Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PRAKTIKUM

TERMODINAMIKA

KONSEP TEMPERATUR DAN HUKUM KE NOL TERMODINAMIKA

Oleh:
Taufiq Muhammad Nur Alam
NIM A1C017030

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Termodinamika adalah bidang ilmu yang meliputi hubungan antara panas dan

jenis energi lainnya. Termodinamika ditemukan dan diteliti awaltahun 1800-an.

Termodinamika dapat dipecah menjadi empat hukum. Meskipun hukum yang ke nol

ditambahkan ke dalam hukum termodinamika setelah tiga hukum lainnya, hukum ke

nol biasanya dibahas terlebih dahulu. Ini menyatakan bahwa jika dua sistem berada

dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam

kesetimbangan termal satu sama lain.

Setiap instrumen ukur harus dianggap tidak cukup baik sampai terbukti melalui

kalibrasi dan atau pengujian bahwa instrumen ukur tersebut memang baik. Kalibrasi

adalah kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukkan alat

ukur dan bahan ukur dengan cara membandingkan terhadap standar ukur yang mampu

telusur (traceable) ke standar nasional maupun internasional untuk satuan ukuran

dan/atau internasional dan bahan-bahan acuan tersertifikasi.

Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak

bergantung kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka

dapat diterapkan ke sistem di mana seseorang tidak tahu apapun kecuali perimbangan

transfer energi dan wujud di antara mereka dan lingkungan. Contohnya termasuk
perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalam abad ke-20 dan riset sekarang ini

tentang termodinamika benda hitam.

Hukum ke nol termodinamika menjelaskan prinsip kerja termometer, alat

pengukur suhu. Tinjau sebuah termometer raksa atau termometer alkohol. Alkohol atau

raksa bersentuhan dengan kaca dan kaca bersentuhan dengan benda yang diukur

suhunya, misalnya udara, air atau tubuh manusia. Walaupun raksa tidak bersentuhan

dengan udara atau air atau tubuh manusia, tetapi karena raksa bersentuhan dengan kaca

maka ketika kaca dan udara atau air atau tubuh manusia berada dalam kesetimbangan

termal, maka raksa dan udara atau air atau tubuh manusia juga berada dalam

kesetimbangan termal. Pada termodinamika inilah konsep temperatur dan hukum ke

nol termodinamika itu akan dibahas.

B. Tujuan

1. Praktikan memahami cara melakukan kalibrasi

2. Praktikan dapat melakukan kalibrasi terhadapt alat ukur baku dan tidak baku

3. Praktikan mampu memahami hukum termodinamika ke-nol

4. Praktikan mengerti konsep hukum termodinamika ke-nol


II. TINJAUAN PUSTAKA

Termodinamika adalah bidang ilmu yang meliputi hubungan antara panas dan

jenis energi lainnya. Termodinamika ditemukan dan diteliti awal tahun 1800-an. Pada

saat itu, itu terkait dengan dan mendapat perhatian karena penggunaan mesin uap

(Tipler, 1998)

Termodinamika dapat dipecah menjadi empat hukum. Meskipun hukum yang ke

nol ditambahkan ke dalam hukum termodinamika setelah tiga hukum lainnya, hukum

ke nol biasanya dibahas terlebih dahulu. Ini menyatakan bahwa jika dua sistem berada

dalam kesetimbangan termal dengan sistem ketiga, maka mereka berada dalam

kesetimbangan termal satu sama lain. Dengan kata lain, jika dua sistem memiliki

temperatur yang sama dengan sistem yang ketiga, maka ketiganya memiliki suhu yang

sama (Achmad, 2000).

Fase adalah kuantitas zat yang mempunyai struktur fisika dan komposisi kimia

yang seragam. Struktur fisika dikatakan seragam apabila zat terdiri dari gas saja, cair

saja, atau padat saja. Komposisi kimia dikatakan seragam apabila suatu zat hanya

terdiri dari suatu bahan kimia yang dapat berbentuk padat, cair, atau gas, atau bahkan

campuran dari dua atau tiga bentuk tersebut. Zat murni mempunyai komposisi kimia

yang seragam dan tidak berubah.

Zat murni dapat berada dalam beberapa fase:

1. Fase padat, biasanya dikenal sebagai es.

2. Fase cair
3. Fase uap

4. Capuran kesetimbangan fase cair dan uap (Tim Asisten, 2017).

Hukum termodinamika kebenarannya sangat umum, dan hukum-hukum ini tidak

bergantung kepada rincian dari interaksi atau sistem yang diteliti. Ini berarti mereka

dapat diterapkan ke sistem di mana seseorang tidak tahu apa pun kecuali perimbangan

transfer energi dan wujud di antara mereka dan lingkungan. Contohnya termasuk

perkiraan Einstein tentang emisi spontan dalamabad ke-20 dan riset sekarang ini

tentang termodinamika benda hitam (Young, 1999).

Pengabstrakkan dasar atas termodinamika adalah pembagian dunia menjadi

sistem dibatasi oleh kenyataan atau ideal dari batasan. Sistem yang tidak termasuk

dalam pertimbangan digolongkan sebagai lingkungan. Dan pembagian sistem menjadi

subsistem masih mungkin terjadi, atau membentuk beberapa sistem menjadi sistem

yang lebih besar. Biasanya sistem dapat diberikan keadaan yang dirinci dengan jelas

yang dapat diuraikan menjadi beberapa parameter. Dari prinsip-prinsip dasar

termodinamika secara umum bisa diturunkan hubungan antara kuantitas misalnya,

koefisien ekspansi, kompresibilitas, panas jenis, transformasi panas dan koefisien

elektrik, terutama sifat-sifat yang dipengaruhi temperatur (Achmad, 2000).

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antar nilai

yang ditunjukkan oleh instrumen pengukuran atau sistem pengukuran, atau yang

diwakili oleh bahan ukur, dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari

besaran yang diukur dengan kondisi tertentu (Ibnu, dkk. 2004).


Berdasarkan hukum ke-nol, jika tiga buah sistem A,B dan C, masing-masing

dengan pasangan koordinat tekanan dan volume (PA,VA), (PB,V B) dan (PC ,VC ).

setimbang termal maka akan ada fungsi bernilai tunggal T sedemikian

T = TA(PA,VA) = TB(PB,VB) = Tc(PC ,VC ) ...... (1)

Artinya ada hubungan fungsional antara P,V dan T, dengan perkataan lain ketiganya

tidak saling bebas sehingga dapat dituliskan sebagai :

T = T(P,V ) → f(P,V,T) = 0 ....... (2)

Implikasi matematiknya adalah bahwa ruang keadaan dari sistem termodinamik akan

berupa permukaan (Greiner, dkk. 1995).


III. METODOLOGI

A. Alat dan Bahan

1. Thermometer

2. Es batu

3. Stopwatch

4. Beker gelas

5. Kasa kaki tiga

6. Gelas ukur

7. Bunsen

8. Korek api

B. Prosedur Kerja

1. Fase Perubahan Zat


a. Gelas ukur massanya ditimbang, lalu gelas ukur diberi es yang kemudian
ditimbang. Setelah itu massa gelas ukur yang berisi es dikurangi massa gelas
ukur saja.
b. Es dalam gelas ukur dipanaskan di atas spirtus sampai mencapai fase
menguap.
c. Setiap perubahan fase diukur suhu awal dan akhirnya, durasi, waktu dalam
perubahan fase.
d. Data yang didapat dimasukkan ke dalam tabel dan grafik.
2. Fase Kalibrasi
a. Air diukur sebanyak 250 mL menggunakan gelas ukur.
b. Gelas ukur ditimbang, kemudian bongkahan es ditimbang menggunaan
timbangan. Hasil massa total ukur dikurangi massa gelas ukur.
c. Suhu es diukur dengan menggunakan termometer air raksa.
d. Air 250 mL dimasukkan ke dalam panci bersamaan dengan bongkahan es,
kemudian kompor dan stopwatch dinyalakan secara bersamaan.
e. Saat es pertama mencair suhunya diukur dan dicatat.
f. Saat es sudah melebur suhu dan waktu diukur dan dicatat.
g. Saat air mendidih suhu dan watktu diukur dan dicatat.
3. Catat hasil pada tabel berikut:

Tabel 1. Tabel untuk fase perubahan zat


Waktu Durasi
No. Titik Fase T (0C) Q (kal)
(detik) (detik)
1. A Padat
2. A-B Mencair
3. B-C Melebur
4. C-D Mendidih

4. Buat grafik hubungan antara temperatur dengan waktu.


IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Alat dan bahan


a. Termometer
b. Es Batu
c. Stopwatch
d. Gelas Ukur
e. Timbangan
f. Kompor Gas
g. Spirtus
h. Panci
i. Alat Tulis
j. Bunsen
k. Air
2. Prosedur praktikum
a. Fase Perubahan Zat
1) Menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Merakit alat, bunsen, kasa kaki tiga, dan gelas ukur untuk melakukan
percobaan.
3) Masukkan bongkahan es batu ke gelas beker yang beratnya sudah
ditimbang dan suhunya sudah diukur.
4) Menyalakan bunsen bersamaan dengan stopwatch dan masukkan
bongkahan es secara bersamaan pula.
5) Mengamati apa yang terjadi dan catat hasil praktikum hingga suhu
mencapai konstan.
b. Fase Kalibrasi
1) Menyiapkna alat dan bahan yang dibutuhkan.
2) Mencampur air dan bongkahan es pada gelas beker.
3) Meletakkan termometer dan mengamati ketika es telah mencair merata
dan tandai permukaan cairan termometer yang telah konstan tidak
berubah sebagai titik leleh air (0°C).
4) Panaskan air tersebut hingga mendidih perhatikan permukaan cairan
termometer hingga menunjukkan ketinggian yang konstan dan tandai
sebagai titik didih air (100°C).
5) Melakukan perbandingan dengan angka termometer.
3. Tabel Fase Perubahan Zat
a. Tabel 2. Fase Perubahan Zat
Waktu Durasi
No. Titik Fase T (0C) Q (kal)
(detik) (detik)
1. A Padat 0 0 24 4156,99
2. A-B Mencair 268 268 32 1385,66
3. B-C Melebur 423 155 35 519,62
4. C-D Mendidih 1178 755 53 1781,57

b. Perhitungan:
𝑄1 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇
= 41,24 . 0,5 𝑘𝑎𝑙⁄𝑔°C . 24°C

= 236,375 𝑘𝑎𝑙
= 236,375 𝑥 42
= 992,775 𝑥 10−3 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
𝑄2 = 𝑚. 𝐿
= 41,24 . 336 𝑘𝑎𝑙⁄𝑔°C

= 6,35376 ≈ 6,35
= 6,35 𝑥 4,2
= 26,67 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
𝑄3 = 𝑚. 𝑐. ∆𝑇
= 4,24 . 1 𝑘𝑎𝑙⁄𝑔°C . (81,5 − 67,5)°C

= 0,01891 . 1 . 14
= 0,26474 𝑘𝑎𝑙 ≈ 0,26 𝑘𝑎𝑙
= 1,092 𝑥 10−3 𝑗𝑜𝑢𝑙𝑒
4. Tabel Kalibrasi
Tabel 3. Kalibrasi
No Titik Waktu Durasi (Menit) T Teori T Kalibrasi (°C)
(°C)
1 A 0 0 -4 25
2 B 1,55 1,55 0 23
3 C 6,21 4,25 0 30
4 D 27,46 21,25 100 76

5. Grafik Hasil praktikum


a. Grafik Perubahan Fase Zat

Grafik Perubahan Fase Zat


100

80
Temperatur (⁰C)

60

40

20

0
0 2 4 6 8 10 12
Waktu (Menit)

Gambar 1. Grafik Fase Perubahan Zat

b. Grafik Kalibrasi
Grafik Kalibrasi
80
70

Temperatur (⁰C)
60
50
40
30
20
10
0
0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Gambar 2. Grafik Kalibrasi

c. Gambar Teori

Grafik Teori
120
100
Temperatur (⁰C)

80
60
40
20
0
-20 0 5 10 15 20 25 30
Waktu (menit)

Gambar 3. Grafik Teori


B. Pembahasan

Kalibrasi adalah serangkaian kegiatan yang membentuk hubungan antara nilai


yang ditunjukkan oleh instrumen ukur atau sistem pengukuran atau nilai yang diwakili
oleh bahan ukur dengan nilai-nilai yang sudah diketahui yang berkaitan dari besaran
yang diukur dalam kondisi tertentu (Wicaksono, 2014).
Tujuan kalibrasi adalah untuk mengetahui ketertelusuran suatu alat ukur,
simpangan alat ukur, serta menjamin alat ukur telah tertelusur dengan standar nasional
maupun internasional. Hal ini akan bermanfaat untuk menjaga kondisi alat ukur agar
tetap sesuai dengan spesifikasi dan mendukung sistem mutu di industri atau bidang lain
yang berkaitan dengan alat tersebut. Kalibrasi adalah rangkaian kegiatan untuk
menetapkan dalam kondisi tertentu, hubungan dengan nilai dari suatu besaran yang
ditunjukan suatu alat ukur, sistem pengukuran atau nilai yang dinyatakan oleh bahan
ukur atau bahan acuan, dan nilai terkait yang direalisasikan oleh standar pengukuran.
Bertujuan untuk memastikan bahwa sistem pengukuran dan alat ukur di industri
berfungsi dengan akurasi yang memadai, baik dalam proses persiapan, produksi
maupun pengujian (Leonard, 2011).
Kalibrasi adalah memastikan hubungan antara harga-harga yang ditunjukkan
oleh suatu alat ukur dengan harga yang sebenarnya dari besaran yang diukur. Bila
berbicara kalibrasi maka kita membahas tentang rangkaian kegiatan pengukuran
instrument-instrumen ukur secara perbandingan maupun langsung terhadap standar
acuan (Renanta, 2009).
Tujuan kalibrasi adalah menentukan deviasa atau penyimpangan kebenaran nilai
konvensional penunkukkan suatu instrumen ukur, menjamin hasil-hasil pengukuran
sesuai dengan standar nasional maupun internasional. Manfaat kalibrasi ini adalah
menjaga kondisi instrumen ukur dan bahan ukur agar tetap sesuai dengan
spesifikasinya. Kemampuan untuk tepat mengukur volume larutan sangat penting
untuk akurasi dalam kimia analisis (Fatimah, 2013). Contoh kalibrasi alat ukur yaitu
termometer, barometer, ermometer dan anemometer.
Kalor dapat menaikkan atau menurunkan suhu. Semakin besar kenaikan suhu
maka kalor yang diterima semakin banyak. Semakin kecil kenaikan suhu maka kalor
yang diterima semakin sedikit. Semakin besar massa zat (m) maka kalor (Q) yang
diterima semakin banyak. Semakin kecil massa zat (m) maka kalor (Q) yang
diterima semakin sedikit. Semakin besar kalor jenis zat (c) maka kalor (Q) yang
diterima semakin banyak. Semakin kecil kalor jenis zat (c) maka kalor (Q) yang
diterima semakin sedikit. Maka hubungan kalor (Q) berbanding lurus atau
sebanding dengan kalor jenis zat (c) jika kenaikan suhu (∆ T) dan massa zat (m) tetap.

Gambar 6. Grafik Perubahan Fase Es


Pada proses AB, es dengan temperatur –4° C dipanaskan. Dalam arti, api bunsen
memberikan kalor (jumlah panas) kepada tabung yang berisi es yang mempunyai
temperatur lebih rendah dari api bunsen. Pemanasan dilakukan pada tekanan tetap.
Dengan kata lain, pemanasan dilaksanakan di bawah tekanan udara luar sebesar 1
atmosfer = 1,013 x 105 pascal (Pa). Akibat pemanasan ini ialah temperatur es naik
menjadi 0° C. Ini berarti, ada kalor (jumlah panas) yang digunakan untuk menaikkan
rasa panas (rasa kepanasan atau temperatur) es di bawah tekanan udara luar sebesar
101,3 kPa. Proses BC es dengan temperatur 0° C dipanaskan, sehingga semua es
berubah menjadi air dengan temperatur 0° C. Ini berarti ada kalor (jumlah panas) yang
digunakan untuk merubah tingkat wujud (fase) es (padat) menjadi air (cair) di bawah
tekanan udara luar sebesar 101,3 kPa. Kenyataannya, pada proses perubahan fase
temperatur zat tetap, yaitu 0° C. Jadi pada proses perubahan fase temperaturnya tetap.
Proses CD. Air dengan temperatur 0° C dipanaskan, sehingga temperaturnya naik
sampai 100° C. Dalam proses ini ada kalor (jumlah panas) yang digunakan untuk
menaikkan rasa kepanasan atau temperatur air. Proses DE. Air dengan temperatur 100°
C dipanaskan, sehingga air berubah fasenya menjadi uap air dengan temperatur 100°
C. Dalam proses ini ada kalor (jumlah panas) yang digunakan untuk merubah wujud
air (fase cair) menjadi uap air (fase gas) dengan temperatur yang tetap di bawah tekanan
udara luar yang tetap, yaitu: 1 atmosfer. Proses perubahan fase ini berjalan cukup lama,
dari proses mendidih sampai pada proses penguapan secara perlahan-lahan (Hamid,
2017).
Dalam kehidupan sehari hari hukum ke nol ini banyakan ditemukan atau di
gunakan. Seperti pada saat kita memasukkan es batu kedalam air hangat, yang terjadi
yaitu es batu akan mencair (suhu es meningkat) dan suhu air hangat menjadi turun,
kemudian lama kelamaan es nya mencair semua dan tinggalah air dingin. Aplikasi
lainnya yaitu pengukuran termperatur. Pengukuran temperatur ini berdasarkan prinsip
hukum termodinamika ke nol. Jika kita ingin mengetahui apakah dua benda memiliki
temperatur yang sama, maka kedua benda tersebut tidak perlu disentuhakan dan
diamati perubahan sifatnya. Yang perlu dilakukana adalah mengamati apakah kedua
benda tersebut mengalami kesetimbangan termal dengan benda ketiga. Benda ketiga
tersebut adalah termometer.
Kegunaan hukum termodinamika ke nol pada bidang teknik pertanian adalah
pada pengolahan hasil pertanian misalkan mesin pengering merupakan aplikasi fisika
di bidang pertanian. Mesin pengering bisa bermacam-macam. Pengering yang
menggunakan burner menerapkan konsep fisika dengan kaidah pembakaran. Teknologi
modern menerapkan pengering tipe microwave, pemanfaatan gelombang mikro untuk
mengeringkan produk pertanian. Selanjutnya tipe pengering dengan heater listrik. Atau
bisa juga menggunakan pengering tipe hybrid yang menerapkan asas siklus
termodinamika dalam menghasilkan udara kering, contohnya seperti penggunaan AC
yang dimanfaatkan sisi panasnya, khusus untuk tipe hybrid sisi dingin dimanfaatkan
untuk menghasilkan udara kering. Hasilnya adalah udara kering yang panas.
Kendala yang dialami pada saat praktikum adalalah kondisi praktikan yang
kurang kondusif sehingga mengganggu jalannya praktikum. Penjelasan dari asisten
kurang terdengar oleh praktikan lain sehingga harus diulang-ulang. Selain itu,
keterbatasan alat juga membuat praktikum berjalan lambat. Kendala lain yang terjadi
adalah adanya kesalahan praktikan dalam mengukur suhu sehingga harus diulang dari
awal dan membuat praktikum tidak selesai pada waktunya.
V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kalibrasi adalah serangkaian pekerjaan dibawah kondisi tertentu yang menetapkan

hubungan antara nilai yang ditunjukkan oleh suatu alat ukur, sistem pengukuran,

nilai yang ditunjukkan oleh suatu besaran bahan (material measurement), atau

bahan acuan, dan nilai yang diketahui yang berkaitan dari suatu besaran ukur.

2. Perubahan fase pada es batu dimulai dari fase A-B yaitu fase peleburan, fase B-C

yaitu fase mencair, fase C-D yaitu fase mendidih, fase D-E adalah fase menguap.

3. Hukum ke nol termodinamika merupakan salah satu hukum dalam termodinamika

yang berbunyi “Jika dua benda berada dalam keseimbangan termal dengan benda

ketiga, maka ketiga benda tersebut berada dalam keseimbangan termal satu sama

lain”.

4. Banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan atau menurunkan suhu suatu

benda bergantung pada massa benda (m), massa jenis (c), perubahan suhu (∆T),

kalor lebur (L), kalor uap (U).

B. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum ini adalah sebaiknya asisten dapat

mengkondisikan praktikan agar lebih kondusif, karena terkait ruangan yang digunakan
akan panas sekali jika praktikan ramai dan keadaan tidak kondusif, dan transfer materi

dari asisten lebih baik lagi. Untuk soal pembahasan juga mohon diperjelas.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Kukuh. S. 2000. Validasi Metode Uji. Pusat Standarisasi dan Akreditasi.
Laboratorium BSN: Jakarta.

Greiner,W., L. Neise, H. St¨ocker. 1995. Thermodynamics and Statistical Mechanics.


Springer : Berlin

Ibnu, M. Shodiq, dkk. 2004. Kimia Analitik 1 Edisi Revisi. Universitas Negeri Malang
: Malang.

ISO/IEC Guide 17025: 2005 Dan Vocabulary of International Metrologi (VIM).


Jakarta.

Marga, dkk. 2014. Kalibrasi dan Standarisasi. FTP Universitas Jember : Jember.

Silitonga, P.Maulin. 2008. “Akurasi Alat-Alat ukur volume yang digunakan dalam
praktikum dan penelitian dilaboratorium kimia FMIPA Unimed” Jurnal
pendidikan matematika dan sains vol 3(2): hal132-135.

Tim Asisten. 2017. Modul Praktikum Termodinamika. Universitas jenderal Soedirman


: Purwokerto.

Tipler, P.A.. 1998. Fisika untuk Sains dan Teknik-Jilid I (terjemahan). Erlangga :
Jakarta.

Young, Freedman. 1999. Fisika Universitas, Edisi 10, Alih Bahasa oleh Pantur Silaban
ITB. Erlangga : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai