Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH RADIOLOGI

TENTANG

PROSES PEMBENTUKAN GAMBAR RADIOGRAFI/

FILM PROCESSING

Oleh

KELOMPOK B

UNIVERSITAS BAITURRAHMAH PADANG

2010/2009
“PROSES PEMBENTUKAN GAMBAR RADIOGRAFI/
FILM PROCESSING”

A. Pendahuluan

Radiografi ialah penggunaan sinar pengionan (sinar X dan sinar gama)


untuk membentuk bayangan benda yang dikaji pada  film  atu  citra digital.
Radiografi umumnya digunakan untuk melihat  benda  tak  tembus  pandang,
misalnya  bagian  dalam  tubuh manusia. Gambaran  benda yang diambil
dengan radiografi disebut radiograf. Radiografi dapat digunakan untuk
membantu mendiagnosis  penyakit  dalam  bidang  medis. Dalam hal itu
maka untuk mengetahui gambaran dari hasil gambar radiografi maka kita
perlu mempelajari bagai mana radiograf itu dibentuk dan diolah.

B. Pembentukan Gambar Radiografi

Salah satu dari faktor penting sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat
menembus bahan. Tetapi hanya yang benar-benar sinar-x saja yang mampu
menembus objek yang dikenalinya dan sebagian yang lain akan diserap.
Sinar-x yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau
bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga
faktor:

1. Panjang gelombang sinar-X.


2. Susunan objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.

Setelah sinar-x  yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek
yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembusi sinar x (seperti otot, lemak,
dan jaringan lunak) meneruskan banyak sinar x sehingga film menjadi hitam.
Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan
seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x
yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus
sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar
x, yang tergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan. Adapun
bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radio-lucen yang
menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus
sinar x disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih. Telah diketahui
bahwa panjang gelombang yang besar yang dihasilkan oleh kV rendah akan
mengakibatkan sinar-x nya mudah diserap. Semakin pendek panjang
gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan
membuat sinar-x mudah untuk menembus bahan (lihat pembahasan tentang
pengaruh kilovolt).

Bagaimana susunan objek ketika terjadi penyerapan sinar-x? Hal ini


tergantung dari nomor atom unsur tersebut. Sebagai contoh satu lempeng
aluminium yang mempunyai nomor atom lebih rendah dibanding tembaga,
mempunyai jumlah daya serap lebih rendah terhadap sinar-x dibanding satu
lempeng tembaga pada berat dan daerah yang sama. Timah hitam (nomor
atomnya lebih besar) adalah penyerap terbaik sinar-x. Karena alasan inilah ia
digunakan pada wadah tabung yang juga bertujuan untuk proteksi, contoh
yang lainnya adalah dinding ruangan sinar-x dan pada sarung tangan khusus
serta apron yang digunakan selama proses fluoroskopi.

Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan adalah sederhana


yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi
lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama.
Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan juga mempunyai kesamaan
efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm
es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik disbanding air.

Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, satu hal yang


harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks
yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi
juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan
terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x. Yaitu, tulang lebih banyak
menyerap sinar-x dibanding otot/daging; dan otot/daging lebih banyak
menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ
yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan
penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga
mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang-tulang
sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x
dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.

Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda


gambarannya didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung
pada sifat subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran
radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis
film yang digunakan.

C. Proses pengolahan film

Setelah film mendapat penyinaran dengan sinar-X, langkah selanjutnya


adalah film tersebut harus diolah atau diproses di dalam kamar gelap agar
diperoleh gambaran radiografi yang permanen dan tampak. Tahapan
pengolahan film secara utuh terdiri dari pembangkitan (developing),
pembilasan (rinsing), penetapan (fixing), pencucian (washing), dan
pengeringan (drying).

1. Pembangkitan

a. Sifat dasar
Pembangkitan merupakan tahap pertama dalam pengolahan film. Pada
tahap ini perubahan terjadi sebagai hasil dari penyinaran. Dan yang
disebut pembangkitan adalah perubahan butir-butir perak halida di
dalam emulsi yang telah mendapat penyinaran menjadi perak metalik
atau perubahan dari bayangan laten menjadi bayangan tampak.
Sementara butiran perak halida yang tidak mendapat penyinaran tidak
akan terjadi perubahan. Perubahan menjadi perak metalik ini berperan
dalam penghitaman bagian-bagian yang terkena cahaya sinar-X sesuai
dengan intensitas cahaya yang diterima oleh film. Sedangkan yang
tidak mendapat penyinaran akan tetap bening. Dari perubahan butiran
perak halida inilah akan terbentuk bayangan laten pada film.

b. Bayangan laten (latent image)


Emulsi film radiografi terdiri dari ion perak positif dan ion bromida
negative (AgBr) yang tersusun bersama di dalam kisi kristal (cristal
lattice). Ketika film mendapatkan eksposi sinar-X maka cahaya akan
berinteraksi dengan ion bromide yang menyebabkan terlepasnya
ikatan elektron. Elektron ini akan bergerak dengan cepat kemudian
akan tersimpan di daiam bintik kepekaan (sensitivity speck) sehingga
bermuatan negatif. Kemudian bintik kepekaan ini akan menarik ion
perak positif yang bergerak bebas untuk masuk ke dalamnya lalu
menetralkan ion perak positif menjadi perak berwarna hitam atau
perak metalik. Maka terjadilah bayangan laten yang gambarannya
bersifat tidak tampak. Kejadian ini tergambar melalui reaksi kimia
sebagai berikut:

AgBr  Ag + + Br –

Br - + radiasi  Br - + e –

SS + e -  SS –

SS - + Ag +  Ag
c. Larutan developer terdiri dari:

i. Bahan pelarut (solvent).


Bahan yang dipergunakan sebagai pelarut adalah air bersih
yang tidak mengandung mineral.

ii. Bahan pembangkit (developing agent).


Bahan pembangkit adalah bahan yang dapat mengubah perak
halida menjadi perak metalik. Di dalam lembaran film, bahan
pembangkit ini akan bereaksi dengan memberikan elektron
kepada kristal perak bromida untuk menetralisir ion perak
sehingga kristal perak halida yang tadinya telah terkena
penyinaran menjadi perak metalik berwarna hitam, tanpa
mempengaruhi kristal yang tidak terkena penyinaran. Bahan
yang biasa digunakan adalah jenis benzena (C6H6). Reaksi
kimia yang terjadi antara bahan pembangkit dengan film dapat
dilihat sebagai berikut:

Ag Br + Bahan pembangkit  Ag + Oksida bahan pembangkit


+ Br - + H+

iii. Bahan pemercepat (accelerator).


Bahan developer membutuhkan media alkali (basa) supaya
emulsi pada film mudah membengkak dan mudah diterobos
oleh bahan pembangkit (mudah diaktifkan). Bahan yang
mengandung alkali ini disebut bahan pemercepat yang
biasanya terdapat pada bahan seperti potasium karbonat
(Na2CO3 / K2CO3) atau potasium hidroksida (NaOH / KOH)
yang mempunyai sifat dapat larut dalam air.

iv. Bahan penahan (restrainer).


Fungsi bahan penahan adalah untuk mengendalikan aksi
reduksi bahan pembangkit terhadap kristal yang tidak
tereksposi, sehingga tidak terjadi kabut (fog) pada bayangan
film. Bahan yang sering digunakan adalah kalium bromida.

v. Bahan penangkal (preservatif).


Bahan penangkal berfungsi untuk mengontrol laju oksidasi
bahan pembangkit. Bahan pembangkit mudah teroksidasi
karena mengabsorbsi oksigen dari udara. Namun bahan
penangkal ini tidak menghentikan sepenuhnya proses oksidasi,
hanya mengurangi laju oksidasi dan meminimalkan efek yang
ditimbulkannya.

vi. Bahan-bahan tambahan.


Selain dari bahan-bahan dasar, cairan pembangkit mengandung
pula bahan-bahan tambahan seperti bahan penyangga (buffer)
dan bahan pengeras (hardening agent). Fungsi dari bahan
penyangga adalah untuk mempertahankan pH cairan sehingga
aktivitas cairan pembangkit relatif konstan. Sedangkan fungsi
dari bahan pengeras adalah untuk mengeraskan emulsi film
yang diproses.

2. Pembilasan

Merupakan tahap selanjutnya setelah pembangkitan. Pada waktu film


dipindahkan dari tangki cairan pembangkit, sejumlah cairan pembangkit
akan terbawa pada permukaan film dan juga di dalam emulsi filmnya.
Cairan pembilas akan membersihkan film dari larutan pembangkit agar
tidak terbawa ke dalam proses selanjutnya.

Cairan pembangkit yang tersisa masih memungkinkan berlanjutnya


proses pembangkitan walaupun film telah dikeluarkan dari larutan
pembangkit. Apabila pembangkitan masih terjadi pada proses penetapan
maka akan membentuk kabut dikroik (dichroic fog) sehingga foto hasil
tidak memuaskan.

Proses yang terjadi pada cairan pembilas yaitu memperlambat aksi


pembangkitan dengan membuang cairan pembangkit dari permukaan
film dengan cara merendamnya ke dalam air. Pembilasan ini harus
dilakukan dengan air yang mengalir selama 5 detik.

3. Penetapan

Diperlukan untuk menetapkan dan membuat gambaran menjadi


permanen dengan menghilangkan perak halida yang tidak terkena sinar-
X. Tanpa mengubah gambaran perak metalik. Perak halida dihilangkan
dengan cara mengubahnya menjadi perak komplek. Senyawa tersebut
bersifat larut dalam air kemudian selanjutnya akan dihilangkan pada
tahap pencucian.
Tujuan dari tahap penetapan ini adalah untuk menghentikan aksi lanjutan
yang dilakukan oleh cairan pembangkit yang terserap oleh emulsi film.
Pada proses ini juga diperlukan adanya pengerasan untuk memberikan
perlindungan terhadap kerusakan dan untuk mengendalikan akibat
penyerapan uap air.

Bahan-bahan yang dipakai untuk membuat suatu cairan penetap adalah:

a. Bahan penetap (fixing agent).


Dipilih bahan yang berfungsi mengubah perak halida. Bahan ini
bersifat dapat bereaksi dengan perak halida dan membentuk
komponen perak yang larut dalam air, tidak merusak gelatin, dan
tidak memberikan efek terhadap bayangan perak metalik. Bahan yang
umum digunakan adalah natrium thiosulfat (Na2S2O3) yang dikenal
dengan nama hypo. Reaksi kimia yang terjadi pada film adalah
sebagai berikut:

Na2S2O3 + AgBr = Na2Ag(S2O3)2) + NaBr

b. Bahan pemercepat (accelerator).


Untuk menghindari kabut dikroik dan timbulnya noda kecoklatan,
biasanya digunakan asam yang sesuai. Karena pembangkit
memerlukan basa dalam menjalankan aksinya, maka tingkat
keasaman cairan penetap akan menghentikan aksinya.

Asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) akan merusak bahan penetap
dan mengendapkan sulfur, seperti terlihat pada reaksi kimia berikut:

Na2S2O3 + 2HAc  2NaAc + H2S2O4

H2S2O3  H2SO3 +S (sulfurisasi)

Maka bahan pengaktif yang umumnya dipergunakan adalah asam


lemah seperti asam asetat (CH3COOH). Akan tetapi dengan
penggunaan asam lemah ini masih terjadi pengendapan sulfur. Untuk
mengatasi hal ini maka dipergunakan bahan penangkal.

c. Bahan penangkal (preservatif).


Untuk menghindari adanya pengendapan sulfur maka pada cairan
penetap ditambahkan bahan penangkal yang akan melarutkan
kembali sulfur tersebut. Bahan penangkal yang digunakan adalah
natrium sulfit, natrium metabisulfit, atau kalium metabisulfit.

d. Balian pengeras (hardener).


Bahan ini digunakan untuk mencegah pembengkakan emulsi film
yang berlebihan. Pembengkakan emulsi akan membuat perak
bromida mudah terkelupas dan pengeringan film yang tidak merata.
Bahan yang digunakan biasanya adalah potassium alum
[K2SO4Al3(SO4)2H2O], aluminium sulfat [Al2(SO4) 3].

e. Bahan penyangga (buffer).


Digunakan untuk mempertahankan pH cairan agar dapat tetap terjaga
pada nilai 4 - 5. Bahan yang digunakan adalah pasangan antara asam
asetat dengan natrium asetat, atau pasangan natrium sulfit dengan
natrium bisulfit.

f. Pelarut (solvent).
Pelarut yang ummn digunakan adalah air bersih.

4. Pencucian.

Setelah film menjalani proses penetapan maka akan terbentuk perak


komplek dan garam. Pencucian bertujuan untuk menghilangkan bahan-
bahan tersebut dalam air. Tahap ini sebaiknya dilakukan dengan air
mengalir agar dan air yang digunakan selalu dalam keadaan bersih.

5. Pengeringan

Merupakan tahap akhir dari siklus pengolahan film. Tujuan


pengeringan adalah untuk menghilangkan air yang ada pada emulsi. Hasil
akhir dari proses pengolahan film adalah emulsi yang tidak rusak, bebas
dari partikel debu, endapan kristal, noda, dan artefak.

Cara yang paling umum digunakan untuk melakukan pengeringan


adalah dengan udara. Ada tiga faktor penting yang mempengaruhinya,
yaitu suhu udara, kelembaban udara, dan aliran udara yang melewati
emulsi.

D. Penutup

Dari hasil makalah ini dapat kami simpulkan bahwa Proses pebentukan
dan pengolahan gambar radiografi merupakan hal yang harus diketahui bagi
ahli radiografi atau ahli kesehatan yang nanti akan berguna untuk dalam hal
mencetak gambar radiograf yang akan dipakai untuk mendiagnosa sesuatu
kelainan atau penyakit yang ada pada objek tertentu.

Anda mungkin juga menyukai