anisasi
fesi : 1. PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia)
2. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
89
87
Prof.dr.Tjandra Yoga Adit am a
Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE
1 5 . Kep u tu s a n Men teri Kes eh a ta n RI Nom or 1 1 4 4 /
ME NKE S / PE R/ VIII/ 2 0 1 0 , ten ta n g
Or ga n is a s i d a n Ta ta Ker ja Kem en ter ia n
Kesehatan RI;
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : KE P UTUS AN DIR E KTUR J E NDE R AL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN
BAB V PENGEMBANGAN PROGRAM........................... 47 8. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 1998 tentang Pengamanan Sediaan Farmasi dan Alat Kes
A. Penapisan Hepatitis B Pada Ibu Hamil ........ 47 eh a ta n (Lem b a r a n Nega r a Rep u b lik Indonesia tahun 1998 Nomor 138, Tambahan
B. Penapisan dan Pencegahan Penularan Hepatitis B pada Lembaran Negara Repu blik Indonesia Nomor
Keluarga atau Orang yang 8781);
Tinggal Serumah dengan Penderita
Hepatitis B .................................................. 49 9. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010, ten ta n g Ren ca n a Pem b a n gu n a n J a n gk a
C. Penapisan dan Pencegahan Penularan Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
Hepatitis B pada Tenaga Medis ................... 50
10. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor1457/ MENKES/ SK/ X/ 2003, tentang Standar Pela ya n
D. Penapisan dan Pencegahan Penularan
a n Min im a l Bida n g Kes eh a ta n di Kabu paten/ Kota;
Hepatitis B pda PSK, Orang dengan Pasangan
Seksual Multipel, dan IVDU ........................ 51
11. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor
E. Penapisan dan Pencegahan Penularan
1 1 1 6 / ME NKE S / S K/ VIII/ 2 0 0 3 , ten ta n g
Hepatitis B pada Populasi Umum ................ 53
Pedoman Penyelenggaraan Sistem Su rveilans
F. Profilaksis Pasca Pajanan Hepatitis B.......... 54 Epidemiologi Kesehatan;
G. Terapi Penderita Hepatitis B ........................ 54 12. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor1 4 7 9 / ME NKE S/ SK/ X/ 2 0 0 3 , ten ta n g
H. Aspek Legal pada Hepatitis B ...................... 55 Pen yelen gga ra a n Su rveila n s Ep id em iologi
Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular;
BAB VI PEMANTAUAN DAN EVALUASI ........................ 57
13. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor949/ MENKES/ SK/ VIII/ 2004, tentang Sistem
A. Pemantauan ................................................ 57
Kewaspadaan Dini Kejadian Luar Biasa;
1. Pengertian ............................................. 57
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor206/ MENKES/ SK/ II/ 2008, tentang Komite Ahli
2. Tujuan .................................................. 57 Pen gen d a lia n Pen ya k it In fek s i S a lu r a n Pencernaan;
3. Kegiatan Yang Dipantau ........................ 57
4. Alat Pantau ........................................... 60 85
6. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991, ten ta n g Pen a n ggu la n ga n Wa b a h Pen ya k it Menular (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1991
Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3447);
84
From 2B Formulir Penyaringan Penderita Hepatitis Tahap Lanjutan
Diagnosa Klinis Bukan
Hepatitis dan HBsAg Positif .......................... 77
Form 3 Formulir Pemantauan Pengobatan Penderita
Hepatitis ....................................................... 78
Form 4 Formulir Pemantauan Hepatitis .................... 79
DIREKTUR J ENDERAL
PENGENDALIAN PENYAKIT DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN,
Menimbang : a. bahwa hingga saat ini Hepatitis A, B, dan C masih menjadi masalah
kesehatan dunia yang serius termasuk di Indonesia karena
berpotensi
m en im b u lk a n d a m p a k m or b id ita s d a n m
oralitas, dan m em erlu kan perh atian dari berbagai pihak,
baik dari pemerintah, lembaga non pemerintah, maupun
masyarakat;
83
Departem en Keseh atan RI Direktorat J en deral Pem beran tasan Penyakit Menu lar dan VHC : Virus Hepatitis C
Penyehatan Lingku ngan Tahu n 2004, Buku Pedoman Penyelidikan Dan VHD : Virus Hepatitis D
Penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB).
VHE : Virus Hepatitis E
Kem en terian Keseh atan RI, Direktorat J en deral Pen gen dalian Penyakit dan Penyehatan
Lingku ngan Tahu n 2011, Peratu ran HBsAg : Hepatitis B surface Antigen
Menteri Kesehatan RI No. 1502/ Menkes/ Per/ X/ 2010 tentang HBcAg : Hepatitis B core Antigen
J en is Pen yakit Men u lar Terten tu Yan g Dapat Men im bu lkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan HBeAg : Hepatitis B envelope Antigen
LFT : Liver Function Test ( Test Fungsi Hati )
Kem en terian Keseh atan RI, Direktorat J en deral Pen gen dalian Pen ya kit da n Pen yeh a
ta n Lin gku n ga n Ta h u n 2011, Bu ku AST : Asparlate Aminotransferase
Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa Penyakit Menular dan
Keracunan Pangan (Pedoman Epidemiologi Penyakit), Edisi Revisi Tahun 2011. ALT : Alanine Aminotransferase
Anti HBs : Antibody to Hepatitis B surface antigen
IgM anti-HBc : Immunoglobulin M. anti to Hepatitis B core
IgG anti-HBc : Immunoglobulin G. anti to Hepatitis B core
Anti-HBe : Antibody to Hepatitis B envelope
HBIG : Hepatitis B Immunoglobulin
HIV : Human Imunodeficiency Virus
Oro-fecal/fecal-oral : Penularan dari tinja ke mulut
Masa Inkubasi : Masa antara masuknya kuman penyakit dan munculnya
gejala
CTPS : Cuci Tangan Pakai Sabun
PHBS : Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
MSM : Man Sex Man (hubungan sex antara laki-laki dengan
laki-laki)
IDUs : Injection Drug Users (Pengguna obat terlarang dengan
cara suntik)
82 KLB : Kejadian Luar Biasa
Morbiditas : Angka Kesakitan
DAFTAR ISTILAH
Mortalitas : Angka Kematian
http://www.who.int/mediacentre/factasheets/fs328/en/index.html. Hepatitis A.
A. LATAR BELAKANG
Penyakit Hepatitis merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara
berkembang di du nia, termasu k di Indonesia. VHB telah menginfeksi
sejumlah 2 milyar orang di dunia dan sekitar 240 juta merupakan pengidap
virus Hepatitis B kronis, penderita
Hepatitis C di du nia diperkirakan 170 ju ta orang dan sekitar 1 .5 0 0 .0 0 0 p
en d u d u k d u n ia m en in gga l s etia p ta h u n n ya disebabkan oleh infeksi
VHB dan VHC. Indonesia meru pakan negara dengan pengidap Hepatitis B
nomor 2 terbesar sesudah Myanmar diantara negara-negara anggota WHO
SEAR (South East
Asian Region). Sekitar 23 juta penduduk Indonesia telah terinfeksi
Hepatitis B dan 2 ju ta orang terinfeksi Hepatitis C. Penyakit Hepatitis A sering
muncul dalam bentuk KLB seperti yang terjadi di beberapa tempat di
Indonesia.
Menurut hasil Riskesdas tahun 2007, hasil pemeriksaan Biomedis dari 10.391
sampel seru m yang diperiksa, prevalensi HBsAg positif 9.4% yang berarti
bahwa diantara 10 pendu du k di Indonesia terdapat seorang penderita
Hepatitis B virus.
Pada tanggal 20 Mei 2010 World Health Assembly (WHA) dalam sida n gn ya
ya n g ke 63 di Gen eva tela h m en yetu ju i u n tu k mengadopsi Resolusi
WHA 63.18 tentang Hepatitis Virus, yang menyerukan semua negara anggota
WHO untuk melaksanakan p en cega h a n d a n p en a n ggu la n ga n h ep a
titis viru s s eca ra komprehensif. Sebagai pemrakarsa resolusi ini adalah tiga
negara anggota WHO, yaitu Indonesia, Brazil dan Colu mbia. Dalam resolusi
ini, ditetapkan tanggal 28 J uli menjadi Hari Hepatitis Sedu nia atau World
Hepatitis Day. Peringatan hari Hepatitis S ed u n ia b er m a k s u d u n tu k m
en in gk a tk a n k ep ed u lia n pemerintah, masyarakat dan semua pihak
terhadap pengendalian p en ya k it Hep a titis . Da la m res olu s i ters eb u t,
WHO a k a n m en yed ia k a n b a n tu a n b a gi n ega r a b er k em b a n g d
a la m
B. TUJUAN
1. Umum
Tersu su nnya pedom an pengendalian Hepatitis viru s dan terselen ggaran ya kegiatan pen gen dalian Hepatitis dalam
rangka menurunkan angka kesakitan dan angka kematian akibat Hepatitis di Indonesia.
2. Khusus
a. Tersedianya panduan bagi penentu kebijakan dalam pelaksanaan dan pengembangan program pengendalian Hepatitis
virus di Indonesia.
b. Tersedianya panduan dalam pelaksanaan deteksi dini Hepatitis di fasilitas kesehatan.
79
C. SASARAN
Sasaran bu ku pedoman ini adalah pemangku kebijakan dan petugas kesehatan di setiap jenjang
pelayanan kesehatan sesuai dengan peran dan fungsinya.
D. DASAR HUKUM
Pelaksanaan Program Pengendalian Penyakit Hepatitis dilakukan atas dasar beberapa landasan
hukum antara lain :
1. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1984, tentang Wabah penyakit menular
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1984 No. 20 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3273).
2. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah.
3. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004, tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Daerah.
4. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteraan
(Lembaran Negara Repu blik
78
77
E. Kebijakan
Kebijakan Program Pengendalian Penyakit Hepatitis virus adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Hepatitis berdasarkan pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat
serta disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing daerah (local area specific).
2. Pengendalian Hepatitis dilaksanakan melalui pengembangan kemitraan dan jejaring
kerja secara mu lti disiplin, lintas program dan lintas sektor.
3. Pengendalian Hepatitis dilaksanakan secara terpadu baik untuk pencegahan primer
(termasuk didalamnya imunisasi), sekunder, dan tersier.
4. Pengendalian Hepatitis dikelola secara profesional, berkualitas, merata dan
terjangkau oleh masyarakat melalui penguatan seluruh sumber daya.
76
F. STRATEGI
1. Menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat (PHBS) sehingga terhindar dari penyakit Hepatitis.
2. Mendorong dan memfasilitasi pengembangan potensi dan peran serta masyarakat u ntu k penyebar lu asan informasi
kepada masyarakat tentang pengendalian Hepatitis.
3. Mengembangkan kegiatan deteksi dini yang efektif dan efisien terutama bagi masyarakat yang berisiko.
4. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas melalui peningkatan sumber daya m a n
u s ia d a n p en gu a ta n in s titu s i, s erta s ta n d a ris a s i pelayanan.
5. Meningkatkan surveilans epidemiologi Hepatitis di seluruh fasilitas pelayanan kesehatan.
6. Mengembangkan jejaring kemitraan secara multi disiplin lin tas program dan lin tas sektor di sem u a jen jan g baik
pemerintah maupun swasta.
G. KEGIATAN
1. Advokasi dan
sosialisasi
kepada
pemangku
kepentingan.
2. Sosialisasi
dan edukasi
tentang
pengendalian
Hepatitis
kepada
petugas
kesehatan
terkait.
3. Promosi
kesehatan kepada masyarakat melalui media komunikasi baik cetak
maupun elektronik.
A. TIM PENYUNTING
1. Prof.dr.David Handojo Muljono, Ph. D, SpPD
2. dr. Nyoman Kandun, MPH
3. Dr. dr.Rino A. Gani, SpPD – KGEH
4. dr. Irsan Hasan, SpPD – KGEH
5. Dr. dr.Hanifah Oswari SpA (K)
B. TIM PENYUSUN
1. Prof.dr.David Handojo Muljono, Ph. D, SpPD
2. dr. Nyoman Kandun, MPH
3. Prof.dr. Ali Sulaiman, SpPD – KGEH
4. Dr. dr.Rino A. Gani, SpPD – KGEH
5. Dr. dr.Hanifah Oswari SpA (K)
6. dr. Irsan Hasan, SpPD – KGEH
7. drg. Rini Noviani
8. dr. Yullita Evarini Yuzwar, MARS
9. dr. Armaji Kamaludin Syarif
10. dr. Rini Rohaeni
11. Dr.dr. Julitasari Sundoro, MSc-PH
12. dr. Rossa Avrina
13. dr. Sukmawati Dunuyaali
14. dr. Ignatius Bima Prasetya
15. dr. Anandhara Indriani
16. dr. Karnely Herlena, M.Epid
17. Agus Handito, SKM, M.Epid
18. Arman Zubair, S.Sos
19. Muhamad Purwanto, SKM
20. dr. Marolop Binsar Silaen
C. ORGANISASI PROFESI
1. PPHI (Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia)
2. IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia)
A. BEBAN PENYAKIT
Hepat it is A, WHO memperkirakan di dunia setiap tahunnya ada sekitar 1,4
ju ta pen derita Hepatitis A. Di Am erika in siden s Hepatitis A adalah 1 per
100.000 pendu du k, dengan estimasi
21.000 orang (Tahun 2009). Di Eropa insidens Hepatitis A adalah
3,9 per 100.000 penduduk (Publikasi tahun 2008). Di Indonesia, Hepatitis A
sering muncul dalam Kejadian Luar Indonesia (KLB). Tahun 2010 tercatat 6
KLB dengan jumlah penderita 279, jumlah kematian 0, CFR 0 sedangkan
tahun 2011 tercatat 9 KLB, jumlah penderita 550, jumlah kematian 0, CFR 0.
Tahun 2012 sampai bulan J uni, telah terjadi 4 KLB dengan jumlah penderita
204, jumlah kematian 0, CFR 0.
Data lain menunjukkan pada tahun 1998, di Kabupaten Bogor, J awa Barat
telah terjadi KLB Hepatitis A dengan jumlah kasus
74 orang (AR = 1,4%) dan golongan umur terbanyak 19-25 tahun
(AR = 3,4%), di Provinsi J awa Timur yatu di Kabupaten Bondowoso
(Kecam atan Su kosari) dan Kabu paten Malan g (Kecam atan
Wonosari) di 7 desa dengan jumlah kasus 998, tahun 2004 di Kecamatan
Tegal Ampel, Kabupaten Bondowoso, J awa Timur 47 kasus. Tahun 2006 di
Kecamatan Pakem, Kabupaten Bondowoso, J awa Timur 65 kasus.
(Surveilans Prop J awa Timur). Tahun 2008 di Provinsi DIY tercatat 1.160
kasus dengan hasil pemeriksaan anti-HAV positif yaitu di Kodya Yogyakarta
287 kasus, Kabupaten Bantul 48 kasus, Kulon Progo 6 kasus, Gunung Kidul
11 kasus dan Sleman 808 kasus serta KLB di Pulau Panggang dengan 57
72 kasus. Tahun 2009 di Kabupaten Ngawi dengan 146 kasus.
Angka penularan secara vertikal dari ibu pengidap Hepatitis B kepada bayinya
cukup tinggi. Berdasarkan penelitian beberapa rumah sakit di Indonesia, prevalensi G. LEMBAGA SWADAYA MASYARAKAT (LSM) DAN ORGANISASI
HBsAg pada ibu hamil berkisar 2,1—5,2% (Soewignyo, 1992). MASYARAKAT PEDULI PENYAKIT HEPATITIS
Data di RSUP Sanglah, Denpasar menunjukkan bahwa dari hasil uji survei 3.943 LSM dan organisasi kemasyarakatan diharapkan terlibat dalam kegiatan yang
ibu hamil didapatkan hasil 80 ibu hamil dengan HBsAg positif, prevalensi HBsAg terkait dengan pengendalian Hepatitis, terutama
2,03% dan HBeAg positif 50 %. Hasil pemeriksaan HBsAg tali pusat positif 12 %
dari ibu hamil pengidap Hepatitis B (Su rya, 1995). Peneliti lain melaporkan bahwa
71
hasil u ji saring pada 1.800 wanita hamil di Indonesia Dalam hal pengendalian
C. PROVINSI
Hepatitis Puskesmas melakukan:
Promotif, dengan penyuluhan termasuk pemberdayaan masyarakat Dinas Kesehatan Propinsi bertanggung jawab dalam pelaksanaan
dalam kegiatannya. pengendalian Hepatitis di tingkat propinsi:
Preventif, dengan melaku kan vaksinasi yaitu program imunisasi
1. Melakukan diseminasi informasi kepada pihak dan instansi terkait di
Hepatitis B pada bayi.
tingkat propinsi.
Rawat jalan dan rujukan
Pelaporan 2. Membangun jejaring kerja Hepatitis baik lintas program maupun lintas
sektor di tingkat propinsi.
2. Rumah Sakit 3. Memantau pengelolaan stok logistik Hepatitis untuk tingkat kabu paten/
Ru mah sakit meru pakan u nit pelayanan ru ju kan dengan sarana kota.
pelayanan laboratorium yang dapat mendeteksi dini Hepatitis, baik 4. Melakukan pemantauan terhadap pengendalian Hepatitis di tingkat
rujukan maupun langsung. Rumah sakit di Provinsi diharapkan dapat kabupaten/ kota.
melayani diagnosa, pengobatan dan reh abilitatif atau pelayan an su portif
bagi pen derita Hepatitis. 5. Melakukan rekapitulasi pencatatan dan pelaporan
Hepatitis di tingkat propinsi.
A. PUSAT 2. Berkoordinasi dengan Subdit Diare & ISP dalam upaya pengendalian
Hepatitis
1. Membuat pedoman dan rumusan kebijakan teknis pelaksanaan
pengendalian Hepatitis secara berjenjang dari Pu s a t, Din a s Kes eh a ta 3. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Propinsi dan kabu paten / kota
n Pr ovin s i, Din a s Kes eh a ta n Kabupaten/ Kota dan Puskesmas. dalam u paya pen gen dalian Hepatitis di daerah.
1
The ABC of Hepatitis www.cdc.gov/ Hepatitis
D. SOSIAL EKONOMI
Daerah dengan tingkat sosial ekonomi penduduk yang rendah, m em pu n ya i
s a n ita s i lin gku n ga n ya n g ren da h pu la . Pola penu laran Hepatitis A
dan Hepatitis E yang melalu i oro-fecal san gat dipen garu h i ku alitas san itasi
lin gku n gan setem pat,
68
sehingga pendu du k yang tinggal di daerah endemis dan atau daerah dengan memberikan kontribusi yang n yata pada perkem ban gan pen yakit kron
kualitas sanitasi yang rendah akan mempunyai ris iko lebih bes a r u n tu k m is (salah satu n ya Hepatitis B dan Hepatitis C) menjadi liver cirrhosis.
en derita Hepa titis A m a u pu n Hepa titis E. Stu di ya n g dila ku ka n oleh
FKUI 2 di J a ka rta menunjukkan bahwa tingkat sosial ekonomi rendah
merupakan salah satu faktor risiko Hepatitis B dan Hepatitis C, yang ditandai E. LANDASAN HUKUM
dengan hasil pemeriksaan HBsAg (+) (OR 18.09; 95% CI 2.35139.50). Hal
Landasan hukum yang mendasari kegiatan dalam pengendalian Hepatitis
lain yang dapat diketahui adalah bahwa penduduk kelompok ras chinese
ini lihat Bab I point D.
mempunyai risiko 2.97 lebih tinggi untuk terinfeksi VHB dibandingkan
dengan kelompok ras melayu (OR 2,97 ; 95% CI 1,22-7,83).
Dari suatu studi yang dilakukan di Korea3 dapat diketahui bahwa pada kelom F. ANALISIS S-W-O-T (STRENGTH-WEAKNESS-
pok m asyarakat den gan tin gkat sosial ekon om i menengah dan atas OPPORTUNITYTHREAT)
mempunyai kecenderungan obesitas karena pola makan yang salah. Obesitas
2 3
Sulaiman, Ali Sulaiman, Ali
B. PENGANGGARAN
1. Pusat
a. APBN
b. Dekonsentrasi
c. BOK (Bantuan Operasional Kesehatan)
d. BLN (Bantuan Luar Negeri)
3. Peluang
a. Adanya program pencegahan yang sudah berjalan yaitu Program Im u n G. HASIL ANALISIS S-W-O-T
isasi (Program Im u n isasi Hepatitis B Nasional) dan Promosi Kesehatan.
Diperlukan :
b. Program pengendalian faktor risiko penyakit (Penyehatan Lingku ngan).
c. Program Surveilans Terpadu Penyakit (STP) di Puskesmas 1. Adanya suatu petunjuk teknis yang mendukung upaya perbaikan
dan Rumah Sakit. pada sistem surveilans Hepatitis yang dibutuhkan.
2. Adanya sosialisasi, advokasi pada pemangku kepentingan baik
4. Ancaman
tingkat pusat maupun daerah.
a. Adanya perubahan iklim secara global yang mempengaruhi agent, seperti
terjadinya mutasi dari jenis virus tertentu. 3. Adanya peningkatan KIE pada masyarakat tentang Hepatitis dan
b. Kualitas kesehatan lingkungan yang tidak merata (ada yang sudah baik faktor risikonya.
tetapi masih banyak yang masih rendah).
4. Adanya pelatihan program pengendalian Hepatitis baik bagi petugas
c. Pengetahuan masyarakat tentang Hepatitis masih kurang
di tingkat pusat maupun di daerah.
d. Perilaku berisiko masih banyak dilakukan oleh masyarakat.
5. Adanya suatu petunjuk teknis yang mendukung upaya tersedian ya
saran a dan prasaran a laboratoriu m u n tu k penegakan diagnosa
Situasi tersebut di atas juga mengacu pada hal-hal antara lain :
Hepatitis di Pusat Kesehatan Masyarakat atau Laboratorium
1. Hepatitis akut dan kronis tidak terlaporkan pada sistem surveilans pendukung Puskesmas.
penyakit menular sehingga tidak diketahui beban yang sesungguhnya
6. Meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dengan upaya
2. Banyak orang secara individu tidak mengetahui bahwa dirin ya term asu perbaikan kualitas air minum, air bersih, pembuangan tinja,
k dalam risiko tin ggi dan bagaim an an a mencegah terinfeksi Pemeriksaan HBV DNA dilakukan dengan metode PCR. - LFT
3. Kelompok risiko tinggi belum mempunyai akses untuk pelayanan (SGPT) : test untuk mengetahui fungsi hati
pencegahan penyakit
Pemeriksaan SGPT menggunakan Blood Analyzer.
4. Banyak orang yang telah terinfeksi dan kronis tetapi tidak mengetahui
bahwa dirinya telah terinfeksi Bahan dan alat yang digunakan unuk pemeriksaan: tabu ng
reaksi/ vacu ntainer, kapas, alkohol, saru ng tangan, jarum
suntik sekali pakai, torniquet karet, masker, pipet
2) Pemeriksaan Lanjutan :
Pem eriksa a n in i m eru pa ka n la n ju ta n pem eriksa a n yang
dilaksanakan bagi seseorang dengan HBsAg positif, yaitu :
- HBeAg : test untuk menetukan apakah telah terjadi replikasi
(memperbanyak diri) virus
- Anti HBe: tes untuk mengetahui apakah seseorang telah mempunyai anti
bodi
- HBV DNA : tes untuk mengetahui jumlah virus
64
BAB VII
SARANA DALAM PENGENDALIAN HEPATITIS
A. PERENCANAAN KEBUTUHAN
a. Hepatitis A
IgM a n ti HAV : u n tu k m en en tu k a n d ia gn os is Hepatitis A. Pemeriksaan dapat dilaku kan dengan Rapid Test Diagnostic (RDT).
Pemeriksaan VHA : u ntu k memeriksa faktor risiko lin gku n ga n teru ta m a a ir ten ta n g a da n ya Viru s Hepatitis A (VHA).
Bahan dan alat yang digunakan unuk pemeriksaan: Tabung reaksi/ vacuntainer, kapas, alkohol, sarung tangan, masker, jarum suntik sekali pakai, torniquet karet, pipet
berskala/ m ikropipet, tip m ikropipet, Rapid Test Diagnostic (RDT), Sentrifuse/ rotator, botol steril untuk tempat menampung sampel air.
b. Hepatitis B
1) Penapisan dengan test HBsAg test, anti HBs dan anti HBc
HBs Ag : tes t u n tu k m en en tu ka n s es eora n g pernah terinfeksi virus Hepatitis B.
Anti HBs : test u ntu k menentu kan seseorang telah m em pu n yai kekebalan terh adap Viru s Hepatitis B.
Anti HBc : test u ntu k menentu kan seseorang telah mempu nyai kekebalan (adanya replikasi inti sel) terhadap Virus Hepatitis B.
Bahan habis pakai : tabung reaksi/ vacuntainer, kapas, alkoh ol, saru n g tan gan , jaru m su n tik
63
A. HEPATITIS A
1. Etiologi
Penyebab penyakit adalah virus Hepatitis A (VHA), termasuk fam ili
picorn aviridae beru ku ran 27 n an om eter, gen u s hepatovirus yang
dikenal sebagai enterovirus 72, mempunyai 1 serotype dan 4 genotype,
meru pakan RNA viru s. Viru s Hepatitis A bersifat term ostabil, tah an
asam dan tah an terhadap empedu. Virus ini diketahui dapat bertahan
hidup dalam su hu ru angan selama lebih dari 1 bu lan. Pejamu infeksi
VHA hanya terbatas pada manu sia dan beberapa binatang primata. Virus
dapat diperbanyak secara in vitro dalam kultur sel primer monyet kecil
atau secara invivo pada simpanse.
2. Cara Penularan
Virus Hepatitis A ditularkan secara fecal-oral. Virus ini masuk kedalam
saluran pencernaan melalui makanan dan minuman yang tercemar tinja
penderita VHA. Virus kemudian masuk k e h a ti m ela lu i p ered a ra n
d a ra h u n tu k s ela n ju tn ya menginvasi sel-sel hati (hepatosit), dan
melakukan replikasi di hepatosit. J umlah virus yang tinggi dapat
ditemukan dalam tinja penderita sejak 3 hari sebelum muncul gejala
hingga 12 minggu setelah munculnya gejala kuning pada penderita.
62 Ekskresi virus melalui tinja pernah dilaporkan mencapai 6 b u la n p a d a
b a yi d a n a n a k . S eb a gia n b es a r k a s u s kem u n gkin an tidak m
BAB III
4. Masa Inkubasi 61
Masa inkubasi 15-50 hari, rata-rata 28-30 hari. j. Surveilans Epidemiologi
3. Cara Evaluasi La p ora n Sis tem Terp a d u Pen ya k it (STP) ya n g dila ku ka
Evaluasi dilakukan dengan cara pengumpulan, pengolahan, analisis data yang n setia p bu la n (u n tu k pu skesm a s da n Rumah sakit)
berasal dari hasil pemantauan atau laporan ru tin yang ada di setiap jenjang SKD KLB, khususnya Hepatitis A dan Hepatitis E (bila ada)
administrasi yaitu Dinas Kesehatan Propinsi, Kabupaten/ Kota, Puskesmas. k. Promosi Kesehatan
Bila dalam evaluasi ditemukan masalah, maka berikan saran pemecahan atau Kegia ta n Ad vok a s i, Bin a s u a s a n a , Ger a k a n pemberdayaan
bimbingan kepada pengelola program Hepatitis, agar kegiatan program masyarakat dan ketersediaan media KIE.
Pengendalian Hepatitis dapat dilaksanakan sesu ai ren can a dan m em berikan
dam pak seperti yan g diharapkan. 4. Alat Pem antau
1). Cakupan penemuan HBsAg positif pada kelompok berisiko yang Pem an tau an dilaku kan den gan m elaku kan wawan cara dengan petugas
melakukan deteksi dini. dan memantau catatan atau laporan yang ada di setiap jenjang
administrasi yaitu Dinas Kesehatan Pr op in s i, Ka b u p a ten / Kota , Pu
C. HEPATITIS C
53
kelompok berisiko tinggi tertular dan menularkan Hepatitis B. Hal ini
1. Etiologi
disebabkan sifat virus Hepatitis B yang menular lewat kontak dengan cairan
Penyebab penyakit Hepatitis C adalah virus Hepatitis C (VHC) yang tubuh penderita. Penularan pada PSK dan orang yang memiliki pasangan
termasu k famili Flaviviridea genu s Hepaciviru s dan m edis da n m en seksual multipel sebenarnya dapat dicegah den gan m en gu ran gi perilaku
in gga lka n kebia s a a n n ya u n tu k m en cega h penularan Hepatitis B seksu al tersebu t atau menggu nakan kondom. Penu laran pada kelompok
ke orang lain. Kelompok ini juga sebaiknya diedukasi mengenai penyakit IVDU ju ga seben arn ya bisa dicegah den gan m en gh en tikan kebiasaan
lain yang ditularkan lewat cairan tubuh seperti HIV dan Hepatitis C. tersebut atau dengan tidak menggunakan jarum suntik berkalikali secara
bergantian. Penularan pada kelompok ini umumnya disebabkan karen a ren
dah n ya pen getah u an dan kepedu lian tehadap Hepatitis B maka sebaiknya
E. PENAPISAN DAN PENCEGAHAN PENULARAN HEPATITIS B pemberian edu kasi dan pembinaan terhadap kelompok ini perlu dilakukan.
PADA POPULASI UMUM Edukasi yang diberikan harus mencakup hal-hal berikut:
Indonesia termasuk negara endemis tinggi Hepatitis B, sehingga setiap pendu Pen jelasan u m u m m en gen ai pen yebab, cara pen u laran , perjalanan
du k Indonesia memiliki risiko yang cu ku p besar u n tu k ter in fek s i Hep a penyakit, gejala u mu m, terapi, dan komplikasi Hepatitis B.
titis B. Teta p i k a r en a b er b a ga i pertimbangan, seperti efektivitas, Konseling untuk meninggalkan gaya hidup berisiko tersebut.
kemampulaksanaan, dan biaya maka pemeriksaan penapisan pada seluruh Selalu menggunakan kondom apabila berhubungan seksual dengan
populasi umum di Indonesia sampai saat ini belum menjadi rekomendasi. pasangan yang tidak diketahui status HBsAg-nya
Tindakan pencegahan selain imunisasi pada bayi adalah edukasi mengenai Pada IVDU, dianju rkan u ntu k tidak menggu nakan jaru m s u n tik berka
Hepatitis B dan tin dakan -tin dakan pen cegah an pen u laran Hepatitis B li-ka li da n s eca ra berga n tia n . IVDU ju ga disarankan untuk membuang
segera diberikan pada masyarakat. Edu kasi ini diberikan oleh tenaga jarum suntik bekas di wadah yang tertutup dan tahan tembus.
6. Pencegahan
49 Mengingat infeksi VHD hanya bisa terjadi pada orang dengan Hepatitis B, m
kehamilannya. Hal ini dimaksudkan agar ibu, keluarga, dan tenaga medis memiliki aka pen cegah an in feksi VHD sam a persis dengan pencegahan infeksi VHB.
kesempatan untuk mempersiapkan tindakan yang diperlukan apabila ibu memiliki Imunisasi terhadap VHB telah terbu kti efektif m en ekan prevalen si Hepatitis
status HBsAg (+). Pelayanan pemeriksaan penapisan Hepatitis B ini dapat dila ks D di beberapa daerah di Eropa.
a n a ka n da n dis edia ka n pa da s a ra n a pela ya n a n kesehatan oleh tenaga
kesehatan yang telah dilatih. 7. Penanganan Penderita, Kontak dan Lingkungan sekitar
Apabila ibu yang akan melahirkan memiliki statu s HBsAg (+) dan HBeAg (+), m a. Pengobatan : sampai saat ini hanya terapi berbasis In terferon yan g terbu
aka persalin an ibu tersebu t wajib dilakukan/ didampingi oleh tenaga medis yang kti cu ku p efektif sebagai terapi
terlatih. Bayi ya n g la h ir da ri ibu den ga n HBs Ag (+) da n HBeAg (+) disarankan Hepatitis D
segera mendapat su ntikan HBIG 0,5 mL dan vaksin Hepatitis B. Kedu a su ntikan b. Disinfeksi terhadap bekas cairan tubuh dari penderita.
ini diberikan segera setelah bayi dilahirkan (kurang dari usia 12 jam). Pemberian c. Isolasi tidak diperlukan
imunisasi selanjutnya sesuai Program Imunisasi Hepatitis B Nasion al (pada bu lan d. Imunisasi pasif terhadap Hepatitis B pada orang yang
ke-2, 3 dan 4). Selan ju tn ya perlu diketahu i statu s HBsAg dan anti HBsnya pada
saat bayi berusia 9-12 bulan.
Ibu dengan HBsAg (+) dan HBeAg (+) harus dirujuk ke dokter ah li u n tu k berkon
su ltasi m en gen ai kem u n gkin an terapi penyakitnya. Penderita juga sebaiknya
Seorang bayi yang lahir dari ibu dengan statu s HBsAg (-) E. HEPATITIS E m a ka wa jib m en giku ti Progra m Im u n
isa si Hepa titis B
Na sion a l ka ren a In don esia m eru pa ka n n ega ra den ga n 1. Etiologi
endemisitas tinggi.
Penyebab Hepatitis E adalah virus Hepatitis E (VHE), sebuah viru s RNA berbentu k sferis. VHE term asu k dalam fam ili
48
terpajan cairan tubuh penderita 4. Masa Inkubasi
Hepeviridiea genu s Hepeviru s. Viru s ini awalnya disebu t sebagai penyebab Masa inkubasi Hepatitis E berkisar antara 15-64 hari, dengan rata-rata masa
enterically transmitted non-A non-B Hepatitis (ET-NANB). Ba ru pa da ta h u inkubasi bervariasi antara 26-42 hari pada KLB yang berbeda.
n 1983 viru s in i berh a s il diidentifikasi dan dinamai virus Hepatitis E.
BAB V
PENGEMBANGAN PROGRAM HEPATITIS B
2. Cara penularan
VHE ditu larkan melalu i jalu r fecal oral. Air minu m yang tercem ar tin ja m
eru pakan m edia pen u laran yan g palin g umum. Penularan secara perkutan
dan perinatal juga pernah ter d ok u m en ta s i. Ber b a ga i p en elitia n ter b a Penanganan Hepatitis B di Indonesia adalah masalah yang ru mit d a n m em b u tu
r u ju ga menunjukkan kemungkinan transmisi secara zoonotic dari babi, rusa, h k a n k oord in a s i d a ri b a n ya k p ih a k . Su litn ya penanganan ini antara lain
dan hewan-hewan pengerat. disebabkan karena tingginya prevalensi Hepatitis B di Indonesia, sifat virus
Hepatitis B yang sangat infeksius, dan ku rangnya pengetahu an dan kepedu lian
masyarakat tentang Hepatitis B. Penanganan Hepatitis B di Indonesia secara umum
3. Tanda dan gejala dapat dibagi menjadi upaya memutus rantai penularan virus Hepatitis B dan
Infeksi Hepatitis E selalu bersifat akut dan gejala infeksi ini bervariasi dari su penanganan secara tepat penderita Hepatitis B. Pemu tu san rantai penu laran viru
bklinis sampai fu lminan. Kemu ngkinan Hepatitis fulminan karena infeksi s Hepatitis B bisa dilaku kan secara vertikal maupun horizontal. Penanganan
VHE saat ini tercatat 0,53%. Kemungkinan ini terutama meningkat pada ibu penderita Hepatitis B secara tepat, selain berguna untuk menekan angka kejadian
hamil di mana angka kematian mencapai 20%. Gejala yang mungkin muncul sirosis dan kanker h a ti, ju ga bergu n a u n tu k m en cega h pen u la ra n den ga n
pada Hepatitis E akut tidak berbeda dengan Hepatitis akut lainnya, yaitu lemas, ca ra mengurangi tingkat infeksiusitas penderita.
penurunan nafsu makan, demam, nyeri perut, mual, muntah, dan kuning. Bila
dibandingkan dengan Hepatitis A, Hepatitis E akut cenderung lebih parah
secara klinis, dengan risiko koagulopati dan kolestasis terjadi pada kurang A. PENAPISAN HEPATITIS B PADA IBU HAMIL
lebih 50% penderita.
1. Penanganan anak dan ibu dengan HBsAg (+)
Ma s a pen u la ra n Hepa titis E ya n g pa s ti m a s ih belu m diketahui, namun
DNA VHE dapat ditemukan dalam tinja penderita sejak awal penyakit dan bisa Di n egara berkem ban g, term asu k In don esia, pen u laran virus Hepatitis
bertahan sampai 1-6 minggu setelah gejala mulai muncul. B secara vertikal masih memegang peranan penting dalam penyebaran
45
c) Siapa yang terkena (jenis kelamin dan usia) Tentukan cara pencegahan dimasa akan dating
3) Hubungan adanya KLB dengan faktor waktu, tempat, dan orang Apabila terdapat seju m lah pen derita dalam satu daerah den gan gejala
a) Kapan mulai sakit (waktu) dem am , sakit kepala, lelah , n afsu m akan menurun, gangguan
b) Di mana mereka mendapat infeksi (tempat) pencernaan, mual, muntah, air kencing
43
D. KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) 42
4. Hepatitis D
1. Penetapan KLB Diperkirakan terdapat 10 ju ta pendu du k terinfeksi viru s Hepatitis D dan pada
Penetapan KLB berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan penderita Hepatitis B lebih berisiko terkena Hepatitis D. Hepatitis D dapat
Repu blik Indonesia Nomor 1501/ MENKES/ PER/ X/ 2010. Suatu daerah muncul secara endemis atau dalam bentuk KLB pada populasi yang
dapat ditetapkan dalam keadaan KLB, apabila memenuhi salah satu mempunyai risiko tinggi terinfeksi VHB, misalnya pada popu lasi Hepatitis B
kriteria sebagai berikut : endemis (seperti di Ru sia, Romania, Italia bagian selatan, Afrika dan Am erika
Selatan ), m ereka adalah pen derita hemophilia, pecan du obat terlaran g dan
a. Timbulnya suatu penyakit menular tertentu sebagaimana
lain n ya, karen a mereka sering kontak dengan darah. Mengingat bahwa
dimaksudkan dalam Pasal 4 yang sebelumnya tidak ada atau tidak
infeksi
dikenal pada suatu daerah tertentu.
41