
di UPTD Puskesmas Buniwangi.
Kegiatan Kualifikasi SDM Realisasi
ISPA Pendidikan minimal DIII DIII Kebidanan
- Dalam gedung Keperawatan dan DIII
- Luar Gedung Kebidanan

B. DISTRIBUSI KETENAGAAN
Pengaturan dan penjadwalan Penanggung jawab program ISPA dan
karyawan puskesmas yang terlibat dalam kegiatan upaya dikoordinir oleh
penanggung jawab UKM.
Sumber daya manusia yang wajib berpartisipasi dalam kegiatan ISPA
adalah:
a. Dokter ( Sarjana Kedokteran)
b. Bidan (DIII Kebidanan dan DIV Kebidanan)
c. Perawat ( SPK, DIII Keperawatan dan S1 Keperawatan )
d. Nutrisionis (SI Gizi dan DIII Gizi)
e. Sanitarian (SI Kesling)
f. Promosi Kesehatan ( S1 Promosi Kesehatan )
g. P2P ( DIII Keperawatan, S1 Keperawatan dan Ners )
h. Farmasi (DIII Farmasi dan Apoteker)

C. JADWAL KEGIATAN
1. Pengaturan kegiatan ISPA dilakukan bersama oleh para pemegang
program dalam kegiatan lokakarya mini bulanan maupun tiga bulanan,
dengan persetujuan kepala puskesmas.
2. Jadwal kegiatan ISPA dibuat untuk jangka waktu satu tahun dan dibuat
juga jadwal kegiatan bulanan dan dikoordinasikan pada awal bulan
sebelum pelaksanaan jadwal.
3. Kegiatan pelayanan ISPA di dalam gedung dilaksanakan setiap hari kerja
pelayanan dan di luar gedung penyuluhan sesuai kesepakatan dengan
lintas program.

BAB III

3
STANDAR FASILITAS

A. JENIS PERALATAN
Untuk menunjang tercapainya tujuan kegiatan ISPA UPTD
Puskesmas Buniwangi memiliki penunjang yang harus dipenuhi
Kegiatan ISPA Sarana Prasarana
- Kursi
- Alat tulis
Dalam Gedung - Alat Kesehatan
- Buku Register, Buku Pencatatan Kegiatan
- Alat peraga/lembar balik
- Buku panduan : pedoman ISPA/MTBS/Bagan
MTBS
- Blangko blangko laporan
- Sofa bed
- Poster, Leaflet, Materi Materi Penyuluhan
Luar Gedung - Meja, Kursi, ATK, dan Blanko-blanko laporan
lain

BAB IV

4
TATALAKSANA ISPA

A. LINGKUP KEGIATAN
1. Kegiatan ISPA dilakukan di dalam gedung, antara lain :
a. Konseling ISPA
b. Pelayanan Klinis ISPA
c. Pelayanan rujukan ISPA
d. Penyuluhan ISPA
e. Pelaporan
2. Kegiatan yang dilakukan diluar gedung meliputi jadwal, pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan kegiatan-kegiatan antara lain :
a. Penyuluhan ISPA kepada ibu bayi dan balita
b. Meningkatkan koordinasi dengan lintas program khususnya bidan
desa

B. STRATEGI / METODE
Merupakan cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan kegiatan
upaya ISPA. Ada tiga strategi yaitu :
1. Strategi kemitraan.
Tujuan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dapat tercapai apabila
ada dukungan dari berbagai elemen yang ada di masyarakat. Dukungan
dari masyarakat dapat berasal dari unsur informal (tokoh agama dan
tokoh adat) yang mempunyai pengaruh dimasyarakat. Tujuannnya
adalah agar para tokoh masyarakat menjadi jembatan antara sektor
kesehatan sebagai pelaksana program dengan masyarakat sebagai
penerima program kesehatan. Strategi ini dapat dikatanan sebagai upaya
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk kegiatan
dapat berupa lokakarya.
2. Strategi pemberdayaan masyarakat.
Adalah strategi yang ditujukan kepada masyarakat secara langsung.
Tujuan utama pemberdayaan adalah mewujudkan kemampuan
masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka
sendiri. Bentuk kegiatan pemberdayaan ini dapat diwujudkan dengan
berbagai kegiatan antara lain penyuluhan kesehatan

C. LANGKAH KEGIATAN
Untuk terselenggaranya program ISPA di UPTD Puskesmas Buniwangi,
perlu ditunjang dengan managemen yang baik. Managemen ISPA di
puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematis
untuk menghasilkan puskesmas yang efektif dan efisiensi di bidang ISPA.
Managemen ISPA di puskesmas dilakukan dengan cara :
1. Perencanaan (Plan)
2. Pelaksanaan (Do)
3. Pengawasan (Cek)
4. Tindak lanjut dari pengawasan (Action)
Semua fungsi managemen tersebut harus dilakukan secara terkait dan
berkesinambungan.

1. Perencanaan

5
Perencanaan ISPA adalah proses penyusunan rencana tahunan
puskesmas untuk mengatasi masalah dan kebutuhan dan harapan
masyarakat pada pogram ISPA di wilayah puskesmas. Langkah-langkah
perencanaan program ISPA yang dilakukan oleh puskesmas mancakup hal-
hal sebagai berikut :
a. Identifikasi masalah
Identifikasi masalah dilakukan : Berdasarkan ada tidaknya masalah,
kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap ISPA.
b. Menyusun usulan kegiatan (RUK)
Langkah puskesmas dalam menyusun usulan kegiatan ISPA dilakukan
dengan menetapkan :
1) Kegiatan
2) Tujuan
3) Sasaran
4) Besar/Volume kegiatan
5) Waktu
6) Lokasi
7) Perkiraan kebutuhan biaya
c. Mengajukan usulan kegiatan
Usulan kegiatan yang telah disusun diajukan ke Dinas Kesehatan
Kabupaten.
d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
Setelah disetujui oleh Dinas Kesehatan Kabupaten, maka disusun
Rencana Pelaksanaan Kegiatan dalam bentuk matrik. Bentuk format
hampir sama dengan RUK namun lebih detail dalam biaya dan waktu
pelaksanaan. RUK kemudian disosialisasikan pada tingkat Puskesmas
kepada pemegang upaya lainya pada saat lokakarya mini Puskesmas,
tingkat Kecamatan maupun tingkat desa pada acara pertemuan lintas
sektor.
Dalam pertemuaan lintas sektor dapat dilakukan penggalangan
kerjasama atau membuat kesepakatan agar pihak terkait ikut serta
menyukseskan rencana kegiatan yang sudah di buat. Setelah RPK
disosialisasikan kemudian penanggungjawab upaya ISPA membuat
Kerangka Acuan kegiatan serta Standart Operasional untuk
memudahkan dalm melaksanakan kegiatan. Contoh format kerangka
acuan dan SOP terlampir dalam buku pedoman ini.
2. Pelaksanaan
Dilakukan dengan tahapan berikut :
a. Mengkaji ulang RPK yang sudah disusun, mencakup jadwal
pelaksanaan kegiatan, target pencapaian lokasi dan rincian biaya
serta tugas para penanggung jawab dan pelaksanaan kegiatan.
b. Menyusun jadwal kegiatan bulanan untuk tiap petugas sesuai
dengan rencana pelaksanaan.
c. Melaksanakan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
Pada waktu pelaksanaan kegiatan harus diperhatikan hal sebagai
berikut :
 Azas penyelenggaraan puskesmas
 Berbagai standart pedoman pelayanan ISPA
 Kendali mutu
 Kendali biaya
3. Monitoring evaluasi

6
Pengawasan atau pemantauan pelaksanaan kegiatan secara
berkala mencakup hal-hal sebagai berikut :
a. Melakukan telaah penyelenggaraan kegiatan dan hasil yang dicapai
b. Mengumpulkan permasalahan, hambatan dan saran-saran untuk
peningkatan penyelenggaraan serta memberikan umpan baik.
c. Pengawasan meliputi pengawasan internal dan eksternal.
Pengawasan internal dilakukan secara melekat oleh atasan atau
kepala Puskesmas, sedangkan pengawasan eksternal oleh
masyarakat. Pengawasan mencakup administrasi, pembiayaan dan
teknis pelaksanaan serta hasil kegiatan.
4. Rencana Tindak Lanjut
Dari hasil pelaksanaan kegiatan dievaluasi tentang permasalahan,
hambatan dan saran-saran yang ditemukan. Kemudian dianalisis dan
dicari pemecahnya untuk peningkatan mutu pelayanan ISPA, untuk
kemudian diterapkan pada kegiatan yang sama di tempat lain.
Pelaksanaan dan hasil kegiatan yang dicapai dibandingkan dengan
rencanan tahunan atau target dan standart pelayanan yang sudah
dibuat. Kemudian penanggung jawab ISPA melaporkan pelaksanaan
kegiatan dan laporan berbagai sumber daya kemudian disampaikan
kepada Kepala Puskesmas
Dalam melakukan kegiatan upaya pelayanan ISPA petugas
berpedoman pada prosedur yang ada,yaitu
NO NAMA SOP
1 SOP MTBS
2 SOP Penyuluhan ISPA
3 SOP ISPA
4 SOP Pneumonia

7
BAB V
LOGISTIK

A. PERENCANAAN
Perencanaan logistik adalah merencanakan kebutuhan logistik yang
pelaksanannya dilakukan oleh semua petugas penanggung jawab program
kemudian diajukan sesuai dengan alur yang berlaku di masing-masing
organisasi. Kebutuhan dana dan logistik untuk pelaksanaan kegiatan ISPA
direncanakan dalam pertemuan lokakarya mini lintas program sesuai
dengan tahapan kegiatan dan metoda pemberdayaan yang akan
dilaksanakan.
1. Kegiatan di dalam gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan
prasarana antara lain :
a. Meja, Kursi
b. Alat tulis
c. Alkes
d. Buku catatan Kegiatan
e. Leaflet
f. buku panduan
g. Blangko laporan
2. Kegiatan di luar gedung Puskesmas membutuhkan sarana dan
prasarana yang meliputi :
a. Leaflet
b. Alkes
c. Buku catatan kegiatan
d. Poster
Prosedur pengadaan barang dilakukan oleh koordinator ISPA
berkoordinasi dengan petugas pengelola barang dan dibahas dalam
pertemuan mini lokakarya Puskesmas untuk mendapatkan persetujuan
Kepala Puskesmas. Sedangkan dana yang dibutuhkan untuk pelaksanaan
kegiatan direncanakan oleh koordinator ISPA berkoordinasi dengan
bendahara puskesmas dan dibahas dalam kegiatan mini lokakarya
puskesmas untuk selanjutnya dibuat perencanaan kegiatan ( POA – Plan Of
Action ).

BAB VI

8
KESELAMATAN SASARAN

Setiap kegiatan yang dilakukan pasti akan menimbulkan resiko atau


dampak, baik resiko yang terjadi pada masyarakat sebagai sasaran kegiatan
maupun resiko yang terjadi pada petugas sebagai pelaksana kegiatan.
Keselamatan pada sasaran harus diperhatikan karena masyarakat tidak hanya
menjadi sasaran satu kegiatan saja melainkan menjadi sasaran banyak
program kesehatan lainnya. Tahapan – tahapan dalam mengelola keselamatan
sasaran antara lain :
1. Identifikasi Resiko.
Penanggungjawab program sebelum melaksanakan kegiatan harus
mengidentifikasi resiko terhadap segala kemungkinan yang dapat terjadi
pada saat pelaksanaan kegiatan. Identifikasi resiko atau dampak dari
pelaksanaan kegiatan dimulai sejak membuat perencanaan. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisasi dampak yang ditimbulkan dari
pelaksanaan kegiatan. Upaya pencegahan risiko terhadap sasaran harus
dilakukan untuk tiap-tiap kegiatan yang akan dilaksanakan.
2. Analisis Resiko.
Tahap selanjutnya adalah petugas melakukan analisis terhadap resiko
atau dampak dari pelaksanaan kegiatan yang sudah diidentifikasi. Hal ini
perlu dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang akan diambil
dalam menangani resiko yang terjadi.
3. Rencana Pencegahan Resiko dan Meminimalisasi Resiko.
Setelah dilakukan identifikasi dan analisis resiko, tahap selanjutnya
adalah menentukan rencana yang akan dilakukan untuk mencegah
terjadinya resiko ataudampak yang mungkin terjadi. Hal ini perlu
dilakukan untuk mencegah atau meminimalkan resiko yang mungkin
terjadi.
4. Rencana Upaya Pencegahan.
Tahap selanjutnya adalah membuat rencana tindakan yang akan
dilakukan untuk mengatasi resiko atau dampak yang ditimbulkan oleh
kegiatan yang dilakukan. Hal ini perlu dilakukan untuk menentukan
langkah yang tepat dalam mengatasi resiko atau dampak yang terjadi.
5. Monitoring dan Evaluasi.
Monitoring adalah penilaian yang dilakukan selama pelaksanaan
kegiatan sedang berjalan. Hal ini perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah kegiatan sudah berjalan sesuai dengan perencanaan, apakah ada
kesenjangan atau ketidaksesuaian pelaksanaan dengan perencanaan.
sehingga dengan segera dapat direncanakan tindak lanjutnya. Tahap yang
terakhir adalah melakukan Evaluasi kegiatan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah tujuan sudah tercapai.

BAB VII
KESELAMATAN KERJA

9
Keselamatan kerja atau Occupational Safety, dalam istilah sehari-hari
sering disebut Safety saja, secara filosofi diartikan sebagai suatu pemikiran
dan upaya untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik jasmaniah
maupun rohaniah petugas dan hasil kegiatannya. Dari segi keilmuan diartikan
sebagai suatu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah
kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat pekerjaan atau
kegiatan yang dilakukan.
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk menciptakan
suasana kerja yang aman, kondisi keselamatan yang bebas dari resiko
kecelakaan dan kerusakan serta penurunan kesehatan akibat dampak dari
pekerjaan yang dilakukan, bagi petugas pelaksana dan petugas terkait.
Keselamatan kerja disini lebih terkait pada perlindungan fisik petugas
terhadap resiko pekerjaan.
Dalam penjelasan undang-undang nomor 23 tahun 1992 tentang
kesehatan telah mengamanatkan antara lain, setiap tempat kerja harus
melaksanakan upaya kesehatan kerja, agar tidak terjadi gangguan kesehatan
pada pekerja, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
Seiring dengan kemajuan Ilmu dan tekhnologi, khususnya sarana dan
prasarana kesehatan, maka resiko yang dihadapi petugas kesehatan semakin
meningkat. Petugas kesehatan merupakan orang pertama yang terpajan
terhadap masalah kesehatan, untuk itu`semua petugas kesehatan harus
mendapat pelatihan tentang kebersihan, epidemiologi dan desinfeksi. Sebelum
bekerja dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk memastikan kondisi tubuh
yang sehat. Menggunakan desinfektan yang sesuai dan dengan cara yang
benar, mengelola limbah infeksius dengan benar dan harus menggunakan alat
pelindung diri yang benar.

BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU

10
Pengendalian mutu adalah kegiatan yang bersifat rutin yang dirancang
untuk mengukur dan menilai mutu pelayanan. Pengendalian mutu sangat
berhubungan dengan aktifitas pengawasan mutu, sedangkan pengawasan
mutu merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan yang dilakukan dapat
berjalan sesuai rencana dan menghasilkan keluaran yang sesuai dengan
standar yang telah ditetapkan. Kinerja pelaksanaan dimonitor dan dievaluasi
dengan menggunakan indikator sebagai berikut:
1. Ketepatan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan jadual
2. Kesesuaian petugas yang melaksanakan kegiatan
3. Ketepatan metoda yang digunakan
4. Tercapainya indikator
Hasil pelaksanaan kegiatan monitoring dan evaluasi serta permasalahan
yang ditemukan dibahas pada tiap pertemuan lokakarya mini tiap bulan.
Keberhasilan suatu program harus ditentukan dengan indikator, untuk
upaya pelayanan ISPA indikator berdasarkan Standar Pelayanan Minimal yang
telah ditentukan sesuai Kepmenkes no 43 tahun 2016, yang dimaksud dengan
SPM adalah suatu standart dengan batas–batas tertentu untuk mengukur
kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan
pelayanan dasar pada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indicator
dan nilai (BENCHMARK). Prinsip daripada SPM adalah SUSTAINABLE (terus
menerus), MEASUREBLE (terukur) dan FEASIABLE (mungkin dapat
dikerjakan).
Adapun SPM Upaya Pelayanan ISPA sebagai berikut :
NO INDIKATOR KINERJA TARGET
1. Cakupan penemuan penderita Pneumonia 86%

BAB IX
1. PENUTUP

11
Buku pedoman ISPA di UPTD Puskesmas Buniwangi merupakan
sarana penunjang yang sangat dibutuhkan sebagai panduan oleh petugas
kesehatan khususnya tenaga pelayanan ISPA UPTD Puskesmas Buniwangi
dalam melaksanakan penyelenggaraan kegiatan ISPA di UPTD Puskesmas
Buniwangi, agar dapat melaksanakan pelayanan dengan baik, benar, terukur
dan teratur sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di
wilayah Kecamatan .
Diharapkan para tenaga kesehatan mampu merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi upaya ISPA di puskesmas secara terpadu
bersama dengan lintas upaya dan lintas sector terkait serta peran serta aktif
masyarakat.
Pedoman ini jauh dari sempurna oleh karena itu diharapkan tenaga
kesehatan lain dapat membaca dan mempelajari buku-buku atau pedoman
ISPA yang diperlukan sebagai pelengkap pengetahuan.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dengan harapan
derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Buniwangi
semakin meningkat.

Mengetahui, Koordinator ISPA


Kepala UPTD Puskesmas Buniwangi UPTD Puskesmas Buniwangi

Sunarya, Am.Kep. SKM. MM Neneng Rena, S.Kep


NIP. 196802191989021003 NIP. 198410122010012016

Daftar Pustaka

12
Pedoman Tatalaksana Pneumonia Balita, Kementerian Kesehatan RI 2010
Bagan MTBS, Kementerian Kesehatan RI 2010

13

Anda mungkin juga menyukai